“Ayolah, Altherr! Izinkan aku keluar untuk bersenang-senang. Bagaimana bisa kamu tega memborgol tanganku seperti ini?” Jean merengek ke arah Altherr yang membuatnya tidak bisa pergi ke manapun.Altherr merasa telinganya panas karena mendengar rengekan Jean tiada henti salama satu jam. Ingin sekali dia menyumpal mulut Jean, namun sayang dia menggigit tangan Altherr. Jika saja tidak ingat Max sakit kepala karena pukulannya, Altherr sudah memukul pria itu. “Aku tidak akan membiarkanmu mempermalukan Max, Jean.” Altherr tidak mengerti bagaimana bisa Max membawakan pakaian sesexy itu untuk Jean.“Aku sudah meningkatkan level penampilanku, Altherr. Apakah kamu tidak lihat aku sangat mirip wanita sekarang?” Jean berpose sexy layaknya seorang model di dalam majalah.Altherr ingin muntah jika menyebut Max cantik. Meskipun ucapan Jean memang benar karena dia sudah meningkatkan penampilannya dengan wig colat muda panjang dan dandanan yang cantik, tidak akan ada yang menduga jika orang di hadapan
Jean memeluk lengan Altherr dengan manja sembari mereka berjalan di sebuah pusat perbelanjaan. Jean meminta Altherr mengantarkannya ke tempat itu untuk berbelanja pakaian dan aksesoris untuknya.“Ingat jangan menghabiskan uang Max terlalu banyak, Jean. Aku akan menghukummu jika kamu melakukannya..” Altherr memberikan peringatan pada wanita itu.Jean tampak kesal mendengarnya. “Aku bahkan belum berbelanja sama sekali. Tapi kamu sudah mengancamku seperti itu. Bukankah kamu terlalu kejam , Altherr.”Pria itu mendengus kesal karena membutuhkan kesabaran tingkat tinggi untuk menghadapi Jean. “Aku hanya memperingatkan, Jean. Bukan mengancammu. Max bekerja begitu keras untuk membangun perusahaannya. Jadi kamu jangan terlalu menghamburkan uangnya.”Jean menganggukkan kepalanya. “Baik, Bos. Aku tidak akan menghamburkan banyak uang Max.”Akhirnya mereka masuk ke dalam sebuah toko. Jean langsung melepaskan lengan Altherr dan memilih gaun-gaun cantik yang dipajang. Satu persatu Jean mengamati gau
“Orlena, Oh, God. Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini.” Jean langsung memeluk Orlena seakan tidak percaya dia bisa melihat wanita itu kembali.Namun tiba-tiba Jean mengerang saat merasakan sakit di kepalanya. Dia melepaskan pelukannya pada Orlena dan menyentuh kepalanya. “Sialan kamu, Max! Aku bahkan belum puas berbelanja,” gerutu Jean.Tubuh Jean jatuh terduduk di atas lantai. Segera Orlena berlutut di hadapan pria itu. “Jean, apakah kamu baik-baik saja?”“Jean, apa yang terjadi?” tanya Altherr yang tiba-tiba sudah berada di samping Max.“Sepertinya Max mengetahui jika Orlena di sini. Karena itu dia berusaha kuat menyingkirkanku.” Jean menjelaskannya kepada pria itu.Sampai akhirnya Jean jatuh tidak sadarkan diri. Altherr menahan pria itu agar kepala Max tidak terbentur lantai. Setelah itu tatapan Altherr tertuju pada Orlena.“Miss Orly, aku masih tidak percaya bisa melihatmu lagi. Aku benar-benar minta maaf, Miss Orly.” Altherr mengungkapkan penyesalannya.Wanita itu
