Share

Chapter 12

Penulis: Piyu_Qu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-22 18:57:36

George keluar dari Pavilium Waterist usai menyelesaikan pembelajarannya dan langsung dikejutkan dengan lorong istana yang mendadak riuh.

"Apa yang terjadi?" tanyanya kepada pengawal yang membuntutinya di belakang.

"Izin menjawab, Yang Mulia, baru saja terjadi penangkapan Selir Agung Jirea dan sekarang telah dimasukkan ke penjara para bangsawan," jawab pengawal putera mahkota yang sedari tadi berjaga di depan pavilium.

George menghentikan langkahnya. "Jadi ayah benar-benar mampu menunaikan apa yang menjadi hukuman selir itu ya?" gumamnya tersenyum sinis.

"Tapi sepertinya jika hanya selir itu saja yang masuk penjara, ia akan merasa kesepian. Baiklah, karena suasana hatiku sedang baik, sepertinya ia akan senang jika kukirimkan anaknya untuk menemaninya," lanjutnya yang tiba-tiba saja terpikirkan sebuah ide yang brilian.

Pandangannya segera berseri begitu menatap buku tipis yang ia bawa. Sepertinya ide picik untuk menjebloskan sang pangeran mengikuti jejak sang ibu telah ia temukan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jelata Jadi Penguasa   Chapter 13

    "ADRIAN HENTIKAN JIKA KAU MASIH MEMILIKI RASA MALU!" Kedua pemuda kakak beradik itu menghentikan aksinya. Pandangn mereka terpatri pada sosok yang baru saja hadir. Dewi fortuna tak berpihak kepada Adrian begitu Vernon hadir dengan wajah murkanya. "Lepaskan tanganmu sebelum kutebas lehermu!" Cengkeraman tangan pangeran pada leher George mengendur. Hal itu dimanfaatkan George untuk mendorong agar ia tak lagi dipojokkan. Dorongan kuat George membuat Adrian terdorong kebelakang beberapa meter namun untung saja ia masih bisa menjaga keseimbangan tubuhnya. "Sebenarnya ini ada apa? Mengapa kalian semua berapi-api menyerangku?" tanya Adrian sudah lelah beberapa hari ini terus diganggu dan diciderai baik fisik maupun mentalnya. Baru kemarin ia sempat disiksa oleh ibu kandungnya hingga babak belur. Belum kering luka pada fisik Adrian, kini sang ayah dan saudara kandungnya ikut menyerangnya secara verbal. Kaisar berjalan mendekat, aura dingin dan kemarahan tentu menguar dari sosoknya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-24
  • Jelata Jadi Penguasa   Chapter 14

    Seorang gadis terlihat duduk tertunduk di sebuah ruangan putih dengan aroma obat yang menyeruak. Di depannya terdapat seseorang yang tengah berbaring tak sadarkan diri dengan beberapa alat medis yang menempel pada tubuhnya. "Kak, kapan kau akan terbangun? Mengapa kau sangat betah tertidur? Apa kau tidak ingin menjahiliku lagi?" gumam gadis tersebut menggenggam tangan sang kakak yang tertempel selang infus. Pertanyaan demi pertanyaan gadis itu lontarkan, namun tak kunjung juga ada sahutan. Sudut matanya tiba-tiba berair memandang wajah pucat sosok yang selalu menampilkan raut kejahilan. "Andai saja Kim lebih berani membela kakak di depan papa. Pasti semua ini tidak akan terjadi." Penyesalan yang ia lontarkan membuatnya tergugu dalam tangis. Di sela tangis, gadis itu terkejut bukan main melihat jari tangan yang tengah ia genggam bergerak. "Kak Adrian?" "Kak Adrian, bangun?!!" Gadis kecil itu spontan beranjak dari duduknya. Ia bersorak gembira melihat ada respon tubuh dari sang

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-26
  • Jelata Jadi Penguasa   Chapter 15

    Di tengah gelapnya malam, terlibat dua pemuda yang baru saja keluar dari Penjara Scarevon. Mereka nampak berjalan dengan santai namun sesekali menoleh memantau situası Pemuda bersurai hitam itu berjalan lebih cepat meninggalkan pemuda lainnya yang berpakaian Kerajaan."Hey kau mau membawaku ke mana?" tanya Adrian mulai merasa khawatır jika pemuda di depannya ini berniat buruk.Terdengar hembusan napas berat "Meskipun kau tak mengingat siapa aku, setidaknya percayalah, aku bukanlah orang jahat," jawabnya yang kesal akibat pertanyaan itu telah berulang kali Adrian utarakan"Ya, tapi kau tidak menjawab pertanyaanku. Aku di sını kehilangan ingatan jadi aku tak mau terjebak dalam tipu muslihat musuhku," tanggap Adrian dengan entengnya."Hey kenapa kau memilih jalanan seperti ini?" lanjut Adrian bertanya-tanya.Jalan yang mereka lalui berbeda dengan jalanan yang dilewati Adrian saat diseret prajurit istana. Jalan setapak dengan kanan dan kiri jalan ini dikelilingi pepohonan membuat Adrian b

