“Tapi ….” Ranty memutar bola matanya. “Dua tahun ini Jason sudah banyak berubah. Dia nggak gonta-ganti pacar seperti dulu lagi. Belakangan ini, aku dengar kabar si Kiara terus mengejarnya, hanya saja sepertinya dia nggak berhasil mengejar Jason.”Sonia kepikiran dengan wanita yang menghadiri acara pertunangan Bondan waktu itu. Tatapannya menjadi tajam. Mungkin wanita itu adalah Kiara yang dimaksud Ranty. Tiba-tiba Sonia malah tersenyum sinis. Jason dan yang lain sudah terbiasa untuk hidup dengan didampingi wanita cantik. Meski mereka tidak mempublikasikan kekasih mereka, mereka pasti memiliki banyak pendamping di atas ranjang.Setelah bermain beberapa saat di taman, pelayan mengatakan makan siang sudah selesai.Kebetulan Juno datang berkunjung saat ini. Dia merasa sangat syok ketika melihat Sonia. “Kenapa kamu tidak kabari aku setelah pulang ke Jembara? Kalau aku tidak ketemu kamu di sini, kapan kamu berencana untuk beri tahu aku?”Sonia membalas dengan tidak berdaya, “Aku baru pulang
Juno yang sedang berada di dalam mobil melihat si wanita berjalan keluar gedung. Malam ini si wanita mengenakan busana musim panas edisi terbaru dari GK. Terusan dengan motif garis-garis vertikal biru dan putih itu sangatlah sederhana dan elegan, tetapi ketika terusan dipakai di tubuh Sonia, dia malah terlihat semakin imut.Sepertinya Sonia tidak berubah banyak dalam waktu dua tahun ini. Hanya saja, jika dilihat dengan saksama, wajah yang dulunya agak bulat menjadi agak tirus.Sonia memasuki mobil, lalu berkata dengan tersenyum datar, “Ayo jalan!”Belum sempat Juno berbicara, tiba-tiba panggilan Sonia berdering. Juno spontan melirik ke atas tampilan mobil, ternyata itu panggilan dari Melvin.Sonia mengangkat panggilan, lalu menjelaskan dengan sabar, “Aku lagi di perjalanan ke acara pra produksi film!”“Kamu nggak usah kembali. Kakak seniorku akan bawa aku ke sana.”“Emm, kamu sibuk sana. Nggak usah buru-buru.”Juno menghidupkan mesin mobil. Setelah Sonia mengakhiri panggilan, dia baru
Bellboy membawa jalan ke dalam. Saat ini, orang-orang sudah berkumpul di dalam aula yang mewah ini.Hari ini adalah acara pertemuan pihak produksi film dengan pihak sponsor. Para lelaki yang berpakaian formal sedang berbincang bersama. Wanita-wanita yang berpakaian indah juga berbaur di dalam sana. Suasana di dalam aula ini sangatlah ramai.Juno mengamati sekeliling, lalu hendak berjalan ke sisi sutradara. Dia merendahkan suaranya, lalu berpesan, “Kalau kamu tidak suka acara seperti ini, kamu boleh ke luar sana. Aku pergi sapa sutradara dulu.”“Nggak apa-apa, cepat atau lambat juga mesti terbiasa.” Sonia merangkul lengan Juno sembari tersenyum tipis.Saat ini Sonia dapat merasakan tatapan tajam tertuju pada dirinya. Dia spontan memalingkan kepalanya dan kedua matanya terbelalak. Reza dan beberapa pebisnis kelas atas sedang berbincang bersama.Si lelaki terlihat sangat berkarisma. Dia memang hanya mengenakan kemeja putih yang sangat sederhana, tetapi dia malah terlihat berkelas dengan k
