Share

Kai Sudah Tahu

Author: Aldra_12
last update Last Updated: 2024-12-10 19:41:56
Keesokan harinya. Eve baru saja bangun dan keluar dari kamar. Saat pergi ke dapur, Eve melihat Alana di sana.

“Kak, aku tidak sarapan di rumah pagi ini. Kaivan mengajakku makan di rumahnya atas permintaan ibunya,” ucap Eve sambil berjalan menghampiri Alana.

“Sarapan? Sepertinya hubungan kalian semakin baik,” ucap Alana sambil menatap pada Eve. Alana lega jika memang Eve sudah bisa menerima Kaivan.

Eve mengangguk-angguk mendengar ucapan Alana.

“Aku mau siap-siap sebelum Sopir Kaivan datang menjemput,” ujar Eve lagi.

Alana tersenyum sambil mengangguk.

Eve kembali ke kamar lagi. Dia membangunkan Kai yang masih tertidur pulas.

“Kai, bangun yuk!” ajak Eve sambil membelai pipi Kai.

“Kai macih ngantuk, Mami.” Kai memeluk guling erat, enggan membuka mata karena masih ngantuk berat.

Eve tersenyum, lalu berbisik, “Papi Kaivan ngajak sarapan bersama di rumahnya. Kai tidak mau ikut?”

Seketika Kai langsung membuka mata.

“Mau ke rumah Papi?” tanya Kai dengan wajah semringah padahal baru saja bangun
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Adeena
bukan'y Kaivan ingin mendahului memberi tahu Kai Eve karna Kai Terlalu pintar untuk memahami sesuatu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   3 Permintaan

    Eve terkejut sampai tersedak. Dia menatap pada Maria dan Kaivan secara bergantian.“Kamar?” Eve menatap tak percaya.“Iya, Kai punya kamar cendili. Banyak mainannya juga,” celoteh Kai.Eve sungguh tak percaya. Sejak kapan Kaivan menyiapkan semua itu?“Nanti aku ajak melihat kamarnya setelah selesai sarapan,” ujar Kaivan.Eve diam. Dia tidak menyangka kalau Kaivan melakukan banyak hal untuk Kai.Setelah sarapan. Kaivan mengajak Eve melihat kamar Kai, sedangkan Kai berada di luar bersama Maria.“Ini kamar Kai kalau nanti kalian tinggal di sini.Semua kebutuhannya sudah aku siapkan, pakaian, sepatu, dan yang lainnya sudah tertata rapi di lemari.” Kaivan memperlihatkan semuanya pada Eve.Eve benar-benar tak bisa berkata-kata. Kaivan begitu serius sampai sudah menyiapkan semua ini.“Jika kamu tidak keberatan dan ada waktu, sekali-kali menginaplah agar Kai bisa merasakan tidur di kamarnya. Atau, kamu mau kita langsung menikah agar bisa segera tinggal bersama?”Eve melotot mendengar ucapan Ka

    Last Updated : 2024-12-10
  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Masih Tidak Kapok

    Eve pergi ke kafe diantar Kaivan, sedangkan Kai ada di rumah bersama Maria."Kalau nanti sudah dapat informasi, aku akan segera mengabarimu," kata Kaivan saat mobil mereka hampir sampai di kafe Eve.Eve menganggukkan kepala. "Maaf kalau sampai merepotkanmu."Kaivan hanya mengangguk pelan.Mobil Kaivan akhirnya sampai di depan kafe. Eve segera turun karena sudah kesiangan."Kalau ada apa-apa segera hubungi aku," kata Kaivan sambil melongok Eve yang ada di luar."Iya, kamu tenang saja. Sudah sana ke kantor." Eve mengusir karena Kaivan sudah kesiangan ke kantor.Kaivan tersenyum. Dia kemudian memacu mobilnya meninggalkan area kafe Eve.Kafe Eve memang belum buka, tapi Eve datang lebih awal agar bisa membantu karyawannya.Saat Eve akan membuka pintu kafe, tiba-tiba lengannya ditarik, membuat Eve menghadap pada orang yang menariknya.“Kamu pasti sangat senang, kan?”Eve menatap datar pada Grisel yang kini menatap penuh amarah padanya.“Aku tidak ada urusan denganmu.” Eve ingin mengabaikan,

