Share

Bab 1891

Penulis: Angin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-19 18:01:08
Raja Januar berbicara kepada Chandra tentang Akar Dewa Murni. Mereka yang memiliki kekuatan ini mampu mempelajari apa pun dengan sangat cepat. Mereka adalah orang-orang yang terlahir untuk menghadapi bencana besar.

“Bencana … apa itu sebenarnya?” pikir Chandra.

Menurut dugaan Raja Januar, bencana itu adalah ketika segel-segel kuno terbuka, membawa malapetaka terbesar dalam sejarah umat manusia di bumi. Namun, leluhur bumi sudah merencanakan cara untuk melawan bencana ini: memanfaatkan Empat Hewan Keberuntungan.

Manusia bumi akan memburu Hewan-Hewan Keberuntungan itu, mendapatkan darahnya, dan memperpanjang umur mereka agar siap menghadapi bencana tersebut.

Namun, musuh sudah menduga rencana leluhur bumi ini dan diam-diam merusak kekuatan Empat Hewan Keberuntungan.

“Semua ini hanya dugaanku dari informasi yang ditinggalkan Kaisar Pertama di makamnya,” Raja Januar menjelaskan, “entah benar atau tidak, kita butuh waktu untuk membuktikannya.”

“Tapi, rasanya dugaanku ini tidak jauh dari ke
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jenderal Naga    Bab 1892

    Chandra membuka percakapan dengan sebuah pertanyaan ringan. Raja Januar pernah mengatakan bahwa orang yang memiliki Akar Dewa Murni akan memiliki kepekaan terhadap energi alam yang jauh lebih tinggi daripada orang biasa.“Ah, aku tidak bisa merasakannya,” jawab Maggie. Maggie tampak sedikit terkejut, tidak memahami mengapa Chandra menanyakan hal itu.“Tidak bisa merasakannya?” Chandra tertegun tak menyangka. Maggie adalah orang yang cerdas dengan bakat luar biasa dalam seni bela diri. Jika orang sepertinya bukan pemilik Akar Dewa Murni, lalu siapa?“Kamu sudah pernah mengonsumsi Naga Yu?” tanya Chandra lagi.Maggie menggeleng. “Naga Yu itu hanya ada beberapa, aku tidak seberuntung itu. Aku hanya meminum Darah Naga.”“Setelah meminum Darah Naga, apa tubuhmu mengalami sesuatu yang aneh?”Mendengar pertanyaan itu, Maggie menampakkan raut wajah serius yang jarang terlihat. Ia mengangguk perlahan dan berkata, “Memang ada. Kadang-kadang, aku merasa sangat agresif, ada dorongan kuat dalam hat

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Jenderal Naga    Bab 1893

    Maggie memiliki kemampuan pemahaman yang luar biasa. Dalam waktu singkat, dia sudah memahami inti dari Metode Semesta dan mulai bisa menyerap energi alam. Chandra pun tidak mempermasalahkan hal itu lagi. Kini, dia sendiri harus segera memulai latihan tertutupnya.Di Gurun Selatan, semua urusannya di sudah selesai. Gunung Bushu pun sementara dalam keadaan aman. Sebelum masuk ke dalam latihan tertutup, Chandra menelepon Nova yang berada Rivera.“Nova, kakek memberiku Esensi Phoenix. Aku akan menjalani latihan tertutup untuk beberapa waktu, mungkin tiga sampai lima bulan, atau bisa saja lebih cepat, satu atau dua bulan. Kalau ada hal mendesak, telepon aku. Jika tidak ada jawaban, datanglah ke Gurun Selatan, Gunung Langit,” ucap Chandra sambil menjelaskan lokasinya.Di ujung telepon, Nova menjawab, “Jangan khawatir. Semuanya aman di sini. Aku juga akan menjaga anak kita dengan baik. Kamu fokus saja pada latihanmu.”“Oke, kalau begitu kututup, ya,” kata Chandra sebelum menutup telepon.Sete

