Orlena dan Aloody menatap Lucas dari atas kepala lalu turun ke tubuhnya yang atletis. Tatapan mereka terus turun menuju celana jeans biru yang sudah kusam. Kemudian mereka menatap lagi wajah Lucas yang tampak begitu santai.“Apakah kamu yakin dia adalah psikiater, Russel?” tanya Orlena tidak percaya.“Dia lebih terlihat seperti model, aktor, atau mungkin trainer.” Allody menilai penampilan Lucas.Orlena menganggukkan kepalanya. “Benar, dia sama sekali tidak mirip seorang psikiater. Dia tidak pakai kacamata dan bahkan tidak culun sama sekali.”Lucas tertawa mendengar penilaian dua wanita di hadapannya. “Sepertinya penilaian kalian terlalu kuno. Sekarang tidak semua psikiater memiliki penampilan culun dengan kacamatanya. Aku sebenarnya juga menggunakan kacamata. Tapi aku menggunakannya saat sedang bekerja. Aku akan melepaskannya saat berada di luar.”“Tapi tetap saja penampilanmu sangat bertolak belakang dengan pekerjaanmu.” Orlena masih tidak percaya.Akhirnya Lucas mengambil dompetnya
Orlena melihat Max yang duduk di belakang melalui kaca dalam mobil. Pria itu terlihat jauh lebih diam dibandingkan biasanya. Orlena yakin pria itu masih memikirkan memori yang tiba-tiba muncul dalam pikirannya. Karena setiap kepribadian itu memiliki ingatan masing-masing yang bergabung menjadi satu. Sehingga ketika dia teringat pada kejadian yang pernah dialami kepribadian lainnya, dia mungkin akan muncul. Orlena teringat dengan Lucas. Orlena harus mengakui jika ucapan Lucas memang benar. Setiap kepribadian itu memiliki ingatannya masing-masing yang berada dalam satu pikiran. Sama seperti sebuah rumah yang memiliki banyak kamar dengan setiap kamar memiliki desain atau cara berpikir yang berbeda. “Apakah Max akan baik-baik saja?” tanya Orlena kepada Altherr dengan suara pelan. Altherr menggelengkan kepalanya. “Aku tidak tahu, Miss Orly. Ini pertama kalinya Max mengalami hal seperti ini.” “Bagaimana jika nanti tiba-tiba kepribadian yang lain muncul?” aku berharap Rey yang muncul.
Orlena melihat jam tangan dan dompet Max tertata rapi di atas meja. Tidak hanya itu, bahkan sepatu Max diletakkan di atas meja dengan kaos kaki yang dilipat rapi di atasnya. Max juga meninggalkan jasnya terlipat rapi di atas kursinya.“Kenapa Max melakukan semua ini? Apakah hal ini pernah terjadi sebelumnya, Altherr?” tanya Orlena.Setelah memberitahu Orlena jika Max menghilang, Altherr memberitahu wanita itu jika Max meninggalkan jejak yang aneh. Pria itu menggelengkan kepalanya. “Tidak, dia tidak pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Bahkan Kurt yang suka kebersihan tidak pernah melakukan hal ini. Karena itulah aku memberitahumu jika ini sangat aneh.”“Kita tidak tahu Max berubah menjadi pribadi siapa. Dia bahkan tidak membawa dompetnya. Artinya dia tidak menggunakan transportasi umum. Kemungkinan dia masih berada di dalam gedung ini. Atau mungkin dia masih berada di sekitar gedung perkantoran ini.” “Mungkin kita bisa mengecek kamera CCTV. Kita harus segera menemukannya, M
