Share

Bab 3

Author: Farrah Muskaan
Setelah setengah bulan berlalu, Sandi akhirnya kembali ke rumah kami.

Dengan kasar, dia mendorong pintu rumah sambil berteriak, "Yulia, keluar kamu sekarang juga!"

Dia membuka pintu satu demi satu, tetapi tetap tidak menemukan sosokku.

Wajah Sandi yang memang sudah suram menjadi makin gelap.

Sambil memerintahkan anak buahnya untuk mencari keberadaanku, dia berkata dengan dingin, "Yulia, kalau mau lari, sebaiknya lari sejauh mungkin. Kalau aku berhasil menangkapmu, pasti akan kupatahkan kakimu."

Namun, wanita yang ingin dia patahkan kakinya saat ini berada tepat di depannya.

Tak lama, anak buahnya mengirimkan lokasi.

Ekspresi di wajah Sandi perlahan menjadi mengerikan. Aku memandang dengan penuh kebingungan dan baru menyadari bahwa lokasi itu adalah rumah Lukas Jiwanto.

"Pak Sandi, panggilan terakhir Ibu dilakukan ke Pak Lukas, tapi Pak Lukas bilang dia tidak pernah melihat Ibu. Kami curiga dia menculik Ibu."

Sandi berkata dengan suara dingin, "Tunggu aku di sana."

Sandi mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi menuju rumah Lukas.

Dengan wajah dingin, dia menendang pintu yang tertutup rapat.

Sekali, dua kali, dan pada tendangan ketiga, pintu terbuka.

Lukas berdiri dengan wajah tenang, tetapi ada lebam ungu di bawah matanya.

"Ada apa?"

Sandi menyeringai dingin, "Kamu menyembunyikan istriku. Menurutmu, aku ada urusan nggak?"

Lukas tetap tidak menunjukkan ekspresi, seolah-olah tidak peduli lagi pada dunia ini.

"Aku nggak menyembunyikannya. Dia sudah meninggal, dan pihak krematorium sudah memberitahumu untuk mengambil abu jenazahnya, 'kan?"

"Dia bahkan melibatkanmu untuk membantunya berakting? Heh, sepertinya Yulia benar-benar ingin menghindariku kali ini."

Sandi tidak percaya aku telah mati. Dia bersikeras berpikir ini hanyalah tipuan dariku.

Dia melongok ke dalam rumah dan berteriak, "Yulia, jangan kira dengan perlindungan Lukas, kamu bisa lolos dari kewajiban ke makam ibuku. Aku hitung sampai tiga. Kalau kamu nggak keluar, jangan salahkan aku kalau bertindak kejam."

Tiga, dua, satu.

Setelah menghitung, Sandi menendang Lukas dengan keras, lalu memerintahkan anak buahnya untuk masuk dan mencariku.

Lukas terjatuh ke lantai, dan ekspresi tenangnya berubah menjadi kemarahan.

"Sandi, Yulia sudah mati. Kamu sendiri yang mengambil abu jenazahnya. Sudah lupa?"

"Dia sudah mati. Dia mati beberapa hari yang lalu."

Lukas dengan marah mencengkeram kerah Sandi, mendorongnya ke dinding.

Ekspresi Sandi sangat muram. Dia mengejek, "Di saat seperti ini, kamu masih mau sembunyikan dia. Lukas, kamu memang sangat mencintainya. Sayangnya, dia sudah hancur di tanganku. Kalau nanti aku sudah bosan, dan kamu masih menyukainya, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk memberikannya padamu."

"Tapi, sekarang nggak bisa. Dia harus ke makam ibuku untuk meminta maaf. Nggak ada waktu untuk menemanimu."

Wajah Lukas memerah hingga ke leher. Dia mencengkeram kerah Sandi dengan erat sambil menggertakkan gigi, "Sandi, kamu benar-benar bajingan."

Dia tiba-tiba memukul wajah Sandi, membuat Sandi mengerang kesakitan.

Dalam sekejap, keduanya saling memukul dan bergulat satu sama lain.

Orang-orang tua dulu pernah berkata, setelah seseorang mati, dia tidak akan merasakan apa-apa lagi.