    Last Updated : 2024-12-11
  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Grisel Itu, Gila

    Grisel menatap mencibir pada Brian. Bukannya takut dengan ucapan Brian, Grisel malah terkesan menghina mantan sahabatnya itu.“Brian, Brian, sebenarnya kamu dapat untung apa dengan membela Eve? Dia tidak pernah tahu perasaanmu, tidak peduli dengan perasaanmu, tapi kamu masih saja membelanya padahal dia lebih memilih pria lain.” Grisel tersenyum mencibir setelah mengatakan itu.Brian mengepalkan telapak tangan erat mendengar semua ocehan Grisel.Sedangkan Eve langsung menatap pada Brian, melihat jika pria itu sangat emosi. Jadi, Brian benar-benar menaruh rasa pada Eve selama ini?“Lebih baik kamu diam, Gris! Ingatlah, semua yang kamu lakukan, pasti akan mendapat balasan!” Brian benar-benar kesal.Grisel membuang napas kasar, lalu membalas, “Ya sudah, aku hanya mau menyadarkanmu. Kamu itu hanya dimanfaatkan oleh Eve. Selain bantuanmu, Eve tidak pernah menghargaimu.”Setelah melontarkan kalimat provokasi, Grisel segera pergi meninggalkan Eve dan Brian.Eve menatap Brian yang tampak menah

    Last Updated : 2024-12-11
  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Perhatian Kaivan

    Kaivan menemui Eve setelah bicara dengan Brian. Dia langsung mengapit dagu Eve, kemudian menggerakkan kepala wanita itu ke kanan dan kiri untuk memastikan wajah Eve tidak kenapa-kenapa.“Ada apa? Kenapa datang-datang langsung begini?” tanya Eve keheranan.Kaivan sudah memastikan Eve baik-baik saja, lalu bertanya, “Tadi Grisel menamparmu? Apa masih sakit?”Eve terkejut. Dia langsung menebak jika Kaivan pasti tahu dari Brian.“Aku baik-baik saja, kamu jangan cemas,” ucap Eve sambil memulas senyum agar Kaivan tidak cemas berlebihan.Kaivan menatap Eve yang masih saja bisa tersenyum padahal sudah disakiti. “Kenapa kamu tidak menghubungiku waktu Grisel menemuimu?” tanya Kaivan.“Aku tidak apa-apa, lagi pula juga sudah teratasi dan dia tidak berbuat nekat lagi,” ujar Eve.Kaivan diam menatap, lalu menghela napas kasar.“Tapi dia bisa saja nekat datang lagi lalu membuat masalah lagi. Sepertinya semua terjadi karena kesalahanku yang dulu percaya padanya, setelah faktanya terungkap, dia menya

    Last Updated : 2024-12-12
  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Menggoda Eve

    Eve gelagapan mendengar ucapan Kaivan. Dia sampai mengalihkan pandangan karena Kaivan terus menatapnya.“Ti-tidak, kenapa kamu tanya seperti itu?” tanya Eve mengelak.Kaivan menahan senyum, lalu membalas, “Karena ekspresi wajahmu terlihat seperti takut padaku.”Eve masih mengalihkan pandangan dari Kaivan, sampai pria itu tiba-tiba menyentuh rambutnya dan mengusapnya lembut.“Pakaianmu ada di ruang ganti, sudah ada lemari khusus di sana. Pakailah yang nyaman untukmu, aku akan mandi di kamar tamu.”Eve terkejut mendengar ucapan Kaivan, sampai dia melihat pria itu benar-benar keluar dari kamar meninggalkannya sendirian di sana.Eve memastikan Kaivan benar-benar pergi dari kamar, lalu dia berjalan menuju ruang ganti yang tadi ditunjuk Kaivan. Dia membuka pintu itu dan terkejut melihat isi di dalamnya.“Kamar di dalam kamar?” Eve mengedipkan mata berkali-kali.Eve memberanikan diri masuk karena Kaivan sudah memberinya izin. Dia bingung, lemari mana yang Kaivan maksud, sedangkan di sana ada

