Frida memalingkan kepalanya menutup kedua matanya. Sonia malah tersenyum lebar.Mereka bermain sejenak dengan Yana. Saat ini, Sonia menerima panggilan dari Melvin. Dia sudah sampai di depan Celestial Hotel.Jason melihat jam sekilas, lalu berkata dengan datar, “Kebetulan aku juga sudah mau pulang. Kita keluar bersama setelah aku berpamitan sama Bondan!”“Oke!” Sonia menggendong Yana sembari menunggu Jason.Bondan tahu Sonia akan pulang. Dia membawa tunangannya keluar untuk mengantar Sonia.Di depan pintu hotel, Melvin sedang bersandar di mobilnya sambil menelepon. Menyadari kedatangan Sonia, dia mengiakan dengan acuh tak acuh, lalu mengakhiri panggilan, segera berlari ke sisi Sonia.“Ayah!” Saat Yana melihat keberadaan Melvin, dia mengulurkan kedua tangan kecil meminta untuk digendong.Melvin segera menggendong Yana. Dia mencubit pipi kecil Yana dengan tersenyum. Kemudian, dia melihat Sonia dengan tatapan lembut. “Ayo pulang!”“Emm.” Sonia mengangguk, lalu berpamitan dengan yang lain.
“Nggak!” Sonia menggeleng. “Dia nggak tahu Yana itu anaknya Kelly. Meski dia tahu, dia juga nggak akan kepikiran Yana ada hubungan sama dirinya!”Itulah sebabnya Sonia membiarkan Jason untuk berhubungan dengan Yana. Meskipun ada yang bercanda mengatakan wajah Yana mirip dengannya, Jason juga tidak akan memasukkannya ke hati.Melvin berkata dengan menggeleng, “Seru sekali!”Sonia bercanda, “Kalau aku jadi kamu, aku pasti berpikir apa aku punya anak haram di luar sana?”Raut wajah Melvin langsung menjadi dingin. Dia menunjukkan ekspresi takut. “Tidak mungkin!”“Apa kamu nggak yakin sama dirimu sendiri?” lanjut Sonia dengan tersenyum.Melvin pun tersenyum. “Pokoknya tidak mungkin! Kamu tenang saja!”Sonia mengangkat-angkat alisnya, lalu memalingkan kepalanya memandang ke luar jendela.Hari ini Kelly sedang menemani ibunya di rumah sakit. Sonia pun menemani Yana untuk tidur. Dia takut Yana tidak terbiasa. Siapa tahu Yana malah sudah ketiduran di jalan.Setelah menuruni mobil, Melvin membal
Ekspresi wajah Sonia seketika menjadi serius. Dia menghela napas, lalu berkata, “Semua ini memang salahku. Kalau nggak, bisa jadi kamu dan Matias juga sudah punya anak.”Sonia baru tahu bahwa alasan Ranty putus dengan Matias tidak seperti yang dikatakan Ranty sebelumnya. Semua itu karena Ranty ingin menemaninya. Demi Sonia, mereka membatalkan pernikahan dan resepsi tidak dilangsungkan sampai sekarang.“Kenapa kamu ungkit masalah ini lagi?” Ranty melirik Sonia dengan kesal. Dia menggendong Yana, lalu memangkunya. Terlukis ekspresi rumit di wajahnya. “Sayangku, jujur saja, aku merasa memang ada banyak masalah di antara aku dengan Matias.”Sonia segera meliriknya. “Apa maksudmu? Apa kamu menyadari ada artis perusahaan yang menggodanya?”“Bukan!” Ranty menggeleng, lalu berkata dengan ragu, “Mungkin karena sudah bersama terlalu lama. Aku merasa kami sudah nggak begitu mencintai satu sama lain lagi.”Sonia tidak paham. “Apa maksudmu nggak begitu mencintai satu sama lain lagi?”“Aku juga ngga
Ranty spontan tersenyum. “Kakek Aska, kamu yang tenang. Dia bukan anaknya Sonia, dia itu anak teman bersama kami. Kebetulan dia lagi ada urusan, jadi aku dan Sonia bantu jagain dia dalam beberapa hari ini.”“Benarkah? Kalian tidak membohongiku, ‘kan?” Aska menatap Yana. Memang tidak mirip dengan Reza!Yana memutar-mutar matanya lantaran merasa bingung. Dia membatin, ‘Dari mana asal kakek aneh ini?’“Iya.” Sonia tersenyum. “Aku nggak bakal membohongimu lagi!”Aska mendengus dingin, lalu tersenyum lebar terhadap Yana. “Anak ini cantik sekali. Siapa namanya?”“Namanya Yana.” Sonia berebut untuk menjawab.“Apa aku bertanya padamu?” Wajah Aska kembali serius. Dia melirik Sonia sekilas, lalu berkata, “Jangan kira masalah waktu itu telah berlalu!”Sonia terdiam.Ranty menahan tawanya, lalu segera merangkul lengan Aska dan duduk di bangku. “Kakek, Kakek jangan marah lagi. Kalau Kakek omeli dia terus, nanti dia nggak berani ke sini lagi. Asal Kakek tahu, dia yang ajak aku ke sini hari ini.”Ask
