Reza terlihat sangat panik saat ini. Dia merasa setiap detik dilaluinya dengan sangat menderita!Beberapa menit kemudian, terdengar suara datar Indra. “Maaf sekali, Pak Jemmy tidak bersedia untuk bertemu denganmu! Tapi, Tuan Muda telah kembali. Dia bilang dia bisa bertemu dengan kamu.”Morgan?Reza menyipitkan matanya. “Mohon bawakan jalan.”Indra membawa Reza ke halaman belakang. Ketika melihat pemandangan yang familier itu, Reza teringat dirinya pernah kemari ketika bersama dengan Sonia waktu itu. Tiba-tiba Reza sudah mengerti.Kenapa Sonia tahu giok kuno berada di Kediaman Bina?Kenapa Pak Jemmy memaksa Sonia tinggal di rumah ini?Kenapa Pak Jemmy memberikan Sonia giok kuno itu secara cuma-cuma?Saat ini, akhirnya Reza telah mengerti!Setibanya di halaman belakang, Morgan sedang duduk di teras kayu sembari memberi makan kepada ikan. Melihat Reza berjalan ke sisinya, dia pun mengangguk dengan perlahan. “Duduklah!”Reza langsung bertanya, “Di mana Sonia?”Tatapan Morgan menjadi dingin
Telinga Reza berdengung. Hatinya bagai disumbat hingga kesulitan untuk bernapas. Dia membuka mulutnya dengan susah payah.“Bagaimana dengan lukanya?”“Bagaimanapun, semua ini tidak ada hubungannya dengan Reza!” ucap Morgan dengan datar, “Aku sudah beri tahu masa lalu Suki kepadamu. Kelak Suki tidak ada hubungan apa-apa lagi sama kamu. Kamu tidak perlu mencari kabarnya dan jangan ikut campur dalam masalahnya. Setelah meninggalkanmu, dia akan melewati hidupnya dengan sangat baik!”Reza merasa dirinya bagai masuk ke dalam jurang kegelapan saja. Dia mengangguk dengan perlahan dan meninggalkan tempat tanpa mengatakan apa-apa.Di perjalanan kembali ke Kota Jembara, ponsel Reza terus bergetar. Panggilan itu adalah panggilan dari Jason, Gina, dan perusahaan ….Reza menyalakan mode diam, membiarkan ponselnya menyala terus.Semuanya sudah jelas saat ini! Termasuk masalah dirinya mencurigai identitas Sonia sebelumnya ….Identitas Sonia ternyata adalah … istrinya!Sonia datang ke sisi Reza mungkin
Dokter memberi tahu semua detail mengobati Sonia kepada si lelaki. Pada akhirnya, dia berkata, “Tekad hidup wanita itu sangat kuat. Untung saja, pisau itu tidak melukai jantungnya. Jadi, dia masih hidup. Hanya saja ….”Reza menelan air liurnya, lalu bertanya, “Bagaimana dengan kondisinya?”Benny mengerutkan keningnya. “Sarafnya terluka akibat zat beracun. Dia telah kehilangan penglihatannya!”Tiba-tiba Reza mengangkat kepalanya. Tampak urat hijau menonjol di keningnya. Dia menatap Dokter Benny dengan tatapan tidak percaya. “Dia tidak bisa melihat lagi?”“Iya.”Kepala Reza bagai menerima pukulan kuat saja. Dia terbengong dalam sesaat. Kemudian, dia mengulurkan tangan mengambil rokok di atas meja tamu. Tangannya terus gemetar. Asap rokok diembuskan dan air mata juga menetes mengenai atas meja tamu.Reza tidak mengangkat kepalanya. Dia hanya berkata dengan suara serak, “Antar Dokter Benny pulang.”Kening Robi juga tampak berkerut. Dia sungguh tidak menyangka orang yang hendak dibunuh saat
Si lelaki menatap wanita yang sedang memilih permen di samping kirinya. Dia mendorong troli dengan gembira, lalu berkata, “Sonia, ternyata kamu, ya! Sudah lama tidak ketemu!”Si wanita memegang sekotak permen berbentuk hati, lalu memalingkan kepalanya menatap orang yang berbicara dengannya. Dia tiba-tiba teringat, “Yoseph? Lama nggak bertemu!”Yoseph adalah anggota kru dalam syuting film Sutradara Nathan waktu itu. Hubungannya dengan Darren juga cukup bagus.“Dengar-dengar kamu keluar negeri? Kapan kamu kembalinya?” Yoseph menatap anak perempuan di dalam troli, lalu bertanya dengan syok, “Kamu sudah menikah?”Sonia tersenyum melihat jam, lalu berkata, “Aku masih ada urusan. Kita ngobrol lagi lain kali.”“Oke!” Yoseph tersenyum.Sonia memasukkan kotak permen ke dalam troli, lalu mendorong barang belanjaannya ke kasir.Sewaktu mengantre, anak perempuan yang duduk di dalam troli mengambil lolipop yang diletakkan di samping kasir. “Permen! Aku mau makan permen!”“Yana, kamu baru tumbuh gig