    Last Updated : 2024-12-12
  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Setuju Menikah

    Kaivan mengajak Eve duduk di balkon atas sambil menikmati malam.Eve sudah cemas dengan informasi yang Kaivan dapat, tapi pria itu masih saja bersikap santai.“Apa benar kakakku punya hutang?” tanya Eve agak ragu.Kaivan baru saja menyesap kopi, lalu menganggukkan kepala.“Ya, ternyata jaminannya surat apartemen dan ternyata sudah jatuh tempo empat bulan sehingga mendapat surat peringatan ketiga,” ujar Kaivan menjelaskan.Eve sangat terkejut.“Pasti uang itu digunakan untuk biaya rumah sakit Kak Bram, apalagi Kak Alana waktu itu juga bilang kalau sudah kehabisan biaya, pasti mereka meminjam bank karena tak punya pilihan.”Eve terlihat sangat sedih. Meski sisanya dia yang membayarkan semuanya, tapi sebelumnya Alana dan pasti melakukan segala cara untuk pengobatan Bram.Kaivan melihat Eve kebingungan. Dia ingin bicara, tapi Eve sudah lebih dulu membuka suara.“Kalau tahu Kak Bram punya tunggakan cicilan, aku tidak akan menghabiskan uangku untuk membuka kafe. Jika bisa, lebih baik uangny

    Last Updated : 2024-12-13
  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Tidak Salah Pilih

    Kai bangun lebih awal pagi itu. Dia turun dari ranjang sendirian tanpa membangunkan Maria. Kai keluar kamar mencari maminya, tapi saat ke kamarnya, sang mami tidak ada di sana.“Kai mau ke mana?” tanya pelayan yang melihat Kai berjalan sendirian.“Kai mau cari Mami,” jawab Kai, “Mami bobok di mana?” tanyanya kemudian.Pelayan itu bingung karena tidak ada kamar tamu yang diminta disiapkan untuk tidur Eve.“Mungkin di kamarnya Papi,” jawab pelayan sambil menunjuk ke lantai atas.Kai memandang ke lantai atas. Dia akhirnya berjalan ke sana menuju kamar Kaivan.Kai memutar gagang pintu meski agak kesusahan, ternyata pintunya tidak dikunci, sehingga Kai bisa masuk dengan mudah. Saat sampai di dalam, Kai melihat sang mami tidur di ranjang bersama papinya.“Mami cama Papi nakal! Maca Kai tidak diajak bobok bareng!” Kai merajuk sambil berkacak pinggang.Eve terkejut mendengar suara Kai. Dia bangun dan melihat Kai sudah memasang wajah kesal.“Katanya Mami bobok kamarnya Kai,” gerutu bocah itu.

    Last Updated : 2024-12-13
  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Perlahan Terselesaikan

    Siang itu, Bram dan Alana panik karena pihak bank meminta mereka datang.“Siang Pak Bram, Bu Alana. Mari ikut saya ke ruangan,” ajak petugas bank begitu sopan.Bram dan Alana mengangguk, keduanya saling menggenggam karena takut dan menebak jika pemanggilan mereka akibat cicilan yang macet.“Silakan duduk, Pak, Bu.” Petugas itu bersikap ramah.Alana dan Bram duduk di depan meja petugas, sambil menunggu petugas itu menjelaskan.“Seperti yang Bapak dan Ibu ketahui, pembayaran cicilan pinjaman kalian mengalami keterlambatan, jadi di sini kami memanggil Bapak dan Ibu untuk membahas hal ini,” ujar pegawai bank.Alana dan Bram saling tatap, mereka tentunya panik jika sampai pihak bank ingin mengambil jaminan berupa surat hak guna bangunan apartemen yang mereka miliki.“Begini, apa bisa beri kami kelonggaran? Setidaknya sampai akhir bulan ini, sampai gaji kami keluar,” pinta Bram. Dia takut jika sampai Eve tahu soal utangnya, lalu ikut memikirkan pembayaran yang seharusnya dia lakukan.Petuga

