Share

Bab 5

Penulis: putri utara
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-18 00:08:47

Naga Emas itu tampak terbang berputar-putar dipuncak Gunung Semeru. Sementara dibawah, Raja Meru tampak semakin bersikap waspada. Untunglah Begawan Tapa Pamungkas terus menenangkannya dengan mengusap-usap kepalanya.

Setelah cukup lama berputar-putar di atas puncak semeru, Naga Emas itu kemudian tampak terbang turun melayang kembali kebawah, lalu berputar-putar diatas tubuh si bayi. Anehnya justru si bayi tampak tertawa tergelak-gelak melihat wujud Naga Emas raksasa yang ada diatasnya, tidak ada sedikit kesan takut apalagi menangis. Bahkan saat sang Naga Emas mendekatkan kepalanya kearah si bayi, tiba-tiba saja si bayi justru menarik kumis panjang si Naga Emas hingga langsung membuat si Naga Emas menjerit dengan keras, entah kaget entah sakit karena kumisnya ditarik oleh si bayi.

Hroaagghhh ... !

Jeritan keras si Naga Emas sampai membuat Gunung Semeru bergetar seperti dilanda gempa skala kecil. Tapi hal ini justru membuat si bayi tergelak-gelak tertawa. Begitu gembira sekali seperti mendapatkan mainan baru.

Keakraban si bayi dan Naga Emas yang seperti tengah bermain berdua ini menjadi perhatian Begawan Tapa Pamungkas. Seakan menyadari kalau ada kehadiran sosok lain ditempat itu, si Naga Emas kemudian memalingkan pandangannya kearah dimana Begawan Tapa Pamungkas dan Raja Meru, si harimau putih berada.

Naga Emas lalu melayang kearah keduanya dan saat tiba dihadapan Begawan Tapa Pamungkas dan Raja Meru, terlihat bagaimana besarnya sosok sang naga, bahkan kepalanya saja lebih besar dari sosok Begawan Tapa Pamungkas. Begawan Tapa Pamungkas terlihat begitu sangat tenang ditempatnya, karena memang Begawan Tapa Pamungkas tidak merasakan sedikitpun aura permusuhan dari Naga Emas yang ada dihadapannya.

“Siapa kau orangtua?” tiba-tiba saja Begawan Tapa Pamungkas mendengar sebuah suara yang begitu sangat jelas ditelinganya, Begawan Tapa Pamungkas meyakini kalau suara itu berasal dari sang Naga Emas, walaupun sang Naga Emas tidak terlihat berbicara menggunakan mulutnya.

“Aku Begawan Tapa Pamungkas, kau siapa Naga Emas?”

“Aku adalah Naga Emas, dan yang disana itu adalah adikku, Jejaka” kata Naga Emas seraya menoleh kearah bayi mungil yang tampak masih sibuk bermain dengan gelang-gelang dewanya.

“Bagaimana kau bisa sampai kemari Naga Emas?”

“Aku juga tidak tau, tapi ayahku yang mengirim kami kemari”

“Siapa ayah kalian?”

“Barata”

Wajah Begawan Tapa Pamungkas langsung berubah saat mendengar nama itu disebutkan oleh Naga Emas.

“Apa ibumu bernama Ratri Kumala?” tanya Begawan Tapa Pamungkas

“Benar, bagaimana kau bisa tau begawan?”

“Karena aku adalah kakek kalian” ucap Begawan Tapa Pamungkas lagi. Terlihat bagaimana wajah Naga Emas tampak berubah, sosoknya yang melayang diudara tampak terdiam untuk sesaat.

“K...ka..kakek” terdengar suara Naga Emas bergetar.

“Benar, aku adalah kakek kalian” jawab Begawan Tapa Pamungkas dengan penuh ketenangan. ”Dimana orangtua kalian berada sekarang?”

“Ayah dan ibu sudah naik ke langit kek, menjadi dewa” kata Naga Emas. Begawan Tapa Pamungkas tidak terkejut mendengar hal itu, karena memang Barata pernah menceritakan tentang dirinya yang sebenarnya adalah seorang dewa yang berasal dari Istana Langit. Barata tengah menjalani hukuman penempaan diri di muka bumi dan bila saatnya tiba, maka Barata akan kembali menjadi dewa dan naik ke Istana Langit. Saat itu Begawan Tapa Pamungkas bertanya, lalu bagaimana dengan nasib putrinya, Ratri Kumala bila menikah dengannya. Barata menjawab kalau dirinya akan membawa ikut serta Ratri Kumala ke Istana Langit. Tapi Begawan Tapa Pamungkas tak menyangka kalau Barata akan meninggalkan anak mereka di bumi.