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • Jelata Jadi Penguasa   CHAPTER 16

    Langkah cepat tunggang langgang Adrian membawanya masuk ke sebuah hutan yang begitu gelap. Beberapa saat lalu ketika ia melarikan diri dari orang misterius yang berusaha menyerangnya, yang ada dipikirannya hanyalah pergi sejauh-jauhnya maka dari itu kini ia merasa kebingungan mendapati dirinya telah pergi terlalu jauh.Meskipun ia masih terengah dan syok dengan kejadian luar biasa yang hampir saja merenggut nyawanya itu, ia berusaha sebisa mungkin tenang dan berpikir dengan kepala dingin."Sekarang aku harus apa?" bisik Adrian yang sekarang tengah bersembunyi di belakang sebuah pohon besar. Ia sesekali menoleh ke belakang memastikan tak ada musuh yang mengikutinya."Orang tadi tak apa-apa kan kutinggal sendiri?" ucapnya mendadak gusar memikirkan pemuda menyebalkan yang melindunginya.Perasaan bersalah seketika menghantuinya, ia gelisah memikirkan penolongnya yang menahan gerombolan musuh seorang diri. Meskipun ia belum bisa memastikan orang yang menolongnya itu orang baik, terbesit se

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-02
  • Jelata Jadi Penguasa   CHAPTER 17

    Keadaan di dalam penjara sangat mencekam. Asap yang mengepul semakin hitam di tambah dengan jeritan para tahanan membuat Adrian memandang ironis. Ternyata masih banyak tahanan yang belum diselamatkan. "Ibu ... apa kau masih bertahan?" panggil Adrian begitu sampai di sekitar sel yang ditempati Jirea. "YA! ADRIAN TOLONG IBU!!" teriak seorang wanita yang meronta di depan pintu sel. Adrian bergegas maju mendekat. "Aku akan menyelamatkanmu, bertahanlah," ujarnya berusaha mencari lubang gembok yang mengunci pintu sel. Yap! Ia memiliki kunci sel ibunya. Sebelum ia meninggalkan Zilano, Zilano memintanya untuk mengambil kunci sel yang ada di belakang pakaiannya. Itu sangat menguntungkannya karena ia tak perlu bersusah payah menghancurkan gembok yang sekeras batu itu. Keadaan penjara yang teramat gelap di tambah dengan kepulan asap yang menghalangi pandangan, membuat Adrian kesulitan mencari letak pintu sel. "Ashhhh," desis sang pangeran begitu tangannya menyentuh besi sel yang rupanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-03
  • Jelata Jadi Penguasa   CHAPTER 18

    Seorang gadis dengan paperbag coklat di tangan kanannya baru saja memasuki pintu sebuah ruangan. Ia terlihat senang sekaligus antusias memeluk paperbag yang ia bawa."Halo, Kak Adrian! Kim kembali .... " ucapnya dengan wajah kegirangan.Raut wajahnya tak bisa dibohongi jika hari ini harinya sedang berjalan baik. "Kak, Kim mau cerita deh. Hari ini Kim lagi ketiban durian runtuh tau!" jelasnya dengan kebahagiaan yang meletup-letup.Gadis berambut lurus itu mengambil paperbag dan mengeluarkan isinya. "Lihat, Kak, akhirnya Kim bisa mendapatkan novel impianmu, Kak!"Sebuah buku berjudul 'Ksatria Perebut Tahta' dengan girangnya ia angkat tinggi-tinggi. "Sebenarnya Kim masih bingung dengan ending cerita ini terlalu plottwist dan mengada-ada. Bagaimana bisa karakter utama justru menududuki peran antagonis. Bukankah itu tidak menarik sama sekali. Tapi aneh sih mengapa novel ini langka, Kak?" celoteh Kim sembari memainkan tiap lembar buku dengan jarinya.Helanaan napas terdengar. "Bangunlah,

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-06
  • Jelata Jadi Penguasa   Chapter 19

