Lima tahun kemudian…
Agatha menjalani hidup berdua dengan putranya Noah di sebuah desa kecil di pinggiran Italia yang bernama Borghetto. Dusun itu terdiri dari pabrik-pabrik tua yang memikat hati dan imajinasi dengan lokasinya yang indah di atas perairan sungai mincio yang mengalir deras. Pabrik tersebut saat ini diubah menjadi restoran yang menyajikan makanan khas setempat, tortellini. Yang juga dikenal sebagai simpul cinta dan memiliki isian musiman yang berbeda.
Di musim semi, tanaman merambat wisteria yang subur menghiasi pagar dan beranda Borghetto memenuhi udara dengan aroma manis bunga ungu mereka. Kebun buah persik yang besar di pinggiran Borghetto juga sangat menarik untuk dilihat, ketika lagi-lagi dimusim semi, cabang-cabangnya yang keriput berhiaskan warna merah jambu.
Dusun ini sangat menyenangkan untuk berjalan-jalan. Beberapa toko menjual seni dan kerajinan lokal yang indah. Angsa cantik dan bebek nakal berenang di sungai. Sebuah kastil besa
“Fabio? Ada apa datang malam-malam begini?” Agatha mengernyit melihat kedatangan bos dari tempatnya bekerja.“Aku hanya mengantar ini untuk Noah. Bukankah dia sangat menyukai tortellini cokelat?”“Terima kasih, tapi anakku sudah makan malam.”“Kalau begitu, kau bisa memakannya, atau mungkin menyimpannya untuk dihangatkan lagi besok.”“Tidak perlu. Sebaiknya kau bawa lagi saja, atau kau berikan pada keluargamu. Kurasa itu jauh lebih baik.”“Hm, kau masih saja bersikeras menolakku, Agatha.”“Pulanglah, Tuan Fabio. Ini sudah malam.”“Ya, baiklah. Kalau begitu—““Di sini kau rupanya. Apa yang kau lakukan di rumah janda murahan itu?” Teriakan itu menggelegar tak jauh dari tempat mereka berada.Agatha memutar bola matanya malas karena harus menghadapi kejadian seperti ini hampir setiap hari. Fabio, seorang suami ti
Wanita cantik yang lebih muda dari Agatha itu memiliki rambut cokelat bergelombang dan kulit cokelat yang seksi. Bisa dibilang, Casandra adalah bunga desa di Borghetto. Dia menikah dengan Fabio di usia muda, yaitu 20 tahun.Dulu, banyak pemuda yang mengejar dan melamarnya. Namun, Casandra memilih Fabio yang berusia lebih tua darinya, karena Fabio adalah salah satu orang terkaya di desa itu. Dengan latar belakang seperti itu, wanita mana yang tidak tergoda? Sekali pun pria itu tidak rupawan.Casandra berjalan melewati Agatha. Ekor matanya melirik sinis wanita itu, sama sekali tidak berniat menyapa. Casandra punya alasan kuat untuk tidak menyukai Agatha. Sebelum Agatha datang ke desa itu, semua pria selalu memerhatikan dan memujanya. Namun setelah kedatangannya, Casandra merasa Agatha adalah sebuah ancaman.“Fabio tidak akan menikah lagi. Tidak dengannya, atau siapa pun.” Tegasnya.“Kau tenang saja, Casie. Karena sepertinya suamimu itu bukanlah tipe Agatha.” Sahut Frank.“Benar. Wanita
“Dari Diego, aku memukulnya dengan batu besar sampai kepalanya berdarah, dan dia masuk rumah sakit.”“Astaga, Noah.”“Tapi aku melakukannya karena Diego yang mulai lebih dulu. Dia terus memanggil ibu dengan sebutan yang buruk. Aku kesal dan hilang kendali, lalu mengambil batu terdekat untuk memukulnya.”Agatha menarik napas dalam, tidak tahu harus bereaksi seperti apa mendengar pengakuan putranya. Ini bukan pertama kalinya Noah terlibat perkelahian dengan teman-temannya, bukan yang pertama juga dirinya dipanggil ke sekolah karena hal serupa. Namun sebelumnya, Noah belum pernah memukul temannya hingga masuk rumah sakit!“Kemarilah.” Agatha meraih tubuh putranya dan mendudukannya di pangkuannya.“Apa ibu marah?” Tanyanya takut-takut.“Ibu tidak marah, ibu hanya sedih.”“Kenapa ibu malah sedih?”“Karena ibu yang menyebabkan Noah harus mengala