    Last Updated : 2024-12-14

Latest chapter

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Bonus Chapter 5~Selesai

    Waktu berjalan dengan begitu cepat. Perjuangan yang biasa dilakukan sendiri, sekarang banyak yang menemani.Selama kehamilannya, Eve benar-benar merasakan banyak perhatian banyak orang di sekitarnya, membuatnya bisa menikmati kehamilan dengan perasaan tenang dan bahagia.Pagi itu. Eve berjalan ke ruang ganti untuk menghampiri Kaivan. Usia kandungannya sudah sembilan bulan. Perutnya sudah besar dan Eve mulai kesusahan melakukan aktivitasnya.“Biar aku bantu pakaikan dasi,” ucap Eve saat menghampiri Kaivan.Kaivan menoleh. Dia melihat istrinya itu berjalan mendekat.“Kalau lelah duduklah saja, Eve.”Eve hanya tersenyum. Dia meraih dasi Kaivan dan kukuh ingin mengikat dasi.“Duduk terus juga capek,” balas Eve.Dia mengikat dasi dengan seksama.Kaivan memperhatikan Eve yang sedang mengikat. Semakin besar kandungan Eve, istrinya itu terlihat semakin cantik.“Sudah,” ucap Eve.“Terima kasih,” balas Kaivan diakhiri sebuah kecupan di kening.Perhatian Kaivan ke perut Eve. Dia mengusap lembut p

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Bonus Chapter 4

    “Apa Dokter tidak salah memeriksa?”“Sudah dipastikan lagi?”Eve merasa kepalanya sangat berat. Samar-samar dia mendengar suara Kaivan dan Maria. Dia pun berusaha untuk membuka mata sampai akhirnya melihat dua orang itu berdiri di dekatnya dengan ekspresi wajah panik.“Sayang.” Eve memanggil dengan suara lirih.Kaivan menoleh ketika mendengar suara Eve. Dia segera menghampiri istrinya itu.“Bagaimana perasaanmu? Mana yang sakit?” tanya Kaivan sambil menggenggam telapak tangan Eve.Maria juga ikut mendekat ke ranjang karena sangat mencemaskan Eve.“Aku di mana?” tanya Eve dengan suara berat.“Di rumah sakit, tadi aku dihubungi kalau kamu pingsan, jadi aku membawamu ke sini,” jawab Kaivan.Eve mengangguk pelan. Dia memang masih merasa sakit kepala.Kaivan dan Maria menunggu dengan sabar sampai Eve sepenuhnya sadar. “Aku tidak tahu kenapa bisa pingsan, maaf sudah membuat kalian cemas,” ucap Eve lirih.“Untuk apa minta maaf. Kami malah cemas kalau terjadi sesuatu padamu, tapi untungnya ti

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Bonus Chapter 3

    Setelah berjuang sendiri, sekarang ada tangan yang bisa Eve genggam erat. Dia bagai Cinderella yang akhirnya menemukan sang pangeran, diratukan dan dicintai begitu dalam oleh pria yang bahkan sekalipun tak pernah ada di dalam mimpinya.Pernikahan Eve dan Kaivan sudah satu tahun berjalan. Pagi itu Eve membantu pelayan di dapur menyiapkan sarapan, sudah menjadi kebiasaan meski para pelayan dulu sering melarang.“Ini sudah semuanya, ditata di meja, ya.” Eve memberi instruksi setelah selesai memasak.“Baik, Bu.”Eve meninggalkan dapur. Dia pergi memanggil Maria sebelum membangunkan Kai dan Kaivan.“Ibu sudah bangun?” Eve masuk kamar untuk mengecek Maria.“Sudah, Eve.” Suara Maria terdengar dari kamar mandi.“Sarapannya sudah siap, aku mau bangunin Kai dan Kaivan dulu,” ucap Eve.Setelah mendengar balasan Maria dari dalam kamar mandi. Eve segera keluar dari kamar sang mertua, lantas pergi ke lantai atas. Semalam Kai merengek ingin tidur bersama mereka, sehingga pagi ini putra mereka yang s