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Jenderal Naga    Bab 1894

    Penghalang itu seperti rantai tak kasatmata yang mengunci sel-sel darah, menciptakan sensasi unik dan sulit digambarkan dengan kata-kata.“Oh iya, bagaimana denganmu? Bagaimana latihannya?” tanya Chandra.Maggie mengangguk, “Cukup baik. Aku sudah mulai menyerap energi alam, dan perlahan-lahan energinya mengubah tubuhku. Tapi energi sejatiku masih stagnan. Sepertinya masih butuh waktu panjang untuk mencapai Alam Kesembilan.”Chandra tersenyum, “Sekarang dunia sudah berubah, energi alam semakin melimpah. Di beberapa hutan belantara, ada buah-buahan mutasi yang sangat langka. Gunung Langit ini adalah hutan yang masih asli. Coba saja berjalan-jalan di sekitar sini, mungkin saja kamu beruntung menemukan buah itu. Siapa tahu, cukup memakan satu buah saja, kamu bisa langsung mencapai Alam Kesembilan.”“Oke, tapi aku sudah sebulan di sini. Aku juga penasaran dengan kondisi di markas militer. Jadi, aku akan pulang sebentar,” balas Maggie.Chandra mengangguk memahami, “Tentu, hati-hati di jalan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Jenderal Naga    Bab 1895

    Di puncak Pegunungan Siberia yang terpencil di kutub utara, tanah abadi berselimut salju. Di tempat sunyi ini, sekumpulan pria berjubah hitam tampak berlutut, seolah menanti kehadiran seseorang yang penting.Mendadak, suara angin tajam mengoyak keheningan. Langit di atas mereka bergetar dan retak seperti kaca, menciptakan celah misterius di udara. Dari celah itu, seorang pria melangkah keluar, berjalan seolah tanpa beban di atas kekosongan. Pria itu mengenakan jubah putih, wajahnya tampan dan terukir tajam, dengan mata yang dalam dan penuh wibawa.Aura kekuatan yang memancar dari tubuhnya begitu kuat hingga seketika menyebabkan salju yang menyelimuti pegunungan meleleh, mengalir deras ke bawah dan membentuk sungai es yang menggelora."Selamat datang, Prabu," serempak pria-pria berjubah hitam itu menyambutnya, suara mereka penuh hormat.Prabu turun ke tanah dengan tenang, kedua tangannya bersilang di belakang punggung. Ia memandang pria-pria yang berlutut di hadapannya dengan tenang, l

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Jenderal Naga    Bab 1896

    Alam Mahasakti adalah yang terkuat di sini? Masih terlalu lemah.“Prabu, selanjutnya kita harus bagaimana?” tanya seorang pria berbaju hitam.Prabu berpikir sejenak, lalu berkata, “Aku membawa Batu Sakti Lima Warna. Ini akan memperkuat segel agar orang luar tak bisa melewati segel dan datang ke bumi. Kita akan pergi ke Gunung Bushu, menghabisi Suku Mistik, merebut Gunung Bushu, memperkuat segel, dan mencari empat segel lainnya. Saat waktunya tiba, aku akan membuka segel itu. Sementara itu, aku akan menguasai bumi untuk mempersiapkan kedatangan kita ke sini.”“Baik.”“Berdirilah dan bicaralah.”Puluhan pria berbaju hitam yang tadi berlutut kini berdiri. Prabu pun membawa para pengikutnya meninggalkan tempat itu dan menuju wilayah Someria. Pada saat yang sama, Nova telah meninggalkan Rivera dan sedang dalam perjalanan menuju Gurun Selatan di Negeri Naga.Sementara itu, di sebuah pesawat di Someria, seorang pria tampan dengan jas putih tengah memegang ponsel, menatap sebuah foto di layar.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Jenderal Naga    Bab 1897

    Chandra sama sekali tidak menyangka bahwa Nova akan datang ke Gunung Langit.“Anak kita bagaimana? Kamu pergi, siapa yang menjaga anak kita?” tanya Chandra.Nova menjawab, “Chaca dititipkan ke Mama. Aku benar-benar khawatir padamu dan tak ingin kamu sendirian berjuang di luar sana. Aku datang untuk membantumu.”Setelah mendengar itu, hati Chandra terasa hangat. Memiliki istri seperti ini, apa lagi yang diinginkan seorang suami?“Oh iya, bagaimana perkembangan latihanmu?” tanya Nova.“Cukup lancar,” Chandra mengangguk ringan. “Aku sudah berhasil melepaskan diri dari belenggu pertama dan sedang berusaha untuk yang kedua. Dengan kecepatan latihanku sekarang, mungkin dalam waktu sekitar tiga bulan lagi, aku bisa melepas belenggu kedua.”“Baguslah,” Nova merasa lega.Setelah Nova tiba, Chandra mengajaknya untuk bersama-sama menyerap kekuatan Esensi Phoenix. Karena Nova juga seorang jenius dan kuat, semakin cepat dia mencapai Alam Kesembilan, semakin besar kekuatan yang dimiliki manusia.“Ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Jenderal Naga    Bab 1898

