Kendati demikian, Kadir masih termasuk salah satu yang terkuat."Bagaimana dengan kakekmu?" tanya Kadir.Chandra menggeleng, "Aku sudah lama nggak bisa menghubungi kakek. Dia selalu muncul dan menghilang begitu saja. Setiap kali dia datang lalu pergi, aku nggak bisa menemukannya. Hanya dia yang bisa menemukanku.""Hehe!" Tiba-tiba, tawa terdengar dari luar pintu diikuti dengan pintu yang terbuka. Seorang pria yang tampak lebih muda, mengenakan jubah putih lebar dan berambut cepak, masuk.Melihat orang yang datang, Chandra dengan wajah takjub bertanya, "Kakek, apa Kakek selalu berada di dekatku? Kenapa setiap kali kita bicara tentangmu, Kakek langsung muncul?"Robi mendekat, duduk, dan tersenyum, "Kalau aku tidak melindungimu dari kegelapan, entah berapa kali kamu mati.""Kakek pasti juga tahu kalau aku berencana pergi ke Negara Meguya, ‘kan?" tanya Chandra.Mendengar itu, ekspresi Robi berubah serius. Setelah beberapa saat, dia mengangguk pelan, "Ya, aku sudah dengar kabarnya.""Lalu,
Nova merasa bingung. Apa maksud dari perkataan Robi? Apakah Robi sudah mengetahui identitas Nova? Rasa tidak pasti mulai menghantui pikirannya. Sementara itu, Chandra tentu saja tidak mengerti maksud di balik kata-kata Robi."Oke, aku pergi dulu." Robi meregangkan badannya dan bangkit berdiri. Dengan tangan terlipat di belakang punggung, dia melangkah keluar menuju pintu.Melihat kakeknya yang hendak pergi, Chandra tidak mencoba untuk menahannya. Kadir juga berdiri dan menyalami Chandra, "Chandra, aku pergi dulu. Kamu lanjutkan saja, aku akan menyusul. Tapi aku tidak akan muncul kecuali di saat yang tepat.""Oke." Chandra mengangguk. Dengan dukungan kakek dan Kadir dari kejauhan, dia tidak merasa takut lagi.Setelah Robi dan Kadir pergi, Chandra segera menelepon Bahri untuk menanyakan situasi di Langit Mistika. "Ketua sudah setuju, tapi dia sedang sibuk dan tidak bisa meninggalkan tempatnya sekarang. Tapi, dia berjanji akan datang membantu kamu saat dibutuhkan."Dengan jawaban itu, Cha
Chandra baru saja berangkat ke Negara Meguya, dan tak lama kemudian, Nova pun mengikuti jejaknya."Hati-hati," pesan Sonia singkat. Nova hanya memberikan tatapan singkat kepada Sonia sebelum dia berpaling dan meninggalkan tempat tersebut. Tak lama setelah Chandra pergi, Nova pun meninggalkan Diwangsa. Setengah hari kemudian, dia tiba di markas besar Langit Mistika.Markas besar Langit Mistika terletak di daerah pegunungan tengah Someria, di tengah hutan yang lebat. Bangunan di sana berarsitektur klasik. Di dalam aula utama, Nova mengenakan mantel hitam longgar dan masker seram di wajahnya. Di bawahnya berkumpul banyak orang. Mereka adalah para ahli Langit Mistika dengan kekuatan yang mengagumkan, bahkan yang paling lemah di antara mereka memiliki kekuatan di atas Lima Alam.Suara serentak dan lantang menyambutnya, "Selamat datang, Ketua."Nova mengangkat tangannya, memberikan isyarat untuk menenangkan suasana dan mengubah suaranya menjadi lebih dalam dan serak. "Pastikan Diwangsa teta