Aku sudah membicarakan masalah ini dengan salah satu temanku. Dia juga pernah mengobati seseorang dengan kepribadian ganda seperti yang dialami oleh Max. Temanku mengatakan jika seorang yang memiliki gangguan mental kepribadian ganda menunjukkan perilaku yang berbeda, kemungkinan besar muncul kepribadian baru lagi. Aku juga memberitahu perilaku aneh yang ditunjukkan Max, temanku mengatakannya dia takut sesuatu terjadi padanya. Karena biasanya orang yang menata rapi barang-barangnya dan menghilang, dia akan bunuh diri.Kata-kata terakhir yang diucapkan Lucas seketika membuat Orlena ketakutan. Wanita itu berlari menyusuri jalan untuk mencari keberadaan Max. Bukan ini yang diinginkannya. Dia tidak mau Max mengakhiri hidupnya begitu saja. Orlena bahkan belum melancarkan balas dendamnya sepenuhnya. Dia tidak ingin pria itu mati begitu saja. “Sial! Di mana aku harus mencarinya? Aku tidak akan membiarkan dia mati bunuh diri,” gerutu Orlena.“Ya, ampun! Apa yang dia lakukan di sana? Apakah d
Orlena melihat orang yang berdiri di atas dinding pembatas itu hendak melompat. Secara reflek wanita itu berlari menghampiri orang itu. Dia mengulurkan kedua tangannya ke arah orang itu. Dia berharap bisa meraihnya sebelum dia terjun ke bawah. Dapat!!! Seru Orlena dalam hatinya saat dia berhasil memeluk perut orang itu. Dia bisa mendengar teriakan orang-orang yang berada di bawah. Segera Orlena menarik orang itu mundur dengan sekuat tenaga. Membuat mereka terjatuh ke lantai atap yang keras. Orlena meringis sakit saat pantatnya yang lebih dahulu menghantam lantai. Tidak hanya itu, jantung Orlena berdetak dengan sangat cepat karena perasaan takut melihat orang itu terjatuh.Terdengar suara ringisan orang yang duduk di depan Orlena. Inilah saatnya bagi wanita itu untuk mengetahui siapa orang itu. Pasalnya karena orang itu berdiri memunggunginya sehingga Orlena tidak bisa melihat jelas wajahnya apakah dia Max atau bukan. Wanita itu mengulurkan satu tangannya untuk menarik bahu orang itu
“Rey? Kamu adalah Rey, bukan?” tanya Orlena dengan ekspresi terkejut. Dia yakin pria di hadapannya ini bukan lagi Theo. Karena hanya satu kepribadian yang mengetahui nama aslinya, yaitu Rey.Salah satu sudut bibir pria itu terangkat. “Benar, aku adalah Rey. Jadi bisakah kamu menjawab pertanyaanku, Orlena? Kenapa kamu menyelamatkan tubuh ini? Kamu tidak lupa bukan jika tubuh ini sudah pernah memperkosamu?”Orlena tampak begitu tenang, bahkan di bawah intimidasi tatapan Rey yang tajam. “Tidak, Rey. Mana mungkin aku lupa pada orang yang sudah menghancurkan hidupku. Orang yang sudah memberikan rasa sakit luar biasa pada tubuhku. Karena alasan itulah akhirnya aku berhasil menemukanmu. Tapi sekarang aku tahu jika orang yang memperkosaku adalah Rey. Bukanlah Max.”Pria itu tersenyum sinis mendengar jawaban Orlena. “Benar, memang akulah yang memperkosamu delapan belas tahun yang lalu. Max tidak pernah mengetahui apa yang sudah aku lakukan. Karena itulah seharusnya kamu membiarkan aku mati, Or
“Aku mohon lepaskan aku, Rey! Rasanya sakit, aku mohon jangan lakukan itu padaku.”Max bisa melihat Orlena yang terlihat lebih muda tampak menangis di bawah tubuhnya. Pria itu tidak tahu apa yang terjadi. Dia bahkan bingung mengapa Orlena bisa berada di bawah tubuhnya dengan seragam yang tampak acak-acakan. Tidak hanya itu, wajah Orlena pun sudah basah karena air mata. Dan gadis itu tampak sedang kesakitan.“Apa yang sudah kulakukan? Kenapa aku menyakiti, Miss Orly?” gumam Max yang bingung dengan situasi ini.“MAX!!!” Suara itu menarik Max ke dalam ruangan yang gelap. Dia seakan dijatuhkan ke dalam ruangan yang tidak ada alat penerangan sama sekali. Bahkan saat pria itu menatap sekelilingnya, dia tidak melihat siapapun dan benda apapun di sekitarnya. Dia seperti berada di dunia kegelapan yang tidak ada batasannya.“Tempat apa ini? Aku sebenarnya berada di mana?” bingung Max. Pria itu mencoba melangkah. Namun mendengar suara kakinya yang menginjak air membuat Max menunduk. Dia bisa m