    Nova telah berhasil menembus Alam Kesembilan berkat kekuatan dari Esensi Phoenix. Ia juga mulai merasakan keberadaan kunci pertama dalam tubuhnya.Di puncak Gunung Langit, Chandra duduk bersila, dengan aura yang menyala terang seperti dewa sejati. Tiba-tiba, Chandra berhenti berlatih.Nova pun berhenti, memandang Chandra dan bertanya, “Kenapa?”Chandra menjawab, “Aku merasakan kunci kedua.”“Selamat!” Nova tersenyum gembira.Chandra menghela napas dan berkata, “Esensi Phoenix memang luar biasa. Kalau hanya mengandalkan latihan biasa, aku akan butuh sepuluh tahun untuk mencapai tahap ini dari kunci pertama ke kunci kedua.”Nova menyemangati Chandra, “Tetap semangat.”Di saat itu, Maggie datang mendekat. Selama tiga bulan terakhir, Maggie berkeliling pegunungan mencari buah yang mengandung energi alam, tetapi dia belum menemukannya. Sambil mencari, Maggie tetap rajin berlatih. Meskipun tidak menyerap Esensi Phoenix, energi alam yang tersedia cukup melimpah, sehingga energi sejati Maggie

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Jenderal Naga    Bab 1899

    Nova memutuskan untuk tidak lagi menyerap Esensi Phoenix. Ia ingin menyimpannya untuk Chandra agar Chandra bisa mencapai tingkat yang lebih tinggi. Setelah beberapa hari menyerap Esensi Phoenix, Maggie juga merasakan energi sejatinya semakin kuat. Kini, Maggie merasa bisa menembus Alam Kesembilan, dan itu sudah cukup baginya. Maggie pun tak ingin menyerap lebih banyak Esensi Phoenix.“Kak Chandra, aku juga tidak akan menyerap lagi,” kata Maggie.“Baik,” jawab Chandra dengan anggukan.Semakin tinggi tingkatannya, semakin banyak energi yang dibutuhkan. Sisa Esensi Phoenix yang setengah ini mungkin hanya cukup untuk membantu Chandra melewati belenggu ketiga. Chandra segera melanjutkan latihannya, sementara Nova dan Maggie memilih untuk pergi menuju Gurun Selatan, ke negara Naga.Dua bulan pun berlalu, dan Chandra masih berlatih dengan tekun di Gunung Langit, Gurun Selatan, selama setengah tahun penuh. Kekuatan Chandra terus meningkat dari waktu ke waktu.Suatu malam, di Gunung Bushu, terd

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23

Bab terbaru

  • Jenderal Naga    Bab 1919

    Nova melangkah ke arah Batu Potensi, berdiri di depannya, lalu berbalik menatap penjaga. "Hanya perlu meletakkan kedua tangan di atas batu ini?" tanya Nova. Penjaga itu mengangguk pelan. Mendengar itu, Nova mengangkat kedua tangannya dan menempelkannya pada permukaan batu. Begitu tangannya menyentuh batu itu, ia merasakan aliran energi yang hangat menyebar ke seluruh tubuhnya. Sensasi itu memberikan kenyamanan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Tak lama kemudian, karakter-karakter misterius di permukaan batu mulai bersinar terang. "Crak!" Tiba-tiba, lantai di dekatnya retak, membentuk sebuah celah yang perlahan membesar. Sebuah pintu batu menuju bawah tanah muncul dari celah tersebut. "Selamat," kata penjaga itu dengan senyum tipis. "Kamu telah mendapat pengakuan. Sekarang kamu bisa masuk. Di dalam, kamu akan menemukan rahasia dan ilmu yang sesuai dengan potensi dirimu." Nova melepas tangannya dari batu, menatap pintu batu bawah tanah itu dengan penuh harapan. Tanpa r

  • Jenderal Naga    Bab 1918

    Setelah berpikir sejenak, penjaga itu akhirnya berkata, "Kalau begitu, ikut aku." Ia berbalik dan masuk kembali ke dalam pintu batu. Basita dan Chandra segera mengikutinya. Di dalam, Nova terlihat masih terkurung dalam penjara besi. Namun, darah dalam tubuhnya sudah mulai tenang, dan kesadarannya pun pulih. Saat melihat Chandra, ia langsung memanggil, "Sayang!" Nova berusaha mendekati Chandra, tetapi begitu mendekati jeruji, tubuhnya seperti terkena kejutan listrik, memaksanya mundur. "Penjaga, kenapa ini terjadi?" Chandra menatap Nova yang terkurung dan beralih ke wanita itu dengan nada penuh harap. "Bisakah Anda membebaskan istri saya?" Tanpa berkata sepatah pun, penjaga itu melambaikan tangannya. Dari telapak tangannya, sebuah kekuatan dahsyat muncul. Seketika, penjara besi itu lenyap tanpa bekas. Chandra hanya bisa terpana, menyaksikan kekuatan yang luar biasa ini. "Betapa luar biasanya kemampuannya ..." pikirnya. Nova segera berlari ke arah Chandra dan menggenggam tan