Setelah tiba di Kelompok Gunung Langit, Chandra dan para pesilat dari berbagai perguruan mulai mendiskusikan rencana penyerangan mereka. Mereka hanya tahu lokasi kasar dari institut penelitian tanpa detail yang lebih mendalam. Diskusi yang berlangsung panjang tidak menghasilkan rencana aksi yang konkret.Akhirnya, mereka memutuskan untuk berangkat ke Negara Meguya terlebih dahulu, menemukan lokasi pasti dari institut tersebut, baru kemudian menyusun rencana yang lebih terperinci. Intinya, mereka harus siap menghadapi situasi apa pun yang terjadi.Setelah selesai berdiskusi, puluhan pesilat meninggalkan Kelompok Gunung Langit dan menaiki pesawat khusus yang disediakan oleh angkatan bersenjata menuju Negara Meguya. Koordinasi telah dilakukan sebelumnya dengan angkatan udara Negara Meguya, sehingga pesawat Chandra dapat melintas dengan aman tanpa khawatir akan dihadang.Negara Meguya adalah negara yang terletak di perbatasan Someria. Luas wilayahnya hampir setengah dari Someria tetapi jum
Maka, Chandra pun membawa rombongannya menuju pusat lokasi yang ditandai pada peta. Perjalanan mereka tidak terlalu cepat namun juga tidak lambat. Jarak lebih dari tiga ratus kilometer ditempuh dalam waktu sekitar tiga jam, mirip dengan kecepatan berkendara mobil.Tiba-tiba angin kencang berhembus membawa debu pasir yang menari-nari di udara. Angin tersebut begitu kuat sehingga hampir membuat mereka semua tidak bisa membuka mata. "Sepertinya kita sudah dekat," ucap Chandra sambil mengecek peta. Kemudian Chandra mencoba menggunakan ponselnya untuk mendapatkan lokasi via satelit, tetapi ternyata di lokasi tersebut sinyal benar-benar mati."Ini mungkin jebakan yang disiapkan Suku Dukun. Hati-hati semua! Jangan sampai terperangkap," teriak Chandra keras-keras. Chandra teringat peringatan dari Nova dan kekhawatiran Kadir. Kali ini, misinya bukan hanya menyelamatkan orang, tetapi juga menghancurkan basis penelitian Suku Dukun. Jika mereka sampai terperangkap, bukan hanya gagal menyelamatkan
Chandra tidak menyadari bahwa Alden telah mempersiapkan perangkap untuk menantinya. Dia tidak tahu bahwa Alden ingin menangkapnya bersama orang-orang di sekitarnya dalam satu jaring. Saat ini, Chandra sedang bersama beberapa ahli seni bela diri kuno, meraba-raba jalan mereka melalui padang pasir. Angin bertiup kencang, membawa debu pasir yang menari-nari di udara. Kekuatan angin tersebut bahkan bisa menerbangkan sebuah mobil, tetapi mereka adalah Prajurit Kuno dengan kekuatan besar, mampu menggunakan energi mereka untuk melawan angin.Tak lama berjalan, pasukan Chandra melihat sebuah bukit. Bukit itu setinggi lebih dari lima puluh meter. Di bawah bukit, ada sebuah lorong yang telah digali. Beberapa kendaraan off-road terparkir di depan lorong."Berhenti!" Chandra mengangkat tangan tepat waktu saat melihat pemandangan di depan. Orang-orang di belakangnya berhenti.Chandra memandang bukit yang berada seratus meter di depan, dengan lorong yang digali di bawahnya. "Menurut perhitunganku,
Chandra melepaskan pakaian dan topeng murid Suku Dukun yang pingsan itu. Setelah berganti pakaian dan memakai topengnya, Chandra mulai dengan berani mencari-cari di dalam istana bawah tanah tersebut. Istana itu ternyata sangat besar, semakin dalam Chandra masuk, penjagaan semakin ketat. Chandra pun berhati-hati untuk tidak sembarangan menerobos masuk.Tiba-tiba Chandra mendengar suara teriakan menyayat hati, "Ah … Lepaskan aku, lepaskan aku. Kalian semua binatang!"Chandra melihat ke depan, suara pilu itu semakin jelas terdengar. Chandra menduga bahwa di depan sana pastilah basis eksperimen penelitian. Kedatangannya kali ini memang bertujuan untuk menyelamatkan Prajurit Kuno yang ditangkap dan menghancurkan basis eksperimen tersebut. Chandra tidak bertindak gegabah. Dia memilih untuk mundur terlebih dahulu.Chandra mengira dirinya tidak terdeteksi, tapi gerak-geriknya ternyata selalu terpantau oleh Suku Dukun."Bos, Chandra sudah pergi," lapor seorang bawahan."Hmm," Alden tersenyum d