Namun, entah kenapa, aku merasa dadaku sesak, seperti akan meledak.

Meski Lukas sering berolahraga, Sandi adalah seseorang yang berlatih.

Setelah beberapa kali pukulan, Lukas terjatuh ke lantai dengan beberapa memar di wajahnya.

Aku berputar-putar dengan cemas, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa.

"Lukas, lihat betapa menyedihkannya dirimu. Demi Yulia, kamu hampir mati di tanganku. Tapi dia, dia dengan tenang menikmati perlindunganmu."

"Orang seperti itu, apa layak kamu cintai?"

Lukas tertawa kecil dengan penuh ejekan, "Sandi, orang yang benar-benar menyedihkan itu kamu. Kamu bahkan bisa salah mengenali pembunuh ibumu. Kamu bahkan melukai orang yang kamu cintai. Hidupmu bahkan lebih buruk dari seekor kucing atau anjing."

"Apa maksudmu?"

Sandi mengangkat tinjunya dengan dingin.

Saat itu, suara mendesak terdengar.

"Pak Sandi, kami menemukan rekaman kecelakaan mobil Ibu, juga ... laporan otopsinya."

Related chapters

  • Jejak Cinta di Atas Abu   Bab 4

    Sandi tertegun cukup lama, dan Lukas memanfaatkan celah itu untuk menghantam dagunya dengan pukulan."Ugh ...."Lukas bangkit dari lantai, memandang Sandi yang penuh kebingungan dari atas.Dengan suara dingin, dia berkata, "Sekarang, bawa orang-orangmu keluar dari rumahku."Namun, Sandi tiba-tiba bangkit, mendorong Lukas dan bergegas masuk ke ruang kerja.Foto-fotoku berserakan di meja kerjanya.Dalam foto-foto itu, tanpa kecuali, wajahku penuh dengan darah, bahkan beberapa di antaranya sulit dikenali.Aku hanya melirik sekali lalu memalingkan wajah.Aku tahu betapa buruknya kondisi jenazahku saat itu. Satu bola mataku terlepas dari rongganya, dan dahi kiriku hancur.Saat itu, pihak forensik butuh usaha keras untuk mengidentifikasi jati diriku.Namun, foto-foto itu dengan terang-terangan dipajang di meja kerja Lukas.Dalam hati, aku merasa heran. Lukas benar-benar tidak takut mimpi buruk.Kini, foto-foto itu dipegang oleh Sandi. Dia tampak berusaha keras mencari sesuatu, memeriksa seti

  • Jejak Cinta di Atas Abu   Bab 5

    Namun, saat aku bersemangat ingin memberitahu Sandi kebenaran itu, aku baru ingat bahwa dia sudah memblokirku sejak lama.Dia bilang aku terlalu jahat, dan dia tidak mau ada hubungan sedikit pun denganku.Jadi, aku hanya bisa pergi menemuinya secara langsung, tetapi di perjalanan aku mengalami kecelakaan dan meninggal di tempat.Sekarang jika kupikirkan lagi, aku terlalu percaya diri.Di hatinya, Irene itu murni dan tanpa cela, bagaimana mungkin dia percaya Irene adalah pembunuh ibunya?Dering telepon membuyarkan lamunanku.Wajah Sandi yang tadinya dingin berubah penuh emosi saat melihat nama di layar."Sandi, besok adalah hari peringatan kematian Ibu. Kita pergi bareng?""Hmm, aku akan jemput kamu.""Baik."Tiba-tiba, Irene ragu dan bertanya, "Lalu, Yulia? Apa dia ikut?"Ekspresi Sandi langsung berubah muram. Dengan nada datar dia menjawab, "Dia sudah mati."Setelah menutup telepon, Sandi tiba-tiba memutar arah.Aku mengikutinya sampai ke krematorium.Malam itu, meskipun aku sudah men

