Share

Bab 4

Penulis: putri utara
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-18 00:05:59

Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa, dalam kosmologi Hindu Semeru diartikan sebagai pusat jagat raya orang-orang menjulukinya sebagai gunung tempat bersemayamnya para Dewa. Puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Mahameru. Penamaan puncak Mahameru ini menurut legenda ada kaitannya dengan sebutan Paku Pulau Jawa. Istilah Mahameru berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Meru Agung. Kata Meru berarti”pusat jagat raya", sedangkan Agung berarti”besar". Di dalam kitab kuno Tantu Pagelaran disebutkan, bahwa suatu saat Pulau Jawa mengapung terombang-ambing di lautan. Kemudian, Batara Guru yang dianggap sebagai sosok penguasa tunggal memerintahkan para dewa dan raksasa agar memindahkan Gunung Mahameru di India, untuk menjadikannya sebagai paku Pulau Jawa agar tidak terombang-ambing. Para dewa dan raksasa kemudian meletakkan Gunung Mahameru di bagian barat Pulau Jawa. Namun, disebabkan timur Pulau Jawa posisinya terjungkit ke atas, hingga akhirnya gunung tersebut dipindah ke bagian timur. Dalam perjalanan pemindahannya, Gunung Mahameru berceceran dan membentuk beberapa gunung lainnya di Pulau Jawa. Pada saat diletakkan, posisinya miring ke utara sehingga ujung gunung ini dikisahkan dipotong dan potongannya diletakkan di barat laut. Potongannya ini disebut Gunung Pawitra yang sekarang ini dikenal sebagai Gunung Penanggungan.

Di salah satu wilayah disebelah selatan Gunung Semeru, terdapat banyak goa-goa yang terdapat ditebing-tebing gunung. Diantara banyaknya goa-goa itu, kita coba melihat kesalah satu goa yang cukup besar. Di dalamnya tampak seorang lelaki berusia tujuh puluh tahun dengan pakaian putih bersih. Wajahnyapun putih bersih. Rambutnya yang putih memanjang digelung ke atas. Sedang jenggotnya yang juga putih bersih dibiarkan tergerai. Kakek ini tampak tengah tenggelam di alam tapa semadinya.

“Ghhraaaumm!”

Terdengar suara auman keras sang raja hutan dari arah luar goa, hingga membuat goa itu bergetar karena sangking kerasnya auman suara sang raja hutan tersebut.

Weerrr...!

Tak lama kemudian, sekelebatan bayangan putih tampak memasuki goa tersebut dan berhenti tepat didepan sosok kakek yang tengah tenggelam di alam tapa semadinya tersebut.  Rupanya bayangan putih itu adalah sosok seekor harimau berwarna putih yang berukuran cukup besar. Harimau putih ini tampak tidak lazim untuk harimau pada umumnya, bukan karena ukurannya yang sedikit lebih besar, melainkan sebuah mahkota yang bertengger diatas kepalanya.

“Ghraaum... ”

Terdengar harimau putih itu mengerang pendek dan pelan. Kedua mata sikakek terlihat terbuka, ternyata bukan hanya wajah dan pakaiannya yang putih bersih. Kedua mata sikakekpun bersih. Berwarna putih.

“Ghraaum... ”

Kembali terdengar harimau putih mengerang pendek.

“Bayi?” terdengar sikakek berkata dengan wajah terkejut. Rupanya sikakek mengerti arti ucapan si harimau putih.

“Ghraaum... ”

Erangan pendek harimau putih kali ini langsung ditangapi oleh sikakek dengan bangkit dari tempatnya melakukan semadi. ”Ayo kita kesana Raja Meru” kata sikakek pada harimau putih yang rupanya memiliki nama Raja Meru. Bersama lalu keduanya lalu melesat berkelebat keluar goa.