"Serang!"Teriakan perang itu membahana memekakkan telinga. Di bawah pimpinan Chandra, puluhan Praktisi Seni Bela Diri berlari menyerbu ke depan.SAT! Sebelum mereka sampai, sebuah gelombang pedang telah tercipta. Gelombang itu langsung merusak kamera pengawas di pintu masuk istana bawah tanah.Di dalam istana bawah tanah. Orang yang sedang memantau kamera pengawas segera berdiri dan berteriak, "Cepat, laporkan bahwa kamera pengawas telah rusak!"Dalam waktu singkat, Alden sudah mengetahui situasinya. Dia segera memberikan perintah, "Semua orang bersatu! Lawan Chandra dan kawan-kawannya sampai titik darah penghabisan, baru mundur setelah memang ada banyak korban. Biarkan mereka masuk lebih dalam. Kalian tenang saja, aku pasti akan menjaga keluarga kalian."Sesuai perintah Alden, semua orang di istana bawah tanah itu mengambil senjata mereka. Pada saat itu, Chandra dan kawan-kawannya sudah sampai di pintu masuk. Baru saja masuk, beberapa prajurit yang bersenjata lengkap sudah mengarahka
Tekad Anak Dewa untuk membunuh Chandra semakin besar. Apa pun yang terjadi, Chandra harus mati hari ini juga. Para prajurit dari bumi dan dunia lain masih berkumpul di sekitar pegunungan. Pertarungan Chandra dan Anak Dewa benar-benar membuat kegemparan di dunia ini. “Apa benar Chandra sekuat itu?”“Aku pikir, Anak Dewa bisa membunuh Chandra hanya dengan satu serangan saja. Tapi ternyata, dia bisa menerima serangan Anak Dewa tanpa terluka sedikit pun.”“Tapi, Anak Dewa sudah masuk ke tingkat dua Alam Trasenden.”Para prajurit dari dunia lain berseru kaget melihat pertarungan ini. Di sisi lain, Basita tampak sangat lega setelah melihat Chandra mampu menahan serangan Anak Dewa. Dia bergumam dengan senyuman tipis di wajahnya, “Anak itu meningkat dengan sangat cepat. Dia sudah bisa menantang prajurit yang sudah berada di Alam Trasenden hanya dengan berlatih selama beberapa tahun, sedangkan aku baru bisa mencapai titik ini setelah berlatih dengan sangat keras selama 2000 tahun.”Sebenarny
Kemenangan Anak Dewa bukan lagi hal terpenting bagi Dusky saat ini. Karena tujuan utamanya adalah untuk membantai sebuah kota manusia bumi yang pasti akan menyulut kemarahan para prajurit bumi. Dengan begitu, Dusky bisa lebih mudah untuk membunuh semua prajurit bumi sekaligus. Namun, dia sendiri yang akan turun tangan dan membunuh Chandra kalau sampai Anak Dewa kalah. Hal ini tentu saja akan tetap membangkitkan pergolakan dan perlawanan para prajurit bumi yang bisa dia manfaatkan untuk membunuh mereka semua. Di puncak gunung. Chandra berdiri di sebuah batu besar dengan mengenakan jubah putih dan pedang di belakang punggungnya. Rambutnya yang sudah lama tidak dipangkas juga sudah mulai memanjang dan membuatnya seperti seorang ksatria zaman dahulu.Dia menatap Anak Dewa lalu berkata dengan tenang, “Anak Dewa, layangkanlah seranganmu.”“Aku akan mengabulkan keinginanmu untuk segera mati!” seru Anak Dewa dengan raut wajah dingin. Anak Dewa mulai mengaktifkan energi sejatinya yang menga