Orlena sudah berada di kamar hotel milik Max. Bahkan pria itu mengunci pintu kamar itu dan membawa kunci itu bersama dengan dirinya saat pergi mengganti pakaian di kamar mandi. Seakan Max tidak ingin lagi Orlena kabur darinya. Wanita itu mengambil ponsel di dalam tasnya. Dia segera menghubungi Romain. Baru beberapa kali nada tunggu langsung terdengar suara Romain yang menyapanya.“Kenapa kamu begitu lama, Orlena?” tanya Romain dengan nada cemas.“Maaf sudah membuatmu menunggu lama. Dan maafkan aku karena tidak bisa menepati janjiku, Romain Sepertinya aku tidak bisa kembali sekarang. Aku memutuskan untuk menghadapi Max saat ini. Apakah aku bisa meminta bantuanmu untuk menjaga Mia malam ini, Romain?” pinta Orlena.Romain menghela nafas beat. Dia tidak mau menggali lebih dalam mengenai apa yang terjadi pada Max. Setidaknya untuk saat ini bukanlah waktu yang tepat menuntut penjelasan kepada Orlena.“Kamu tenang saja. Malam ini aku sudah berjanji pada Mia untuk membacakan buku cerita untu
“Aku menginginkanmu, Orlena,” bisik Max.Max melepaskan pelukannya. Dia mereapikan rambut Orlena yang lepas dari ikatan di belakang kepalanya. Sentuhan yang lembut itu membuat tubuh Orlena gemetar. Tidak bisa menahan dirinya lagi, Max menunduk untuk menciu wanita itu. Seharusnya Orlena menolak dengan mendorong pria itu dan menamparnya. Tapi bukan hal itu yang dilakukan oleh tubuhnya. Dengan pasrah bibirnya terbuka sehingga membiarkan Max menembus pertahanan dirinya. Mungkin orang lain akan berpikir Orlena gila melakukan hal ini. Tapi dia seakan tidak bisa mengendalikan tubuhnya. Hasrat liar yang dibangkitkan oleh Max yang jauh lebih besar.Tangan Max dengan ringan menyentuh lehernya. Lalu beralih pada lekukan payudaranya yang ditutupi oleh bra dan seragamnya. Kemudian bergerak ke belakang hingga sampai pada bongkahan pantat Orlena. Pria itu meremasnya sehingga Orlena melepaskan ciumannya dan memekik kenikmatan.“Sial! Padahal aku berusaha menahan diriku, Orlena. Tapi jika melihatmu s
Keesokan harinya, Max membuka matanya. Dia merasa semalam dia bermimpi begitu indah. Pria itu bercinta dengan Orlena, wanita yang begitu dicintainya dan begitu dirindukan olehnya. Namun Max hanya bisa menyimpan kenangan indah itu ke dalam pikirannya. Namun ketika Max menoleh ke sampingnya, nafasnya tercekat mendapati Orlena berbaring di sampingnya. Wajah cantik Orlena tampak begitu damai. Terlihat Orlena masih sama seperti terakhir Max melihat wanita itu. Menyadari kehangatan tubuh Orlena menyentuh tubuhnya membuat Max menyadari semalam bukanlah mimpi. “Aku tidak percaya ini. Akhirnya aku bisa melihatmu lagi, Orlena. Aku bisa memelukmu dengan begitu erat.” Max menunduk untuk mengecup kening wanita itu.Tubuh Orlena bergerak menandakan wanita itu akan segera bangun. “Apakah kamu sedang mencuri ciuman ketika aku sedang tidur, Max?” Bibir Max menyunggingkan senyuman geli. “Hanya sedikit.”“Bisakah kamu membiarkan aku tidur lebih lama lagi?” Orlena kembali memejamkan matanya sambil meme
Altherr berdiri di hadapannya dengan menghela nafas berat. “Max, aku tahu kamu senang bisa bertemu dengan Miss Orly. Tapi kita kemari adalah untuk pekerjaan. Jadi bisakah kamu bersiap-siap sekarang? Karena kita akan pergi setengah jam lagi.”Max mengusap wajahnya karena tidak menyukai ide dirinya akan pergi meninggalkan Orlena. Seakan pria itu takut jika dia pergi sekarang, maka Orlena akan menghilang lagi dari hidupnya. “Tidak bisakah kita menundanya lebih dahulu?” tanya Max dengan tatapan memohon pada sekretarisnya.Altherr menghela nafas berat. “Tidak bisa, Max. Kita sudah menundanya kemarin karena pihak dari hotel Adlon Kempinski mengalami serangan jantung. Kita tidak bisa menundanya lagi, Max.”Max mendengus kesal karena tidak bisa membuat Altherr menuruti ucapannya. Kemudian tatapan pria itu tertuju pada Orlena yang masih duduk di atas ranjang. “Pergilah, Max! Altherr membutuhkanmu sekarang.” Orlena berusaha membujuk pria itu. “Tapi aku tidak ingin kehilanganmu lagi, Orlena.”