Begawan Tapa Pamungkas memang tidak begitu heran dengan wujud Naga Emas yang merupakan anak dari putrinya, Ratri Kumala. karena sesungguhnya Ratri Kumala memang jelmaan seekor ular naga. Turunan ibunya yang berasal dari bangsa jin.

“Siapa tadi nama adikmu Naga Emas?”

“Jejaka kek... ”

“Jejaka” ulang Begawan Tapa Pamungkas lagi mengangguk-anggukkan kepalanya seraya mengelus-elus jenggotnya yang putih.

--o0o--

Waktu terus bergulir, tak tertahankan dan tak dapat ditunda. Semuanya telah diatur oleh Sang Pencipta. Dan tak terasa delapan belas tahun terlewat sudah. Kini Bayi mungil yang diberi nama Jejaka telah tumbuh menjadi seorang pemuda tampan. Kulit wajahnya putih bersih. Matanya yang agak kebiru-biruan dihiasi sepasang alis tebal berwarna hitam. Pas sekali dengan bentuk hidungnya yang mancung. Demikian pula bentuk bibirnya yang tipis. Rambut pendek dibiarkan tergerai tak beraturan didepan membentuk poni, tapi justru terlihatnya lebih maskulin dan gagah. Tubuh Jejaka yang tinggi tegap dibalut rompi berwarna merah dan bersisik keemasan tanpa lengan sehingga rajahan naga melingkar yang ada dilengan kirinya terlihat semakin menambah kejantanan pemuda itu. Juga mengenakan celana bersisik berwarna hitam keperakan. Di kedua tangannya tampak tersampir 10 gelang emas yang tersusun rapi disepanjang lengannya. Dan kini, pemuda tampan itu sedang khusuk bersemadi untuk menyelesaikan latihan tahap akhirnya. Yakni, sebuah jurus pamungkas hasil ciptaan Begawan Tapa Pamungkas 'Titisan Siluman Ular Naga'!

"Kerahkan seluruh kehendak sucimu, Cucuku!" teriak Begawan Tapa Pamungkas, mulai gelisah.

Lelaki tua ini melihat sekujur tubuh Jejaka mulai dibasahi keringat. Wajahnya yang tampan menegang, seperti sedang menghadapi sesuatu yang sulit sekali dikendalikan. Dan dari ubun-ubun kepalanya perlahan-lahan mengepulkan asap putih, seiring tubuhnya yang bergetar hebat.

Ditempatnya, Begawan Tapa Pamungkas semakin gelisah dibuatnya. Bagaimanapun juga, dia tidak ingin cucunya mengalami bernasib sama dengan anaknya yang berwujud siluman ular naga putih.

"Kerahkan seluruh kehendak sucimu, Cucuku!" ujar Begawan Tapa Pamungkas lagi. Nada suaranya penuh kegelisahan.

Dan apa yang sedang dikhawatirkan Begawan Tapa Pamungkas memang benar-benar sedang dialami Jejaka. Di hadapan pemuda itu, saat ini seekor ular naga raksasa putih sebesar pohon kelapa siap memangsa tubuhnya. Dari mulutnya yang terbuka dengan taringnya yang mengerikan mengeluarkan bau amis yang bukan kepalang. Hampir saja Jejaka tidak kuat menahan. Bukannya takut menjadi mangsa ular naga raksasa, melainkan tidak kuat menahan bau amis yang keluar dari mulut ular itu.