“Aku jadi tidak heran Diego mahir memprovokasi orang, karena ibunya saja memiliki sifat seperti ini.” Agatha memandang remeh wanita itu.Sudah lima tahun Agatha memupuk dan membangun keberanian dan kepercayaan dirinya. Dia tidak ingin lagi diremehkan dan diinjak-injak oleh orang lain. Sudah cukup, dia tidak akan membiarkan orang lain mengatur dan mengendalikan hidupnya.“Kalau terjadi sesuatu pada Diego, aku tidak akan memaafkanmu dan anakmu. Dan setelah ini, aku akan mengumpulkan para orang tua murid untuk menandatangani petisi untuk mengeluarkan Noah dari sekolah.”“Coba saja, aku ingin lihat sampai di mana keberanianmu itu.”“Aku benar-benar akan membalasmu, Agatha. Kau tunggu saja.” Ancamnya dengan mata melotot dan suara meledak-ledak.Karena kesal setengah mati, wanita itu akhirnya pergi meninggalkan ruang guru dengan wajah merah padam.***Sepulang sekolah, Agatha membawa Noa
Liam sudah berdiri di depan pintu bangsal dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana.“Liam, kau—”“Akhirnya aku menemukanmu, tesoro—sayang.” Agatha berusaha meraih udara sebanyak mungkin untuk mengisi paru-parunya.Setelah lima tahun, dia tidak percaya akhirnya bisa bertemu lagi dengan pria itu. Agatha belum selesai mengatur sebar jantungnya saat Liam kemudian berjalan melewati Selene, dan berhenti di hadapannya.“Kau—apa yang kau lakukan di sini?” Pada akhirnya, hanya pertanyaan itu yang berhasil keluar dari mulut Agatha.“Apa yang kau lakukan padanya?” Tanya Liam pada Noah, mengabaikan pertanyaan Agatha.“Memukulnya. Apa paman tidak lihat kepalanya diperban begitu?” Jawab Noah tanpa mengetahui siapa Liam sebenarnya.“Paman?” Liam menaikkan sebelah alisnya, lalu menatap Noah dan Agatha bergantian.“Apa ibumu tidak pernah memberitahumu kalau—”“Liam, jangan. Tidak sekarang.” Agatha memotong cepat ucapan pria itu sembari menggeleng.Liam tidak boleh memberitahu Noah dengan ca
‘Sangat lama.’ Batin Agatha.‘Dan selama itu juga aku tidak pernah bisa melupakanmu.’“Kenapa menatapku begitu? Apa kau terpesona padaku karena aku menjadi semakin tampan?” Liam menarik sudut bibirnya saat menyadari Agatha tengah menatannya dalam.Kalau saja Noah tidak ada di antara mereka sekarang, sudah dipastikan Liam akan langsung menarik Agatha dalam pelukannya dan menciumnya dengan lumatan yang dalam dan panjang. Liam memejamkan matanya, berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikan diri di tengah dorongan gairah yang menggebu-gebu.Sejujurnya, Agatha pun berpikir demikian. Liam tumbuh semakin dewasa matang. Dari segi fisik saja sudah terlihat. Rahang hingga janggutnya kini juga ditumbuhi rambut-rambut tipis yang menambah pesona jantan pria itu. Agatha bersyukur karena sepertinya Liam menjalani hidup dengan baik tanpanya.“Jadi di mana rumahmu?”“Hanya malam ini, aku akan membiarkanmu tinggal hanya untuk malam ini.” Agatha menyerah, toh h