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Bonus Chapter 2

    Kaivan baru saja keluar dari kamar mandi. Dia melihat Eve yang berbaring memunggunginya. Apa Eve sudah tidur?Kaivan naik ke ranjang. Dia bergeser mendekat ke arah Eve berbaring, lantas menyentuh lengan wanita itu.“Eve, kamu sudah tidur?” tanya Kaivan. Dia bahkan sengaja meletakkan dagu di lengan Eve.Eve sebenarnya sangat panik dan gugup. Dia berpikir untuk tidur lebih dulu sebelum Kaivan selesai mandi, tapi kenyataannya dia hanya bisa memejamkan mata dan tidak bisa jatuh ke alam mimpi, membuatnya sekarang malah semakin cemas.Ini memang bukan malam pertama baginya, tapi lamanya waktu tidak pernah berhubungan seperti itu, tentu membuat Eve merasa ini seperti yang pertama baginya..“Kamu lelah, hm?” tanya Kaivan. Dia tahu Eve belum tidur karena kelopak mata Eve tampak bergerak.Kaivan terus meletakkan dagu di lengan Eve, dia menatap gemas pada Eve yang berpura-pura tidur. Sampai akhirnya dia melihat Eve membuka mata.“Apa kamu lapar?” tanya Eve seraya menatap pada Kaivan.Kaivan meng

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Bonus Chapter 1

    “Kai mau pulang cama Mami dan Papi.”Kai bersidekap dada. Dia tidak mau beranjak dari kursinya saat Maria mengajak pulang.Maria, Bram, dan Alana saling tatap, bagaimana caranya membujuk Kai agar Kaivan dan Eve bisa menikmati malam pengantin.“Atau Kai mau tidur di rumah Paman?” tanya Bram membujuk.“Ih … Kai maunya cama Mami dan Papi.” Kai turun dari kursi. Dia berlari menghampiri Kaivan dan Eve yang sedang bicara dengan Dania.“Mami, Papi. Kai mau ikut kalian, tapi Nenek cama Paman malah mau ngajak pulang!” teriak Kai begitu keras.Kaivan dan Eve menoleh bersamaan, mereka terkejut melihat Kai berteriak-teriak seperti itu.“Kenapa, hm?” tanya Eve sedikit membungkuk agar bisa menatap sang putra.“Itu, macak Kai curuh pulang cama Nenek, Kai ‘kan maunya cama Mami dan Papi.” Kai mengadu sambil menunjuk ke Maria dan Bram yang sedang berjalan menghampiri.Kaivan menoleh ke Maria, tentu dia paham dengan niatan Maria mengajak Kai pulang.“Kai, nanti Mami dan Papi akan pulang, tapi setelah me

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Semua Bahagia

    Pernikahan Kaivan dan Eve berjalan dengan sangat lancar. Mereka sudah sah menjadi suami istri, kini tradisi melempar bunga pun akan dilakukan.Beberapa karyawan lajang yang diundang ke pesta itu sudah bersiap di depan altar, begitu juga dengan Dania yang ikut bergabung untuk mendapatkan buket bunga milik Eve. Siapa tahu selanjutnya dia yang akan menikah.Eve tersenyum penuh kebahagiaan melihat orang-orang antusias ingin merebut buket bunganya. Dia melihat Dania yang memberi kode agar dilempar ke arah Dania, membuat Eve semakin menahan senyum.Eve memunggungi para wanita yang siap menerima buket miliknya. Master Ceremony mulai berhitung, lalu di hitungan ketiga, Eve melempar buket bunga miliknya.Buket itu terlempar cukup kuat. Dania begitu antusias ingin menangkap, tapi banyaknya wanita di sana, membuat buket itu terpental beberapa kali hingga akhirnya jatuh ke tangan seseorang.Semua wanita kini menatap pada orang yang memegang buket itu.“Brian.” Eve terkejut tapi juga merasa lucu ka