  • Jejak Cinta di Atas Abu   Bab 6

    Sandi membungkuk, membersihkan noda pada batu nisan ibunya dengan wajah tenang."Bu, ada kabar baik lagi untuk Ibu. Aku akan menikah dengan Irene.""Dia seseorang yang Ibu besarkan sejak kecil. Ibu pasti akan senang dengan pernikahan kami, 'kan?""Sedangkan Yulia .... Bu, aku menyesal."Langit menggelegar, awan hitam tebal menggantung rendah.Namun, kata "menyesal" dari Sandi terdengar lebih keras dari suara petir, membuatku terkejut hingga tuli.Dengan pandangan kosong, aku mengikuti Sandi dari dekat.Kulihat dia dengan penuh perhatian membukakan pintu mobil untuk Irene, lalu bersama-sama memilih tanggal pernikahan.Mereka seperti pasangan sempurna, sementara kehadiranku hanyalah sebuah ujian yang harus mereka lalui.Sekarang cobaan itu telah selesai, mereka akhirnya bersatu sebagai pasangan sejati.Pernikahan yang kuimpikan diberikan Sandi pada Irene tanpa kekurangan sedikit pun.Gaun pengantin, cincin, undangan.Dia tidak peduli dengan apa pun lagi, bahkan meninggalkan urusan perusa

  • Jejak Cinta di Atas Abu   Bab 7

    Seluruh ruangan heboh.Aku juga secara tidak sadar melihat ke arah panggung.Detik berikutnya, pintu didorong dengan keras, beberapa polisi masuk ke dalam.Lukas tiba-tiba tertawa, "Sepertinya seseorang belum sepenuhnya kehilangan hati nuraninya. Yulia, pertunjukan dimulai."Aku melihat Lukas menekan sebuah tombol.Layar besar yang awalnya menampilkan foto pernikahan kini memutar sebuah rekaman pengawasan.Satu adalah video kecelakaan mobilku.Satu lagi adalah video Irene melarikan diri dari kediaman Keluarga Subowo.Akhirnya aku mengerti, inilah hadiah besar yang dimaksud Lukas.Dia ingin mengungkap wajah asli Irene hari ini.Pernikahan yang awalnya penuh dengan doa restu kini menjadi kekacauan dengan bisikan di mana-mana.Irene panik dan mencari perlindungan dari Sandi.Sandi hanya mendorongnya dengan dingin, memandangnya seolah-olah melihat sampah."Irene, kamu pikir semua yang kamu lakukan bisa disembunyikan selamanya?""Kamu membunuh ibuku, lalu membunuh Yulia.""Kamu pantas mati.

  • Jejak Cinta di Atas Abu   Bab 8

    Mobil melaju dengan sangat cepat, bayangan di luar jendela hanya melintas sekejap.Lukas mengatupkan mulutnya erat-erat, rahangnya yang tajam terlihat tegang.Dia sangat gugup, matanya terpaku menatap ke depan.Aku ingin memberitahunya bahwa dia tidak perlu mengemudi secepat ini, aku tidak terburu-buru.Detik berikutnya, Lukas seperti bisa mendengar suara hatiku, lalu memperlambat kecepatan mobil.Dia tersenyum dan berkata, "Kita hampir sampai, Yulia, apa kamu takut?"Matanya menyimpan emosi yang tidak bisa kumengerti.Aku menggelengkan kepala. Aku tidak takut.Lukas tersenyum lega, "Bagus kalau nggak takut. Yulia, di kehidupan berikutnya, jangan sia-siakan dirimu seperti ini lagi."Aku tertegun, membuka mulutku, tanpa suara berkata, "Baik."Mobil berhenti di tepi pantai.Lukas enggan turun dari mobil.Dia menggenggam setir, tangannya gemetar.Kami berdua tahu, begitu turun dari mobil, itu berarti perpisahan yang sesungguhnya.Aku meletakkan tanganku di punggung tangannya. Aku tahu dia