Bab terkait

  • Jejaka Emas   Bab 6

    Tiba-tiba saja rajah Naga Emas melingkar yang ada lengan kiri pemuda itu keluar dan membentuk seekor ular Naga Emas raksasa yang kini sudah berada dihadapan Jejaka dan berhadapan langsung dengan ular naga putih tersebut. Hroaagghhh ... ! Naga Emas mengeluarkan suara kerasnya. Tapi tentu saja hal ini hanya terjadi dibatin sang pemuda. Akhirnya perlahan ular naga raksasa putih jadi-jadian itu pun hilang dari pandangan. Ular Naga Emas milik Jejaka terlihat tersenyum sinis, lalu kembali merasuk masuk menjadi rajahan naga melingkar dilengan kiri pemuda itu. “Terima kasih kak” ucap pemuda itu melalui batinnya. Seiring dengan berjalannya waktu, Jejaka memang sudah mengetahui kalau dirinya memiliki kakak yang bersemanyam didalam tubuhnya melalui rajah Naga Emas melingkar dilengan kirinya. Sesekali Naga Emas memang menampakkan dirinya untuk membantu ataupun sekedar menemani Jejaka dalam kesendiriannya. Dari Naga Emas pula, Jejaka banyak mengetahui tentang kedua orangtua mereka yang belum per

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-01
  • Jejaka Emas   Bab 7

    Dari gerakan kedua telapak tangannya yang membentuk cakar naga, tercipta serangkum angin kencang yang berkesiur menggoyanggoyangkan dedaunan dalam jarak sepuluh tombak. Belum lagi kalau menilik hawa panas dan dingin yang diakibatkan dari sambaran-sambaran kedua telapak tangannya. Yang sebelah kanan mengandung pukulan sakti 'Tenaga Inti Api', sementara sebelah kiri mengandung pukulan sakti 'Tenaga Inti Es'. Akibatnya pohon-pohon dalam jarak sepuluh tombak yang tadi hanya bergoyang-goyang, kini sebagian ada yang layu dan sebagian membeku. Hebat sekali jurus sakti 'Naga Pamungkas' itu. Begawan Tapa Pamungkas dan Harimau putih, si Raja Meru yang menonton di pinggir tempat latihan, jadi terlongong saking kagumnya. "Hyaaa...!" Tiba-tiba Begawan Tapa Pamungkas yang dari tadi hanya menonton Jejaka telah berkelebat menyongsong tubuh Jejaka yang berkelebatan. Tangan sebelah kanan lelaki tua itu telah berubah menjadi merah penuh 'Tenaga Inti Api'! Sedang tangan kirinya berubah menjadi keputiha

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-01
  • Jejaka Emas   Bab 8

    "Nih lihat seranganku. ” Jejaka cepat melenting ke belakang, mengambil jarak. Begitu mendarat, dipasangnya kuda-kuda kokoh. Kedua telapak tangannya yang membentuk cakar naga disilangkan di depan dada, siap mengeluarkan jurus maut 'Naga Pamungkas'. Telapak tangan yang sebelah kanan telah berubah menjadi kemerah-merahan penuh 'Tenaga Inti Api'. Sedang yang kiri telah berubah putih terang penuh 'Tenaga Inti Es'. "Hyaaat. !" Disertai teriakan keras membahana Jejaka mencelat ke udara, menyongsong serangan Begawan Tapa Pamungkas dan Harimau Putih dengan kedua kakinya. "Bagus, Cucuku! Rupanya kau mengalami banyak kemajuan. Tapi, jangan bangga dulu. Sebab belum tentu kami dapat dikalahkan!" Begawan Tapa Pamungkas cepat memapak serangan Jejaka dengan jurus sakti 'Naga Pamungkas'. Sedang Harimau Putih kembali menerkam dengan ganasnya. Dugh! Dugh! Terdengar dua kali benturan tenaga dalam di udara. Akibatnya Jejaka terlempar beberapa tombak. Cepat dia mematahkan lontaran tubuhnya dengan ber

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-01
  • Jejaka Emas   Bab 9

    "Senjata apa itu, Eyang? Kok, bentuknya aneh sekali?" tanya Jejaka saking herannya. "Sekarang bukan waktunya bercakap-cakap! Pokoknya, lihat saja bagaimana senjata ini membuat tubuhmu babak belur! Bahkan tidak mungkin nyawamu akan cepat minggat dari tubuhmu!" hardik Begawan Tapa Pamungkas, menakut-nakuti. ”Jurus satu!" Begawan Tapa Pamungkas dan Siluman Ular Naga serentak menyerang Jejaka. Dan begitu senjata aneh di tangan lelaki tua ini bergerak menyerang, terlebih dahulu Jejaka merasakan angin dingin berkesiur menyerang tubuhnya. Bahkan dari dua buah gerigi di samping kanan-kiri kepala ular senjata aneh itu bertiup angin kencang yang menyerang Jejaka. Dari sudut lain, Raja Merupun menyerang tak kalah hebat. Bukan main hebatnya serangan mereka, membuat Jejaka benar-benar kewalahan. Serangan Raja Meru memang tidak begitu membahayakan keselamatannya. Karena, Jejaka sudah terbiasa berlatih tanding dengannya. Memang, yang sangat dikhawatirkan adalah serangan Begawan Tapa Pamungkas deng