-o0o-

Kakek dan si harimau putih tiba disebuah tempat yang berupa padang rerumputan yang dikelillingi oleh bebatuan besar disekelilingnya. Pepohonan tampak tumbuh disekitar tempat itu, diujung tebing terlihat sebuah pemandangan yang indah, dimana dari atas tempat itu. Pemandangan yang ada dibawah Gunung Semeru terlihat sangat jelas. Awan-awan putih yang berjalan berarak terlihat disana sini, sehingga saat kita berdiri dipuncak gunung itu. Kita seperti berada di atas awan. Sungguh indah sekali.

Tapi, bukan keindahan tempat ini yang akan kita bahas kali ini. Di mana diantara padang rerumputan yang menghijau itu tampak tergeletak sesosok bayi mungil yang sesekali terlihat menggerakkan tangannya keatas, diatasnya terlihat 10 gelang kecil yang berputar-putar. Rupanya bayi mungil ini tengah berusaha menangkap gelang-gelang kecil yang berseliweran diatasnya. Mereka seperti tengah bermain-main. Sesekali terlihat bayi mungil ini tertawa tergelak-gelak saat hampir berhasil memegang gelang-gelang kecil itu.

Pemandangan ini pula yang membuat melongo Kakek dan si harimau putih yang kini saling memandang satu sama lain. Si kakek lalu melangkah mendekati sosok si bayi, tapi beberapa langkah lagi tiba dihadapan si kecil. Tiba-tiba saja 10 gelang kecil yang tadi sedang asyik bermain bersama si bayi tampak memisahkan diri. 5 gelang tetap bermain bersama si bayi, sedangkan 5 gelang lagi tampak bergerak memisahkan diri dan kini melayang berjejer dihadapan si Kakek dan si harimau putih, seakan-akan menghadang langkah si Kakek dan si harimau putih.

Si Kakek dan si harimau putih menghentikan langkah. Si kakek tampak menatap lekat-lekat kearah 5 gelang yang kini tampak melayang berjejer dihadapannya. Walaupun bentuknya kecil, tapi sikakek sepertinya mengenali kelima gelang itu.

“Walaupun bentuknya kecil, tapi aku yakin. Ini adalah ‘Gelang Dewa’ milik Barata, menantuku itu!” kata sikakek membatin. Ternyata sikakek adalah Begawan Tapa Pamungkas. Begawan Tapa Pamungkas memang pernah melihat Barata mengenakan gelang-gelang itu dikedua tangannya. Hingga sampai saat Barata menikah dengan putrinya, Ratri Kumala. Begawan Tapa Pamungkas tak pernah melihat lagi gelang-gelang itu.

“Astaga! Jangan-jangan!” wajah Begawan Tapa Pamungkas tampak berubah saat baru menyadari akan sesuatu. Begawan Tapa Pamungkas tampak menatap lekat-lekat kearah sosok bayi mungil yang masih asyik bermain dengan gelang-gelang yang melayang diatas kepalanya.

“Jika dia memang putra Barata dan Ratri Kumala, lalu dimana mereka?” membatin Begawan Tapa Pamungkas seraya menatap kesekeliling tempat itu. Setelah merasa yakin tak merasakan hawa keberadaan manusia selain dirinya ditempat itu. Begawan Tapa Pamungkas kembali mengalihkan pandangannya kearah si bayi. Sejenak terlihat kedua mata putih Begawan Tapa Pamungkas tampak berkerut. Samar-samar Begawan Tapa Pamungkas dapat melihat di lengan kiri si bayi sebuah rajah naga melingkar. Tapi ada yang aneh dengan rajah naga melingkar itu, biasanya rajah yang ada ditubuh manusia itu akan menyatu dengan warna kulit, tapi rajah naga melingkar di lengan kiri sibayi justru memiliki warna.

“Naga Emas” batin Begawan Tapa Pamungkas semakin heran dengan rajah naga itu.

Werrr...!