Max membuka matanya. Kali ini dia bisa melihat langit-langit kamar yang berwarna putih bersih. Pria itu mengerang saat merasakan kepalanya berdenyut-denyut. Dia mengangkat satu tangannya untuk menyentuh kepalanya. Namun melihat selang infus yang menancap di punggung tangannya membuat pria itu baru menyadari jika dia berada di rumah sakit. Kemudian pria itu menegakkan tubuhnya. Dia mengerang saat merasakan sakit di kepalanya semakin bertambah ketika dia bergerak.“Max? Akhirnya kamu sadar.” Suara itu membuat Max menoleh. Dia bisa melihat Altherr yang semula duduk di sofa langsung bergegas menghampirinya. “Altherr?”Sang sekretaris yang duduk di kursi samping ranjang Max bisa bernafas lega. “Syukurlah kamu yang muncul, Max. Aku sudah cemas jika kepribadianmu yang lain yang muncul.”“Apakah aku berada di rumah sakit?” tanya Max melihat sekelilingnya. Dia bisa melihat dirinya berada di kamar rawat eksklusif.Altherr menganggukkan kepalanya. “Ya, kamu berada d rumah sakit. Kamu tidak sad
Mia menatap pantulan dirinya di depan cermin besar. Wanita itu mengenakan gaun putih gading yang terlihat indah. Gaun lengan panjang itu melebar di bagian bawah pinggang. Di belakangnya ekor gaun menjuntai beberapa meter. Gaun itu terlihat begitu mewah karena brokat emas yang menghiasi seluruh gaun."Apakah ini tidak terlalu berlebihan, Mrs. Vardalos?" tanya Mia kepada calon ibu mertuanya.Zeta berdiri di samping Mia. Wanita itu menatap penampilan calon menantunya dengan tatapan kepuasan. Bibirnya tersenyum lebar tampak sangat bahagia."Tidak ada yang berlebihan, Sayangku. Kamu sangat cantik." Zeta memeluk bahu Mia meyakinkan wanita itu."Tapi aku tidak yakin tampil dengan gaun ini, Mrs. Vardalos. Aku merasa tidak pantas mengenakannya." Mia menunduk sedih.Zeta memutar tubuh Mia sehingga wanita itu menghadap ke arahnya. Wanita itu menepuk bahu Mia sehingga menatap ke arahnya."Reynard sudah memberitahuku jika kamu kesulitan untuk percaya diri, Mia. Tak seorang pun di dunia ini yang bi
Reynard sudah mencarinya di seluruh resort. Namun dia belum kunjung menemukan tunangannya. Dia begitu ketakutan terjadi hal buruk pada Mia. Lalu tatapannya tertuju ke arah lautan. Dia berpikir mungkin saja Mia tidak sengaja jatuh ke lautan. Tapi segera Reynard menggelengkan kepalanya. Dia tahu hal aneh seperti itu hanya ada dalam drama-drama, tidaklah nyata.Tiba-tiba seorang pria mengenakan setelan hitam berjalan menghampirinya. Langkahnya terhenti tepat di hadapan Reynard. Mata Reynard mengamati pria itu dengan tatapan penuh tanda tanya."Apakah anda adalah Reynard Metraxis?" tanya pria itu.Reynard menganggukkan kepalanya. "Benar. Saya adalah Reynard Metraxis. Anda siapa?""Saya adalah Daniel Wade. Saya diperintahkan seseorang untuk mengantarkan anda ke suatu tempat." Pria itu memberitahu Reynard.Reynard memicingkan matanya menatap pria itu. "Siapa yang memerintahkan kamu kemari?"Pria itu tersenyum. "Saya tidak bisa memberitahu anda, Mr. Metraxis. Tapi ini berhubungan dengan tunan