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-01
  • Jejaka Emas   Bab 10

    "Ah...!" pekik Jejaka kebingungan. Sementara itu serangan Raja Meru sudah demikian dekatnya. Tak mungkin Jejaka menangkis serangan. Dan akibatnya... Dugh!”Augh...!" Tanpa ampun lagi, terkaman Raja Meru mendarat telak di dada Jejaka. Tubuhnya terlontar beberapa, tombak disertai pekik tertahan. Keadaan benar-benar tidak menguntungkan bagi Jejaka. Sekujur tubuhnya terasa lemas bukan main. Belum lagi akibat terkaman Raja Meru tadi yang menyebabkan isi dadanya seperti mau pecah! Bahkan dari mulutnya telah menyembur darah segar pertanda terluka dalam. Tidak ada pilihan lain, Jejaka harus cepat mengeluarkan jurus pamungkasnya, yakni 'Titisan Siluman Ular Naga' yang baru saja dikuasai. Setelah berpikir demikian kekuatan batinnya segera dikerahkan untuk melawan suara aneh dari senjata eyangnya, sekaligus untuk mengeluarkan ilmu pamungkasnya. Perlahan-lahan suara-suara aneh dari senjata di tangan Begawan Tapa Pamungkas terdengar lirih di telinga Jejaka. Dan bersamaan dengan itu pula, sekujur

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-01
  • Jejaka Emas   Bab 11

    "Ha ha ha...! Bagaimana, Eyang? Apa Eyang masih meragukan kehebatanku? Tidak, kan?" oceh Jejaka tertawa-tawa dari balik asap putih yang masih menyelimuti tubuhnya. ”Tapi ngomong-ngomong, senjata apa yang tadi Eyang gunakan? Kok aneh sekali?" Begawan Tapa Pamungkas menimang-nimang senjata anehnya di tangan. Mata tuanya terus mengamati senjata di tangannya penuh kagum. Mesti masih belum mampu menghadapi Jejaka, namun hatinya sangat bangga memiliki senjata itu. "Hei?! Nampaknya Eyang bangga sekali memiliki senjata itu? Apa Eyang lupa, kehebatan senjata itu belum ada apa-apanya dibanding kehebatanku. ” "Jangan cerewet, Cucuku! Kalau kau belum menguasai ilmu 'Titisan Siluman Ular Naga', jangan harap, mampu menghadapi senjata ini. Bertahun-tahun aku membuat senjata ini. Ini namanya senjata Anak Panah Bercakra Kembar.” “Anak Panah Bercakra Kembar?" ulang Jejaka penuh kagum. Bagaimanapun juga tadi, pemuda ini sempat merasakan kehebatan senjata itu. “Jika sudah tiba saatnya, akan eyang war

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-01
  • Jejaka Emas   Bab 12

    Hiaaah...! Wungngng! Jejaka mengarahkan gelang-gelang dewa ditangannya kearah sebuah batu besar yang ada tak jauh disebelah kirinya. Ke-10 ‘Gelang Dewa’ ditangannya langsung memanjang, membentuk seperti sebuah rantai yang sambung menyambung dan langsung mengikat batu besar itu. Dengan ‘Gelang Dewa’nya yang sudah saling satu menyatu membentuk rantai itu, Jejaka mengangkat batu besar itu keatas. Begitu batu itu sudah terangkat tinggi. Jejaka cepat menarik kembali gelang-gelang dewanya kembali kekedua tangannya. Begitu kembali. Dengan sangat cepat Jejaka menghimpun tenaganya, dan ; Heaaa! Jejaka memukulkan kedua tangannya yang sudah terkepal kearah batu besar yang terlihat sudah mulai jatuh kembali kebawah. Wuuuttt! Wuuuttt! Energi cahaya keemasan melesat keluar dari gelang-gelang-gelang dewa yang ada ditangan Jejaka, melesat cepat menuju kearah batu besar itu. Blaaarr! Batu besar itu langsung hancur berkeping-keping terkena energi keemasan dari gelang-gelang dewa. Jejaka tersenyu

