Setelah keluar dari tempat hiburan malam itu, aku bahkan tidak tahu bagaimana aku pulang ke rumah.Dengan hati-hati, aku membuka pintu kamar, melihat wajah Jola yang sedang tidur nyenyak. Dia sama sekali tidak tahu betapa putus asanya ayahnya saat ini.Haruskah aku melapor polisi?Tidak, aku tidak boleh lapor polisi. Jika aku melapor polisi, hidup putriku akan hancur dan dia akan direndahkan oleh banyak orang.Mungkin dia akan bunuh diri.Itu adalah konsekuensi yang tidak sanggup aku tanggung.Aku menutup pintu kamar putriku, lututku terasa lemas hingga terjatuh di lantai.Apa yang harus kulakukan?Siapa yang bisa menolongku?Tiba-tiba, terdengar suara notifikasi Whatsapp dari tas selempang putriku di dekat pintu masuk.Dengan susah payah, aku berdiri dan mengambil ponsel lain milik Jola.Aku tahu dia punya dua ponsel, tetapi selama ini aku tidak pernah curiga.Aku juga tahu bahwa ini adalah privasinya, tetapi sekarang aku harus melihatnya.Pesan di Whatsapp itu sederhana, hanya bebera
Dengan panik, aku mengirim pesan ke Jesli, "Aku sudah pulang, kamu sedang apa?""Sudah terlambat om, om ninggalin kami, jadi sahabatku sudah menemukan dua pelanggan baru."Aku segera berpakaian dan keluar rumah, pikiranku terus terpaku pada pesan Jesli sebelumnya."Hilton, kamar 1802."Aku menerobos lampu merah hingga akhirnya tiba di depan kamar hotel tersebut.Aku mengeluarkan kartu bank dari dompetku, menyelipkan ke celah pintu dan dengan sedikit usaha, 'klik' pintunya terbuka.Ini adalah kamar suite. Dengan tubuh gemetar, aku melangkah masuk ke ruang tamu, mendengar suara tawa dan napas yang familiar dari kamar tidur.Hatiku dipenuhi firasat buruk, merasa diriku akan menghadapi adegan yang tak bisa kuterima.Dengan pelan, aku mendorong pintu kamar hingga terbuka sedikit dan mengintip ke dalam.Hanya meliriknya saja, tubuhku langsung kaku, darahku seolah berhenti mengalir dan jantungku seperti berhenti berdetak.Aku melihat putriku ...Ruangan itu sekitar 30 meter persegi. Ada sebua
Ternyata ini adalah jebakan dan aku telah masuk ke jebakan mereka!"Memang hanya kamu yang punya akal! Akhirnya ada sesuatu yang bisa kita laporkan ke Bang Boga!"Bang Boga?Nama itu terngiang di telingaku, membuat perhatianku semakin tajam."Membayangkan uangnya saja sudah membuatku tergiur."Ujar pria itu sambil meraba tubuh Jesli dengan penuh semangat.Tiba-tiba, aku teringat.Bang Boga memang tidak asing bagiku.Dia adalah saingan bisnis perusahaan tempatku bekerja.Belakangan ini, aku memimpin proyek pengembangan baterai inovatif yang akan segera diluncurkan. Boga Martinus, alias Bang Boga pernah mencoba merekrutku, tetapi aku menolak.Setelah ditolak, dia tampak kesal.Sepertinya dia menyimpan dendam dan sekarang mencoba menjebakku dengan cara rendahan seperti ini.Semua ini karena diriku, diriku yang menyeret Jola ke dalam kekacauan ini.Dengan mengepalkan tanganku dan dada dipenuhi amarah, aku menatap ketiga orang di ruangan itu.Boga Martinus, kamu yang memulainya, jangan sala
