Share

Jebakan Kemenangan
Jebakan Kemenangan
Penulis: Dinar Asmita

Bab 1

Penulis: Dinar Asmita
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-21 10:25:07
Minggu lalu, saat menemani klien ke tempat hiburan malam, aku dihadapkan pada kenyataan yang cukup mengejutkan.

Mucikari membawa beberapa gadis muda berpakaian minim dan aku langsung mengenali salah satu diantara mereka.

Gadis itu sering muncul di postingan putriku.

Dia adalah Jesli, teman kelas putriku di sekolah seni.

Malam itu, dia mengenakan tanktop putih yang memamerkan pinggang rampingnya, dipadukan dengan celana pendek ketat hitam yang menonjolkan kakinya yang jenjang.

Penampilannya terlihat polos, sangat kontras dengan suasana glamor penuh pesta di sekitarnya.

Tanpa memedulikan etika bisnis, aku langsung memanggil Jesli untuk duduk di sampingku, bahkan sebelum klien sempat bicara.

Bukan karena aku punya niat buruk.

Namun, karena rasa tega, aku tidak ingin melihat Jesli dipermainkan oleh pria lain.

Jesli sendiri tidak mengenalku, jadi dia tidak tahu bahwa aku adalah ayah dari sahabat dekatnya.

Dengan patuh, dia bersandar di pelukanku, sambil memperhatikan klien di sebelah yang asik memegang gadis lainnya.

Dia penasaran kenapa diriku tidak memegangnya.

Jesli menoleh melihatku dan bertanya, "Om, apa aku nggak cantik?"

Aku menggeleng dan bertanya, "Kamu mahasiswa?"

"Aku baru masuk semester satu."

Aku menghela napas. Ternyata benar, dia seangkatan dengan putriku yang juga sedang duduk di bangku semester satu.

"Badanmu bagus sekali, kamu mahasiswa seni tari ya?"

"Iya, banyak teman-teman kampusku yang kerja seperti ini untuk uang saku tambahan. Tapi, om aneh sekali, banyak sekali pertanyaannya."

Jesli kemudian memelukku dengan lembut, tubuhnya yang mungil menyusup ke pelukanku. Tangannya melingkar di leherku dan wajahnya mendekat ke bahuku.

Dengan suara manja, dia berbisik di telingaku, "Om, susah sekali mau dapetin uangmu. Masa harus perempuan yang duluan ... "

Sejujurnya, sejak istriku kabur dengan pria lain, aku sudah lama tidak menyentuh wanita.

Jika dibilang tidak ada keinginan sama sekali, itu pasti bohong.

Namun, aku telah berjuang membesarkan putriku sendirian, menjadi ayah sekaligus ibu untuknya. Aku bekerja keras untuk menyekolahkannya di akademi tari terbaik.

Harapannya agar dia bisa sukses dan tidak mengulangi kesalahan ibunya.

Di saat seperti ini, bagaimana mungkin aku tergoda untuk berbuat hal tidak pantas pada sahabat putriku?

Aku menjauhkan tubuh Jesli dari diriku dan bertanya, "Kamu juga melayani tamu? Berapa bayarannya?"

"Empat juta untuk sekali, Enam juta kalau semalaman, maksimal tiga kali."

"Hehe, aku sudah empat puluhan, nggak seenergik anak-anak muda."

“Jangan kira kami nggak tahu, semua laki-laki suka pakai suplemen."

"Kami?"

"Iya, kami ... "

Sepertinya Jesli tidak puas hanya mengobrol denganku. Dia kembali merangkulku, membuka kakinya dan duduk di pahaku, lalu menarik tanganku ke pinggangnya.

Dia mendekatkan mulutnya ke telingaku lagi dan menjawab, "Kalau om mau tambah empat juta lagi, aku dan sahabatku bisa membuat malammu tak terlupakan."

Entah kenapa, tiba-tiba foto-foto di postingan putriku terlintas di pikiranku.

Para gadis muda tersenyum lebar, mengenakan pakaian tari ketat yang membentuk tubuh sempurna mereka.

Penasaran dengan dunia orang dewasa, tapi malah terjerumus ke dalam lumpur kotor yang makin dalam.

Aku kembali menarik Jesli menjauh dan entah kenapa, aku bertanya, "Sahabatmu juga secantik kamu?"

Jesli mengira aku tertarik, lalu mengeluarkan ponselnya dari saku celana pendek yang hampir setinggi pinggul, sambil memandangku dengan genit dan menjawab, " Ternyata om rakus juga, aku bahkan masih kurang ... "

Saat aku melihat foto yang Jesli tunjukan, aku hampir tidak percaya dengan apa yang kulihat.