“Hanya penasaran. Apa paman lebih kaya dari Fabio Terzo dan orang tuanya Diego?”Liam mengernyit bingung, dia baru bertemu orang tua Diego kemarin, itu pun hanya sekali. Sedangkan Fabio Terzo, dia sama sekali tidak tahu.“Mungkin, iya. Kenapa?”“Kalau begitu, jadilah ayahku.”“Apa?” Kali ini Liam tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya.Putranya, Noah terang-terangan memintanya untuk menjadi ayahnya? Apakah mungkin dia bisa menolak? Atau Noah ternyata bisa merasakan naluri hubungan ayah dan anak di antara mereka?“Hanya pura-pura saja. Setidaknya kalau ibuku memiliki suami yang tampan dan kaya, orang-orang tidak akan lagi menindasnya.”Liam berdeham sambil memalingkan wajah, dia yakin wajahnya pasti sudah sangat merah sekarang. Dia malu pada dirinya sendiri karena sempat terlalu percaya diri. Pada akhirnya, Noah tetap tidak mengenalinya, belum.“Jadi kau ingin
“Memangnya kau ini siapa? Kenapa bicaramu angkuh sekali sejak tadi? Kutebak kau bukan berasal dari sini. Atau kau hanya pria miskin yang kebetulan tampan saja?”“Hahaha, mendengarmu berbicara begitu, aku jadi ingin—”“Liam, jangan.” Agatha menarik lengan Liam untuk mencegah pria itu membongkar jati dirinya yang sebenarnya.“Sekali pun aku miskin, artinya Agatha tidak menikahiku hanya karena ingin mendapatkan keuntungan dariku. Bukankah itu kisah cinta yang tulus dan romantis?” Liam menyeringai puas saat melihat wajah Fabio yang sudah merah padam.Liam senang bukan main karena berhasil membungkam mulut di brengsek sialan yang sudah berani menggoda dan memfitnah istrinya itu.“Hai, Casie. Apa aku datang di waktu yang kurang tepat?” Suara Selene terdengar tepat setelah pintu terbuka.Dia datang bersama putranya Diego.“Ada apa dengannya?” Casie menunjuk kepala
Agatha tidak pernah menyangka kebahagiaan yang sesunguhnya akan datang seperti ini. Hingga membuatnya berkali-kali meyakinkan diri kalau semua yang terjadi bukanlah mimpi. Rasanya masih seperti kemarin dia bertemu dengan Liam untuk pertama kalinya setelah perpisahan selama 14 tahun. Rasanya baru kemarin juga mereka menikah dan menghadapi berbagai cobaan dan segala kesalahpahaman.Dan rasanya, seperti baru kemarin juga mereka bertemu kembali setelah perpisahan kedua selama lima tahun. Setelah melewati semua perjalanan panjang itu, akhirnya dia bisa mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya. Liam sudah berubah 180 derajat dari saat pertama kali mereka bertemu.Pria itu selalu memanjakan dan menunjukkan rasa cintanya setiap saat, setiap hari. Dia juga menepati janjinya untuk selalu memprioritaskan keluarganya, membahagiakan Agatha dan anak-anaknya. Liam bahkan dengan tulus memindahkan makam ibunya di samping makan ayah dan kakaknya di rumah lama mereka, tidak lagi memisah
“Kukira aku tidak akan pernah puas jika menyangkut dirimu. Bukankah aku sudah sering mengatakannya?” Liam memainkan jari jemarinya di bahu telanjang Agatha.“Kuharap Noah tidak akan pernah menemukan kita dalam keadaan seperti ini.”“Tidak akan. Aku sudah mewanti-wanti Bibi Emy untuk ‘menjaganya’ dengan baik. Kalau sampai bocah itu lolos, aku akan memecatnya.”“Kau ini, masih saja suka sembarangan memecat orang.” Agatha memutar bola matanya malas, menanggapi sikap Liam yang masih suka seenaknya sendiri.***Sudah berminggu-minggu berlalu. Noah sudah mulai bisa beradaptasi hidup di lingkungan Cedar Hills yang dipenuhi dengan vila-vila orang kaya dengan jarak yang sangat jauh antar satu vila dengan vila lainnya. Kehidupannya sama sekali berbeda dengan saat dirinya masih tinggal di Borghetto.Di tempat tingal lamanya, rumah tetangganya berjarak tidak begitu jauh. Namun di Cedar Hills, Noah harus menerima kenyataan kalau dirinya bahkan tidak memiliki tetangga. Setelah pindah ke Como, ayahn