    "Apa yang terjadi, Paman?" tanya pangeran begitu Terrson telah menapaki teras. "Bukakan pintu itu terlebih dahulu, Pangeran," ujar Terrson jelas dengan suara penuh kepanikan. Adrian tak berbicara lagi, ia segera membukakan pintu dan mempersilakan masuk. Adrian juga segera memanggil Andrew agar Zilano bisa segera di tangani. Jirea yang tadinya tengah tertidur terperanjat penuh keterkejutan begitu pintu dibuka dengan kasar. "Hey! Bisakah kalian tidak berisik!!" teriak Jirea murka. Murka Jirea nyatanya tidak digubris sama sekali. Andrew segera fokus menangani pasiennya sedangkan Terrson sibuk dicecar pertanyaan oleh Adrian. "Situasi sedang genting, Pangeran, maafkan aku tidak bisa menjelaskan sekarang. Aku harus segera menghadap Yang Mulia Kaisar," jawab Terrson yang memng terlihat berburu-buru. "Aku titipkan Zilan kepadamu," lanjut Terrson menepuk pundak sang pangeran. Ia kemudian membungkuk hormat dan kembali keluar ruangan untuk melaporkan situasi. Adrian menatap Zilano yang n

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-07
  • Jelata Jadi Penguasa   Chapter 20

    "Panglima Agung Roger Widelson memberi salam kepada Yang Mulia Kaisar." Roger berlutut menghormat sesampainya ia di depan singgahsana Vernon. Wajah Sang Kaisar yang sedari tadi terlihat tak tenang berubah drastis begitu melihat utusannya. "Saya ingin melaporkan situasi yang menimpa Penjara Scarevon, Yang Mulia," lanjut Roger mengangkat wajahnya menatap kaisarnya. Sang kaisar dengan berusaha santai menjawab, "cepat laporkan." "Dugaan atas pemberontakan benar, Yang Mulia. Insiden penyerangan penjara adalah bentuk pemberontakan dari Kerajaan Muez." Mendengar sepenggal jawaban bawahannya itu, sang kaisar kontan murka. "KURANG AJAR! Ternyata William Muez memang ingin mengibarkan bendera perang kepadaku?!" seru Vernon keras. Urat pelipisnya menonjol dan rahangnya mengeras pertanda amarahnya sudah menggebu-gebu. "Lantas apa tujuannya menyerang penjara?" Keheningan seketika tercipta. Roger terus tertunduk dengan menggigit bibir bawahnya takut. Nyalinya yang tadinya menggebu mendadak

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-09

Bab terbaru

  • Jelata Jadi Penguasa   Chapter 56

    Di dalam ruangan yang begitu gelap, Adrian berdiam diri. Ia masih terhenyak dengan kejadian hari ini. Dimulai dengan sosok Kimberly yang tiba-tiba muncul di sini sampai kematian permaisuri yang begitu mendadak. Pangeran itu mengacak rambutnya frustasi. Ia telah buntu memikirkan apa yang selanjutnya akan terjadi. Kematian permaisuri menjadi alarm bahaya untuknya. "Aku harus menemui Jirea karena seharusnya dialah dalang dibalik kematian permaisuri," ucap Adrian dengan suara parau. Dengan sisa-sisa harapan, ia keluar dari peraduannya untuk menemui sosok tersangka yang ia yakini. Ketika ia sampai di istana utama, banyak prajurit yang korban dari penyerangan yang telah tiba di istana. Adrian menarik lengan seorang prajurit yang sedang berjalan cepat. "Katakan, apa permaisuri telah tiba?" tanya Adrian menodong keras. Prajurit itu nampak takut melihat sosok Adrian yang berbeda. Penampilan Adrian memang terbilang kacau, namun tatapan tajam itu membuat siapapun tak mampu berkutik.

  • Jelata Jadi Penguasa   Chapter 55

    "Nyonya, apakah nyonya sudah dengar mengenai kabar permaisuri?" Jirea yang tengah sibuk menyulam tiba-tiba menghentikan kegiatannya begitu mendengar satu nama yang menarik perhatiannya akhir-akhir ini. Alisnya terangkat satu memandang penuh tanya. Ia lantas meletakkan sulamanya kemudian mengode Roger untuk mendekat Roger dengan segera menghampiri Jirea lebih dekat lantas membisikan sesuatu. "Rombongan permaisuri telah diserang." Sebaris kalimat itu membuat wajah Jirea seketika sumringah. Senyuman miring segera terbit dari bibir ranumnya. "Muez menangkap umpannya?" responnya dengan sebuah pertanyaam ambigu. Menangkap apa yang Jirea maksud Roger lantas mengangguk. "Kudengar seluruh prajurit terbantai dan itu artinya permaisuri telah tewas," balas pria tersebut berbinar senang. Wajah puas dan angkuh seketika terbit. Jirea bangkit dari duduknya lantas berjalan menuju nakas di samping tempat tidurnya. "Kau memang bisa diandalkan," ucapnya lantas melemparkan sebuah kantung berwarn

