Perasaan Reza sungguh kacau saat ini.“Kamu keluar dulu. Aku ingin tinggal di sini sebentar,” ucap Reza.“Baik, Tuan. Kalau ada apa-apa, Tuan bisa panggil saya,” pesan Bibi Rati, lalu meninggalkan ruangan.Reza duduk di atas sofa memaksa dirinya untuk menenangkan diri. Dia berusaha mengenang kembali semua yang terjadi dari awal.Hendri mengatakan Sonia pernah mencarinya di hotel. Sepertinya maksud Hendri adalah malam di Celestial Hotel, pertama kali mereka.Jadi, orang yang dicari Sonia waktu itu sebenarnya adalah … Reza!Saat itu, Reza sedang mengalami kondisi istimewa. Setelah Robi masuk, Sonia mendengar percakapannya dengan Reza dan juga mendengar dirinya sedang mentertawakan Hendri. Itulah sebabnya Sonia kabur dari jendela.Keesokan harinya, mereka kembali bertemu di Jembara University. Waktu itu, dia sudah tahu identitas Reza, dia hanya berlagak tidak mengetahuinya saja.Ketiga kalinya mereka bertemu, saat itu sedang turun hujan. Sonia berjalan keluar dari dalam kompleks. Sebenarn
Reza terlihat sangat panik saat ini. Dia merasa setiap detik dilaluinya dengan sangat menderita!Beberapa menit kemudian, terdengar suara datar Indra. “Maaf sekali, Pak Jemmy tidak bersedia untuk bertemu denganmu! Tapi, Tuan Muda telah kembali. Dia bilang dia bisa bertemu dengan kamu.”Morgan?Reza menyipitkan matanya. “Mohon bawakan jalan.”Indra membawa Reza ke halaman belakang. Ketika melihat pemandangan yang familier itu, Reza teringat dirinya pernah kemari ketika bersama dengan Sonia waktu itu. Tiba-tiba Reza sudah mengerti.Kenapa Sonia tahu giok kuno berada di Kediaman Bina?Kenapa Pak Jemmy memaksa Sonia tinggal di rumah ini?Kenapa Pak Jemmy memberikan Sonia giok kuno itu secara cuma-cuma?Saat ini, akhirnya Reza telah mengerti!Setibanya di halaman belakang, Morgan sedang duduk di teras kayu sembari memberi makan kepada ikan. Melihat Reza berjalan ke sisinya, dia pun mengangguk dengan perlahan. “Duduklah!”Reza langsung bertanya, “Di mana Sonia?”Tatapan Morgan menjadi dingin
Telinga Reza berdengung. Hatinya bagai disumbat hingga kesulitan untuk bernapas. Dia membuka mulutnya dengan susah payah.“Bagaimana dengan lukanya?”“Bagaimanapun, semua ini tidak ada hubungannya dengan Reza!” ucap Morgan dengan datar, “Aku sudah beri tahu masa lalu Suki kepadamu. Kelak Suki tidak ada hubungan apa-apa lagi sama kamu. Kamu tidak perlu mencari kabarnya dan jangan ikut campur dalam masalahnya. Setelah meninggalkanmu, dia akan melewati hidupnya dengan sangat baik!”Reza merasa dirinya bagai masuk ke dalam jurang kegelapan saja. Dia mengangguk dengan perlahan dan meninggalkan tempat tanpa mengatakan apa-apa.Di perjalanan kembali ke Kota Jembara, ponsel Reza terus bergetar. Panggilan itu adalah panggilan dari Jason, Gina, dan perusahaan ….Reza menyalakan mode diam, membiarkan ponselnya menyala terus.Semuanya sudah jelas saat ini! Termasuk masalah dirinya mencurigai identitas Sonia sebelumnya ….Identitas Sonia ternyata adalah … istrinya!Sonia datang ke sisi Reza mungkin