Sonia spontan tidak berani bergerak.Kali ini, Reza kembali mencondongkan tubuhnya. Sesekali dia melirik wanita di depannya, lalu mengisyaratkannya untuk tidak bersuara.Sonia menundukkan kepalanya dengan perlahan. Jantungnya berdetak kencang. Punggungnya menempel erat di belakang dinding. Saking gugupnya, dia bahkan tidak berani bernapas terlalu kencang. Dia tahu dirinya tidak boleh sembarangan bergerak saat ini. Meskipun Sonia ingin melabrak Matias, dia juga membutuhkan bukti kuat!Si lelaki yang sedang memeluk si wanita sudah tidak sabaran lagi. Dia kembali memeluk si wanita, lalu menciumnya dengan buru-buru.Suara ciuman itu terdengar agak keras di suasana hening ini. Detak jantung Sonia kembali berdetak kencang, apalagi ketika mencium aroma wangi dari tubuh lelaki di hadapannya. Aroma ini terlalu familier. Sonia pun terbayang masa-masa kebersamaan mereka dulu.Namun, Sonia berusaha untuk mengabaikan perasaannya. Saat mendengar suara ciuman dari ujung sana, amarah di hatinya langsu
Brian sungguh terkejut ketika melihat Reza. Namun, dia mengerti dalam sesaat.Sepertinya kekasih Reza mengira orang yang digoda Liana adalah Reza. Itulah sebabnya dia memukul Liana dengan begitu marah.Meskipun orang yang dipukul kekasih Reza adalah dirinya, Brian juga tidak berani mengatakan apa-apa. Ditambah lagi, masalah ini juga tidak boleh digembar-gemborkan. Brian langsung menunjukkan senyuman di wajahnya, lalu segera berkata, “Salah paham, semuanya hanya salah paham! Apa tangan kekasihnya Pak Reza terluka?”Liana memegang pipinya sembari berjalan ke belakang Brian. Tatapannya terus menatap ke sisi Reza dan Sonia.Sonia tidak pernah melakukan hal memalukan seperti ini. Seketika dia merasa sangat memalukan. Dia meminta maaf terhadap mereka berdua dengan tulus, lalu berjalan pergi.Reza menatap bayangan punggung si wanita yang canggung itu. Ujung bibirnya spontan melengkung ke atas. Kemudian Reza memalingkan kepalanya, lalu berkata pada Brian, “Maaf telah mengganggu, kalian lanjutk
Di perjalanan pulang, Juno baru menyadari ada yang berbeda dengan raut wajah Sonia. Dia pun bertanya, “Kenapa? Capek?”Sonia menggeleng. “Aku hanya merasa agak khawatir.”Tadi Sonia telah memfitnah wanita yang bernama Liana. Hanya saja, dia juga tidak bisa memastikan apakah Matias berhubungan dengan wanita itu atau tidak.Jujur saja, Sonia sungguh takut hubungan Ranty dan Matias akan mengalami perubahan.“Kamu lagi khawatirin Ranty?” tanya Juno dengan suara datar.Sonia sungguh kaget dengan Juno yang peka itu.“Mereka sudah jadian begitu lama. Masalah ini bukanlah masalah bagi mereka. Kamu tidak perlu khawatir.” Juno tersenyum lembut. “Lagi pula, meski kamu mengkhawatirkan hubungan mereka, kamu juga tidak bisa merubah apa-apa.”Sonia menarik napas dalam-dalam. “Benar juga!”“Sutradara Teddy masih memilih lokasi syuting. Sebentar lagi syuting akan dimulai, kamu bersiap-siap saja.” Juno menyerahkan buku skenario yang dimasukkan ke dalam amplop kepada Sonia.“Oke.” Sonia mengambilnya. “Ak
Sutradara Teddy menyewa sebuah vila. Begitu Sonia masuk, kru yang bertugas membawa Sonia untuk bertemu dengan Pak Sutradara.Entah karena bakat Sonia atau reputasi Sonia di Arkava Studio, Teddy bersikap sangat sungkan terhadap Sonia. Dia bahkan memanggil semua pemain sinetron berkumpul untuk memperkenalkannya kepada Sonia.Sonia tidak pernah bertemu dengan para pemain sinetron. Dia hanya melakukan desain busana berdasarkan pemahamannya dari skenario. Hari ini kebetulan dia bertemu dengan pemeran utama, dia pun bisa merevisi sedikit gaya busana berdasarkan dengan penampilan para pemain.Saat melihat keberadaan Thalia, jujur saja Sonia merasa cukup kaget. Hanya saja, dia juga merasa semuanya sangat masuk akal.Sebelumnya sinetron yang disutradarai Sutradara Nathan sangatlah tenar. Sekarang Thalia pun adalah bintang yang sedang tenar. Jika keduanya bisa saling kerja sama, pasti akan memuaskan para penonton.Thalia menyapa Sonia dengan tersenyum, “Sonia, nggak disangka kita bakal kerja sam