Begitu sampai di mobil, Jesli mengirim pesan.Aku membukanya. Ternyata itu adalah foto telanjang dirinya, diikuti dengan pesan suara."Om, kenapa belum sampai? Aku sudah nggak sabar menunggu ... ""Maaf, tadi ada macet sedikit. Aku masih di jalan, sabar ya ... “Tak lama setelah itu, Jesli langsung menelepon video.Suara deringnya yang nyaring membuat Jola kembali terkejut.Aku buru-buru menolak panggilan itu dan membalas dengan pesan suara, "Aku lagi nyetir, sebentar lagi sampai."Usai bicara, aku segera membawa Jola masuk ke dalam mobil. Begitu berada di tempat yang aman, suasana hatinya mulai tenang.Jesli kembali mengirim beberapa foto telanjang dan pesan suara, terus berbicara dengan kata-kata menggoda dan mendesakku untuk segera datang.Melihat foto-foto vulgar di layar, aku menyipitkan mata. Biarkan dia menunggu lebih lama.Kemudian, aku menelepon polisi dan melaporkan transaksi ilegal yang terjadi di Hotel Hilton antara seorang wanita dan dua pria itu.Setelah menjelaskan situa
Aku kira Jesli dan kawan-kawannya baru akan keluar setelah beberapa bulan, tetapi beberapa hari kemudian, dia kembali menghubungiku.Sepertinya, Bang Boga mulai turun tangan.Dengan waktu peluncuran produk baru yang semakin dekat, Bang Boga juga terpaksa mulai terburu-buru.Dalam pesannya Jesli mengungkapkan kekesalannnya karena aku meninggalkannya begitu saja dan meminta agar aku benar-benar meluangkan waktu untuk menemaninya kali ini.Sepertinya mereka belum menyadari bahwa aku sudah mengetahui semua rencana mereka.Namun, karena mereka sudah melibatkan Jola dalam permainan mereka, jangan harap bisa bebas begitu saja.Aku memutuskan untuk membalas dengan rencana balas dendam untuk melampiaskan rasa kesal.Setelah memikirkan langkah selanjutnya, aku menulis sebuah pesan.--Akhir-akhir ini, perusahaan sedang sibuk dengan proyek baru. Bagaimana kalau kita bertemu siang nanti?Begitu mengungkit proyek baru, Jesli langsung bersemangat.--Tentu, aku siap kapan saja, ikuti waktumu saja!Ter
Perusahaan kami baru saja menetapkan tanggal untuk acara peluncuran dan untuk mendahului kami, Boga langsung mengadakan acara serupa dua hari lebih awal.Aku sudah memprediksi dia akan melakukan hal itu. Saat perusahaan kami mulai panik, aku segera muncul untuk menenangkan suasana agar tidak kehilangan kendali.Akhirnya, hari peluncuran pun tiba. Boga mengundang banyak media untuk meliput, membuat perbincangan tentang acara itu semakin panas, seolah-olah takut orang lain tidak tahu.Tentu saja, aku harus hadir untuk bertemu dengannya.Berhasil menyelinap masuk ke tempat acara, peluncuran produk pun sudah dimulai.Boga berdiri di atas panggung dan berbicara panjang lebar tentang keunggulan baterai ini, jelas sekali dia meniru rancangan kami.Semua orang yang hadir tampak terkesan dengan penjelasannya.Asistenku yang datang bersama pun kesal dan dengan pelan berkata, "Kak Guswan, dia benar-benar meniru kita, ini nggak bisa dibiarkan!"Aku menepuk pundaknya, berusaha menenangkannya."Tena
Perusahaan kami baru saja menetapkan tanggal untuk acara peluncuran dan untuk mendahului kami, Boga langsung mengadakan acara serupa dua hari lebih awal.Aku sudah memprediksi dia akan melakukan hal itu. Saat perusahaan kami mulai panik, aku segera muncul untuk menenangkan suasana agar tidak kehilangan kendali.Akhirnya, hari peluncuran pun tiba. Boga mengundang banyak media untuk meliput, membuat perbincangan tentang acara itu semakin panas, seolah-olah takut orang lain tidak tahu.Tentu