"Jadi kamu memang merencanakan lamaran ini saat merencanakan liburan kita?" tanya Mia saat mereka sudah kembali ke kabin mereka. Reynard menarik Mia yang baru saja selesai mandi untuk duduk di pangkuannya. "Aku memang merencanakan liburan ini untuk melamarmu. Aku sudah sangat yakin tidak ingin melepaskanmu lagi. Karena kamu adalah wanita yang dikirim Tuhan untuk menemaniku di sisa hidupku." "Bisakah kamu berhenti untuk mengatakan hal-hal yang manis? Kamu membuat pipiku memerah." Mia menyentuh pipinya yang memanas. Reynard terkekeh melihat reaksi sang kekasih. "Aku hanya mengungkapkan isi hatiku, Agape mou. Kenapa wajahmu jadi seperti kepiting rebus?" "Kamu menyebalkan, Reynard." Mia mendengus kesal. Reynard mencium bibir Mia sekilas. "Bagaimana bisa pria tampan ini menyebalkan?" "Kenarsisan-mu mengingatkanku pada tingkat kepercayaan dirimu yang tinggi saat berpikir aku memujimu." Mia terkekeh geli. "Jangan ingatkan aku tentang hal itu." Kali ini Reynard yang tampak kesal. Mia t
Blue Magic merupakan salah satu spot menyelam terbaik. Lokasi ini berada di antara pulau Kri dan pulau Waisai. Dengan perpaduan laut berwarna biru muda yang cantik ditambah dengan keindahan kehidupan bawah lautnya sehingga tidak heran orang-orang menyebut tempat itu sebagai Blue Magic.Reynard dan Miayang sudah mengenakan pakaian dan perlengkapan menyelam sedang menikmati pemandangan kehidupan bawah laut di Blue Magic. Bersama dengan pemandu tour, mereka bersama mengelilingi tempat itu. Reynard menggandeng tangan sang kekasih untuk menjaga wanita itu berada di dekatnya. Seperti yang dikatakan pemandu mereka tadi karena arus yang kuat mampu menyeret penyelam ke laut terbuka.Namun perjuangan mereka tidaklah sia-sia. Karena mereka bisa melihat warna warni batu karang yang cantik serta hewan-hewan laut yang menakjubkan. Seperti ikan pari manta, barakuda, tuna dan makhluk laut yang paling populer di tempat itu adalah kumpulan jackfish.Setelah puas menikmati pemandangan bawah laut itu, Re
"Dan aku akan membuatmu juga sangat liar, Agape mou." Setelah mengucapkan kalimat itu, Reynard langsung menunduk. Bukan untuk mencium bibir Mia melainkan menggigit lembut telinga wanita itu.Hembusan nafas Reynard yang menerpa kulit Mia membuat wanita itu merinding geli. Namun dia merasakan sensasi aneh di perutnya. Seakan perutnya baru saja diguncangkan dengan keras."Reynard." Desah Mia."Kamu menyukainya, Agape mou?" bisik Reynard.Menyukainya? Mia bahkan tidak mengerti bagaimana tubuhnya berubah panas karena tindakan Reynard. Padahal pria itu bahkan belum menyentuh titik sensitif Mia tapi Reynard mampu membangkitkan hasrat liar dalam dirinya.Reynard beralih ke leher Mia. Menciptakan panas yang menjalar dalam setiap kecupannya. Tangan Reynard menyusup dalam kaos wanita itu menangkup salah satu bukit kembar Mia. Mia tak mampu berpikir dengan jernih ketika Reynard memberikan cumbuan serta remasan lembut di payudaranya. Ketika tangan Reynard menurunkan branya dan menyentuh putingnya
Raja Ampat di Indonesia adalah tempat yang dipilih oleh Reynard menghabiskan liburannya bersama dengan Mia. Keindahan pemandangan laut dan pantai sangat memikat pasangan itu begitu mereka sampai di Misool Eco Resort.Misool merupakan satu dari empat pulau terbesar di kepulauan Raja Ampat yang terletak di provinsi Papua Barat. Misool berbatasan langsung dengan laut Seram dan perairan laut lepas yang menjadi jalur lintas hewan besar termasuk paus. Sehingga tidak heran jika Raja Ampat terkenal dengan keindahan kehidupan bawah lautnya.“Tempat ini seperti surga, Reynard.” Mia melihat lautan berwarna biru kehijaun yang sangat indah.“Tempat ini seperti surga jika aku bersamamu, Agape mou.”Mia menoleh dan memperlihatkan rona merah di pipinya. “Berhentilah merayuku terus, Mr. Metraxis. Kamu akan membuatku meleleh seperti mentega di bawah sinar matahari.”Reynard tertawa mendengar perumpamaan sang kekasih. Pria itu meraih tangan Mia dan berjalan menyusuri jembatan kayu di atas laut. “Sayangn