Dokter memberi tahu semua detail mengobati Sonia kepada si lelaki. Pada akhirnya, dia berkata, “Tekad hidup wanita itu sangat kuat. Untung saja, pisau itu tidak melukai jantungnya. Jadi, dia masih hidup. Hanya saja ….”Reza menelan air liurnya, lalu bertanya, “Bagaimana dengan kondisinya?”Benny mengerutkan keningnya. “Sarafnya terluka akibat zat beracun. Dia telah kehilangan penglihatannya!”Tiba-tiba Reza mengangkat kepalanya. Tampak urat hijau menonjol di keningnya. Dia menatap Dokter Benny dengan tatapan tidak percaya. “Dia tidak bisa melihat lagi?”“Iya.”Kepala Reza bagai menerima pukulan kuat saja. Dia terbengong dalam sesaat. Kemudian, dia mengulurkan tangan mengambil rokok di atas meja tamu. Tangannya terus gemetar. Asap rokok diembuskan dan air mata juga menetes mengenai atas meja tamu.Reza tidak mengangkat kepalanya. Dia hanya berkata dengan suara serak, “Antar Dokter Benny pulang.”Kening Robi juga tampak berkerut. Dia sungguh tidak menyangka orang yang hendak dibunuh saat
Si lelaki menatap wanita yang sedang memilih permen di samping kirinya. Dia mendorong troli dengan gembira, lalu berkata, “Sonia, ternyata kamu, ya! Sudah lama tidak ketemu!”Si wanita memegang sekotak permen berbentuk hati, lalu memalingkan kepalanya menatap orang yang berbicara dengannya. Dia tiba-tiba teringat, “Yoseph? Lama nggak bertemu!”Yoseph adalah anggota kru dalam syuting film Sutradara Nathan waktu itu. Hubungannya dengan Darren juga cukup bagus.“Dengar-dengar kamu keluar negeri? Kapan kamu kembalinya?” Yoseph menatap anak perempuan di dalam troli, lalu bertanya dengan syok, “Kamu sudah menikah?”Sonia tersenyum melihat jam, lalu berkata, “Aku masih ada urusan. Kita ngobrol lagi lain kali.”“Oke!” Yoseph tersenyum.Sonia memasukkan kotak permen ke dalam troli, lalu mendorong barang belanjaannya ke kasir.Sewaktu mengantre, anak perempuan yang duduk di dalam troli mengambil lolipop yang diletakkan di samping kasir. “Permen! Aku mau makan permen!”“Yana, kamu baru tumbuh gig
Sonia mengangkat tinggi es krim di tangan, lalu meminta bantuan dari Melvin, “Cepat bawa dia pergi!”Melvin menggeleng dengan tidak berdaya, lalu menggendong Yana. “Kita jangan makan es krim lagi, ya. Bibi Linda masakin telur kukus udang kesukaanmu. Kita pergi makan telur kukus saja, ya.”Yana memalingkan kepalanya. Tatapannya terus tertuju pada es krim di tangan Sonia. Dia mengedipkan matanya dan air matanya spontan mengalir.Melvin mengambil barang lain untuk menghiburnya. Dia memalingkan kepalanya memelototi Sonia sekilas. “Kamu juga jangan makan lagi! Kamu tahu sendiri kamu tidak boleh makan yang dingin-dingin, ‘kan? Kamu lebih susah diatur daripada Yana!”Sonia duduk bersila, lalu menggembungkan pipinya. “Siapa suruh kamu atur aku? Kamu sendiri yang kepo!”Melvin merasa kesal ingin sekali menyiram air di atas meja ke wajahnya.Sonia tidak berani terlalu kelewatan. Dia hanya menyantap setengah kotak es krim, lalu memasukkan sisa setengah kotak ke dalam kulkas.Baru saja berjalan ke
Sonia membeli sebuah rumah besar. Cukup untuk ditempati oleh mereka bertiga dan juga Kelly. Hanya saja, Ranty dan Melvin adalah pewaris perusahaan keluarga mereka. Mereka tidak mungkin seperti Sonia selalu berkelana di luar sana. Jadi, Sonia menghabiskan kebanyakan waktunya untuk tinggal di Kowloon bersama dengan Kelly.Sonia menundukkan kepalanya melihat ponselnya, lalu berkata dengan menggeleng, “Nggak kembali lagi.”“Jadi, setelah Kelly pergi, kamu pindah ke tempatku saja.” Melvin menyerahkan minuman kepada Sonia. Dia duduk di samping sofa, lalu menatap Sonia dengan tatapan membara.Suara Sonia sangatlah tenang. “Aku punya rumah sendiri.”“Tapi tidak ada yang menjagamu di rumahmu. Kalau kamu tinggal di rumahku, aku bisa melayanimu selama 24 jam.” Melvin menyipitkan matanya berusaha untuk membujuk, “Kamu bisa meminta apa pun. Kamu tidak usah sungkan sama aku!”Sonia memasukkan obat ke dalam mulut, lalu meneguk air. Dia tidak meladeni Melvin, lalu berjalan ke sisi kamar. “Aku mau tidu