Sonia mengangkat tinggi es krim di tangan, lalu meminta bantuan dari Melvin, “Cepat bawa dia pergi!”Melvin menggeleng dengan tidak berdaya, lalu menggendong Yana. “Kita jangan makan es krim lagi, ya. Bibi Linda masakin telur kukus udang kesukaanmu. Kita pergi makan telur kukus saja, ya.”Yana memalingkan kepalanya. Tatapannya terus tertuju pada es krim di tangan Sonia. Dia mengedipkan matanya dan air matanya spontan mengalir.Melvin mengambil barang lain untuk menghiburnya. Dia memalingkan kepalanya memelototi Sonia sekilas. “Kamu juga jangan makan lagi! Kamu tahu sendiri kamu tidak boleh makan yang dingin-dingin, ‘kan? Kamu lebih susah diatur daripada Yana!”Sonia duduk bersila, lalu menggembungkan pipinya. “Siapa suruh kamu atur aku? Kamu sendiri yang kepo!”Melvin merasa kesal ingin sekali menyiram air di atas meja ke wajahnya.Sonia tidak berani terlalu kelewatan. Dia hanya menyantap setengah kotak es krim, lalu memasukkan sisa setengah kotak ke dalam kulkas.Baru saja berjalan ke
Sonia membeli sebuah rumah besar. Cukup untuk ditempati oleh mereka bertiga dan juga Kelly. Hanya saja, Ranty dan Melvin adalah pewaris perusahaan keluarga mereka. Mereka tidak mungkin seperti Sonia selalu berkelana di luar sana. Jadi, Sonia menghabiskan kebanyakan waktunya untuk tinggal di Kowloon bersama dengan Kelly.Sonia menundukkan kepalanya melihat ponselnya, lalu berkata dengan menggeleng, “Nggak kembali lagi.”“Jadi, setelah Kelly pergi, kamu pindah ke tempatku saja.” Melvin menyerahkan minuman kepada Sonia. Dia duduk di samping sofa, lalu menatap Sonia dengan tatapan membara.Suara Sonia sangatlah tenang. “Aku punya rumah sendiri.”“Tapi tidak ada yang menjagamu di rumahmu. Kalau kamu tinggal di rumahku, aku bisa melayanimu selama 24 jam.” Melvin menyipitkan matanya berusaha untuk membujuk, “Kamu bisa meminta apa pun. Kamu tidak usah sungkan sama aku!”Sonia memasukkan obat ke dalam mulut, lalu meneguk air. Dia tidak meladeni Melvin, lalu berjalan ke sisi kamar. “Aku mau tidu
Saat menjelang sore, Sonia turun ke lantai bawah untuk bermain bersama Yana.Berhubung sedang turun hujan, Kelly menyuruh Bibi Linda untuk tidak perlu kemari. Dia akan memasak makan malam sendiri. Sementara, Sonia menemani Yana menceritakan buku dongeng untuknya.“Dulu ada tiga ekor beruang. Suatu hari, ibu beruang berkata, kalian pergi bangun rumah sendiri!”Yana melebarkan matanya mengangkat kepalanya. “Aku tidak mau meninggalkan Ibu. Aku tidak mau bangun rumah sendiri.”Sonia mencubit hidung kecilnya. “Oke, Yana nggak mau bangun rumah sendiri. Kelak biarkan Bibi Sonia beliin rumah besar, ya.”Yana bersandar di dalam pelukannya. “Ibu, Bibi Sonia, dan Yana akan tinggal bersama di rumah yang sangat besar.”Suara imut Yana membuat Sonia ingin tersenyum. Baru saja dia membalikkan lembaran baru hendak lanjut bercerita, tiba-tiba ada pesan baru di ponsel Sonia. Dia membaca sekilas. Ternyata ada kiriman pesan dari Darren.[ Sonia, apa Thalia mengundangmu ke acara ulang tahunnya? ]Sonia men
Sonia kembali ke kamar mandi untuk menggosok giginya. Dia melirik paket di tangan Melvin sekilas, lalu berkata, “Letakkan saja di sana.”Setelah Sonia keluar, paketnya pun sudah dibuka. Selembar kartu undangan indah diletakkan di atas meja.Melvin mengopek kulit telur sambil bertanya, “Apa kamu mau pergi ke acara ulang tahun si Thalia?”“Emm, semalam aku sudah janji sama dia.” Sonia meminum bubur.“Boleh juga!” Melvin meletakkan telur rebus ke atas piring Sonia, lalu melanjutkan, “Aku pergi bersamamu.”“Dia nggak kasih kamu undangan,” balas Sonia dengan asal-asalan.“Bukankah kamu menerimanya? Anggap saja kamu bawa pasangan!” balas Melvin dengan tersenyum.Sonia meliriknya sekilas. “Jangan bikin masalah!”“Tenang saja, aku janji aku tidak akan melakukan apa-apa!” Melvin tersenyum licik. “Aku hanya akan berdiri di sampingmu dengan patuh dan menjadi vas bunga saja!”Sonia berpikir sejenak, lalu mengangguk. “Boleh juga.”“Sonia-ku memang paling baik!”Melvin berjalan kemari hendak mendeka
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m