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-01
  • Jejaka Emas   Bab 13

    “Naga Emas! Apa kau tau energi apa ini? Kuat sekali” tanya Begawan Tapa Pamungkas. “Ini adalah energi Kuasa Dewa eyang! Warisan ayah” kata Naga Emas. “Kuasa Dewa... ” ulang Begawan Tapa Pamungkas “Benar eyang, selama ini aku menyegel energi Kuasa Dewa itu ditubuh Jejaka, karena jika tidak. Tubuh Jejaka tidak akan mampu menampungnya, tapi seiring dengan berjalannya waktu. Kuasa Dewa itu semakin berlimpah dan segel yang kubuat tak mampu lagi untuk menguncinya” jelas Naga Emas. Begawan Tapa Pamungkas tampak terus mengangguk-angguk mendengar apa yang dikatakan oleh Naga Emas. -o0o- Begawan Tapa Pamungkas akhirnya membuka kedua matanya, lalu menatap kearah Jejaka yang saat itu juga tengah menatap kearahnya dengan penuh harap penjelasan. “Bagaimana eyang?” Dengan menarik nafas panjang, Begawan Tapa Pamungkas akhirnya menceritakan kepada Jejaka tentang apa yang didengarnya dari Naga Emas. Wajah Jejaka terlihat berubah mendengar cerita itu. Sesekali Jejaka menatap kearah lengan kirinya,

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-01

Bab terbaru

  • Jejaka Emas   Bab 31

    Klanggg...!"Hugh...!?"Tubuh Jejaka Emas terjengkang ke belakang beberapa tombak jauhnya. Selintas tadi terlihat Algojo Hijau menempelkan kedua tapak tangannya di punggung Ratu Bulan, begitu Jejaka memapak serangan tusukan tombak berujung bulan sabit. Melihat hal ini Jejaka Emas terperanjat. Dia tahu kalau kakek berkepala gundul itu tengah menyalurkan tenaga dalam. Tenaganya disatukan dengan tenaga nenek itu, lalu bersama-sama menghadapi tenaga Jejaka.Tak pelak lagi, perpaduan dua tenaga dalam dahsyat itu tidak dapat ditahan Jejaka Emas. Untung saja beradunya tenaga dalam tadi terjadi secara tidak langsung melainkan melalui perantara. Sehingga akibatnya tidak terlalu berarti bagi Jejaka Emas. Pemuda berpakaian merah keemasan ini hanya merasa sedikit sesak pada dadanya.Dengan bantuan gelang dewanya, gerakan sesulit apa pun akan sama seperti gerakan biasa. Sehingga walaupun Jejaka berada dalam keadaan kritis, dan serangan Ratu Bulan kembali menyambar cep

  • Jejaka Emas   Bab 30

    Sekali mengelak, Jejaka Emas telah berada di belakang Ratu Bulan. Tapi sebelum pemuda itu sempat melepaskan serangan, Algojo Hijau telah terlebih dulu menyerangnya. Terpaksa Jejaka mengurungkan niat untuk menyerang Ratu Bulan. Dan dengan cepat pula dielakkannya serangan kakek itu. Dan belum juga sempat membalas, kembali serangan Ratu Bulan telah mengancam. Tentu saja hal ini membuat Jejaka Emas kewalahan menghadapi hujan serangan dahsyat yang saling susul.Tak tanggung-tanggung, Jejakapun langsung menggunakan jurus-jurus gelang dewanya untuk menyerang lawannya. Tapi rupanya kedua lawannya sangat tangguh, sehingga dalam beberapa gebrak kemudian, ketiga orang ini pun sudah terlibat sebuah pertarungan berat sebelah. Jejaka Emas terus-menerus didesak lawannya, tanpa mampu balas menyerang.Untunglah pemuda bermata biru ini memiliki jurus 'Naga Pamungkas' yang sangat aneh sehingga dapat mengelakkan serangan yang bagaimanapun sulitnya. Dan berkat jurus inilah Jejaka Emas mamp