Kedua mata putih Begawan Tapa Pamungkas tampak semakin membesar saat melihat rajah naga melingkar itu tiba-tiba saja bergerak, tubuhnya yang melingkar perlahan bergerak keluar dari punggung lengan si bayi. Hal ini membuat Begawan Tapa Pamungkas semakin terkejut bukan kepalang.

“Ghhraaaumm!”

Raja Meru mengaum dahsyat. Begawan Tapa Pamungkas menolehkan pandangannya kearah Raja Meru yang terlihat telah bersikap waspada.

“Tenanglah Raja Meru” kata Begawan Tapa Pamungkas lembut seraya menepuk-nepuk punggung Raja Meru.

Begawan Tapa Pamungkas kembali mengalihkan pandangannya kearah depan, terlihat bagaimana sosok Naga Emas kecil kini tampak sudah berada diatas si bayi dan terus melesat keatas. Semakin keatas terlihat sosok sang naga mulai membesar dan terus membesar dan ini pula yang membuat wajah Begawan Tapa Pamungkas semakin berubah. Kini sosok sang Naga Emas telah berukuran sempurna, seperti naga-naga pada umumnya. Besar dan panjang. Terlihat bagaimana sosok sang naga hampir memenuhi langit diatas Gunung Semeru..

Bab terkait

  • Jejaka Emas   Bab 5

    Naga Emas itu tampak terbang berputar-putar dipuncak Gunung Semeru. Sementara dibawah, Raja Meru tampak semakin bersikap waspada. Untunglah Begawan Tapa Pamungkas terus menenangkannya dengan mengusap-usap kepalanya. Setelah cukup lama berputar-putar di atas puncak semeru, Naga Emas itu kemudian tampak terbang turun melayang kembali kebawah, lalu berputar-putar diatas tubuh si bayi. Anehnya justru si bayi tampak tertawa tergelak-gelak melihat wujud Naga Emas raksasa yang ada diatasnya, tidak ada sedikit kesan takut apalagi menangis. Bahkan saat sang Naga Emas mendekatkan kepalanya kearah si bayi, tiba-tiba saja si bayi justru menarik kumis panjang si Naga Emas hingga langsung membuat si Naga Emas menjerit dengan keras, entah kaget entah sakit karena kumisnya ditarik oleh si bayi. Hroaagghhh ... ! Jeritan keras si Naga Emas sampai membuat Gunung Semeru bergetar seperti dilanda gempa skala kecil. Tapi hal ini justru membuat si bayi tergelak-gelak tertawa. Begitu gembira sekali seperti

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-18
  • Jejaka Emas   Bab 6

    Tiba-tiba saja rajah Naga Emas melingkar yang ada lengan kiri pemuda itu keluar dan membentuk seekor ular Naga Emas raksasa yang kini sudah berada dihadapan Jejaka dan berhadapan langsung dengan ular naga putih tersebut. Hroaagghhh ... ! Naga Emas mengeluarkan suara kerasnya. Tapi tentu saja hal ini hanya terjadi dibatin sang pemuda. Akhirnya perlahan ular naga raksasa putih jadi-jadian itu pun hilang dari pandangan. Ular Naga Emas milik Jejaka terlihat tersenyum sinis, lalu kembali merasuk masuk menjadi rajahan naga melingkar dilengan kiri pemuda itu. “Terima kasih kak” ucap pemuda itu melalui batinnya. Seiring dengan berjalannya waktu, Jejaka memang sudah mengetahui kalau dirinya memiliki kakak yang bersemanyam didalam tubuhnya melalui rajah Naga Emas melingkar dilengan kirinya. Sesekali Naga Emas memang menampakkan dirinya untuk membantu ataupun sekedar menemani Jejaka dalam kesendiriannya. Dari Naga Emas pula, Jejaka banyak mengetahui tentang kedua orangtua mereka yang belum per

