“Mia, sangat tidak sopan melihat seseorang seperti itu, Sayang. Papa akan kenalin Mia sama teman baru Papa." Suara Max melihat bagaimana cara Mia menatap Ethan. Dia berpikir putrinya melihat Ethan seperti itu karena pria itu menggunakan tongkat untuk membantunya berjalan. Mungkin anak-anak berpikir pemandangan itu sangatlah mengerikan.Mia menggeleng keras dan tetap memeluk sang ibu. Seakan gadis kecil itu baru saja melihat hantu yang menakutkan.“Sepertinya dia takut karena aku membawa tongkat.” Ethan mengangkat tongkat kayu miliknya.“Maafkan Mia, Mr. Eastwood. Tidak biasanya dia seperti ini. Biasanya dia sangat manis dan menggemaskan.” Orlena meminta maaf kepada Ethan.Max menganggukkan kepalanya setuju dengan ucapan sang istri. “Orlena benar. Tidak biasanya Mia seperti itu. Jadi tolong jangan dimasukkan dalam hati Mr. Easwood.”Ethan menyunggingkan senyuman. “Tidak masalah, Mr. Steltzer.”“Aku permisi sebentar. Aku akan berbicara dengan, Mia. Silahkan nikmati pesta ini, Mr. Eastw
Max mendudukkan Orlena di atas sofa. Wanita itu masih sadar meskipun tampak mabuk. Orlena menoleh ke arah pria yang berdiri di sampingnya. Tangannya pun terulur ke arah suaminya. "Sampanye!" pinta wanita itu. Max menghela nafas berat. "Aku pikir kamu sudah melupakannya, Orlena Sayang. Baiklah, aku akan memberikan apa yang kamu minta. Tunggu di sini!"Pria itu berjalan menuju meja bar untuk mencari minuman yang diinginkan istrinya. Max pun menemukan botol sampanye yang sudah disediakan pelayan sebagai hadiah pengantin baru dari pihak hotel. Dia membuka botol sampanye itu menggunakan pembuka tutup botol. Lalu pria itu membawa botol itu bersama dua gelas bersamanya. Setelah Max duduk di samping Orlena, dia meletakkan dia gelas di atas meja. Kemudian menuangkan sampanye dari botol ke dalam gelas. Begitu juga dengan gelas satunya lagi. Setelah itu, Max meletakkan botol itu di atas meja dan mengambil dua gelas yang sudah berisi cairan kuning bening itu. Memberikan satu gelasnya kepada Orl
Keesokan harinya, Orlena merasakan sinar matahari menerpa wajahnya. Kehangatan sinar matahari itu mengusik tidurnya. Wanita itu membuka matanya dan memicingkan matanya untuk beradaptasi dengan sinar matahari. Namun detik berikutnya, Orlena diserang rasa pusing di kepalanya. “Ah… sakit!” wanita itu menyentuh kepalanya yang berdenyut-denyut. Orlena menegakkan tubuhnya dan melihat dirinya tidak mengenakan sehelai pakaian pun. Sehingga dia bisa melihat dadanya yang telanjang dan penuh dengan kissmark. “Ah, Max. Kamu benar-benar liar.” Orlena menggelen-gelengkan kepalanya. “Apakah kepalamu terasa sakit?”Suara itu membuat Orlena menoleh. Dia bisa melihat Max berjalan masuk dengan nampan di kedua tangannya. Pria itu menghampiri Orlena dan duduk di tepi ranjang. “Sarapanlah dulu. Setelah itu kamu bisa minum obat pereda sakit kepala.” Max menunjuk ke arah obat yang ada di atas nampan.“Max, kamu harus bertanggung jawab. Bagaimana bisa kamu memberikan banyak kissmark di seluruh tubuhku?”