  • Jejak Cinta di Atas Abu   Bab 1

    Pada hari ketiga setelah kematianku, Sandi Subowo menerima telepon untuk mengidentifikasi jenazah.Dia dengan santai merangkul wanita dalam pelukannya dan berkata, "Mati ya sudah mati, kremasi dulu baru hubungi aku."Tubuhku dimasukkan ke dalam tungku kremasi, dan setelah berubah menjadi abu, staf kembali menelepon Sandi.Dia mendecak tidak sabar."Baiklah, aku segera ke sana."....Ketika Sandi tiba, sudah dua jam berlalu.Pakaiannya agak berantakan, dan ada bekas lipstik mencolok di kerahnya.Tidak sulit untuk melihat bahwa dia baru saja turun dari "medan perang."Setelah menemui staf, dia mencibir, "Mana abu jenazah Yulia Setiadi? Bukannya aku disuruh datang untuk mengambilnya?"Staf memastikan identitasnya, lalu menyerahkan kotak berisi abu jenazahku kepadanya.Sandi menerimanya dengan santai, dengan tatapan penuh ejekan."Ini benar-benar abu jenazah Yulia? Jangan-jangan kalian isi kotak ini dengan abu kucing atau anjing untuk menipuku?"Staf itu sangat terkejut. "Pak Sandi, ini be

  • Jejak Cinta di Atas Abu   Bab 2

    Aku membelalak tidak percaya. Baru sekarang aku sadar, Sandi ternyata membenciku sedalam ini.Begitu bencinya sampai kematianku menjadi hal yang layak dirayakan baginya.Namun, Sandi, aku benar-benar sudah mati, hanya saja kamu tidak percaya.Mobil berhenti di depan sebuah toko gaun pengantin. Sandi melangkah masuk dengan langkah lebar dan cepat.Dia terlihat begitu antusias, persis seperti hari ketika kami diam-diam menikah, lalu dia mengajakku ke toko gaun pengantin ini.Saat itu, dia tidak sabar ingin melihatku mengenakan gaun pengantin.Dia memelukku dengan penuh semangat, berkata bahwa aku adalah pengantin tercantik di dunia ini.Namun kini, dia memandang Irene yang mengenakan gaun pengantin dengan tatapan lembut yang sama.Dia menyibakkan rambut yang jatuh di telinga Irene dengan penuh perhatian, lalu berkata dengan suara lembut, "Cantik."Irene menunduk malu-malu dan tersenyum. Ketika dia mendongak, matanya sudah penuh dengan air mata."Sandi, penantianku berakhir."Aku terpana

Latest chapter

  • Jejak Cinta di Atas Abu   Bab 8

    Mobil melaju dengan sangat cepat, bayangan di luar jendela hanya melintas sekejap.Lukas mengatupkan mulutnya erat-erat, rahangnya yang tajam terlihat tegang.Dia sangat gugup, matanya terpaku menatap ke depan.Aku ingin memberitahunya bahwa dia tidak perlu mengemudi secepat ini, aku tidak terburu-buru.Detik berikutnya, Lukas seperti bisa mendengar suara hatiku, lalu memperlambat kecepatan mobil.Dia tersenyum dan berkata, "Kita hampir sampai, Yulia, apa kamu takut?"Matanya menyimpan emosi yang tidak bisa kumengerti.Aku menggelengkan kepala. Aku tidak takut.Lukas tersenyum lega, "Bagus kalau nggak takut. Yulia, di kehidupan berikutnya, jangan sia-siakan dirimu seperti ini lagi."Aku tertegun, membuka mulutku, tanpa suara berkata, "Baik."Mobil berhenti di tepi pantai.Lukas enggan turun dari mobil.Dia menggenggam setir, tangannya gemetar.Kami berdua tahu, begitu turun dari mobil, itu berarti perpisahan yang sesungguhnya.Aku meletakkan tanganku di punggung tangannya. Aku tahu dia

  • Jejak Cinta di Atas Abu   Bab 7

    Seluruh ruangan heboh.Aku juga secara tidak sadar melihat ke arah panggung.Detik berikutnya, pintu didorong dengan keras, beberapa polisi masuk ke dalam.Lukas tiba-tiba tertawa, "Sepertinya seseorang belum sepenuhnya kehilangan hati nuraninya. Yulia, pertunjukan dimulai."Aku melihat Lukas menekan sebuah tombol.Layar besar yang awalnya menampilkan foto pernikahan kini memutar sebuah rekaman pengawasan.Satu adalah video kecelakaan mobilku.Satu lagi adalah video Irene melarikan diri dari kediaman Keluarga Subowo.Akhirnya aku mengerti, inilah hadiah besar yang dimaksud Lukas.Dia ingin mengungkap wajah asli Irene hari ini.Pernikahan yang awalnya penuh dengan doa restu kini menjadi kekacauan dengan bisikan di mana-mana.Irene panik dan mencari perlindungan dari Sandi.Sandi hanya mendorongnya dengan dingin, memandangnya seolah-olah melihat sampah."Irene, kamu pikir semua yang kamu lakukan bisa disembunyikan selamanya?""Kamu membunuh ibuku, lalu membunuh Yulia.""Kamu pantas mati.