Dengan tangan gemetar, aku mengambil ponselnya dan memerhatikan foto-foto gadis dalam gambar itu.

Itu Jola, putri kesayanganku.

Hatiku sangat sakit, kepalaku terasa seperti dihantam palu besi dan berdenging. Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapi kenyataan yang begitu kejam ini.

"Om, sahabatku cantik, 'kan?"

"Cantik."

"Kalau begitu sepakat, ya? Om ingat bawa uang tunai, kami nggak terima transfer atau amplop, kamu pasti mengerti, keamanan itu yang paling utama."

" ... "

Hatiku mulai panik, apa yang dia katakan?

Kenapa dia begitu lancar berbicara seperti ini? Apa benar Jola benar-benar terlibat dalam hal ini dengan Jesli?

Tidak mungkin, putri kesayanganku tak akan sejauh ini! Jesli pasti sedang membohongiku!

Namun, logikaku memberitahu bahwa apa yang dikatakan Jesli mungkin benar.

Putri kesayanganku, ternyata memiliki sisi lain yang tak terduga.

Jesli tampaknya sangat ingin mendapatkan sepuluh juta dariku. Dia mengambil ponsel dari sakuku dan membuka kunci dengan wajahku.

Kemudian mengikuti akun instagramnya.

Aku langsung panik, buru-buru merebut ponselnya dan menyembunyikan foto-foto postinganku darinya.

Jika dia menemukan foto-foto Jola di sana, semuanya akan berakhir.

Jesli kembali merangkulku, lalu mendaratkan ciuman di bibirku, lalu berkata, "Om harus kerja biasanya? Kita janjian di hari minggu malam saja? Tunggu kabar dariku ya ... "

Bab terkait

  • Jebakan Kemenangan   Bab 2

    Setelah keluar dari tempat hiburan malam itu, aku bahkan tidak tahu bagaimana aku pulang ke rumah.Dengan hati-hati, aku membuka pintu kamar, melihat wajah Jola yang sedang tidur nyenyak. Dia sama sekali tidak tahu betapa putus asanya ayahnya saat ini.Haruskah aku melapor polisi?Tidak, aku tidak boleh lapor polisi. Jika aku melapor polisi, hidup putriku akan hancur dan dia akan direndahkan oleh banyak orang.Mungkin dia akan bunuh diri.Itu adalah konsekuensi yang tidak sanggup aku tanggung.Aku menutup pintu kamar putriku, lututku terasa lemas hingga terjatuh di lantai.Apa yang harus kulakukan?Siapa yang bisa menolongku?Tiba-tiba, terdengar suara notifikasi Whatsapp dari tas selempang putriku di dekat pintu masuk.Dengan susah payah, aku berdiri dan mengambil ponsel lain milik Jola.Aku tahu dia punya dua ponsel, tetapi selama ini aku tidak pernah curiga.Aku juga tahu bahwa ini adalah privasinya, tetapi sekarang aku harus melihatnya.Pesan di Whatsapp itu sederhana, hanya bebera

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Jebakan Kemenangan   Bab 3

    Dengan panik, aku mengirim pesan ke Jesli, "Aku sudah pulang, kamu sedang apa?""Sudah terlambat om, om ninggalin kami, jadi sahabatku sudah menemukan dua pelanggan baru."Aku segera berpakaian dan keluar rumah, pikiranku terus terpaku pada pesan Jesli sebelumnya."Hilton, kamar 1802."Aku menerobos lampu merah hingga akhirnya tiba di depan kamar hotel tersebut.Aku mengeluarkan kartu bank dari dompetku, menyelipkan ke celah pintu dan dengan sedikit usaha, 'klik' pintunya terbuka.Ini adalah kamar suite. Dengan tubuh gemetar, aku melangkah masuk ke ruang tamu, mendengar suara tawa dan napas yang familiar dari kamar tidur.Hatiku dipenuhi firasat buruk, merasa diriku akan menghadapi adegan yang tak bisa kuterima.Dengan pelan, aku mendorong pintu kamar hingga terbuka sedikit dan mengintip ke dalam.Hanya meliriknya saja, tubuhku langsung kaku, darahku seolah berhenti mengalir dan jantungku seperti berhenti berdetak.Aku melihat putriku ...Ruangan itu sekitar 30 meter persegi. Ada sebua