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-01
  • Jejaka Emas   Bab 7

    Dari gerakan kedua telapak tangannya yang membentuk cakar naga, tercipta serangkum angin kencang yang berkesiur menggoyanggoyangkan dedaunan dalam jarak sepuluh tombak. Belum lagi kalau menilik hawa panas dan dingin yang diakibatkan dari sambaran-sambaran kedua telapak tangannya. Yang sebelah kanan mengandung pukulan sakti 'Tenaga Inti Api', sementara sebelah kiri mengandung pukulan sakti 'Tenaga Inti Es'. Akibatnya pohon-pohon dalam jarak sepuluh tombak yang tadi hanya bergoyang-goyang, kini sebagian ada yang layu dan sebagian membeku. Hebat sekali jurus sakti 'Naga Pamungkas' itu. Begawan Tapa Pamungkas dan Harimau putih, si Raja Meru yang menonton di pinggir tempat latihan, jadi terlongong saking kagumnya. "Hyaaa...!" Tiba-tiba Begawan Tapa Pamungkas yang dari tadi hanya menonton Jejaka telah berkelebat menyongsong tubuh Jejaka yang berkelebatan. Tangan sebelah kanan lelaki tua itu telah berubah menjadi merah penuh 'Tenaga Inti Api'! Sedang tangan kirinya berubah menjadi keputiha

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-01
  • Jejaka Emas   Bab 8

    "Nih lihat seranganku. ” Jejaka cepat melenting ke belakang, mengambil jarak. Begitu mendarat, dipasangnya kuda-kuda kokoh. Kedua telapak tangannya yang membentuk cakar naga disilangkan di depan dada, siap mengeluarkan jurus maut 'Naga Pamungkas'. Telapak tangan yang sebelah kanan telah berubah menjadi kemerah-merahan penuh 'Tenaga Inti Api'. Sedang yang kiri telah berubah putih terang penuh 'Tenaga Inti Es'. "Hyaaat. !" Disertai teriakan keras membahana Jejaka mencelat ke udara, menyongsong serangan Begawan Tapa Pamungkas dan Harimau Putih dengan kedua kakinya. "Bagus, Cucuku! Rupanya kau mengalami banyak kemajuan. Tapi, jangan bangga dulu. Sebab belum tentu kami dapat dikalahkan!" Begawan Tapa Pamungkas cepat memapak serangan Jejaka dengan jurus sakti 'Naga Pamungkas'. Sedang Harimau Putih kembali menerkam dengan ganasnya. Dugh! Dugh! Terdengar dua kali benturan tenaga dalam di udara. Akibatnya Jejaka terlempar beberapa tombak. Cepat dia mematahkan lontaran tubuhnya dengan ber

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-01
  • Jejaka Emas   Bab 9

    "Senjata apa itu, Eyang? Kok, bentuknya aneh sekali?" tanya Jejaka saking herannya. "Sekarang bukan waktunya bercakap-cakap! Pokoknya, lihat saja bagaimana senjata ini membuat tubuhmu babak belur! Bahkan tidak mungkin nyawamu akan cepat minggat dari tubuhmu!" hardik Begawan Tapa Pamungkas, menakut-nakuti. ”Jurus satu!" Begawan Tapa Pamungkas dan Siluman Ular Naga serentak menyerang Jejaka. Dan begitu senjata aneh di tangan lelaki tua ini bergerak menyerang, terlebih dahulu Jejaka merasakan angin dingin berkesiur menyerang tubuhnya. Bahkan dari dua buah gerigi di samping kanan-kiri kepala ular senjata aneh itu bertiup angin kencang yang menyerang Jejaka. Dari sudut lain, Raja Merupun menyerang tak kalah hebat. Bukan main hebatnya serangan mereka, membuat Jejaka benar-benar kewalahan. Serangan Raja Meru memang tidak begitu membahayakan keselamatannya. Karena, Jejaka sudah terbiasa berlatih tanding dengannya. Memang, yang sangat dikhawatirkan adalah serangan Begawan Tapa Pamungkas deng

