Ketukan di pintu membangunkanku. Aku bergerak dalam pelukan Rudy dan melihat matahari masuk melalui jendela.
"Siapa itu?" Tanyaku masih setengah mengantuk.
"Tidak tahu. Tetap di sini." Jawab rudyda mencium kepalaku sebelum turun dari tempat tidur.
dia membuka pintu dan ayahnya berada di depannya dengan wajah yang kesal. "Kau punya masalah yang harus di hadapi. Apa pun yang kau katakan pada Grizelle tadi malam sangat tidak membantu. Dia pindah ke sini."
"Berarti pembicaraanku dan dia memang sudah membantu. Sudah waktunya om Arka menerima dan menebus waktu yang sudah lama dia sia-siakan."
Ayahnya tertawa keras. "Itu tidak akan terjadi, Rudy. Kau salah besar. Arka adalah Arka. Dia bukan sosok ayah yang baik dan itulah yang dia inginkan. turun saja dan bantu memperbaiki ini sebelum ada barangku yang berharga dan mahal yang pecah." Kata ayahnya sebelum berbalik dan berjalan pergi.
Rudy menutup pintu dan berbalik ke arahku. Aku sedang
Selama beberapa hari berikutnya keadaan berubah dari tegang menjadi lebih buruk. Rudy hampir tidak tinggal di sini. Ketika dia ada di sini, itu hanya sebentar. Grizelle dan ayahnya selalu bertengkar dan Grizelle lari. Rudy berada tepat di belakangnya.Aku tahu ini adalah alasan kenapa kami datang ke sini, tapi aku tidak mengharapkan ini. Grizelle benar-benar bertindak seperti anak kecil dari yang aku kira. Ayahnya adalah orang yang bodoh dan kacau. Elen melihatnya dan dia bisa menanganinya. Dia tidak datang di sekitar rumah bereriak tentang tidak di cintai. Dia lebih sering menyendiri di kamarnya dan membaca. Sesekali dia akan keluar bersamaku saat cuaca tidak terlalu panas.Aku merindukan rudy. Aku rindu melihatnya tersenyum. Dia tidak banyak tersenyum lagi. Aku telah mengatakan padanya kalau mungkin dia perlu memberikan Grizelle sedikit ruang dan kesempatan untuk menyesuaikan diri dan dia tidak akan berlari lagi. Tapi kemudian dia menjadi frustasi denganku. "Dia meng
Rudy masih belum kembali. Dia tidak menjawab telepon atau membalas pesanku. Aku sudah berada di dokter selama lebih dari lima jam dan dia tidak memeriksaku. Bayiku baik-baik saja tapi dokter mengatakan kalau aku perlu istirahat, minum lebih banyak air dan menjauh sejauh mungkin tekanan dan stres. Langkah selanjutnya adalah istirahat di tempat tidur. Tinggal di sini dan berurusan dengan Grizelle tidak akan membaantuku. Aku harus pergi.Aku melirik ponselku untuk memastikan kalau aku tidak melewatkan panggilan sejak terakhir kali aku memeriksanya sekitar tiga menit lalu. Aku mencoba untuk tidak khawatir tentang Rudy. Aku perlu untuk mengurangi tekanan dan stres. bayiku membutuhkanku.Elen begiu diam di dalam mobil. AKu tahu diatidak tahu harus berkata apa. Rudy tidak pernah muncul atau menelpon. Dia juga mencoba menelpon Rudy. keheningannya saat ini adalah yang aku butuhkan. Aku tidak ingin membicarakannya.Kembali ke bal tidak terdengar bagus. Saat ini aku juga m
"Ini dia. Tidak mewah. Semua ini milikku." Kata ayahku sambil melangkah ke arah rumah pantai dua lantai yang kecil.Aku sangat lega ketika aku turun dari pesaawat di bandara kecil dan menemukannya sudah berada di sana menungguku. Aku khawatir kalau aku akan menghabiskan sisa tabunganku untuk tiket pesawat untuk melihat seorang pria yang tidak akan muncul. Kali ini dia ada di sana untukku."Kabar baiknya adalah, ada dua kamar. Aku akan pergi dan membeli beberapa barang unukkmu di toko. Beberapa hal yang aku tahu kau akan menyukainya. Kulkasnya tidak terlalu besar tapi cukup untuk menyimpan bahan makanan."Aku berdiri di atas lantai teras yang sudah mulai usang dan melihat sekitar. Topi memancing favoritnya, yang di berikan ibuku untuk hari ulang tahunnya ketika aku masih kecil di gantung di sebuah tiang depan rumah. Kotak pancing yang aku dan Freya belikan untukknya berada di sudut tembok. Aku tidak tahu dia masih memiliki barang-barang itu."S