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Hari Pernikahan

    Eve berada di salah satu kamar yang terdapat di hotel tempat pesta pernikahan diadakan. Dia datang lebih awal karena harus dirias oleh MUA yang sudah ditunjuk oleh Kaivan.Alana menemani Eve di kamar. Dia terus memperhatikan Eve yang sedang dirias sampai akhirnya siap.“Kamu sangat cantik,” puji Alana seraya menghampiri Eve yang baru saja selesai dirias.Eve menatap Alana dari pantulan cermin. Dia tersenyum malu karena mendapat pujian dari kakak iparnya itu.Alana menatap cukup lama pada Eve, lalu mengeluarkan sesuatu dari tas kecil yang dibawanya.Eve memperhatikan. Tidak tahu apa yang akan diberikan oleh kakak iparnya itu.“Kakakmu dan aku sepakat memberikan ini sebagai hadiah pernikahanmu, memang tidak mewah dan mahal, tapi kami berharap ini cukup berkesan untukmu,” ujar Alana memberikan kalung dengan liontin berinisial E.Eve sangat terkejut. Dia sampai menggeleng kepala pelan karena tak bisa menerima hadiah itu. Dia tahu kondisi ekonomi kakak dan kakak iparnya sedang susah, tapi

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Ketinggalan

    Hari pernikahan Eve dan Kaivan tiba. Malam sebelum acara pernikahan, Eve berada di kamar sedang istirahat setelah makan malam.“Eve, boleh aku masuk?” tanya Alana setelah sebelumnya mengetuk pintu.“Masuklah, Kak.”Alana membuka pintu kamar Eve. Dia melihat adik iparnya itu sedang duduk memegang ponsel.“Ada apa, Kak?” tanya Eve sambil menggeser posisi duduknya di ranjang untuk memberi tempat agar Alana bisa duduk.Alana duduk di dekat Eve. Dia menatap pada adik iparnya itu.“Besok kamu akan menikah. Aku dan kakakmu selama ini menyadari, belum pernah memberikan yang terbaik, terutama aku yang sering sekali bersikap tak baik karena rasa iri padamu. Tapi, semua sudah berlalu. Aku tidak bisa memberi apa pun selain mendoakan yang terbaik untuk kebahagiaanmu,” ucap Alana sambil menggenggam erat telapak tangan Eve.Bola mata Eve berkaca-kaca. Dia mengulum bibir untuk menahan tangisnya.“Tidak memberi apa-apa bagaimana, Kak? Aku bisa kuliah dan tumbuh juga karena usaha kalian. Ya, meski Kak

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Saling Mendukung

    Siang itu Eve pergi ke perusahaan Kaivan. Dia mengantar makanan karena Kaivan berkata jika sangat sibuk.“Kamu masih sibuk?” tanya Eve saat masuk ruangan Kaivan.Kaivan menatap pada Eve. Melihat calon istrinya itu datang, Kaivan langsung menutup tirai dinding kaca agar para staff tak melihat apa yang dilakukannya.“Kenapa tirainya ditutup?” tanya Eve keheranan.Kaivan mendekat pada Eve, lalu mengecup pipi wanita itu.“Biar mereka tidak melihat ini,” jawab Kaivan.Eve terkejut sampai memukul lengan Kaivan karena gemas.Eve mengajak Kaivan duduk. Dia membuka pembungkus makanan agar Kaivan bisa segera menyantap makan siang.“Aku sebenarnya masih harus memilah berkas, sepertinya tidak bisa makan siang dulu,” kata Kaivan.Eve menatap pada Kaivan, lalu membalas, “Kamu tetap harus makan meski sedang sibuk. Kamu memilah berkas, biar aku yang menyuapi.”Senyum mengembang di wajah Kaivan saat mendengar ide Eve. Dia mengajak Eve ke meja kerja, memosisikan kursi lain di samping kursi kerjanya agar

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status