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-01
  • Jejaka Emas   Bab 10

    "Ah...!" pekik Jejaka kebingungan. Sementara itu serangan Raja Meru sudah demikian dekatnya. Tak mungkin Jejaka menangkis serangan. Dan akibatnya... Dugh!”Augh...!" Tanpa ampun lagi, terkaman Raja Meru mendarat telak di dada Jejaka. Tubuhnya terlontar beberapa, tombak disertai pekik tertahan. Keadaan benar-benar tidak menguntungkan bagi Jejaka. Sekujur tubuhnya terasa lemas bukan main. Belum lagi akibat terkaman Raja Meru tadi yang menyebabkan isi dadanya seperti mau pecah! Bahkan dari mulutnya telah menyembur darah segar pertanda terluka dalam. Tidak ada pilihan lain, Jejaka harus cepat mengeluarkan jurus pamungkasnya, yakni 'Titisan Siluman Ular Naga' yang baru saja dikuasai. Setelah berpikir demikian kekuatan batinnya segera dikerahkan untuk melawan suara aneh dari senjata eyangnya, sekaligus untuk mengeluarkan ilmu pamungkasnya. Perlahan-lahan suara-suara aneh dari senjata di tangan Begawan Tapa Pamungkas terdengar lirih di telinga Jejaka. Dan bersamaan dengan itu pula, sekujur

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-01
  • Jejaka Emas   Bab 11

    "Ha ha ha...! Bagaimana, Eyang? Apa Eyang masih meragukan kehebatanku? Tidak, kan?" oceh Jejaka tertawa-tawa dari balik asap putih yang masih menyelimuti tubuhnya. ”Tapi ngomong-ngomong, senjata apa yang tadi Eyang gunakan? Kok aneh sekali?" Begawan Tapa Pamungkas menimang-nimang senjata anehnya di tangan. Mata tuanya terus mengamati senjata di tangannya penuh kagum. Mesti masih belum mampu menghadapi Jejaka, namun hatinya sangat bangga memiliki senjata itu. "Hei?! Nampaknya Eyang bangga sekali memiliki senjata itu? Apa Eyang lupa, kehebatan senjata itu belum ada apa-apanya dibanding kehebatanku. ” "Jangan cerewet, Cucuku! Kalau kau belum menguasai ilmu 'Titisan Siluman Ular Naga', jangan harap, mampu menghadapi senjata ini. Bertahun-tahun aku membuat senjata ini. Ini namanya senjata Anak Panah Bercakra Kembar.” “Anak Panah Bercakra Kembar?" ulang Jejaka penuh kagum. Bagaimanapun juga tadi, pemuda ini sempat merasakan kehebatan senjata itu. “Jika sudah tiba saatnya, akan eyang war

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-01
  • Jejaka Emas   Bab 12

    Hiaaah...! Wungngng! Jejaka mengarahkan gelang-gelang dewa ditangannya kearah sebuah batu besar yang ada tak jauh disebelah kirinya. Ke-10 ‘Gelang Dewa’ ditangannya langsung memanjang, membentuk seperti sebuah rantai yang sambung menyambung dan langsung mengikat batu besar itu. Dengan ‘Gelang Dewa’nya yang sudah saling satu menyatu membentuk rantai itu, Jejaka mengangkat batu besar itu keatas. Begitu batu itu sudah terangkat tinggi. Jejaka cepat menarik kembali gelang-gelang dewanya kembali kekedua tangannya. Begitu kembali. Dengan sangat cepat Jejaka menghimpun tenaganya, dan ; Heaaa! Jejaka memukulkan kedua tangannya yang sudah terkepal kearah batu besar yang terlihat sudah mulai jatuh kembali kebawah. Wuuuttt! Wuuuttt! Energi cahaya keemasan melesat keluar dari gelang-gelang-gelang dewa yang ada ditangan Jejaka, melesat cepat menuju kearah batu besar itu. Blaaarr! Batu besar itu langsung hancur berkeping-keping terkena energi keemasan dari gelang-gelang dewa. Jejaka tersenyu