Saat ini Sonia baru menghentikan pekerjaan di tangannya. Dia memalingkan kepalanya untuk menatap Gina dengan sedikit rasa iba dan bingung di dalam tatapannya.Gina tersenyum. “Ekspresi macam apa itu?”“Gina, apa Reza sebaik itu? Sampai sekarang, kamu masih belum ingin melepaskannya? Apa pantas kamu melakukan semua ini demi orang yang nggak mencintaimu?” Sonia bertanya dengan bingung.Raut wajah Gina menjadi datar dalam seketika. “Tentu saja pantas! Di dalam hatiku, dia adalah yang terbaik. Semua lelaki bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan Reza! Lagi pula, hanya aku yang pantas untuk bersamanya!”Sonia dapat merasakan sikap keras kepala dari diri wanita ini. Dia berpikir sejenak, lalu berkata, “Kalau kamu suka, kamu kejar saja. Berusaha perlihatkan sisi baikmu kepadanya. Jangan hasut aku untuk menghadapi Thalia!”Tatapan Gina menjadi tajam. Dia pun mendengus dingin. “Sonia, apa kamu benar-benar nggak benci sama Thalia? Kalau kamu nggak benci, itu berarti kamu nggak benar-benar suka
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m
Saat makan malam, Rose sudah kelihatan bersemangat saat turun ke lantai bawah. Ketika melihat Juno, dia pun memberi salam dengan terkejut, “Juno, kapan kamu pulangnya?”Juno tidak ingin menghiraukan Rose. Dia hanya melirik Rose sekilas, lalu membalikkan tubuhnya berjalan ke ruang makan.“Kenapa malah nggak hiraukan aku?” Rose mengejarnya. “Apa hanya karena aku nggak tunggu kamu, lebih dulu kembali dari Kota Kibau saja? Aku merindukan Sonia!”Langkah kaki Juno semakin cepat lagi. Dia masih saja tidak berbicara.“Kenapa, sih!” Rose mengejar, lalu mengadang di hadapan Juno. Dia memutar bola matanya dan bertanya, “Jangan-jangan kamu marah karena aku tidur di ranjangmu?”Bola mata di balik kacamata Juno kelihatan dingin dan datar. “Aku takut kamu tular flumu ke aku, boleh, ‘kan?”“Aku malah mau tularin ke kamu!” Rose membelalakinya. “Biar kita sama-sama sakit. Namanya juga senasib sepenanggungan!”Juno menatap Rose, lalu mengangkat tangannya untuk memegang kening Rose. “Apa kamu masih demam?
Tenggorokan Juno bergerak. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Rose.Rose malah langsung membukanya lagi. “Panas! Panas sekali!”Juno kembali menarik selimut, lalu menahan Rose tidak mengizinkannya untuk bergerak. Keningnya sendiri juga ikut berkeringat.Biasanya orang yang demam akan merasa kedinginan. Kenapa Rose malah berbeda?Juno mencari pakaian Rose, lalu memasukkannya ke dalam selimut. Dia meraba-raba mulai memakaikan pakaian di tubuh Rose. Meskipun hendak memanggil pelayan, Rose juga mesti duluan mengenakan pakaiannya. Jika tidak, bagaimana pemikiran orang lain ketika melihat Rose tidak mengenakan apa-apa di dalam kamarnya?Mungkin karena merasa gugup dan tidak pernah membantu orang lain untuk mengenakan pakaian dalam, Juno pun meneliti beberapa saat baru berhasil mengenakannya. Di antaranya, tentu saja tersentuh bagian yang tidak seharusnya tersentuh. Juno memaksakan dirinya untuk menganggap Rose sebagai anak kecil yang baru datang ke rumah Aska saja.Pada akhirnya, Juno m