“Seluruh manusia bumi di satu kota akan dibantai kalau sampai Chandra tidak berani datang.”“Kira-kira kota yang mana yang akan dibantai ya? Aku sih menyarankan untuk membantai Diwangsa. Karena ada banyak perempuan cantik di sana.”Para makhluk dari dunia lain terus berdiskusi ketika Anak Dewa masih berdiri tegap di atas puncak gunung. Angin sepoi-sepoi terus mengacak-acak rambutnya dan dia masih menunggu Chandra dengan tenang sambil membawa pedang di punggungnya. Dia sedang berpikir kalau kemungkinan Chandra takut padanya, sehingga tidak berani datang hari ini. Bahkan sekalipun Chandra tidak takut dan tetap datang hari ini untuk bertarung dengannya, dia pasti bisa membunuh Chandra dengan mudah selama dia bisa menghindari serangan fatal dari Chandra. Lagi pula, Chandra hanya memiliki satu jurus yang mematikan, yaitu Sangkar Kosmik. Di sisi lain, para prajurit bumi berkumpul di sebuah ruangan terbuka yang berada di kaki gunung. Salah satu di antaranya adalah Basita, manusia bumi terku
Tujuh hari berlalu dengan cepat. Berita tentang pertarungan Chandra dan Anak Dewa juga sudah tersebar luas. Keputusan Chandra sudah membuat para prajurit bumi naik pitam. Mereka semua terus menyalahkan sikap Chandra yang terlalu gegabah. Bagaimana mungkin dia bisa mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi semudah ini?Hari pertarungan Chandra dan Anak Dewa akhirnya tiba. Di puncak sebuah gunung yang berada di area Gunung Bushu. Gunung ini memiliki tinggi ribuan meter yang dikelilingi dengan pegunungan bergelombang di sekitarnya. Kurang lebih ada lebih dari 200.000 prajurit baik dari bumi maupun dunia lain yang berkumpul di gunung ini. Seorang laki-laki berusia dua puluhan tiba-tiba muncul di puncak gunung. Dia mengenakan jubah putih dengan ikat pinggang berwarna emas. Dia juga membawa pedang di punggungnya. Laki-laki itu adalah Anak Dewa. Para prajurit dari dunia lain langsung bersorak ketika melihat kemunculan Anak Dewa. “Anak Dewa! Anak Dewa!”“Anak Dewa pasti menang!”Sorakan
Keesokan harinya, Nova tiba-tiba membuka matanya dan cahaya putih tampak bersinar dari matanya yang gelap. Dia perlahan berdiri lalu meregangkan ototnya dan merasakan kekuatan yang sangat dahsyat dari dalam tubuhnya. Wajahnya seketika menunjukkan sedikit kegembiraan.“Nova, selamat,” ujar si penjaga sambil melangkah menghampiri Nova. “Akhirnya, energi iblis di tubuhmu berhasil dimurnikan setelah berusaha selama bertahun-tahun. Sekarang, tubuhmu sudah tidak lagi memiliki energi iblis dan hanya memiliki darah murni dari empat hewan keberuntungan. Nantinya, kamu bisa membangkitkan kekuatan sesungguhnya dari keempat hewan itu,” jelas si penjaga dengan raut wajah gembira. Sosok Akar Dewa Murni adalah sosok yang sangat menakutkan. Bahkan biasanya jarang sekali terjadi kelahiran sosok seperti ini dalam puluhan ribu tahun. Namun anehnya, beberapa Akar Dewa Murni justru bermunculan di zaman ini. Hal ini bagaikan sebuah pepatah, pahlawan akan hadir seiring berjalannya waktu. Nova mungkin adala
Chandra masuk ke dalam kota di bawah arahan Sasa. Kota ini benar-benar besar. Chandra belum bisa masuk ke dalam area kota karena kekuatannya masih belum cukup, sekalipun dia sudah menjadi pemilik dari istana Abadi. Chandra harus meningkatkan tingkat kekuatannya jika dirinya ingin menguasai Istana Abadi sepenuhnya. Salah satu area yang tidak dapat dimasuki Chandra saat ini adalah Ruang Waktu. Namun, dia bisa dengan mudah masuk ke dalam area-area tersebut karena dia datang bersama dengan Sasa yang memandunya. Di dalam kota, terdapat sebuah halaman yang berdiri sendiri. Halaman itu dikelilingi dengan tembok yang menjulang tinggi dan terukir beberapa tulisan kuno di atasnya dengan pancaran cahaya misterius. Chandra juga bisa melihat terdapat tulisan kuno yang berputar di langit yang berada di atas halaman luas itu. Sasa membawa Chandra ke area luar halaman lalu berkata sambil menunjuk ke arah halaman, “Ini adalah Ruang Waktu. Kamu masih belum bisa membuka ruangan itu dengan kekuatanmu s