“Tentu saja aku tahu. Aku juga tahu makanan kesukaan semua orang di rumah ini.”“Sungguh?”“Bibi Emy adalah koki terbaik di sini. Kalau kau ingin makan sesuatu, tinggal katakan saja padanya.” Sahut Liam.“Hebat. Ayah bahkan memiliki seorang koki pribadi!”“Baiklah, kau sudah mendapatkan kamarmu. Sekarang giliran ayah mengantar ibumu ke kamar.”“Hm, bersikap baiklah padanya.”“Bibi Emy, tolong jaga dia dengan baik. Pastikan dia tidak tiba-tiba muncul di kamarku.” Ucap Liam memperingati.“Baik, Tuan Stefano.” Bibi Emy mengangguk dan tersenyum, paham betul dengan maksud perkataan majikannya itu.***“Apa Noah menyukai kamar barunya?” Tanya Agatha tanpa memalingkan pandangannya dari kebun lily putih di hadapannya.“Dia sangat menyukainya. Sekarang dia sedang menikmati tortellini cokelat kesukaannya.” Jawab Liam, pria itu berjalan mendekati Agatha dan melingkarkan tangannya posesif di pinggang istrinya.“Baguslah.” Responsnya singkat.“Kau baru tiba beberapa menit di sini dan langsung meli
“Itu—sama sekali bukan urusanku.” Liam menyeringai, menikmati pemandangan menyedihkan dari orang-orang yang telah berlaku buruk pada anak dan istrinya selama lima tahun ini.“Bukankah kalian juga bersikap tidak adil pada Agatha dan Noah saat mereka tidak memiliki apa pun?”“Tuan Stefano, mohon maafkan kesalahan kami di masa lalu. Tidak bisakah kau melupakannya dan—”“Tidak. Sudah kukatakan aku bukan orang pemaaf, jadi jangan mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin bisa kulakukan.” Liam menggamit lengan Agatha dan membawanya pergi dari sana, mengabaikan rintihan orang-orang yang memohon padanya.Liam tidak peduli, baginya orang-orang yang bersalah pantas untuk dihukum dan menerima karma mereka. Sama sekali tidak layak untuk dimaafkan. Orang-orang itu layak untuk menuai apa yang telah mereka tabor. Sekaligus sebagai peringatan bagi yang lainnya, kalau tidak boleh sembarangan memperlakukan orang lai
“Sejak awal aku sudah menyadari kemiripanku denganmu, hanya saja aku tidak ingin terlalu berharap. Aku takut kalau kenyataannya tidak sesuai dengan yang kuharapkan. Jadi aku memilih menunggu sampai kau memberitahuku lebih dulu.”Liam menjulurkan tangan untuk mengusap wajah Noah yang sudah basah oleh air mata.“Sekarang dengarkan baik-baik. Aku adalah ayahmu. Ayah yang mencintai dan sangat menginginkanmu. Kau akan selalu menjadi lebih penting daripada hidupku sendiri. Ingat itu baik-baik, oke?” Noah mengangguk mendengar penjelasan ayahnya.“Kalau begitu bersiaplah, aku akan mengantarmu ke sekolah.”“Tidak mau.” Liam mengerutkan keningnya mendengar penolakan Noah.“Aku tidak ingin berada di sekolah itu lagi. Ayah juga mengatakan kemarin kalau aku bisa mendapatkan sekolah yang lebih baik dari sekolahku yang di sini.”“Itu memang benar. Ayah akan mengantarmu ke sekolah bu