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-01

Bab terbaru

  • Jejaka Emas   Bab 31

    Klanggg...!"Hugh...!?"Tubuh Jejaka Emas terjengkang ke belakang beberapa tombak jauhnya. Selintas tadi terlihat Algojo Hijau menempelkan kedua tapak tangannya di punggung Ratu Bulan, begitu Jejaka memapak serangan tusukan tombak berujung bulan sabit. Melihat hal ini Jejaka Emas terperanjat. Dia tahu kalau kakek berkepala gundul itu tengah menyalurkan tenaga dalam. Tenaganya disatukan dengan tenaga nenek itu, lalu bersama-sama menghadapi tenaga Jejaka.Tak pelak lagi, perpaduan dua tenaga dalam dahsyat itu tidak dapat ditahan Jejaka Emas. Untung saja beradunya tenaga dalam tadi terjadi secara tidak langsung melainkan melalui perantara. Sehingga akibatnya tidak terlalu berarti bagi Jejaka Emas. Pemuda berpakaian merah keemasan ini hanya merasa sedikit sesak pada dadanya.Dengan bantuan gelang dewanya, gerakan sesulit apa pun akan sama seperti gerakan biasa. Sehingga walaupun Jejaka berada dalam keadaan kritis, dan serangan Ratu Bulan kembali menyambar cep

  • Jejaka Emas   Bab 30

    Sekali mengelak, Jejaka Emas telah berada di belakang Ratu Bulan. Tapi sebelum pemuda itu sempat melepaskan serangan, Algojo Hijau telah terlebih dulu menyerangnya. Terpaksa Jejaka mengurungkan niat untuk menyerang Ratu Bulan. Dan dengan cepat pula dielakkannya serangan kakek itu. Dan belum juga sempat membalas, kembali serangan Ratu Bulan telah mengancam. Tentu saja hal ini membuat Jejaka Emas kewalahan menghadapi hujan serangan dahsyat yang saling susul.Tak tanggung-tanggung, Jejakapun langsung menggunakan jurus-jurus gelang dewanya untuk menyerang lawannya. Tapi rupanya kedua lawannya sangat tangguh, sehingga dalam beberapa gebrak kemudian, ketiga orang ini pun sudah terlibat sebuah pertarungan berat sebelah. Jejaka Emas terus-menerus didesak lawannya, tanpa mampu balas menyerang.Untunglah pemuda bermata biru ini memiliki jurus 'Naga Pamungkas' yang sangat aneh sehingga dapat mengelakkan serangan yang bagaimanapun sulitnya. Dan berkat jurus inilah Jejaka Emas mamp

  • Jejaka Emas   Bab 29

    Algojo Hijau manggut-manggut."Bisa kuterima alasanmu, Jejaka Emas""Terima kasih, Kek!""Jangan'terburu-buru berterima kasih, Jejaka Emas!" sergah Ratu Bulan cepat. "Urusan kami denganmu kini tidak hanya satu macam!" Jejaka mengerutkan keningnya."Apa maksudmu, Nek?""Tidak usah berpura-pura, Jejaka Emas!Bukankah kau yang telah membunuh majikan kami!”"Membunuh majikan kalian"! Aneh"! Kalau boleh kutahu, siapa majikan kalian?" tanya Jejaka. Kerut pada dahinya pun semakin dalam."Seorang pemuda bersenjata sepasang kapak warna perak mengkilat!""Dia majikan kalian?" tanya Jejaka Emas Nada suaranya mengandung keheranan yang besar. "Ya! Karena begitulah bunyi perjanjian antara kami dengannya!" selak Algojo Hijau. "Kami bertemu dan bertempur. Dengan licik dia memancing kami ke dalam suatu perjanjian. Yaitu, apabila dalam tiga puluh jurus kami tidak berhasil merobohkannya, dia akan menjadi majikan kami! Jadi, terpaksa