Ethan mengajak Orlena duduk di balkon bangunan. Seorang pelayan sudah menyiapkan dua cangkir teh Earl Grey. Disamping mereka ada kue strawberry yang tampak lezat.“Cobalah teh ini, Orlena. Ini adalah Earl Grey Tea. Teh ini dibuat dari campuran teh hitam, lemon dan bergamot. Karena itu akan ada rasa manis, asam dan sedikit pahit yang mewarnai rasa teh ini.” Ethan mengambil cangkirnya dan meminumnya perlahan.Orlena melakukan hal yang sama dengan Ethan. Dia melakukannya seanggun mungkin. Indera penciuman Orlena bisa mencium aroma harum nan segar layaknya citrus yang wangi. Penjelasan Ethan mengenai teh ini memang benar. Orlena bisa merasakan penggabungan tiga rasa yaitu manis, asam dan pahit.“Rasanya sangat unik tapi enak.” Komentar Orlena.“Sudah kuduga kamu akan menyukainya.”Ethan mengambil sebuah undangan di atas meja lalu menyerahkannya pada Orlena. Netra wanita itu menatap bingung pada undangan itu lalu beralih pada Ethan.“Apa ini?” tanya Orlena membuka undangan itu.“Besok ming
“Panggil saja aku Robert.” Suara pria itu membuat Orlena tersadar dari pemikirannya sendiri.Wanita itu menganggukkan kepalanya. “Baiklah Robert.”“Aku sedikit terkejut saat melihatmu dari jendela sana.” Robert menunjuk pada jendela tempat pesta berlangsung. “Aku berpikir kamu tidak nyata.”Orlena memicingkan matanya. “Maksudmu aku adalah hantu?”Robert terkekeh geli sembari menganggukkan kepalanya. “Ya sejenis itulah.”Orlena tertawa mendengar penuturan Robert. “Bagaimana bisa hantu mengenakan pakaian biru? Bukankah mereka biasanya memakai pakaian putih.”Robert mengangkat kedua bahunya. “Itulah yang membuatku penasaran makanya aku mendekatimu. Dan ternyata kau benar-benar manusia asli.”Orlena menggeleng-gelengkan kepalanya. “Maaf mengecewakanmu Robert karena aku bukan hantu seperti yang ada dalam pikiranmu.”Angin bertiup kencang menerpa kulit lengan Orlena yang terbuka. Wanita itu menggosokkan lengannya dengan kedua tangannya untuk menghangatkan tubuh. Lalu sebuah benda menyelimut
“Bukan ini yang aku pikirkan, Orlena.” Max tidak menyangka cara Orlena meredakan emosinya begitu nakal.Dia bisa melihat Orlena berlutut di antara kedua kakinya. Kemudian kedua tangannya terulut untuk melepaskan ikat pinggang yang dikenakan oleh Max. Tidak hanya sampai di situ, Orlena juga melepaskan resleting celana Max sehingga memperlihatkan bagian menonjol yang tertutupi oleh celana dalam yang dikenakan oleh Max.“Tunggu, Orlena. Kamu tidak perlu memaksakan dirimu.” Max menghentikan Orlena yang menunduk ingin mencium kejantanannya yang menonjol itu.Wanita itu mendongak. “Rileks, Max. Percaya padaku. Aku akan memberikan kenikmatan untukmu sehingga emosimu bisa reda.”Saat bibir Orlena menyentuh kejantanan Max dari balik celana dalamnya membuat nafas laki-laki itu tercekat. Dia bisa merasakan desiran gairah liar menyerbu tubuhnya. Membuat tubuhnya bergetar akibat ulah Orlena. Wanita itu menurunkan celana dalam Max sehingga memperlihatkan kejantanan laki-laki itu yang terlihat berd
Orlena tengah membersihkan piring kotor yang sudah digunakan untuk sarapan. Setelah selesai dia mengelap tangannya. Wanita itu berjalan menghampiri putrinya yang saat ini duduk di meja makan tengah menggambar.Pagi ini Romain mengantarkan Mia sekalian dia pergi bekerja. Gadis manis itu bahkan sudah mandi dan terlihat cantik.“Apa yang kamu gambar sayangku?” tanya Orlena.“Aku menggambar Mama, Papa, Mia dan juga Ray.” Mia masih ingat dengan bocah laki-laki tampan yang ditemuinya di yayasan milik Ethan.“Jadi kamu suka dengan Ray?” Orlena terkekeh menggoda adiknya.Tanpa ragu Mia langsung menganggukkan kepalanya.”Ya, Ma. Mia suka sama Ray. Dia baik sekali.”Orlena tersenyum dan mengusap puncak kepala putrinya. “Senang kamu bisa memiliki teman, Sayangku.”Tiba-tiba terdengar suara bel rumah berbunyi. Memecahkan keheningan dalam rumah itu.“Mia, Mama buka pintu dulu. Kamu tunggu di sini, okay?” pinta Orlena.Mia menganggukkan kepalanya dan kembali melanjutkan kegiatan menggambarnya. Sedan