Taksi yang dinaiki oleh Max sampai di depan rumah di mana Orlena memberikan alamatnya. Max melangkah keluar dan mengamati rumah dengan desain minimalis itu. Setelah Altherr membayar ongkos taksi, dia ikut Max berjalan keluar dari dalam taksi itu.“Apakah ini benar alamatnya, Altherr?” tanya Max pada pria yang saat ini berdiri di sampingnya ikut mengamati rumah itu.Altherr menganggukkan kepalanya. “Aku memberikan alamat yang diberikan oleh Miss Orly kepada sopir taksi itu. Saya yakin jika sopir itu tidak akan membuat kita tersasar, Max.”“Kalau begitu ayo kita masuk.”Sebelum Max melangkah menghampiri rumah itu, tatapannya tertuju pada pintu rumah yang terbuka. Tubuh Max membeku saat melihat Romain berjalan keluar dengan menggendong Mia. Di belakang pria itu tampak Orlena yang tertawa senang. Romain berbalik menatap wanita itu. Dia mengatakan sesuatu yang tidak bisa didengar oleh Max. Kemudian Max teringat dengan ucapan Orlena tadi pagi.Aku akan menunggumu di rumah. Aku juga ingin me
Mia menatap pantulan dirinya di depan cermin besar. Wanita itu mengenakan gaun putih gading yang terlihat indah. Gaun lengan panjang itu melebar di bagian bawah pinggang. Di belakangnya ekor gaun menjuntai beberapa meter. Gaun itu terlihat begitu mewah karena brokat emas yang menghiasi seluruh gaun."Apakah ini tidak terlalu berlebihan, Mrs. Vardalos?" tanya Mia kepada calon ibu mertuanya.Zeta berdiri di samping Mia. Wanita itu menatap penampilan calon menantunya dengan tatapan kepuasan. Bibirnya tersenyum lebar tampak sangat bahagia."Tidak ada yang berlebihan, Sayangku. Kamu sangat cantik." Zeta memeluk bahu Mia meyakinkan wanita itu."Tapi aku tidak yakin tampil dengan gaun ini, Mrs. Vardalos. Aku merasa tidak pantas mengenakannya." Mia menunduk sedih.Zeta memutar tubuh Mia sehingga wanita itu menghadap ke arahnya. Wanita itu menepuk bahu Mia sehingga menatap ke arahnya."Reynard sudah memberitahuku jika kamu kesulitan untuk percaya diri, Mia. Tak seorang pun di dunia ini yang bi
Reynard sudah mencarinya di seluruh resort. Namun dia belum kunjung menemukan tunangannya. Dia begitu ketakutan terjadi hal buruk pada Mia. Lalu tatapannya tertuju ke arah lautan. Dia berpikir mungkin saja Mia tidak sengaja jatuh ke lautan. Tapi segera Reynard menggelengkan kepalanya. Dia tahu hal aneh seperti itu hanya ada dalam drama-drama, tidaklah nyata.Tiba-tiba seorang pria mengenakan setelan hitam berjalan menghampirinya. Langkahnya terhenti tepat di hadapan Reynard. Mata Reynard mengamati pria itu dengan tatapan penuh tanda tanya."Apakah anda adalah Reynard Metraxis?" tanya pria itu.Reynard menganggukkan kepalanya. "Benar. Saya adalah Reynard Metraxis. Anda siapa?""Saya adalah Daniel Wade. Saya diperintahkan seseorang untuk mengantarkan anda ke suatu tempat." Pria itu memberitahu Reynard.Reynard memicingkan matanya menatap pria itu. "Siapa yang memerintahkan kamu kemari?"Pria itu tersenyum. "Saya tidak bisa memberitahu anda, Mr. Metraxis. Tapi ini berhubungan dengan tunan