  • Jejak Cinta di Atas Abu   Bab 6

    Sandi membungkuk, membersihkan noda pada batu nisan ibunya dengan wajah tenang."Bu, ada kabar baik lagi untuk Ibu. Aku akan menikah dengan Irene.""Dia seseorang yang Ibu besarkan sejak kecil. Ibu pasti akan senang dengan pernikahan kami, 'kan?""Sedangkan Yulia .... Bu, aku menyesal."Langit menggelegar, awan hitam tebal menggantung rendah.Namun, kata "menyesal" dari Sandi terdengar lebih keras dari suara petir, membuatku terkejut hingga tuli.Dengan pandangan kosong, aku mengikuti Sandi dari dekat.Kulihat dia dengan penuh perhatian membukakan pintu mobil untuk Irene, lalu bersama-sama memilih tanggal pernikahan.Mereka seperti pasangan sempurna, sementara kehadiranku hanyalah sebuah ujian yang harus mereka lalui.Sekarang cobaan itu telah selesai, mereka akhirnya bersatu sebagai pasangan sejati.Pernikahan yang kuimpikan diberikan Sandi pada Irene tanpa kekurangan sedikit pun.Gaun pengantin, cincin, undangan.Dia tidak peduli dengan apa pun lagi, bahkan meninggalkan urusan perusa

  • Jejak Cinta di Atas Abu   Bab 5

    Namun, saat aku bersemangat ingin memberitahu Sandi kebenaran itu, aku baru ingat bahwa dia sudah memblokirku sejak lama.Dia bilang aku terlalu jahat, dan dia tidak mau ada hubungan sedikit pun denganku.Jadi, aku hanya bisa pergi menemuinya secara langsung, tetapi di perjalanan aku mengalami kecelakaan dan meninggal di tempat.Sekarang jika kupikirkan lagi, aku terlalu percaya diri.Di hatinya, Irene itu murni dan tanpa cela, bagaimana mungkin dia percaya Irene adalah pembunuh ibunya?Dering telepon membuyarkan lamunanku.Wajah Sandi yang tadinya dingin berubah penuh emosi saat melihat nama di layar."Sandi, besok adalah hari peringatan kematian Ibu. Kita pergi bareng?""Hmm, aku akan jemput kamu.""Baik."Tiba-tiba, Irene ragu dan bertanya, "Lalu, Yulia? Apa dia ikut?"Ekspresi Sandi langsung berubah muram. Dengan nada datar dia menjawab, "Dia sudah mati."Setelah menutup telepon, Sandi tiba-tiba memutar arah.Aku mengikutinya sampai ke krematorium.Malam itu, meskipun aku sudah men

  • Jejak Cinta di Atas Abu   Bab 4

    Sandi tertegun cukup lama, dan Lukas memanfaatkan celah itu untuk menghantam dagunya dengan pukulan."Ugh ...."Lukas bangkit dari lantai, memandang Sandi yang penuh kebingungan dari atas.Dengan suara dingin, dia berkata, "Sekarang, bawa orang-orangmu keluar dari rumahku."Namun, Sandi tiba-tiba bangkit, mendorong Lukas dan bergegas masuk ke ruang kerja.Foto-fotoku berserakan di meja kerjanya.Dalam foto-foto itu, tanpa kecuali, wajahku penuh dengan darah, bahkan beberapa di antaranya sulit dikenali.Aku hanya melirik sekali lalu memalingkan wajah.Aku tahu betapa buruknya kondisi jenazahku saat itu. Satu bola mataku terlepas dari rongganya, dan dahi kiriku hancur.Saat itu, pihak forensik butuh usaha keras untuk mengidentifikasi jati diriku.Namun, foto-foto itu dengan terang-terangan dipajang di meja kerja Lukas.Dalam hati, aku merasa heran. Lukas benar-benar tidak takut mimpi buruk.Kini, foto-foto itu dipegang oleh Sandi. Dia tampak berusaha keras mencari sesuatu, memeriksa seti