saja, aku harus hadir untuk bertemu dengannya.Berhasil menyelinap masuk ke tempat acara, peluncuran produk pun sudah dimulai.Boga berdiri di atas panggung dan berbicara panjang lebar tentang keunggulan baterai ini, jelas sekali dia meniru rancangan kami.Semua orang yang hadir tampak terkesan dengan penjelasannya.Asistenku yang datang bersama pun kesal dan dengan pelan berkata, "Kak Guswan, dia benar-benar meniru kita, ini nggak bisa dibiarkan!"Aku menepuk pundaknya, berusaha menenangkannya."Tena
Aku kira Jesli dan kawan-kawannya baru akan keluar setelah beberapa bulan, tetapi beberapa hari kemudian, dia kembali menghubungiku.Sepertinya, Bang Boga mulai turun tangan.Dengan waktu peluncuran produk baru yang semakin dekat, Bang Boga juga terpaksa mulai terburu-buru.Dalam pesannya Jesli mengungkapkan kekesalannnya karena aku meninggalkannya begitu saja dan meminta agar aku benar-benar meluangkan waktu untuk menemaninya kali ini.Sepertinya mereka belum menyadari bahwa aku sudah mengetahui semua rencana mereka.Namun, karena mereka sudah melibatkan Jola dalam permainan mereka, jangan harap bisa bebas begitu saja.Aku memutuskan untuk membalas dengan rencana balas dendam untuk melampiaskan rasa kesal.Setelah memikirkan langkah selanjutnya, aku menulis sebuah pesan.--Akhir-akhir ini, perusahaan sedang sibuk dengan proyek baru. Bagaimana kalau kita bertemu siang nanti?Begitu mengungkit proyek baru, Jesli langsung bersemangat.--Tentu, aku siap kapan saja, ikuti waktumu saja!Ter
Begitu sampai di mobil, Jesli mengirim pesan.Aku membukanya. Ternyata itu adalah foto telanjang dirinya, diikuti dengan pesan suara."Om, kenapa belum sampai? Aku sudah nggak sabar menunggu ... ""Maaf, tadi ada macet sedikit. Aku masih di jalan, sabar ya ... “Tak lama setelah itu, Jesli langsung menelepon video.Suara deringnya yang nyaring membuat Jola kembali terkejut.Aku buru-buru menolak panggilan itu dan membalas dengan pesan suara, "Aku lagi nyetir, sebentar lagi sampai."Usai bicara, aku segera membawa Jola masuk ke dalam mobil. Begitu berada di tempat yang aman, suasana hatinya mulai tenang.Jesli kembali mengirim beberapa foto telanjang dan pesan suara, terus berbicara dengan kata-kata menggoda dan mendesakku untuk segera datang.Melihat foto-foto vulgar di layar, aku menyipitkan mata. Biarkan dia menunggu lebih lama.Kemudian, aku menelepon polisi dan melaporkan transaksi ilegal yang terjadi di Hotel Hilton antara seorang wanita dan dua pria itu.Setelah menjelaskan situa
Ternyata ini adalah jebakan dan aku telah masuk ke jebakan mereka!"Memang hanya kamu yang punya akal! Akhirnya ada sesuatu yang bisa kita laporkan ke Bang Boga!"Bang Boga?Nama itu terngiang di telingaku, membuat perhatianku semakin tajam."Membayangkan uangnya saja sudah membuatku tergiur."Ujar pria itu sambil meraba tubuh Jesli dengan penuh semangat.Tiba-tiba, aku teringat.Bang Boga memang tidak asing bagiku.Dia adalah saingan bisnis perusahaan tempatku bekerja.Belakangan ini, aku memimpin proyek pengembangan baterai inovatif yang akan segera diluncurkan. Boga Martinus, alias Bang Boga pernah mencoba merekrutku, tetapi aku menolak.Setelah ditolak, dia tampak kesal.Sepertinya dia menyimpan dendam dan sekarang mencoba menjebakku dengan cara rendahan seperti ini.Semua ini karena diriku, diriku yang menyeret Jola ke dalam kekacauan ini.Dengan mengepalkan tanganku dan dada dipenuhi amarah, aku menatap ketiga orang di ruangan itu.Boga Martinus, kamu yang memulainya, jangan sala