  • Jenderal Naga    Bab 1917

    Penjaga itu tahu, semakin besar potensi seseorang, semakin mengerikan masa depannya setelah terkontaminasi oleh darah Empat Hewan Keberuntungan. Wanita itu benar-benar ingin membunuh Nova. Namun, Nova adalah salah satu pesilat dengan potensi terbesar di antara umat manusia. Jika ia dibunuh sekarang, itu akan menjadi kerugian besar bagi umat manusia. "Untuk saat ini, energi iblisnya masih lemah, masih ada cara untuk memurnikannya," gumam Sang Penjaga pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri. Di luar, Chandra seperti orang yang kehilangan akal, terus menyerang pintu batu dengan penuh amarah. Pada saat itu, pintu batu mendadak terbuka. Dari dalam, seorang wanita dengan gaun putih sederhana melangkah keluar. Saat ia muncul, sebuah tebasan energi pedang dari Chandra melesat ke arahnya. Namun, begitu energi pedang itu mendekati tubuh wanita tersebut, dia langsung menghilang tanpa bekas. Wanita itu berdiri di depan pintu, menatap Chandra dan Basita dengan tatapan tenang. "Sia

  • Jenderal Naga    Bab 1916

    Wusss! Tiba-tiba, sebuah bayangan samar muncul di udara. Bayangan itu tampak seperti ilusi—seakan berada di antara nyata dan tidak nyata. Jika diperhatikan dengan seksama, sosok itu menyerupai seorang wanita, namun wujudnya begitu buram sehingga wajahnya sulit dilihat dengan jelas. "Gunung Abadi?" gumam bayangan itu dengan suara dingin, menatap tajam ke arah Basita. Basita membungkukkan tubuh dengan hormat. "Benar, aku murid Lingsi Agung dari Gunung Abadi. Apakah Anda penjaga Pustaka Agung?" "Betul. Aku penjaga Pustaka Agung," jawab wanita itu. Suaranya merdu namun dingin, membawa tekanan yang kuat, nyaris tanpa emosi. Dengan penuh keberanian, Basita bertanya, "Wahai Yang Mulia Penjaga, apa maksud Anda? Mengapa Nova dikurung seperti ini?" Penjaga itu melirik Nova dengan tatapan tajam. "Tempat ini adalah tanah suci umat manusia. Dia memiliki energi iblis yang terlalu pekat—makhluk kegelapan. Jika bukan karena sedikit aura manusia dalam dirinya, dia sudah lama musnah menjadi ab

  • Jenderal Naga    Bab 1915

    Menara Bawah Tanah, Pustaka Agung. Berdasarkan informasi yang ditinggalkan guru Basita, tempat ini adalah warisan leluhur bumi untuk manusia. Di sini, konon tersimpan berbagai kitab ilmu bela diri yang tak terkalahkan. Namun, setelah mencari ke setiap sudut lantai pertama menara bawah tanah, Chandra dan Nova tidak menemukan apa pun, termasuk pintu masuk ke lantai kedua. Chandra memeriksa setiap sudut sekali lagi. Setelah yakin tidak ada pintu menuju lantai berikutnya, dia menatap Basita dan berkata, “Sepertinya kita memang tidak bisa mendapatkan kitab ilmu bela diri itu.” Basita hanya memandangi sekeliling dengan ekspresi bingung. “Seharusnya tidak seperti ini,” gumamnya. Dia merasa aneh. Berdasarkan petunjuk gurunya, tempat ini jelas adalah lokasi Pustaka Agung. Tapi kenapa tidak ada kitab apa pun? Apakah Chandra dan Nova bukanlah orang yang berjodoh dengan tempat ini? Basita sebenarnya sudah lama memperhatikan perjalanan Chandra dan Nova. Mereka adalah pesilat termuda dan