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Jebakan Kemenangan   Bab 4

    Ternyata ini adalah jebakan dan aku telah masuk ke jebakan mereka!"Memang hanya kamu yang punya akal! Akhirnya ada sesuatu yang bisa kita laporkan ke Bang Boga!"Bang Boga?Nama itu terngiang di telingaku, membuat perhatianku semakin tajam."Membayangkan uangnya saja sudah membuatku tergiur."Ujar pria itu sambil meraba tubuh Jesli dengan penuh semangat.Tiba-tiba, aku teringat.Bang Boga memang tidak asing bagiku.Dia adalah saingan bisnis perusahaan tempatku bekerja.Belakangan ini, aku memimpin proyek pengembangan baterai inovatif yang akan segera diluncurkan. Boga Martinus, alias Bang Boga pernah mencoba merekrutku, tetapi aku menolak.Setelah ditolak, dia tampak kesal.Sepertinya dia menyimpan dendam dan sekarang mencoba menjebakku dengan cara rendahan seperti ini.Semua ini karena diriku, diriku yang menyeret Jola ke dalam kekacauan ini.Dengan mengepalkan tanganku dan dada dipenuhi amarah, aku menatap ketiga orang di ruangan itu.Boga Martinus, kamu yang memulainya, jangan sala

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Jebakan Kemenangan   Bab 5

    Begitu sampai di mobil, Jesli mengirim pesan.Aku membukanya. Ternyata itu adalah foto telanjang dirinya, diikuti dengan pesan suara."Om, kenapa belum sampai? Aku sudah nggak sabar menunggu ... ""Maaf, tadi ada macet sedikit. Aku masih di jalan, sabar ya ... “Tak lama setelah itu, Jesli langsung menelepon video.Suara deringnya yang nyaring membuat Jola kembali terkejut.Aku buru-buru menolak panggilan itu dan membalas dengan pesan suara, "Aku lagi nyetir, sebentar lagi sampai."Usai bicara, aku segera membawa Jola masuk ke dalam mobil. Begitu berada di tempat yang aman, suasana hatinya mulai tenang.Jesli kembali mengirim beberapa foto telanjang dan pesan suara, terus berbicara dengan kata-kata menggoda dan mendesakku untuk segera datang.Melihat foto-foto vulgar di layar, aku menyipitkan mata. Biarkan dia menunggu lebih lama.Kemudian, aku menelepon polisi dan melaporkan transaksi ilegal yang terjadi di Hotel Hilton antara seorang wanita dan dua pria itu.Setelah menjelaskan situa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Jebakan Kemenangan   Bab 6

    Aku kira Jesli dan kawan-kawannya baru akan keluar setelah beberapa bulan, tetapi beberapa hari kemudian, dia kembali menghubungiku.Sepertinya, Bang Boga mulai turun tangan.Dengan waktu peluncuran produk baru yang semakin dekat, Bang Boga juga terpaksa mulai terburu-buru.Dalam pesannya Jesli mengungkapkan kekesalannnya karena aku meninggalkannya begitu saja dan meminta agar aku benar-benar meluangkan waktu untuk menemaninya kali ini.Sepertinya mereka belum menyadari bahwa aku sudah mengetahui semua rencana mereka.Namun, karena mereka sudah melibatkan Jola dalam permainan mereka, jangan harap bisa bebas begitu saja.Aku memutuskan untuk membalas dengan rencana balas dendam untuk melampiaskan rasa kesal.Setelah memikirkan langkah selanjutnya, aku menulis sebuah pesan.--Akhir-akhir ini, perusahaan sedang sibuk dengan proyek baru. Bagaimana kalau kita bertemu siang nanti?Begitu mengungkit proyek baru, Jesli langsung bersemangat.--Tentu, aku siap kapan saja, ikuti waktumu saja!Ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Jebakan Kemenangan   Bab 7

    Perusahaan kami baru saja menetapkan tanggal untuk acara peluncuran dan untuk mendahului kami, Boga langsung mengadakan acara serupa dua hari lebih awal.Aku sudah memprediksi dia akan melakukan hal itu. Saat perusahaan kami mulai panik, aku segera muncul untuk menenangkan suasana agar tidak kehilangan kendali.Akhirnya, hari peluncuran pun tiba. Boga mengundang banyak media untuk meliput, membuat perbincangan tentang acara itu semakin panas, seolah-olah takut orang lain tidak tahu.Tentu saja, aku harus hadir untuk bertemu dengannya.Berhasil menyelinap masuk ke tempat acara, peluncuran produk pun sudah dimulai.Boga berdiri di atas panggung dan berbicara panjang lebar tentang keunggulan baterai ini, jelas sekali dia meniru rancangan kami.Semua orang yang hadir tampak terkesan dengan penjelasannya.Asistenku yang datang bersama pun kesal dan dengan pelan berkata, "Kak Guswan, dia benar-benar meniru kita, ini nggak bisa dibiarkan!"Aku menepuk pundaknya, berusaha menenangkannya."Tena