  • Jejaka Emas   Bab 29

    Algojo Hijau manggut-manggut."Bisa kuterima alasanmu, Jejaka Emas""Terima kasih, Kek!""Jangan'terburu-buru berterima kasih, Jejaka Emas!" sergah Ratu Bulan cepat. "Urusan kami denganmu kini tidak hanya satu macam!" Jejaka mengerutkan keningnya."Apa maksudmu, Nek?""Tidak usah berpura-pura, Jejaka Emas!Bukankah kau yang telah membunuh majikan kami!”"Membunuh majikan kalian"! Aneh"! Kalau boleh kutahu, siapa majikan kalian?" tanya Jejaka. Kerut pada dahinya pun semakin dalam."Seorang pemuda bersenjata sepasang kapak warna perak mengkilat!""Dia majikan kalian?" tanya Jejaka Emas Nada suaranya mengandung keheranan yang besar. "Ya! Karena begitulah bunyi perjanjian antara kami dengannya!" selak Algojo Hijau. "Kami bertemu dan bertempur. Dengan licik dia memancing kami ke dalam suatu perjanjian. Yaitu, apabila dalam tiga puluh jurus kami tidak berhasil merobohkannya, dia akan menjadi majikan kami! Jadi, terpaksa

  • Jejaka Emas   Bab 28

    Tapi untuk yang kesekian kalinya, dengan mempergunakan jurus 'Naga Pamungkas' Jejaka berusaha menghindarinya. Dan tahu-tahu tubuh Jejaka telah berada di belakang Darba. Sebelum pemuda berbaju coklat itu sadar, Jejaka sudah melancarkan serangan baliknya.Wuuut..! Hantaman tangan Jejaka melayang ke arah kepala Darba. Murid Ki Jatayu ini terperanjat kaget Maka sedapat dapatnya dirundukkan kepalanya untuk menghindari sambaran tangan lawan.Wusss...! Usaha untung-untungannya berhasil juga. Tangan itu lewat di atas kepalanya. Tapi, Jejaka tidak tinggal diam. Segera dilancarkan serangan susulan.Bukkk...!"Huakkk...!"Telak sekali pukulan tangan kiri Jejaka Emas mendarat di punggung Darba. Keras bukan main, sehingga tubuh pemuda itu terjerembab ke depan.Cairan merah kental terlontar keluar dari mulutnya. Jelas pemuda berbaju coklat itu terluka dalam!Namun kekuatan tubuh murid Ki Jatayu ini memang patut dipuji. Sekalipun sudah terluka parah

  • Jejaka Emas   Bab 27

    Jejaka terpaku sesaat. Tapi tak lama kemudian amarahnya melonjak."Hiyaaa...!"Sambil berteriak melengking nyaring memekakkan telinga, Jejaka Emas menerjang Darba.Wut...! Ketika serangan gelang dewa Jejaka Emas terayun deras ke arah kepala Darba, pemuda berbaju coklat itu menarik kepalanya ke belakang tanpa menarik kakinya.Wusss...! Gelang dewa itu meluncur deras beberapa rambut di depan wajah Darba. Begitu kerasnya tenaga yang terkandung dalam serangan itu, sehingga rambut berikut seluruh pakaian Darba berkibar keras. Dan cepat-cepat pemuda berbaju coklat itu memberi serangan balasan yang tidak kalah berbahayanya.Wuuut...! Cepat bagai kilat kakinya melesat ke arah dada Jejaka Emas. Sadar akan bahaya besar mengancam, Jejaka segera menangkis serangan itu dengan tangan kirinya disertai tetakan ke bawah.Takkk...! Tubuh Darba melintir. Memang bila dibanding Jejaka Emas, posisi pemuda berbaju coklat itu lebih tidak menguntungkan.Namun

  • Jejaka Emas   Bab 26

    Sementara itu pertarungan antara Cakar Garuda menghadapi pengeroyokan anak buah Darba, berlangsung tidak seimbang. Kepandaian Wakil Ketua Perguruan Garuda Emas itu, memang terlalu tangguh untuk para pengeroyoknya. Setiap kali besi berbentuk cakar di tangannya bergerak, setiap kali pula ada satu nyawa melayang. Jerit kematian terdengar saling susul."Aaa...!"Pekik nyaring melengking panjang, mengiringi rubuhnya orang terakhir para pengeroyok itu. Cakar Garuda memandangi tubuh-tubuh yang terkapar itu sejenak, baru kemudian beralih pada pertarungan antara Jejaka Emas menghadapi Darba. Terdengar suara bergemeletuk dari gigi-gigi Wakil Ketua Perguruan Garuda Emas ini. Amarahnya langsung bangkit ketika melihat orang yang dicari-carinya, karena telah membasmi perguruannya."Hiyaaa...!"Diiringi pekik kemarahan laksana binatang terluka, Cakar Garuda melompat menerjang Darba, ketika pemuda itu tengah melentingkan tubuhnya ke belakang untuk menghindari serangan Je