"Rudy." Kataku saat merasakan sebuah pelukan dari belakang. Aku berdiri di teras menatap ke arah lautan. Aku akan menjemput Rudy di bandara jam 7 malam ini tapi dia sudah ada di sini lebih awal.Dia membenamkan wajahnya di rambutku dan menaruh kedua tangannya di atas perutku. "Maafkan aku, Aileen. Aku sangat menyesal. Aku mencintaimu. Hal ini tidak akan terjadi lagi."Aku meringis, kata-kata itu terdengar familiar, karena dia sudah sering mengatakannya sebelumnya. "Aku mencintaimu." Jawabku."Aku mencintaimu juga." Jawabnya sambil memelukku dan kami berdiri di sana dalam diam menatap matahari yang hampir tenggelam di atas air laut.Suara batuk keras membuatku kaget. Aku perlahan mundur dari pelukannya dan mengintip dari balik bahunya. Aku tahu kalau wajahku mungkin saja sekarang sudah berubah warna menjadi merah dan aku segera menundukkan kepalaku di dada Rudy.Rudy menoleh ke belakang dan melihat seorang pria sedang mengawasi kam
Kami tinggal selama seminggu agar aku lebih mengenal saudara laki-lakiku. Karlos mudah bergaul saat aku menyadari kalau dia tidak melihatku dengan pandangan mesum tapi dia menunjukkan ketertarikan untuk mengenalku sebagai saudara perempuannya. Aku mengerti itu. Tapi aku juga senang akhirnya aku dan Rudy sudah pulang kembali ke bali.kami segera merencanakan pernikahan. Beti dan jery akan menjadi pendamping wanitaku dan Jafin akan menjadi pendamping pria untuk Rudy. Rudy memberi waktu seminggu untuk mengatur semuanya. Aku bahkan tidak beradu pendapat dengannya. Keyakinan di matanya mengatakan padaku kalau berdebat dengannya tidak akan ada gunanya. Aku lebih dari siap untuk menikahi pria ini tapi aku juga khawatir kalau mungkin aku akan berbalik dan kabur. Terutama setelah apa yang sudah terjadi pada adiknya baru-baru ini.kami akan menikah sepuluh hari sebelum valentine day.beruntungnya, Rudy mempunyai banyak uang untuk membuat pernikahan ini t
Ayahku mengangkat lengannya ke arahku dan tersenyum."Sekarang saatnya untuk kita keluar." Katanya padaku sebelum membuka pintu. Aku menggandeng tangannya dan mengikutinya menuruni tangga dan keluar dari ruangan. Aku keluar dari dalam rumah dan menuju ke sebuah jalan yang telah di hiasi bunga mawar berwarna pink. Aku membiarkan ayahku memimpin jalan untukku.Beti dan Jery berjalan di depan kami memegang bucket mereka. Rudy berdiri di ujung altar dengan Jafin yang berdiri di sampingnya. Teman-teman kami duduk di kursi yang sudah di sediakan berepuk tangan dan tersenyum padaku. Bahkan Bobi dan neneknya juga hadir.Aku melangkah pelan di samping ayahku di iringi lagu dari Jason Mraz "I Won't Give Up" dan berharap aku tidak terjatuh karena menginjak gaun panjangku. Aku menatap ke depan dan melihat Rudy tersenyum sambil berkali-kali mengusap matanya. Jafin memberinya selembar kain putih dan membisikkan sesuatu ke telinga Rudy membuat Rudy menyenggol rusuk
"Aku harap kita tidak memiliki banyak tamu malam ini." Kataku."Tidak usah pedulikan itu. Kita tidak akan tinggal di sini." Jawab Rudy.Aku menatapnya bingung. "Apa maksudmu?"Dia tersenyum. "Kau benar-benar berpikir kalau aku akan berbagi rumah dengan semua orang ini saat malam pertamaku? Tentu saja tidak. Kita akan pergi ke apartemen klub yang sedang menunggu kita saat kita meninggalkan tempat ini.""Baguslah." jawabku.Dia tertawa dan aku melihat sekeliling dan kembali melihat semua teman kami ada di sini. Di respsi pernikahan kami. Semua yang kami cintai kecuali adik perempuannya dan ibunya. mereka berdua tidak akan menerima ini. Aku merasa bersalah karena mereka tidak ada di hari besar Rudy. Aku hanya berharap mereka bisa tetap menjadi bagian dari kehidupan kami untuk Rudy. Aku tahu itu walaupun Rudy tidak pernah mengungkitnya lagi.Mataku terkunci pada mata Bobi yang berdiri tidak jauh dari tempat kami berdansa."Aku mungk
"Aku punya sesuatu untukmu." kata Rudy.Aku mengangguk bingung dan membawaku menaiki tangga dan berhenti tepat di depankamar yang dulunya pernah aku tinggali. Aku tidak pernah ke sini sejak terakhir kali aku menunjukkan kamar ini untuk Elen sebelum pernikahan. Rudy memberikanku sinyal untuk membuka pintu kamar itu. Aku benar-benar bingung sekarang.Aku membuka pintu kamar perlahan dan membiarkan pintu itu terbuka lebar. hal pertama yang ku lihat adalah tempat tidur bayi di tengah-tenga ruangan dan beberapa ornamen binatang menghiasi menggantung di atas tempat tidur itu.Rudy menyalakan lampu dan hiasan itu berputar dan memainkan lagu saat aku melangkah ke altar pernikahan namun dengan suara Rudy yang menyanyikannya. Semua yang bisa kulakukan hanya menutup mulutku dengan tanganku.Aku melangkah masuk dan sebuah kursi goyang ada di pinggir jendela dengan sebuah selimut tipis berwarna biru diatasnya. Sebuah tempat untuk mengganti popok, beberapa lemari