Chandra menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Tidak.”“Dasar bodoh! Perhatikan baik-baik! Aku akan melakukannya lebih lambat kali ini.”Sasa kembali menghunuskan pedangnya dan menyerang. Chandra bisa melihat gerakan Sasa dengan sedikit ebih jelas kali ini. Chandra melihat jurus pedangnya sendiri ketika Sasa mengangkat pedang. Jurus pedang yang bisa dilihatnya, yaitu Rahasia 13 Pedang dan Ilmu Pedang Dantra. Selain itu, dia juga melihat Jurus Pedang Pertama dengan samar. Bisa dibilang, Chandra bisa melihat semua teknik pedang yang dipelajarinya dalam gerakan pedang Sasa. Namun, pedang Sasa sudah kembali menyentuh dadanya sebelum dia sempat bereaksi. “Kamu sudah melihatnya dengan jelas, kan?” tanya Sasa lagi. Chandra mengangguk lalu berkata, “Aku bisa melihatnya sedikit lebih jelas. Aku bisa melihat bayangan teknik pedang yang familiar bagiku.”“Bagus.”Sasa mengangguk lalu kembali berkata, “Sekarang, perhatikanlah sekali lagi!”Kemudian Sasa kembali menghunus pedangnya dan kembali m
Sasa menatap Chandra sambil tersenyum lalu berkata, “Buah keberuntungan memang bagus, tapi kamu belum bisa menggunakannya sekarang. Selain itu, satu orang hanya boleh menggunakan satu buah. Lagi pula, kamu masih bisa menggunakan dua buah lainnya karena di rumah ini ada tiga buah keberuntungan. Jadi, bagaimana? Apa kamu mau aku ajari dengan syarat itu?”Chandra mengusap dagunya. Apa sebenarnya buah keberuntungan itu? Selain itu, Chandra merasa Sasa sedang berusaha mengelabuinya, tapi dia membutuhkan bantuan Sasa untuk mengajarinya beberapa jurus. Chandra menggertakkan giginya setelah berpikir sejenak lalu menyetujui syarat yang diajukan Sasa. “Oke, aku setuju.”“Hehe, bagus kalau begitu,” ujar Sasa sambil tertawa puas lalu menghilang dalam sekejap mata. Sepuluh detik kemudian, Sasa muncul sambil membawa buah berwarna putih yang sedikit lebih besar dari apel di tangannya. Cahaya yang misterius tampak mengalir di buah itu yang tampak sangat misterius. Sasa memegang buah itu dengan wajah
Chandra tidak bisa masuk kembali ke Pustaka Agung karena dia harus meningkatkan kultivasinya lagi jika ingin masuk ke sana. Jadi sekarang, dia hanya bisa mengandalkan roh penunggu untuk membantunya berlatih. Bagaimanapun juga, roh penunggu itu sudah menjadi pengikut Kaisar Ceptra sejak ribuan tahun lamanya, jadi dia pasti sudah menguasai jurus dan teknik bela diri yang luar biasa.“Syut!”Sebuah bayangan tiba-tiba muncul. Tubuh laki-laki itu perlahan berubah nyata sampai akhirnya menjadi sosok seorang manusia sesungguhnya. Laki-laki tua itu mengenakan jubah abu-abu dengan rambut putih dan berjanggut. Dia tersenyum ke arah Chandra lalu bertanya, “Tuanku, ada apa?”Ini adalah pertama kalinya Chandra melihat sosok asli si roh penunggu. Namun, semua itu tidaklah penting sekarang. Karena kedatangannya ke Istana Abadi adalah untuk mempelajari beberapa jurus baru. Walaupun Chandra sangat percaya diri dengan kemampuannya saat ini, alangkah baiknya jika dia mempelajari beberapa jurus dan tekni