“Tapi ….” Ranty memutar bola matanya. “Dua tahun ini Jason sudah banyak berubah. Dia nggak gonta-ganti pacar seperti dulu lagi. Belakangan ini, aku dengar kabar si Kiara terus mengejarnya, hanya saja sepertinya dia nggak berhasil mengejar Jason.”Sonia kepikiran dengan wanita yang menghadiri acara pertunangan Bondan waktu itu. Tatapannya menjadi tajam. Mungkin wanita itu adalah Kiara yang dimaksud Ranty. Tiba-tiba Sonia malah tersenyum sinis. Jason dan yang lain sudah terbiasa untuk hidup dengan didampingi wanita cantik. Meski mereka tidak mempublikasikan kekasih mereka, mereka pasti memiliki banyak pendamping di atas ranjang.Setelah bermain beberapa saat di taman, pelayan mengatakan makan siang sudah selesai.Kebetulan Juno datang berkunjung saat ini. Dia merasa sangat syok ketika melihat Sonia. “Kenapa kamu tidak kabari aku setelah pulang ke Jembara? Kalau aku tidak ketemu kamu di sini, kapan kamu berencana untuk beri tahu aku?”Sonia membalas dengan tidak berdaya, “Aku baru pulang
Juno yang sedang berada di dalam mobil melihat si wanita berjalan keluar gedung. Malam ini si wanita mengenakan busana musim panas edisi terbaru dari GK. Terusan dengan motif garis-garis vertikal biru dan putih itu sangatlah sederhana dan elegan, tetapi ketika terusan dipakai di tubuh Sonia, dia malah terlihat semakin imut.Sepertinya Sonia tidak berubah banyak dalam waktu dua tahun ini. Hanya saja, jika dilihat dengan saksama, wajah yang dulunya agak bulat menjadi agak tirus.Sonia memasuki mobil, lalu berkata dengan tersenyum datar, “Ayo jalan!”Belum sempat Juno berbicara, tiba-tiba panggilan Sonia berdering. Juno spontan melirik ke atas tampilan mobil, ternyata itu panggilan dari Melvin.Sonia mengangkat panggilan, lalu menjelaskan dengan sabar, “Aku lagi di perjalanan ke acara pra produksi film!”“Kamu nggak usah kembali. Kakak seniorku akan bawa aku ke sana.”“Emm, kamu sibuk sana. Nggak usah buru-buru.”Juno menghidupkan mesin mobil. Setelah Sonia mengakhiri panggilan, dia baru
Bellboy membawa jalan ke dalam. Saat ini, orang-orang sudah berkumpul di dalam aula yang mewah ini.Hari ini adalah acara pertemuan pihak produksi film dengan pihak sponsor. Para lelaki yang berpakaian formal sedang berbincang bersama. Wanita-wanita yang berpakaian indah juga berbaur di dalam sana. Suasana di dalam aula ini sangatlah ramai.Juno mengamati sekeliling, lalu hendak berjalan ke sisi sutradara. Dia merendahkan suaranya, lalu berpesan, “Kalau kamu tidak suka acara seperti ini, kamu boleh ke luar sana. Aku pergi sapa sutradara dulu.”“Nggak apa-apa, cepat atau lambat juga mesti terbiasa.” Sonia merangkul lengan Juno sembari tersenyum tipis.Saat ini Sonia dapat merasakan tatapan tajam tertuju pada dirinya. Dia spontan memalingkan kepalanya dan kedua matanya terbelalak. Reza dan beberapa pebisnis kelas atas sedang berbincang bersama.Si lelaki terlihat sangat berkarisma. Dia memang hanya mengenakan kemeja putih yang sangat sederhana, tetapi dia malah terlihat berkelas dengan k
Sonia spontan tidak berani bergerak.Kali ini, Reza kembali mencondongkan tubuhnya. Sesekali dia melirik wanita di depannya, lalu mengisyaratkannya untuk tidak bersuara.Sonia menundukkan kepalanya dengan perlahan. Jantungnya berdetak kencang. Punggungnya menempel erat di belakang dinding. Saking gugupnya, dia bahkan tidak berani bernapas terlalu kencang. Dia tahu dirinya tidak boleh sembarangan bergerak saat ini. Meskipun Sonia ingin melabrak Matias, dia juga membutuhkan bukti kuat!Si lelaki yang sedang memeluk si wanita sudah tidak sabaran lagi. Dia kembali memeluk si wanita, lalu menciumnya dengan buru-buru.Suara ciuman itu terdengar agak keras di suasana hening ini. Detak jantung Sonia kembali berdetak kencang, apalagi ketika mencium aroma wangi dari tubuh lelaki di hadapannya. Aroma ini terlalu familier. Sonia pun terbayang masa-masa kebersamaan mereka dulu.Namun, Sonia berusaha untuk mengabaikan perasaannya. Saat mendengar suara ciuman dari ujung sana, amarah di hatinya langsu
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m