Reynard melepaskan ciumannya. Sepasang kekasih itu segera menoleh. Karyawan wanita yang beberapa hari yang lalu tidak sengaja mendorong Mia hingga terluka berdiri di depan pintu dengan terkejut. Tidak butuh orang pintar untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan Reynard dan Mia dengan posisi Reynard yang menyergap tubuh Mia diantara dinding."Maafkan aku. Aku akan naik lift berikutnya." Wanita pirang itu segera mengalihkan perhatiannya.Tak lama kemudian pintu lift kembali tertutup. Reynard kembali mengalihkan perhatiannya pada wanita cantik yang terperangkap di hadapannya."Sepertinya kita akan membuat seisi kantor heboh." Mia meringis membayangkan berita baru tentang dirinya dan Reynard yang akan segera muncul."Aku pikir bukan berita buruk yang akan kita dengar." Reynard menyunggingkan senyuman."Bagaimana kamu bisa begitu yakin?" tanya Mia menatap sang kekasih."Apa kamu tidak sadar dengan posisi kita saat ini, Agape mou?" tanya Reynard.Mia melihat Reynard yang berdiri di hadapan
"Jadi kamu masih tidak akan memberitahuku ke mana kita akan pergi akhir pekan ini?" tanya Mia sembari menyantap burgernya.Setelah berpikir lama tentang makanan yang akan mereka pilih sebagai menu makan siang mereka, akhirnya Mia mendesak Reynard untuk pergi ke restoran cepat saji. Dia ingin menikmati burger. Sudah lama wanita itu tidak memakannya. Terakhir kali dia makan makanan bertumpuk itu adalah ketika Alicia mengajaknya untuk merayakan ulang tahun Alicia berdua dengannya."Sudah kukatakan itu adalah kejutan." Reynard menyantap burger bagiannya.Mia berpikir Reynard akan terlihat kaku memakan makanan cepat saji itu. Karena selama ini pria itu selalu menyantap makanan-makanan dari koki terbaik. Tapi ternyata dugaan Mia salah. Gerakan tangan Reynard saat memegang burger itu begitu luwes. Seolah pria itu sudah sering memakannya."Tapi aku tidak tahu apa yang harus aku kenakan, Reynard? Bagaimana jika aku salah kostum? Maksudku bagaimana jika aku mengenakan kaos dan celana pendek tap
Reynard dan Mia sudah berada di dalam mobil pria itu. Namun Reynard tidak segera menghidupkan mesin mobilnya. Pria itu memilih memusatkan perhatiannya pada Mia. Wajah wanita itu tampak pucat. Dia tahu tidak mudah bagi Mia menghadapi situasi seperti tadi."Apakah kamu baik-baik saja, Agape mou?" Reynard mengulurkan tangan menggenggam tangan Mia.Akhirnya wanita yang sejak tadi diam mulai menoleh menatap sang kekasih. Bibirnya berusaha menyunggingkan senyuman. "Aku... Aku baik-baik saja, Reynard.""Kamu yakin? Wajahmu tampak pucat, Agape mou." Tangan Reynard berpindah menyentuh pipi Mia."Sebenarnya aku memang tidak baik-baik saja, Reynard. Aku sangat takut. Bahkan tanganku sampai gemetar seperti ini." Mia mengangkat kedua tangannya yang masih gemetar."Maafkan aku, Agape mou. Kamu harus menghadapi Mama seperti itu. Seharusnya aku tahu lebih awal jika Mama datang kemari. Salahku tidak memperingatkanmu lebih dulu." Sesal Reynard."Jadi benar ibumu selalu melakukannya? Maksudku bersikap