Saat menjelang sore, Sonia turun ke lantai bawah untuk bermain bersama Yana.Berhubung sedang turun hujan, Kelly menyuruh Bibi Linda untuk tidak perlu kemari. Dia akan memasak makan malam sendiri. Sementara, Sonia menemani Yana menceritakan buku dongeng untuknya.“Dulu ada tiga ekor beruang. Suatu hari, ibu beruang berkata, kalian pergi bangun rumah sendiri!”Yana melebarkan matanya mengangkat kepalanya. “Aku tidak mau meninggalkan Ibu. Aku tidak mau bangun rumah sendiri.”Sonia mencubit hidung kecilnya. “Oke, Yana nggak mau bangun rumah sendiri. Kelak biarkan Bibi Sonia beliin rumah besar, ya.”Yana bersandar di dalam pelukannya. “Ibu, Bibi Sonia, dan Yana akan tinggal bersama di rumah yang sangat besar.”Suara imut Yana membuat Sonia ingin tersenyum. Baru saja dia membalikkan lembaran baru hendak lanjut bercerita, tiba-tiba ada pesan baru di ponsel Sonia. Dia membaca sekilas. Ternyata ada kiriman pesan dari Darren.[ Sonia, apa Thalia mengundangmu ke acara ulang tahunnya? ]Sonia men
Ketika Kase memasuki kafe, Sonia sedang bosan membolak-balik majalah. Melihatnya masuk, Sonia bertanya sambil mendongak, "Kamu sudah bertemu Rayden?""Sudah," jawab Kase sambil duduk dan meletakkan lengannya dengan santai di sandaran kursi. Dia berujar dengan nada mengejek, "Sama seperti yang diceritakan orang, dia memakai topeng dan berlagak misterius. Entah apa yang dia sembunyikan.""Gimana hasil pembicaraan kerja samanya?" tanya Sonia."Lumayan. Masih perlu membahas beberapa detail." Kase menoleh ke arahnya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu, lalu bertanya, "Sebenarnya, siapa yang kamu cari di sini?"Sonia melihatnya dengan tatapan yang sulit ditebak. Setelah beberapa saat, dia menjawab pelan, "Kakakku."Kase bertanya sambil tersenyum, "Kakakmu? Dia ada di Hondura?""Ya, seseorang pernah melihatnya di sini," balas Sonia.Kase bertanya lagi, "Apa kamu punya fotonya? Coba tunjukkan. Mungkin aku bisa membantumu mencarinya."Sonia merespons, "Makasih, tapi nggak perlu. Biar aku yang
Kase tertegun sejenak. Namun, Sonia sudah berbalik dan naik ke lantai atas. Sambil minum isi gelasnya, pria itu merasa sedikit kesal. Dalam pikirannya, adakah orang di dunia ini yang lebih hebat darinya?Kase meremehkan pernyataan Sonia. Dia meyakini bahwa gadis itu sebenarnya hanya bucin. Hanya orang yang terlalu memuja cinta yang tidak bisa membedakan antara kenyataan dan fakta.Bahkan, Kase sempat tergoda untuk meminta Sonia memanggil pacarnya agar mereka bisa membuktikan siapa yang lebih unggul.....Keesokan harinya, pagi-pagi sekali seseorang dari pihak Winston datang menemui Kase dengan pesan bahwa Rayden telah kembali dan ingin bertemu dengannya untuk berdiskusi.Kali ini, Kase tidak lagi menolak. Dia mengajak Sonia untuk ikut bersamanya. Setibanya di sana, Sonia tetap menunggu di kafe yang sama seperti sebelumnya, sementara Kase mengikuti Winston melewati pintu putih besar hingga menghilang di dalamnya.Sonia sebenarnya penasaran ingin melihat seperti apa sosok Rayden yang mis