“Terima kasih, Ethan.” Ucap Orlena mengambil toples itu dari tangan Ethan. Kemudian Orlena segera menggeser tubuhnya sehingga menjauh dari Ethan. Sedangkan pria itu masih terdiam di tempat. Detik berikutnya senyuman muncul di bibirnya. Sayangnya Orlena tidak melihatnya karena Ethan memunggungi dirinya. Setelah kopi sudah jadi, Orlena membawa dua cangkir kopi panas ke ruang tamu. Sedangkan Ethan membantu wanita itu membawa dua piring kue.“Nikmatilah teh dan kuemu lebih dahulu, Ethan. Aku akan memberikan satu piring kue lagi untuk Mia.” Orlena menunjuk ke arah pintu kamar putrinya.Ethan menganggukkan kepalanya. “Ya, tenang saja. Kamu tidak perlu buru-buru untukku. Aku tidak masalah di sini sendiri menikmati kopiku.”Setelah itu Orlena kembali ke dapur untuk mengambil piring berisi potongan kue ciffon cake raspberry dan lemon. Orlena menghampiri kamar Chloe dengan membawakan piring kue di tangannya. Dengan tangan satunya wanita itu mendorong pintu. Terlihat Mia sedang tengkurap di a
Mia menatap pantulan dirinya di depan cermin besar. Wanita itu mengenakan gaun putih gading yang terlihat indah. Gaun lengan panjang itu melebar di bagian bawah pinggang. Di belakangnya ekor gaun menjuntai beberapa meter. Gaun itu terlihat begitu mewah karena brokat emas yang menghiasi seluruh gaun."Apakah ini tidak terlalu berlebihan, Mrs. Vardalos?" tanya Mia kepada calon ibu mertuanya.Zeta berdiri di samping Mia. Wanita itu menatap penampilan calon menantunya dengan tatapan kepuasan. Bibirnya tersenyum lebar tampak sangat bahagia."Tidak ada yang berlebihan, Sayangku. Kamu sangat cantik." Zeta memeluk bahu Mia meyakinkan wanita itu."Tapi aku tidak yakin tampil dengan gaun ini, Mrs. Vardalos. Aku merasa tidak pantas mengenakannya." Mia menunduk sedih.Zeta memutar tubuh Mia sehingga wanita itu menghadap ke arahnya. Wanita itu menepuk bahu Mia sehingga menatap ke arahnya."Reynard sudah memberitahuku jika kamu kesulitan untuk percaya diri, Mia. Tak seorang pun di dunia ini yang bi
Reynard sudah mencarinya di seluruh resort. Namun dia belum kunjung menemukan tunangannya. Dia begitu ketakutan terjadi hal buruk pada Mia. Lalu tatapannya tertuju ke arah lautan. Dia berpikir mungkin saja Mia tidak sengaja jatuh ke lautan. Tapi segera Reynard menggelengkan kepalanya. Dia tahu hal aneh seperti itu hanya ada dalam drama-drama, tidaklah nyata.Tiba-tiba seorang pria mengenakan setelan hitam berjalan menghampirinya. Langkahnya terhenti tepat di hadapan Reynard. Mata Reynard mengamati pria itu dengan tatapan penuh tanda tanya."Apakah anda adalah Reynard Metraxis?" tanya pria itu.Reynard menganggukkan kepalanya. "Benar. Saya adalah Reynard Metraxis. Anda siapa?""Saya adalah Daniel Wade. Saya diperintahkan seseorang untuk mengantarkan anda ke suatu tempat." Pria itu memberitahu Reynard.Reynard memicingkan matanya menatap pria itu. "Siapa yang memerintahkan kamu kemari?"Pria itu tersenyum. "Saya tidak bisa memberitahu anda, Mr. Metraxis. Tapi ini berhubungan dengan tunan