"Jadi kamu memang merencanakan lamaran ini saat merencanakan liburan kita?" tanya Mia saat mereka sudah kembali ke kabin mereka. Reynard menarik Mia yang baru saja selesai mandi untuk duduk di pangkuannya. "Aku memang merencanakan liburan ini untuk melamarmu. Aku sudah sangat yakin tidak ingin melepaskanmu lagi. Karena kamu adalah wanita yang dikirim Tuhan untuk menemaniku di sisa hidupku." "Bisakah kamu berhenti untuk mengatakan hal-hal yang manis? Kamu membuat pipiku memerah." Mia menyentuh pipinya yang memanas. Reynard terkekeh melihat reaksi sang kekasih. "Aku hanya mengungkapkan isi hatiku, Agape mou. Kenapa wajahmu jadi seperti kepiting rebus?" "Kamu menyebalkan, Reynard." Mia mendengus kesal. Reynard mencium bibir Mia sekilas. "Bagaimana bisa pria tampan ini menyebalkan?" "Kenarsisan-mu mengingatkanku pada tingkat kepercayaan dirimu yang tinggi saat berpikir aku memujimu." Mia terkekeh geli. "Jangan ingatkan aku tentang hal itu." Kali ini Reynard yang tampak kesal. Mia t
Blue Magic merupakan salah satu spot menyelam terbaik. Lokasi ini berada di antara pulau Kri dan pulau Waisai. Dengan perpaduan laut berwarna biru muda yang cantik ditambah dengan keindahan kehidupan bawah lautnya sehingga tidak heran orang-orang menyebut tempat itu sebagai Blue Magic.Reynard dan Miayang sudah mengenakan pakaian dan perlengkapan menyelam sedang menikmati pemandangan kehidupan bawah laut di Blue Magic. Bersama dengan pemandu tour, mereka bersama mengelilingi tempat itu. Reynard menggandeng tangan sang kekasih untuk menjaga wanita itu berada di dekatnya. Seperti yang dikatakan pemandu mereka tadi karena arus yang kuat mampu menyeret penyelam ke laut terbuka.Namun perjuangan mereka tidaklah sia-sia. Karena mereka bisa melihat warna warni batu karang yang cantik serta hewan-hewan laut yang menakjubkan. Seperti ikan pari manta, barakuda, tuna dan makhluk laut yang paling populer di tempat itu adalah kumpulan jackfish.Setelah puas menikmati pemandangan bawah laut itu, Re
"Dan aku akan membuatmu juga sangat liar, Agape mou." Setelah mengucapkan kalimat itu, Reynard langsung menunduk. Bukan untuk mencium bibir Mia melainkan menggigit lembut telinga wanita itu.Hembusan nafas Reynard yang menerpa kulit Mia membuat wanita itu merinding geli. Namun dia merasakan sensasi aneh di perutnya. Seakan perutnya baru saja diguncangkan dengan keras."Reynard." Desah Mia."Kamu menyukainya, Agape mou?" bisik Reynard.Menyukainya? Mia bahkan tidak mengerti bagaimana tubuhnya berubah panas karena tindakan Reynard. Padahal pria itu bahkan belum menyentuh titik sensitif Mia tapi Reynard mampu membangkitkan hasrat liar dalam dirinya.Reynard beralih ke leher Mia. Menciptakan panas yang menjalar dalam setiap kecupannya. Tangan Reynard menyusup dalam kaos wanita itu menangkup salah satu bukit kembar Mia. Mia tak mampu berpikir dengan jernih ketika Reynard memberikan cumbuan serta remasan lembut di payudaranya. Ketika tangan Reynard menurunkan branya dan menyentuh putingnya
Raja Ampat di Indonesia adalah tempat yang dipilih oleh Reynard menghabiskan liburannya bersama dengan Mia. Keindahan pemandangan laut dan pantai sangat memikat pasangan itu begitu mereka sampai di Misool Eco Resort.Misool merupakan satu dari empat pulau terbesar di kepulauan Raja Ampat yang terletak di provinsi Papua Barat. Misool berbatasan langsung dengan laut Seram dan perairan laut lepas yang menjadi jalur lintas hewan besar termasuk paus. Sehingga tidak heran jika Raja Ampat terkenal dengan keindahan kehidupan bawah lautnya.“Tempat ini seperti surga, Reynard.” Mia melihat lautan berwarna biru kehijaun yang sangat indah.“Tempat ini seperti surga jika aku bersamamu, Agape mou.”Mia menoleh dan memperlihatkan rona merah di pipinya. “Berhentilah merayuku terus, Mr. Metraxis. Kamu akan membuatku meleleh seperti mentega di bawah sinar matahari.”Reynard tertawa mendengar perumpamaan sang kekasih. Pria itu meraih tangan Mia dan berjalan menyusuri jembatan kayu di atas laut. “Sayangn