Dengan panik, aku mengirim pesan ke Jesli, "Aku sudah pulang, kamu sedang apa?""Sudah terlambat om, om ninggalin kami, jadi sahabatku sudah menemukan dua pelanggan baru."Aku segera berpakaian dan keluar rumah, pikiranku terus terpaku pada pesan Jesli sebelumnya."Hilton, kamar 1802."Aku menerobos lampu merah hingga akhirnya tiba di depan kamar hotel tersebut.Aku mengeluarkan kartu bank dari dompetku, menyelipkan ke celah pintu dan dengan sedikit usaha, 'klik' pintunya terbuka.Ini adalah kamar suite. Dengan tubuh gemetar, aku melangkah masuk ke ruang tamu, mendengar suara tawa dan napas yang familiar dari kamar tidur.Hatiku dipenuhi firasat buruk, merasa diriku akan menghadapi adegan yang tak bisa kuterima.Dengan pelan, aku mendorong pintu kamar hingga terbuka sedikit dan mengintip ke dalam.Hanya meliriknya saja, tubuhku langsung kaku, darahku seolah berhenti mengalir dan jantungku seperti berhenti berdetak.Aku melihat putriku ...Ruangan itu sekitar 30 meter persegi. Ada sebua
Setelah keluar dari tempat hiburan malam itu, aku bahkan tidak tahu bagaimana aku pulang ke rumah.Dengan hati-hati, aku membuka pintu kamar, melihat wajah Jola yang sedang tidur nyenyak. Dia sama sekali tidak tahu betapa putus asanya ayahnya saat ini.Haruskah aku melapor polisi?Tidak, aku tidak boleh lapor polisi. Jika aku melapor polisi, hidup putriku akan hancur dan dia akan direndahkan oleh banyak orang.Mungkin dia akan bunuh diri.Itu adalah konsekuensi yang tidak sanggup aku tanggung.Aku menutup pintu kamar putriku, lututku terasa lemas hingga terjatuh di lantai.Apa yang harus kulakukan?Siapa yang bisa menolongku?Tiba-tiba, terdengar suara notifikasi Whatsapp dari tas selempang putriku di dekat pintu masuk.Dengan susah payah, aku berdiri dan mengambil ponsel lain milik Jola.Aku tahu dia punya dua ponsel, tetapi selama ini aku tidak pernah curiga.Aku juga tahu bahwa ini adalah privasinya, tetapi sekarang aku harus melihatnya.Pesan di Whatsapp itu sederhana, hanya bebera
Minggu lalu, saat menemani klien ke tempat hiburan malam, aku dihadapkan pada kenyataan yang cukup mengejutkan.Mucikari membawa beberapa gadis muda berpakaian minim dan aku langsung mengenali salah satu diantara mereka.Gadis itu sering muncul di postingan putriku.Dia adalah Jesli, teman kelas putriku di sekolah seni.Malam itu, dia mengenakan tanktop putih yang memamerkan pinggang rampingnya, dipadukan dengan celana pendek ketat hitam yang menonjolkan kakinya yang jenjang.Penampilannya terlihat polos, sangat kontras dengan suasana glamor penuh pesta di sekitarnya.Tanpa memedulikan etika bisnis, aku langsung memanggil Jesli untuk duduk di sampingku, bahkan sebelum klien sempat bicara.Bukan karena aku punya niat buruk.Namun, karena rasa tega, aku tidak ingin melihat Jesli dipermainkan oleh pria lain.Jesli sendiri tidak mengenalku, jadi dia tidak tahu bahwa aku adalah ayah dari sahabat dekatnya.Dengan patuh, dia bersandar di pelukanku, sambil memperhatikan klien di sebelah yang a