"Jadi kamu memang merencanakan lamaran ini saat merencanakan liburan kita?" tanya Mia saat mereka sudah kembali ke kabin mereka. Reynard menarik Mia yang baru saja selesai mandi untuk duduk di pangkuannya. "Aku memang merencanakan liburan ini untuk melamarmu. Aku sudah sangat yakin tidak ingin melepaskanmu lagi. Karena kamu adalah wanita yang dikirim Tuhan untuk menemaniku di sisa hidupku." "Bisakah kamu berhenti untuk mengatakan hal-hal yang manis? Kamu membuat pipiku memerah." Mia menyentuh pipinya yang memanas. Reynard terkekeh melihat reaksi sang kekasih. "Aku hanya mengungkapkan isi hatiku, Agape mou. Kenapa wajahmu jadi seperti kepiting rebus?" "Kamu menyebalkan, Reynard." Mia mendengus kesal. Reynard mencium bibir Mia sekilas. "Bagaimana bisa pria tampan ini menyebalkan?" "Kenarsisan-mu mengingatkanku pada tingkat kepercayaan dirimu yang tinggi saat berpikir aku memujimu." Mia terkekeh geli. "Jangan ingatkan aku tentang hal itu." Kali ini Reynard yang tampak kesal. Mia t
Blue Magic merupakan salah satu spot menyelam terbaik. Lokasi ini berada di antara pulau Kri dan pulau Waisai. Dengan perpaduan laut berwarna biru muda yang cantik ditambah dengan keindahan kehidupan bawah lautnya sehingga tidak heran orang-orang menyebut tempat itu sebagai Blue Magic.Reynard dan Miayang sudah mengenakan pakaian dan perlengkapan menyelam sedang menikmati pemandangan kehidupan bawah laut di Blue Magic. Bersama dengan pemandu tour, mereka bersama mengelilingi tempat itu. Reynard menggandeng tangan sang kekasih untuk menjaga wanita itu berada di dekatnya. Seperti yang dikatakan pemandu mereka tadi karena arus yang kuat mampu menyeret penyelam ke laut terbuka.Namun perjuangan mereka tidaklah sia-sia. Karena mereka bisa melihat warna warni batu karang yang cantik serta hewan-hewan laut yang menakjubkan. Seperti ikan pari manta, barakuda, tuna dan makhluk laut yang paling populer di tempat itu adalah kumpulan jackfish.Setelah puas menikmati pemandangan bawah laut itu, Re
"Dan aku akan membuatmu juga sangat liar, Agape mou." Setelah mengucapkan kalimat itu, Reynard langsung menunduk. Bukan untuk mencium bibir Mia melainkan menggigit lembut telinga wanita itu.Hembusan nafas Reynard yang menerpa kulit Mia membuat wanita itu merinding geli. Namun dia merasakan sensasi aneh di perutnya. Seakan perutnya baru saja diguncangkan dengan keras."Reynard." Desah Mia."Kamu menyukainya, Agape mou?" bisik Reynard.Menyukainya? Mia bahkan tidak mengerti bagaimana tubuhnya berubah panas karena tindakan Reynard. Padahal pria itu bahkan belum menyentuh titik sensitif Mia tapi Reynard mampu membangkitkan hasrat liar dalam dirinya.Reynard beralih ke leher Mia. Menciptakan panas yang menjalar dalam setiap kecupannya. Tangan Reynard menyusup dalam kaos wanita itu menangkup salah satu bukit kembar Mia. Mia tak mampu berpikir dengan jernih ketika Reynard memberikan cumbuan serta remasan lembut di payudaranya. Ketika tangan Reynard menurunkan branya dan menyentuh putingnya
Raja Ampat di Indonesia adalah tempat yang dipilih oleh Reynard menghabiskan liburannya bersama dengan Mia. Keindahan pemandangan laut dan pantai sangat memikat pasangan itu begitu mereka sampai di Misool Eco Resort.Misool merupakan satu dari empat pulau terbesar di kepulauan Raja Ampat yang terletak di provinsi Papua Barat. Misool berbatasan langsung dengan laut Seram dan perairan laut lepas yang menjadi jalur lintas hewan besar termasuk paus. Sehingga tidak heran jika Raja Ampat terkenal dengan keindahan kehidupan bawah lautnya.“Tempat ini seperti surga, Reynard.” Mia melihat lautan berwarna biru kehijaun yang sangat indah.“Tempat ini seperti surga jika aku bersamamu, Agape mou.”Mia menoleh dan memperlihatkan rona merah di pipinya. “Berhentilah merayuku terus, Mr. Metraxis. Kamu akan membuatku meleleh seperti mentega di bawah sinar matahari.”Reynard tertawa mendengar perumpamaan sang kekasih. Pria itu meraih tangan Mia dan berjalan menyusuri jembatan kayu di atas laut. “Sayangn