“Aku tidak mau.” Agatha menarik diri sepenuhnya dari berpelukan dengan Liam.“Kenapa?” Tanya pria itu bingung.“Usiaku sudah 29 tahun sekarang.”“Di mataku, kau terlihat jauh lebih muda dan cantik dari gadis muda mana pun.”“Aku hanya akan hamil satu kali lagi. Apa kau keberatan? Atau mau mencari wanita lain untuk memenuhi keinginanmu yang ingin memiliki banyak anak itu?”Liam menarik napas dalam sebelum menjawab, berusaha tidak ada kesalahan pengucapan dan membuat Agatha berubah pikiran.“Terserah kau saja. Berapa pun tidak masalah. Bagiku, asalkan bisa hidup dan menua bersamamu, itu saja sudah cukup. Keinginanku yang paling besar sekarang adalah menjalani hidup denganmu dan juga Noah. Dan berusaha memprioritaskan kebahagiaan kalian berdua.”“Kata-katamu terdengar manis, dari mana kau mempelajarinya?”“Aku mempelajarinya darimu.” Li
“Kau penyihir kecil menantang dengan segala kebaikannya. Dan juga istri yang kucintai. Sangat-sangat kucintai.” Jawabnya.“Kau sudah mengatakannya kemarin.”“Aku akan lebih sering lagi mengatakannya. Sesering mungkin.” Liam tak lagi menyangkal perasaannya, dan dia akan berusaha sejujur mungkin, terutama untuk membuat Agatha tetap di sisinya.Agatha merasa tubuhnya panas dan berkeringat, namun Liam dengan gerakan cepat bangkit dan meraup tubuhnya kembali dalam pelukan. Liam menciumnya, Agatha secara sadar dan sukarela membalas ciumannya.Saat tiba-tiba Liam menghentikan ciumanya, pria itu mendesah di atas bibir Agatha yang peka. Dia mengangkat kedua tangannya dan menangkup wajah Agatha, mata abu-abunya yang gelap penuh dengan hasrat yang menuntut tanggapan positif.“Aku tak akan pernah merasa puas akan dirimu, Tesoro—sayang. Kumohon, pulanglah bersamaku.”Dada Agatha serasa direma
“Anggap saja begitu. Agar rencana balas dendamku ini berjalan lancar, sebaiknya kau ikut pulang bersamaku. Dengan begitu aku bisa menghukummu—tidak—menghamilimu sebanyak yang bisa kau terima.”“Dasar kau mesum.”“Kau kira mudah menahan diri selama lima tahun?”“Siapa suruh kau tidak mencari pelampiasan lain. Dengan kualifikasimu, pasti banyak wanita yang tertarik.”“Kau pikir aku pria seperti apa? Aku adalah pria yang sudah menikah. Aku tidak ingin mengotori diriku dengan berselingkuh!”Sekarang Agatha yakin wajahnya pasti sudah sangat merah. Kenyataan bahwa suaminya tidak menginginkan wanita lain selain dirinya terdengar cukup melegakan.“Aku akan melihat Noah dulu.” Agatha berusaha menghindari Liam dengan menjadikan putranya sebagai alasan.Sejujurnya, dia merasa perlu membujuk anak itu agar tidak terlalu memusuhi Liam. Agatha paham dengan sikap Noah
Merasa malu karena terpergok oleh putranya sendiri tengah melakukan perbuatan tidak senonoh.“Oh, maafkan aku, Agatha. Apa kami datang di saat yang tidak tepat? Haruskah aku membawa Noah pergi lagi?” Tanya Frank dengan hati-hati, pria itu kesulitan berkata-kata melihat tatapan Liam yang setajam pisau.“Kukira paman orang yang baik, ternyata kau lebih mesum dari pria mana pun yang mencoba mendekati ibuku.” Noah segera berlari ke arah keduanya, lalu memberikan beberapa tinju pada Liam, membuat pria itu terhuyung ke belakang akibat serangan dadakan itu.“Apa yang kau lakukan?” Liam berusaha menghalau tangan Noah kecil yang bergerak sangat cepat ke arahnya.“Aku membencimu, karena sudah berani mencium ibuku. Aku akan memukulmu dan menendang pantatmu!” Teriaknya dengan amarah yang meluap-luap.“Agatha.” Liam menatap Agatha seolah meminta pertolongan.“Berhentilah kalian berdua.&rdq