  • Jelata Jadi Penguasa   Chapter 54

    Kegaduhan di dalam istana tidak terkendali. Banyak para pelayan dan prajurit yang berlarian. Sama halnya dengan sosok jenderal gagah yang melangkahkan kakinya lebar-lebar. Dari raut wajahnya yang tegas tulang rahangnya nampak begitu menonjol seolah tengah memendam amarah. "Panglima Agung!" teriaknya dengan keras begitu memasuki sebuah ruangan.Sang empu yang tadinya tengah memejamkan mata tersentak kaget."APA APAAN KAU INI!" teriak Roger berbalik marah.Terrson menggeram marah. "Disaat kegaduhan yang terjadi bagaimana bisa kau justru tidur?" tanyanya dengan sarkas.Raut lugu ditunjukkan oleh Roger. "Apa maksudmu?" "Rombongan permaisuri di serang—""APA?!" Belum usai Terrson menjelaskan, Roger sudah terlebih dahulu menyela. Nyatanya jabatan tak menjamin pengetahuan seseorang. Panglima tertinggi itu ternyata tak tahu menahu mengenai kejadian yang menimpa permaisuri. "Aku perintahkan kau menghadap kaisar. Aku akan mengurus sisanya," ucap Roger cepat. Ia bergegas menggunakan pakaian

  • Jelata Jadi Penguasa   Chapter 53

    Bughh Begitu melihat lawannya lengah, sosok bertudung hitam itu segera menendang perut mangsa di depannya. Adrian yang mendapat serangan kejutan itu terdorong mundur. Ia lantas terbatuk dan merasakan nyeri yang sangat pada perutnya. "Ahh sial aku lupa masih memiliki cidera," gumam Adrian lantas meludahkan air liur bercampur darah.Mata elang sang pangeran menyorot tajam."Hey, Kimberly! Berhentilah bercanda. Aku tak mengerti sejak kapan kau menguasai bela diri," ucap Adrian masih tidak bisa melihat situasi yang terjadi.Wanita dibalik tudung itu sempat menatap pangeran heran. Namun tak berlangsung lama begitu melihat Adrian mendekat, itu segera mengayunkan bilah pisaunya diarahkan ke tubuh lawan. Namun Adrian tidak lagi membiarkan lawannya menghajarnya, dengan sigap ia membaca gerakan tangan wanita itu kemudian menangkapnya. "Hey! Kim, ini kakak! Apa kau tidak mengenaliku?" seru Adrian bersuara keras tepat di depan telinga begitu berhasil mengunci pergerakan sosok perempuan yang i

  • Jelata Jadi Penguasa   Chapter 52

    "Hah?! Apa yang baru saja terjadi?"Pangeran segera bangkit dari tempat tidurnya. Ia berdiri di depan cermin lantas terpaku menyaksikan bayangannya sendiri. Ia terbelalak menyaksikan pantulan cermin yang memperlihatkan postur tubuhnya yang berusia 25 tahun. Masih dengan kemeja putih yang lusuh dan tatanan rambut berantakan. Sayangnya begitu ia mengerjapkan mata, pantulan cermin berganti menjadi sosok pemuda berpakaian kerajaan dan berusia 18 tahun."Apa aku tadi sedang bermimpi?"Tangannya seketika menyentuh dadanya yang beberapa saat lalu terasa sakit.Matanya menyorot lurus bola matanya yang terpantul dalam cermin."Tidak, itu bukan mimpi. Itu adalah ... prekognisi," bisik Adrian lantas secepat kilat berlari menuju pintu peraduannya. Prekognisi merupakan bagian dari ilmu parapsikologi yang membahas mengenai kemampuan seseorang untuk melihat atau memprediksi gambaran masa depan. Biasanya hal itu datang melalui media mimpi prekognitif.Knop pintu berusaha Adrian putar, namun pintu t