  • Jenderal Naga    Bab 1914

    Mendengar itu, Chandra jadi tertarik dengan sejarah dan bertanya, “Senior, sebenarnya apa yang terjadi di bumi ini di masa lalu?”Basita menggeleng pelan. “Aku juga tidak tahu. Pengetahuanku soal segel dan leluhur bumi sangat terbatas.”Ternyata, Basita sendiri tidak tahu banyak. Chandra pun memutuskan untuk tidak bertanya lebih jauh.Someria, Gunung Langit. Gunung Langit adalah gunung tertinggi di Someria dan memiliki arti penting dalam sejarah. Sejak zaman dahulu, para kaisar selalu memilih gunung ini untuk mengadakan upacara persembahan kepada langit. “Gunung Langit?” Ketika sampai di kaki Gunung Langit, Chandra terlihat sedikit heran dan bertanya, “Senior, apakah Pustaka Agung ada di Gunung Langit?” “Betul,” jawab Basita sambil mengangguk. “Dari informasi yang ditinggalkan oleh guruku, aku menemukan lokasi Gunung Langit. Setelah meneliti lebih lanjut, aku yakin Pustaka Agung ada di sini.” Chandra melanjutkan, “Kalau begitu, apakah kita perlu memberi tahu pihak Gunung Lang

  • Jenderal Naga    Bab 1913

    Kali ini, karena para pesilat Bumi kurang kuat, mereka gagal mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Kalau saja mereka berhasil menekan Santara, sepuluh buah itu tidak akan jatuh ke tangan mereka. Keinginan Chandra untuk menjadi lebih kuat pun semakin membara. Setelah memastikan semuanya, Chandra bersama Nova meninggalkan Gunung Bushu dan kembali ke Gurun Selatan. Setengah hari kemudian, Chandra tiba di Gurun Selatan. Di sana, Negara Naga sudah lama memulai pembangunan ulang. Dalam waktu setengah tahun, seluruh kota Gurun Selatan dibongkar habis. Istana Negara Naga yang baru kini berdiri megah. Kota ini sekarang dipenuhi gedung-gedung tinggi, bahkan dilengkapi bangunan bawah tanah—semuanya dirancang untuk persiapan menghadapi kemungkinan kiamat di masa depan. Setelah memeriksa sekilas perkembangan pembangunan, Chandra kembali pergi. Tujuannya kali ini adalah Gunung Langit untuk melanjutkan latihannya. Dia berencana menyerap Esensi Phoenix terlebih dahulu, kemudian dilanjutk

  • Jenderal Naga    Bab 1912

    Tiga Senior Dantra berpikir sejenak, lalu menyetujui. "Dua buah juga sudah lumayan, lebih baik daripada tidak sama sekali," pikir mereka.Setelah itu, pembagian berjalan lancar. Tiga Senior Dantra mendapat dua buah, sementara Robi, Ronald, Alden, dan Titan masing-masing mengambil satu buah. Tiga puluh tiga buah pun habis terbagi. Bagi mereka yang belum mencapai Alam Kesembilan, tidak ada kebagian. Meski sedikit kecewa, mereka hanya bisa diam karena menyadari kekuatan mereka belum cukup untuk memperjuangkan bagian lebih besar.Chandra memegang buah di tangannya, sebesar kepalan tangan dan berwarna ungu. Ada kehangatan lembut yang terasa saat ia menggenggamnya. Buah itu tampak bening, memancarkan cahaya ungu berkilauan, dan di dalamnya ada kilauan samar yang bergerak, membuat buah tersebut terlihat sangat misterius dan ajaib."Wanginya harum sekali," Chandra mengendusnya sedikit. Keinginan untuk memakan buah itu langsung muncul. Namun, ini adalah Gunung Bushu, bukan tempat yang aman untu

  • Jenderal Naga    Bab 1911

    Tara pun hanya memetik dua buah saja. Pasalnya, dengan begitu banyak pesilat Bumi yang memperhatikannya, dia pun tak berani mengambil lebih banyak. Setelah mendapatkan dua buah berwarna ungu itu, Tara pergi dengan perasaan yang sedikit tidak puas. Totalnya ada tiga puluh tiga buah; Santara berhasil mendapatkan sepuluh buah, Tara mendapat dua buah, dan sekarang tersisa dua puluh satu buah."Aku hanya butuh sepuluh buah," Raja Januar berkata sambil memandang para pesilat Bumi.“Ini, rasanya tidak adil, bukan?” Titan akhirnya berbicara. Sebelumnya, dia tetap diam karena merasa tidak memiliki wewenang di hadapan Santara. Namun, setelah Santara mengambil sepuluh buah dan sekarang Raja Januar juga meminta sepuluh, Titan merasa perlu bicara. Di atasnya, masih ada kekuatan Klan Darah, juga Chandra dan yang lainnya, belum lagi Robi yang telah mencapai Alam Kesembilan. Jika Titan tidak berjuang, bisa-bisa dia tidak mendapatkan satu pun buah ajaib itu.Robi pun berkata, "Memang tidak adil. Seti

DMCA.com Protection Status