  • Jejak Cinta di Atas Abu   Bab 3

    Setelah setengah bulan berlalu, Sandi akhirnya kembali ke rumah kami.Dengan kasar, dia mendorong pintu rumah sambil berteriak, "Yulia, keluar kamu sekarang juga!"Dia membuka pintu satu demi satu, tetapi tetap tidak menemukan sosokku.Wajah Sandi yang memang sudah suram menjadi makin gelap.Sambil memerintahkan anak buahnya untuk mencari keberadaanku, dia berkata dengan dingin, "Yulia, kalau mau lari, sebaiknya lari sejauh mungkin. Kalau aku berhasil menangkapmu, pasti akan kupatahkan kakimu."Namun, wanita yang ingin dia patahkan kakinya saat ini berada tepat di depannya.Tak lama, anak buahnya mengirimkan lokasi.Ekspresi di wajah Sandi perlahan menjadi mengerikan. Aku memandang dengan penuh kebingungan dan baru menyadari bahwa lokasi itu adalah rumah Lukas Jiwanto."Pak Sandi, panggilan terakhir Ibu dilakukan ke Pak Lukas, tapi Pak Lukas bilang dia tidak pernah melihat Ibu. Kami curiga dia menculik Ibu."Sandi berkata dengan suara dingin, "Tunggu aku di sana."Sandi mengendarai mob

  • Jejak Cinta di Atas Abu   Bab 2

    Aku membelalak tidak percaya. Baru sekarang aku sadar, Sandi ternyata membenciku sedalam ini.Begitu bencinya sampai kematianku menjadi hal yang layak dirayakan baginya.Namun, Sandi, aku benar-benar sudah mati, hanya saja kamu tidak percaya.Mobil berhenti di depan sebuah toko gaun pengantin. Sandi melangkah masuk dengan langkah lebar dan cepat.Dia terlihat begitu antusias, persis seperti hari ketika kami diam-diam menikah, lalu dia mengajakku ke toko gaun pengantin ini.Saat itu, dia tidak sabar ingin melihatku mengenakan gaun pengantin.Dia memelukku dengan penuh semangat, berkata bahwa aku adalah pengantin tercantik di dunia ini.Namun kini, dia memandang Irene yang mengenakan gaun pengantin dengan tatapan lembut yang sama.Dia menyibakkan rambut yang jatuh di telinga Irene dengan penuh perhatian, lalu berkata dengan suara lembut, "Cantik."Irene menunduk malu-malu dan tersenyum. Ketika dia mendongak, matanya sudah penuh dengan air mata."Sandi, penantianku berakhir."Aku terpana

  • Jejak Cinta di Atas Abu   Bab 1

    Pada hari ketiga setelah kematianku, Sandi Subowo menerima telepon untuk mengidentifikasi jenazah.Dia dengan santai merangkul wanita dalam pelukannya dan berkata, "Mati ya sudah mati, kremasi dulu baru hubungi aku."Tubuhku dimasukkan ke dalam tungku kremasi, dan setelah berubah menjadi abu, staf kembali menelepon Sandi.Dia mendecak tidak sabar."Baiklah, aku segera ke sana."....Ketika Sandi tiba, sudah dua jam berlalu.Pakaiannya agak berantakan, dan ada bekas lipstik mencolok di kerahnya.Tidak sulit untuk melihat bahwa dia baru saja turun dari "medan perang."Setelah menemui staf, dia mencibir, "Mana abu jenazah Yulia Setiadi? Bukannya aku disuruh datang untuk mengambilnya?"Staf memastikan identitasnya, lalu menyerahkan kotak berisi abu jenazahku kepadanya.Sandi menerimanya dengan santai, dengan tatapan penuh ejekan."Ini benar-benar abu jenazah Yulia? Jangan-jangan kalian isi kotak ini dengan abu kucing atau anjing untuk menipuku?"Staf itu sangat terkejut. "Pak Sandi, ini be

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status