Reynard melepaskan ciumannya. Sepasang kekasih itu segera menoleh. Karyawan wanita yang beberapa hari yang lalu tidak sengaja mendorong Mia hingga terluka berdiri di depan pintu dengan terkejut. Tidak butuh orang pintar untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan Reynard dan Mia dengan posisi Reynard yang menyergap tubuh Mia diantara dinding."Maafkan aku. Aku akan naik lift berikutnya." Wanita pirang itu segera mengalihkan perhatiannya.Tak lama kemudian pintu lift kembali tertutup. Reynard kembali mengalihkan perhatiannya pada wanita cantik yang terperangkap di hadapannya."Sepertinya kita akan membuat seisi kantor heboh." Mia meringis membayangkan berita baru tentang dirinya dan Reynard yang akan segera muncul."Aku pikir bukan berita buruk yang akan kita dengar." Reynard menyunggingkan senyuman."Bagaimana kamu bisa begitu yakin?" tanya Mia menatap sang kekasih."Apa kamu tidak sadar dengan posisi kita saat ini, Agape mou?" tanya Reynard.Mia melihat Reynard yang berdiri di hadapan
"Jadi kamu masih tidak akan memberitahuku ke mana kita akan pergi akhir pekan ini?" tanya Mia sembari menyantap burgernya.Setelah berpikir lama tentang makanan yang akan mereka pilih sebagai menu makan siang mereka, akhirnya Mia mendesak Reynard untuk pergi ke restoran cepat saji. Dia ingin menikmati burger. Sudah lama wanita itu tidak memakannya. Terakhir kali dia makan makanan bertumpuk itu adalah ketika Alicia mengajaknya untuk merayakan ulang tahun Alicia berdua dengannya."Sudah kukatakan itu adalah kejutan." Reynard menyantap burger bagiannya.Mia berpikir Reynard akan terlihat kaku memakan makanan cepat saji itu. Karena selama ini pria itu selalu menyantap makanan-makanan dari koki terbaik. Tapi ternyata dugaan Mia salah. Gerakan tangan Reynard saat memegang burger itu begitu luwes. Seolah pria itu sudah sering memakannya."Tapi aku tidak tahu apa yang harus aku kenakan, Reynard? Bagaimana jika aku salah kostum? Maksudku bagaimana jika aku mengenakan kaos dan celana pendek tap
Reynard dan Mia sudah berada di dalam mobil pria itu. Namun Reynard tidak segera menghidupkan mesin mobilnya. Pria itu memilih memusatkan perhatiannya pada Mia. Wajah wanita itu tampak pucat. Dia tahu tidak mudah bagi Mia menghadapi situasi seperti tadi."Apakah kamu baik-baik saja, Agape mou?" Reynard mengulurkan tangan menggenggam tangan Mia.Akhirnya wanita yang sejak tadi diam mulai menoleh menatap sang kekasih. Bibirnya berusaha menyunggingkan senyuman. "Aku... Aku baik-baik saja, Reynard.""Kamu yakin? Wajahmu tampak pucat, Agape mou." Tangan Reynard berpindah menyentuh pipi Mia."Sebenarnya aku memang tidak baik-baik saja, Reynard. Aku sangat takut. Bahkan tanganku sampai gemetar seperti ini." Mia mengangkat kedua tangannya yang masih gemetar."Maafkan aku, Agape mou. Kamu harus menghadapi Mama seperti itu. Seharusnya aku tahu lebih awal jika Mama datang kemari. Salahku tidak memperingatkanmu lebih dulu." Sesal Reynard."Jadi benar ibumu selalu melakukannya? Maksudku bersikap