  • Jejaka Emas   Bab 28

    Tapi untuk yang kesekian kalinya, dengan mempergunakan jurus 'Naga Pamungkas' Jejaka berusaha menghindarinya. Dan tahu-tahu tubuh Jejaka telah berada di belakang Darba. Sebelum pemuda berbaju coklat itu sadar, Jejaka sudah melancarkan serangan baliknya.Wuuut..! Hantaman tangan Jejaka melayang ke arah kepala Darba. Murid Ki Jatayu ini terperanjat kaget Maka sedapat dapatnya dirundukkan kepalanya untuk menghindari sambaran tangan lawan.Wusss...! Usaha untung-untungannya berhasil juga. Tangan itu lewat di atas kepalanya. Tapi, Jejaka tidak tinggal diam. Segera dilancarkan serangan susulan.Bukkk...!"Huakkk...!"Telak sekali pukulan tangan kiri Jejaka Emas mendarat di punggung Darba. Keras bukan main, sehingga tubuh pemuda itu terjerembab ke depan.Cairan merah kental terlontar keluar dari mulutnya. Jelas pemuda berbaju coklat itu terluka dalam!Namun kekuatan tubuh murid Ki Jatayu ini memang patut dipuji. Sekalipun sudah terluka parah

  • Jejaka Emas   Bab 27

    Jejaka terpaku sesaat. Tapi tak lama kemudian amarahnya melonjak."Hiyaaa...!"Sambil berteriak melengking nyaring memekakkan telinga, Jejaka Emas menerjang Darba.Wut...! Ketika serangan gelang dewa Jejaka Emas terayun deras ke arah kepala Darba, pemuda berbaju coklat itu menarik kepalanya ke belakang tanpa menarik kakinya.Wusss...! Gelang dewa itu meluncur deras beberapa rambut di depan wajah Darba. Begitu kerasnya tenaga yang terkandung dalam serangan itu, sehingga rambut berikut seluruh pakaian Darba berkibar keras. Dan cepat-cepat pemuda berbaju coklat itu memberi serangan balasan yang tidak kalah berbahayanya.Wuuut...! Cepat bagai kilat kakinya melesat ke arah dada Jejaka Emas. Sadar akan bahaya besar mengancam, Jejaka segera menangkis serangan itu dengan tangan kirinya disertai tetakan ke bawah.Takkk...! Tubuh Darba melintir. Memang bila dibanding Jejaka Emas, posisi pemuda berbaju coklat itu lebih tidak menguntungkan.Namun

  • Jejaka Emas   Bab 26

    Sementara itu pertarungan antara Cakar Garuda menghadapi pengeroyokan anak buah Darba, berlangsung tidak seimbang. Kepandaian Wakil Ketua Perguruan Garuda Emas itu, memang terlalu tangguh untuk para pengeroyoknya. Setiap kali besi berbentuk cakar di tangannya bergerak, setiap kali pula ada satu nyawa melayang. Jerit kematian terdengar saling susul."Aaa...!"Pekik nyaring melengking panjang, mengiringi rubuhnya orang terakhir para pengeroyok itu. Cakar Garuda memandangi tubuh-tubuh yang terkapar itu sejenak, baru kemudian beralih pada pertarungan antara Jejaka Emas menghadapi Darba. Terdengar suara bergemeletuk dari gigi-gigi Wakil Ketua Perguruan Garuda Emas ini. Amarahnya langsung bangkit ketika melihat orang yang dicari-carinya, karena telah membasmi perguruannya."Hiyaaa...!"Diiringi pekik kemarahan laksana binatang terluka, Cakar Garuda melompat menerjang Darba, ketika pemuda itu tengah melentingkan tubuhnya ke belakang untuk menghindari serangan Je