Jelas sekali, Kase sudah tidak ingin melanjutkan pembicaraan dengan Winston. Setiap malam, Sonia mengantar camilan tetapi dia belum berhasil menemukan orang yang dia cari. Apakah mungkin orang itu begitu disiplin hingga bahkan tidak makan camilan?Sonia juga sudah mencoba pergi ke lantai bawah tanah ke-11, tetapi tetap tidak mendapatkan hasil apa pun. Namun, tidak menemukan apa pun juga merupakan kabar baik. Setidaknya itu berarti kakaknya tidak termasuk dalam kelompok orang yang dijadikan subjek eksperimen.Sonia memutuskan untuk beristirahat selama dua hari. Bagaimanapun, pelayan yang setiap hari dia samarkan identitasnya itu, sering bangun dengan keluhan leher yang sakit dan bahkan sudah memutuskan untuk pergi ke dokter.Malam itu, Sonia dan Kase duduk berdampingan di bar. Mereka mengobrol santai sambil menikmati suasana.Hallie datang mengenakan seragam pelayan yang dirancang khusus untuk bar itu. Dia menyerahkan dua gelas minuman pada Sonia dan Kase, lalu berujar sambil tersenyum
Begitu pintu lift terbuka, Sonia melangkah keluar. Di hadapannya, terbentang lorong panjang dengan lampu neon putih yang dingin dan suram menggantung di atas kepala.Sonia keluar dari lift dan melangkah ke koridor. Di kedua sisi koridor, terdapat laboratorium dan ruang penyimpanan. Melalui pintu-pintu kaca, dia bisa melihat berbagai macam alat yang aneh dan rumit. Dia terus berjalan lebih dalam.Suasana di sekitarnya begitu sunyi hingga terasa mencekam. Tiba-tiba, telinganya menangkap suara aneh, seperti kuku yang menggores kaca, bercampur dengan suara geraman liar yang menyerupai auman binatang buas.Sonia mengikuti arah suara itu. Tak jauh di depan, sebuah pintu besar terlihat berdiri kokoh. Pintu itu terlihat sangat kuat dan dilengkapi dengan sistem pengamanan berbasis sandi. Dia segera mengirim perintah ke Frida.Dalam waktu 30 detik, Frida berhasil membobol sistem pengamanan tersebut. Setelah memasukkan kode yang diberikan, pintu itu perlahan terbuka secara otomatis. Ketika Sonia
Sonia menggigit kue cokelat di depannya, lalu bertanya, "Apa kamu sudah tanya, kapan Rayden akan kembali?"Kase menatapnya tajam sembari balik bertanya, "Kamu sangat suka cokelat?"Sonia mengangkat alis dengan tenang. Dia membalas, "Hampir semua wanita menyukainya."Senyum Kase penuh pesona ketika menimpali, "Kupikir, kamu berbeda dari yang lain."Sonia mengulang pertanyaannya, "Jadi, kapan Rayden akan kembali?"Kase mendekatkan tubuhnya ke arah Sonia, menatap matanya dengan intens, lalu berucap pelan, "Aku curiga Rayden sebenarnya masih ada di Istana Fers.""Lho?" Sonia mengangkat kepala. Dia jelas sangat terkejut.Mata Kase bertemu langsung dengan tatapan Sonia dan memancarkan kesan yang menggoda. Dia menjelaskan, "Winston adalah perwakilan Rayden, tapi untuk proyek sebesar ini, dia nggak mungkin mengambil keputusan sendiri.""Aku rasa Rayden sebenarnya nggak meninggalkan Istana Fers. Dia cuma nggak mau menemui orang." Dugaan Kase memang sangat sesuai dengan karakter Rayden yang dike
Kase mengangkat lengannya dan menoleh ke arah Sonia. Di balik kerudung sutra tipis itu, Sonia mengangkat tangan dan merangkul lengan Kase, lalu berjalan bersamanya menuju ruangan.Saat mereka masuk, di balik meja kerja besar, duduk seorang pria yang bukan Rayden. Melihat hal ini, Kase bertanya sambil tersenyum. "Kenapa bukan Rayden?"Pria di belakang meja itu berdiri. Dia terlihat seperti penduduk asli Benua Delta, dengan rambut agak keriting dan mengenakan setelan jas hitam. Dia menjawab dengan sopan, "Maaf sekali, Pak Rayden menerima pesan yang sangat mendesak pagi ini.""Satu jam yang lalu, dia sudah meninggalkan Istana Fers. Dia memintaku untuk menyambut Pak Kase dan melanjutkan pembahasan kerja sama. Perkenalkan, aku adalah sekretaris Pak Rayden. Namaku Winston," lanjut pria itu.Sonia merasa sedikit kecewa. Dia sempat berharap bisa bertemu Rayden secara langsung dan mungkin bisa mengenali suaranya atau postur tubuhnya untuk memastikan apakah dia adalah orang yang dia kenal. Namun