  • Jelata Jadi Penguasa   Chapter 51

    Semburat jingga terlihat di ufuk barat pertanda hari sebentar lagi berganti malam. Angin bertiup lembut menenangkan jiwa. Namun berbeda dengan sosok pria yang sedari tadi berjalan ke sana ke mari di depan sebuah pintu yang dijaga ketat oleh prajurit."Ayolah pangeran keinginanmu sudah ditolak, pasti keputusan permaisuri tak akan berubah.""Kita tidak akan tau sebelum mencobanya hingga detik terakhir," ucap sang pangeran dengan sok bijak padahal dalam hatinya terbesit rasa takut dan putus asa.Ceklek ...Pintu itu terbuka lebar lantas muncul sesosok wanita bergaun tertutup dengan dua dayang di belakangnya."Heira, kau pastikan jangan ada barang yang tertinggal," ucap sang permaisuri lantas kembali berjalan tanpa mengindahkan dua pemuda yang menantinya di depan pintu."Permaisuri ... " panggil Adrian terus mengikuti jalan sang wanita. Beberapa kali ia memanggil namun wanita itu tak menggubris. Adrian tak kehabisan akal, ia mencegat jalan sang permaisuri. Namun tetap sang permaisuri me

  • Jelata Jadi Penguasa   Chapter 50

    Setelah seharian penuh, akhirnya rombongan Putri Laveena tiba di kerajaan. Ketika kereta kuda terhenti, sang putri bergegas bersiap keluar. Betapa terkejutnya ia ketika menyaksikan banyak massa yang ada di depan gerbang istana. "Ada apa ini?" tanya Laveena kepada prajurit yang membukakan pintu. "Izin menjawab, Tuan Putri, semenjak dekrit kaisar diumumkan, entah mengapa justru banyak pihak yang tidak puas. Beberap saat lalu para cendikiawan Deoreva mengirimkan banyak petisi," jawab prajurit itu sembari membantu Laveen menuruni kereta kuda. "KAKAK?!" Laveena kenal betul dengan suara itu, ya siapa lagi kalau bukan adik satu-satunya itu. "Akhirnya kakak pulang! Aku menunggumu sedari pagi tau, Kak. Kau membuatku khawatir kupikir kau pulang kemarin," ujar Rhiannon begitu sampai di depan kakaknya langsung memeluknya erat. Melihat raut lelah kakaknya, Rhiannon segera menggandeng kakaknya untuk masuk. "Aku tidak sabar mendengar apa yang kau lakukan di sana, Kak," kata Rhiannon kemudian t

  • Jelata Jadi Penguasa   Chapter 49

    Zilano berjalan menyusuri lorong dengan wajah dingin. Ia terlihat tergesa menuju kesuatu tempat. Meskipun matanya nampak terfokus pada jalanan lorong, nyatanya pikirannya melalang buana kepada ucapan ayahnya benerapa saat lalu. ^^^ "Apa yang terjadi? Katakan cepat!" Zilano yang masih dilanda kepanikan berusaha menghindar. Namun sayangnya tak bisa, ayahnya telah menutup ruang geraknya. Tadi ketika ia menggendong George menuju pavilium tabib, tanpa sengaja bertemu Parveen yang sedang berjalan dari arah berlawanan pada lorong jalan yang menuju pavilium tabib. Sehingga usai keluar dari pavilium tabib dengan buru-buru, Parveen menyeret anaknya untuk diinterogasi. "Mengapa kau hanya diam saja, Zilan!" bentak Parveen kehilangan kesabaran. Pada akhirnya Zilano menyerah. Ia membenturkan tubuhnya pada tembok. "Aku tak tahu ayah! Putra mahkota dan pangeran hampir saja saling membunuh dan aku harus segera mencari keberadaan pangeran. Jadi kumohon menyingkirlah!" Parveen terbelalak

  • Jelata Jadi Penguasa   Chaoter 48

    Wewangian tumbuhan herbal seketika menyeruak di indera penciuman Adrian. Matanya yang terasa berat perlahan mulai dapat terbuka. Begitu kesadarannya kembali, tubuhnya terasa kaku dengan rasa nyeri yang berdenyut di mana-mana. "Aishhh," ringisnya mendadak perutnya terasa sakit bukan main. Tangannya sontak meraba dan ia menemukan sebuah kain yang membungkus keseluruhan perutnya. Karena kesulitan mengangkat tubuhnya, ia melirik perutnya yang ternyata terdapat kasa putih membalut lukanya. "Pavilium tabib? Bagaimana aku bisa sampai di sini?" tanyanya dengan suara parau. Tak berapa lama terdengar langkah kaki memasuki ruangannya. Netra birunya terpaku melihat seorang wanita yang tiba-tiba berhenti di ambang pintu. Teringat kejadian beberapa saat lalu, Adrian mengalihkan pandangannya ke arah lain seolah tak ingin berkontak mata lagi dengannya. "Pangeran .... " Adrian tak menggubris, ia berlagak memejamkan mata kembali. Namun ketika sebuah sentuhan hangat terasa pada punggung tangannya

DMCA.com Protection Status