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21

Bab terbaru

  • Jebakan Kemenangan   Bab 7

    Perusahaan kami baru saja menetapkan tanggal untuk acara peluncuran dan untuk mendahului kami, Boga langsung mengadakan acara serupa dua hari lebih awal.Aku sudah memprediksi dia akan melakukan hal itu. Saat perusahaan kami mulai panik, aku segera muncul untuk menenangkan suasana agar tidak kehilangan kendali.Akhirnya, hari peluncuran pun tiba. Boga mengundang banyak media untuk meliput, membuat perbincangan tentang acara itu semakin panas, seolah-olah takut orang lain tidak tahu.Tentu saja, aku harus hadir untuk bertemu dengannya.Berhasil menyelinap masuk ke tempat acara, peluncuran produk pun sudah dimulai.Boga berdiri di atas panggung dan berbicara panjang lebar tentang keunggulan baterai ini, jelas sekali dia meniru rancangan kami.Semua orang yang hadir tampak terkesan dengan penjelasannya.Asistenku yang datang bersama pun kesal dan dengan pelan berkata, "Kak Guswan, dia benar-benar meniru kita, ini nggak bisa dibiarkan!"Aku menepuk pundaknya, berusaha menenangkannya."Tena

  • Jebakan Kemenangan   Bab 6

    Aku kira Jesli dan kawan-kawannya baru akan keluar setelah beberapa bulan, tetapi beberapa hari kemudian, dia kembali menghubungiku.Sepertinya, Bang Boga mulai turun tangan.Dengan waktu peluncuran produk baru yang semakin dekat, Bang Boga juga terpaksa mulai terburu-buru.Dalam pesannya Jesli mengungkapkan kekesalannnya karena aku meninggalkannya begitu saja dan meminta agar aku benar-benar meluangkan waktu untuk menemaninya kali ini.Sepertinya mereka belum menyadari bahwa aku sudah mengetahui semua rencana mereka.Namun, karena mereka sudah melibatkan Jola dalam permainan mereka, jangan harap bisa bebas begitu saja.Aku memutuskan untuk membalas dengan rencana balas dendam untuk melampiaskan rasa kesal.Setelah memikirkan langkah selanjutnya, aku menulis sebuah pesan.--Akhir-akhir ini, perusahaan sedang sibuk dengan proyek baru. Bagaimana kalau kita bertemu siang nanti?Begitu mengungkit proyek baru, Jesli langsung bersemangat.--Tentu, aku siap kapan saja, ikuti waktumu saja!Ter

  • Jebakan Kemenangan   Bab 5

    Begitu sampai di mobil, Jesli mengirim pesan.Aku membukanya. Ternyata itu adalah foto telanjang dirinya, diikuti dengan pesan suara."Om, kenapa belum sampai? Aku sudah nggak sabar menunggu ... ""Maaf, tadi ada macet sedikit. Aku masih di jalan, sabar ya ... “Tak lama setelah itu, Jesli langsung menelepon video.Suara deringnya yang nyaring membuat Jola kembali terkejut.Aku buru-buru menolak panggilan itu dan membalas dengan pesan suara, "Aku lagi nyetir, sebentar lagi sampai."Usai bicara, aku segera membawa Jola masuk ke dalam mobil. Begitu berada di tempat yang aman, suasana hatinya mulai tenang.Jesli kembali mengirim beberapa foto telanjang dan pesan suara, terus berbicara dengan kata-kata menggoda dan mendesakku untuk segera datang.Melihat foto-foto vulgar di layar, aku menyipitkan mata. Biarkan dia menunggu lebih lama.Kemudian, aku menelepon polisi dan melaporkan transaksi ilegal yang terjadi di Hotel Hilton antara seorang wanita dan dua pria itu.Setelah menjelaskan situa