Reynard melepaskan ciumannya. Sepasang kekasih itu segera menoleh. Karyawan wanita yang beberapa hari yang lalu tidak sengaja mendorong Mia hingga terluka berdiri di depan pintu dengan terkejut. Tidak butuh orang pintar untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan Reynard dan Mia dengan posisi Reynard yang menyergap tubuh Mia diantara dinding."Maafkan aku. Aku akan naik lift berikutnya." Wanita pirang itu segera mengalihkan perhatiannya.Tak lama kemudian pintu lift kembali tertutup. Reynard kembali mengalihkan perhatiannya pada wanita cantik yang terperangkap di hadapannya."Sepertinya kita akan membuat seisi kantor heboh." Mia meringis membayangkan berita baru tentang dirinya dan Reynard yang akan segera muncul."Aku pikir bukan berita buruk yang akan kita dengar." Reynard menyunggingkan senyuman."Bagaimana kamu bisa begitu yakin?" tanya Mia menatap sang kekasih."Apa kamu tidak sadar dengan posisi kita saat ini, Agape mou?" tanya Reynard.Mia melihat Reynard yang berdiri di hadapan
"Jadi kamu masih tidak akan memberitahuku ke mana kita akan pergi akhir pekan ini?" tanya Mia sembari menyantap burgernya.Setelah berpikir lama tentang makanan yang akan mereka pilih sebagai menu makan siang mereka, akhirnya Mia mendesak Reynard untuk pergi ke restoran cepat saji. Dia ingin menikmati burger. Sudah lama wanita itu tidak memakannya. Terakhir kali dia makan makanan bertumpuk itu adalah ketika Alicia mengajaknya untuk merayakan ulang tahun Alicia berdua dengannya."Sudah kukatakan itu adalah kejutan." Reynard menyantap burger bagiannya.Mia berpikir Reynard akan terlihat kaku memakan makanan cepat saji itu. Karena selama ini pria itu selalu menyantap makanan-makanan dari koki terbaik. Tapi ternyata dugaan Mia salah. Gerakan tangan Reynard saat memegang burger itu begitu luwes. Seolah pria itu sudah sering memakannya."Tapi aku tidak tahu apa yang harus aku kenakan, Reynard? Bagaimana jika aku salah kostum? Maksudku bagaimana jika aku mengenakan kaos dan celana pendek tap
Reynard dan Mia sudah berada di dalam mobil pria itu. Namun Reynard tidak segera menghidupkan mesin mobilnya. Pria itu memilih memusatkan perhatiannya pada Mia. Wajah wanita itu tampak pucat. Dia tahu tidak mudah bagi Mia menghadapi situasi seperti tadi."Apakah kamu baik-baik saja, Agape mou?" Reynard mengulurkan tangan menggenggam tangan Mia.Akhirnya wanita yang sejak tadi diam mulai menoleh menatap sang kekasih. Bibirnya berusaha menyunggingkan senyuman. "Aku... Aku baik-baik saja, Reynard.""Kamu yakin? Wajahmu tampak pucat, Agape mou." Tangan Reynard berpindah menyentuh pipi Mia."Sebenarnya aku memang tidak baik-baik saja, Reynard. Aku sangat takut. Bahkan tanganku sampai gemetar seperti ini." Mia mengangkat kedua tangannya yang masih gemetar."Maafkan aku, Agape mou. Kamu harus menghadapi Mama seperti itu. Seharusnya aku tahu lebih awal jika Mama datang kemari. Salahku tidak memperingatkanmu lebih dulu." Sesal Reynard."Jadi benar ibumu selalu melakukannya? Maksudku bersikap