  • Jejaka Emas   Bab 25

    Bergegas Jejaka berlari menghampiri. Sesaat kemudian Jejaka Emas telah berada dalam jarak tiga tombak dari arena pertempuran. Dari sini dapat terlihat jelas, siapa orang yang tengah dikeroyok itu. Dan ini membuat pemuda berbaju merah keemasan ini menjadi agak terkejut.Orang yang tengah dikeroyok itu berusia sekitar empat puluh tahun. Tubuhnya tegap dan kekar. Pada baju hitam bagian dada sebelah kiri terdapat sulaman cakar burung garuda dari benang emas. Di tangannya tergenggam sebuah baja hitam berbentuk cakar baja hitam dikibas-kibaskan dengan ganas. Ke mana saja cakar baja hitam bergerak, di situ pasti ada sesosok tubuh yang rubuh."Cakar Garuda...," desah Jejaka.Tapi pemuda ini tidak bisa berlama-lama mengamati pertarungan. Ternyata Darba yang memang ada di situ dan tengah dicarinya, bergerak menghampiri."Heh"! Kau lagi, Jejaka Emas" Rupanya kau tidak kapok juga. Atau, kali ini bersama-sama temanmu akan mengeroyokku?" ejek Darba memanas-manasi. Sepa

  • Jejaka Emas   Bab 24

    Seketika berubah wajah Jejaka."Maksud, Kakek?" tanya Jejaka Emas.Wajah Algojo Hijau berubah serius."Sejak puluhan tahun yang lalu, kami adalah sepasang tokoh yang tidak terkalahkan. Kami pun gemar bertanding, sehingga tak terhitung lawan yang rubuh di tangan kami. Sampai akhirnya, kami bertemu dengan Begawan Tapa Pamungkas. Melalui suatu pertarungan yang sengit, kami berhasil dikalahkannya. Tentu saja hal ini membuat penasaran, di samping malu yang besar. Maka kami katakan padanya, bahwa sepuluh tahun lagi kami akan datang menantang untuk menentukan siapa yang lebih unggul. Tapi rupanya kami sedang sial, karena lagi-lagi berhasil dikalahkan gurumu. Semenjak itu kami pun kembali giat berlatih, memperdalam ilmu-ilmu kesaktian. Tapi siapa sangka, di waktu kami telah merasa yakin akan dapat mengalahkannya, Begawan Tapa Pamungkas telah lebih dulu pergi ke alam baka. Siapa yang tidak kesal. Untunglah ada dirimu yang menjadi muridnya. Tapi tentu saja kau akan kami b

  • Jejaka Emas   Bab 23

    Nenek berpakaian putih itu menganggukkan kepalanya. "Aku juga tahu. Kalau tidak salah, pemuda itu berjuluk Jejaka Emas!"“Tepat” Ratu Bulan termenung."Dan ciri-ciri Jejaka Emas mirip pemuda ini!" sambung Algojo Hijau lagi."Ahhh...! Kau benar!" nenek tinggi kurus ini mulai teringat. Sementara itu, Jejaka juga terkejut melihat nenek berpakaian serba putih itu. Kelihaian nenek ini sudah dirasakannya. Sekarang dia datang berdua dengan kawannya yang sekali lihat saja diketahui kalau kepandaiannya tidak rendah.Larasati memegang pundak Jejaka dengan lembut agar Jejaka bisa meredam amarahnya. Jejaka sekarang tengah dilanda kemarahan yang meluap-luap. Tapi, tentu saja sebagai seorang pendekar menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan, pemuda ini tidak meluapkan amarahnya secara sembarangan. Maka Jejaka yang memang tidak ingin mencari permusuhan, mencoba bersikap tenang. Ditunggu bagaimana tindakan Ratu Bulan terhadapnya. Jelas terlihat kalau nenek it

DMCA.com Protection Status