  • Jejaka Emas   Bab 25

    Bergegas Jejaka berlari menghampiri. Sesaat kemudian Jejaka Emas telah berada dalam jarak tiga tombak dari arena pertempuran. Dari sini dapat terlihat jelas, siapa orang yang tengah dikeroyok itu. Dan ini membuat pemuda berbaju merah keemasan ini menjadi agak terkejut.Orang yang tengah dikeroyok itu berusia sekitar empat puluh tahun. Tubuhnya tegap dan kekar. Pada baju hitam bagian dada sebelah kiri terdapat sulaman cakar burung garuda dari benang emas. Di tangannya tergenggam sebuah baja hitam berbentuk cakar baja hitam dikibas-kibaskan dengan ganas. Ke mana saja cakar baja hitam bergerak, di situ pasti ada sesosok tubuh yang rubuh."Cakar Garuda...," desah Jejaka.Tapi pemuda ini tidak bisa berlama-lama mengamati pertarungan. Ternyata Darba yang memang ada di situ dan tengah dicarinya, bergerak menghampiri."Heh"! Kau lagi, Jejaka Emas" Rupanya kau tidak kapok juga. Atau, kali ini bersama-sama temanmu akan mengeroyokku?" ejek Darba memanas-manasi. Sepa

  • Jejaka Emas   Bab 24

    Seketika berubah wajah Jejaka."Maksud, Kakek?" tanya Jejaka Emas.Wajah Algojo Hijau berubah serius."Sejak puluhan tahun yang lalu, kami adalah sepasang tokoh yang tidak terkalahkan. Kami pun gemar bertanding, sehingga tak terhitung lawan yang rubuh di tangan kami. Sampai akhirnya, kami bertemu dengan Begawan Tapa Pamungkas. Melalui suatu pertarungan yang sengit, kami berhasil dikalahkannya. Tentu saja hal ini membuat penasaran, di samping malu yang besar. Maka kami katakan padanya, bahwa sepuluh tahun lagi kami akan datang menantang untuk menentukan siapa yang lebih unggul. Tapi rupanya kami sedang sial, karena lagi-lagi berhasil dikalahkan gurumu. Semenjak itu kami pun kembali giat berlatih, memperdalam ilmu-ilmu kesaktian. Tapi siapa sangka, di waktu kami telah merasa yakin akan dapat mengalahkannya, Begawan Tapa Pamungkas telah lebih dulu pergi ke alam baka. Siapa yang tidak kesal. Untunglah ada dirimu yang menjadi muridnya. Tapi tentu saja kau akan kami b

  • Jejaka Emas   Bab 23

    Nenek berpakaian putih itu menganggukkan kepalanya. "Aku juga tahu. Kalau tidak salah, pemuda itu berjuluk Jejaka Emas!"“Tepat” Ratu Bulan termenung."Dan ciri-ciri Jejaka Emas mirip pemuda ini!" sambung Algojo Hijau lagi."Ahhh...! Kau benar!" nenek tinggi kurus ini mulai teringat. Sementara itu, Jejaka juga terkejut melihat nenek berpakaian serba putih itu. Kelihaian nenek ini sudah dirasakannya. Sekarang dia datang berdua dengan kawannya yang sekali lihat saja diketahui kalau kepandaiannya tidak rendah.Larasati memegang pundak Jejaka dengan lembut agar Jejaka bisa meredam amarahnya. Jejaka sekarang tengah dilanda kemarahan yang meluap-luap. Tapi, tentu saja sebagai seorang pendekar menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan, pemuda ini tidak meluapkan amarahnya secara sembarangan. Maka Jejaka yang memang tidak ingin mencari permusuhan, mencoba bersikap tenang. Ditunggu bagaimana tindakan Ratu Bulan terhadapnya. Jelas terlihat kalau nenek it

DMCA.com Protection Status