Hallie harus mencari tahu apa yang sebenarnya dilakukan Regan di tempat ini. Itu adalah urusan pribadi Hallie. Sonia tentu saja tidak bisa mencampuri.Apalagi, meski saat ini belum ada kepastian apakah Hallie adalah cucu dari gurunya, sekalipun sudah pasti, Sonia tetap tidak akan mengambil keputusan untuk gadis itu.Sonia membalas sambil mengangguk. "Apa pun yang ingin kamu lakukan, keputusan ada di tanganmu. Tapi, tempat ini sangat berbahaya. Aku yakin kamu sudah merasakannya semalam."Hallie menjawab dengan tegas, "Aku akan mencari cara untuk melindungi diriku sendiri."Kase mengeluarkan suara tawa kecil yang mencemooh. Ketika dia mendapati Hallie menatapnya dengan kening berkerut, dia segera berucap sambil tersenyum, "Jangan salah paham, Nona. Aku bukan lagi mengejekmu. Aku cuma tiba-tiba merasa ingin tertawa."Hallie merasa canggung mendengar itu. Sonia melirik sekilas ke arah Kase, lalu berucap, "Bantu dia."Kase mengangkat alis dan tersenyum penuh arti. Dia bertanya, "Apa keuntun
Kase balik bertanya sambil tersenyum, "Kamu bahkan nggak mengenali penyelamatmu?"Hallie tertegun menatapnya dan terlihat bingung. Di sisi lain, Sonia berucap, "Masih ada beberapa jam sebelum matahari terbit. Lebih baik kamu naik ke atas dan beristirahat dulu. Kita bicarakan hal lainnya besok."Hallie mengangguk dengan cemas, lalu mengikuti Sonia menuju lantai atas. Sonia menunjukkan kamar di sebelah kamarnya sendiri, lalu berucap, "Di dalam lemari, ada piama dan baju ganti. Kamu bisa memakainya sesukamu."Hallie memandang Sonia dengan penuh rasa terima kasih, lalu berujar, "Makasih banyak. Kamu sudah menyelamatkanku dua kali!""Jangan berterima kasih padaku. Kali ini, orang yang menyelamatkanmu adalah pria yang tadi di bawah," ujar Sonia.Hallie tertegun sebelum bertanya, "Dia yang menyelamatkanku? Apa tadi aku bersikap nggak sopan?"Suasana di bar tadi terlalu kacau. Hallie begitu ketakutan hingga tak tahu apa yang terjadi. Saat dibawa ke vila ini, dia masih merasa ketakutan bahkan s
Sonia menoleh ke arah Kase, lalu bertanya, "Bisakah kamu membantuku?""Kamu berbicara padaku sambil mengenakan baju seperti itu, tentu saja aku nggak akan menolak." Kase menyerahkan gelas minuman yang dipegangnya kepada Sonia, lalu menambahkan, "Minum ini dulu!"Sonia mengambilnya dan langsung menghabiskannya dalam satu tegukan. Mata Kase yang indah makin bersinar. Dia pun bertanya, "Katakan, apa yang harus aku lakukan untuk membantumu?""Tolong bantu aku menyelamatkan gadis itu. Bisakah kamu melakukannya?" tanya Sonia.Kase melirik ke arah panggung, lalu bertanya, "Itu gadis yang kamu selamatkan kemarin?" Dia mengernyit sebelum menambahkan, "Biar kuperingatkan, kamu sudah menyelamatkannya sekali."Bagi Kase, menyelamatkan seseorang untuk pertama kalinya masih bisa dimaklumi sebagai bentuk belas kasihan. Namun jika orang tersebut kembali terjebak dalam bahaya, itu berarti dia bodoh dan tak perlu diselamatkan lagi.Kase mengangkat alis, lalu menatap Sonia sambil melanjutkan, "Aku nggak