  • Jebakan Kemenangan   Bab 4

    Ternyata ini adalah jebakan dan aku telah masuk ke jebakan mereka!"Memang hanya kamu yang punya akal! Akhirnya ada sesuatu yang bisa kita laporkan ke Bang Boga!"Bang Boga?Nama itu terngiang di telingaku, membuat perhatianku semakin tajam."Membayangkan uangnya saja sudah membuatku tergiur."Ujar pria itu sambil meraba tubuh Jesli dengan penuh semangat.Tiba-tiba, aku teringat.Bang Boga memang tidak asing bagiku.Dia adalah saingan bisnis perusahaan tempatku bekerja.Belakangan ini, aku memimpin proyek pengembangan baterai inovatif yang akan segera diluncurkan. Boga Martinus, alias Bang Boga pernah mencoba merekrutku, tetapi aku menolak.Setelah ditolak, dia tampak kesal.Sepertinya dia menyimpan dendam dan sekarang mencoba menjebakku dengan cara rendahan seperti ini.Semua ini karena diriku, diriku yang menyeret Jola ke dalam kekacauan ini.Dengan mengepalkan tanganku dan dada dipenuhi amarah, aku menatap ketiga orang di ruangan itu.Boga Martinus, kamu yang memulainya, jangan sala

  • Jebakan Kemenangan   Bab 3

    Dengan panik, aku mengirim pesan ke Jesli, "Aku sudah pulang, kamu sedang apa?""Sudah terlambat om, om ninggalin kami, jadi sahabatku sudah menemukan dua pelanggan baru."Aku segera berpakaian dan keluar rumah, pikiranku terus terpaku pada pesan Jesli sebelumnya."Hilton, kamar 1802."Aku menerobos lampu merah hingga akhirnya tiba di depan kamar hotel tersebut.Aku mengeluarkan kartu bank dari dompetku, menyelipkan ke celah pintu dan dengan sedikit usaha, 'klik' pintunya terbuka.Ini adalah kamar suite. Dengan tubuh gemetar, aku melangkah masuk ke ruang tamu, mendengar suara tawa dan napas yang familiar dari kamar tidur.Hatiku dipenuhi firasat buruk, merasa diriku akan menghadapi adegan yang tak bisa kuterima.Dengan pelan, aku mendorong pintu kamar hingga terbuka sedikit dan mengintip ke dalam.Hanya meliriknya saja, tubuhku langsung kaku, darahku seolah berhenti mengalir dan jantungku seperti berhenti berdetak.Aku melihat putriku ...Ruangan itu sekitar 30 meter persegi. Ada sebua

  • Jebakan Kemenangan   Bab 2

    Setelah keluar dari tempat hiburan malam itu, aku bahkan tidak tahu bagaimana aku pulang ke rumah.Dengan hati-hati, aku membuka pintu kamar, melihat wajah Jola yang sedang tidur nyenyak. Dia sama sekali tidak tahu betapa putus asanya ayahnya saat ini.Haruskah aku melapor polisi?Tidak, aku tidak boleh lapor polisi. Jika aku melapor polisi, hidup putriku akan hancur dan dia akan direndahkan oleh banyak orang.Mungkin dia akan bunuh diri.Itu adalah konsekuensi yang tidak sanggup aku tanggung.Aku menutup pintu kamar putriku, lututku terasa lemas hingga terjatuh di lantai.Apa yang harus kulakukan?Siapa yang bisa menolongku?Tiba-tiba, terdengar suara notifikasi Whatsapp dari tas selempang putriku di dekat pintu masuk.Dengan susah payah, aku berdiri dan mengambil ponsel lain milik Jola.Aku tahu dia punya dua ponsel, tetapi selama ini aku tidak pernah curiga.Aku juga tahu bahwa ini adalah privasinya, tetapi sekarang aku harus melihatnya.Pesan di Whatsapp itu sederhana, hanya bebera

  • Jebakan Kemenangan   Bab 1

    Minggu lalu, saat menemani klien ke tempat hiburan malam, aku dihadapkan pada kenyataan yang cukup mengejutkan.Mucikari membawa beberapa gadis muda berpakaian minim dan aku langsung mengenali salah satu diantara mereka.Gadis itu sering muncul di postingan putriku.Dia adalah Jesli, teman kelas putriku di sekolah seni.Malam itu, dia mengenakan tanktop putih yang memamerkan pinggang rampingnya, dipadukan dengan celana pendek ketat hitam yang menonjolkan kakinya yang jenjang.Penampilannya terlihat polos, sangat kontras dengan suasana glamor penuh pesta di sekitarnya.Tanpa memedulikan etika bisnis, aku langsung memanggil Jesli untuk duduk di sampingku, bahkan sebelum klien sempat bicara.Bukan karena aku punya niat buruk.Namun, karena rasa tega, aku tidak ingin melihat Jesli dipermainkan oleh pria lain.Jesli sendiri tidak mengenalku, jadi dia tidak tahu bahwa aku adalah ayah dari sahabat dekatnya.Dengan patuh, dia bersandar di pelukanku, sambil memperhatikan klien di sebelah yang a

DMCA.com Protection Status