Melvin berlari ke dalam pegunungan dengan mengambil tongkat listrik di tangannya. Dia duluan menyetrum anggota Brown, lalu mengayunkan tongkat untuk memukul Brown.Tiba-tiba Sonia mencium bau darah dari tenggorokannya. Dia pun memuntahkan darah segar. Tubuhnya seketika menjadi lemas. Namun, dia tidak lagi sewaspada tadi lagi. Dia sudah membunuh Brown. Akhirnya Sonia telah membalas dendam Serigala dan yang lain! Sekarang Sonia akan pergi menemui teman seperjuangannya!“Sonia!” Ekspresi Melvin terlihat sangat mengerikan. Dia menjerit kuat berusaha untuk berlari ke sisi Sonia.Setruman listrik di tangan Melvin sangatlah kuat. Dalam seketika, dia pun berhasil menerobos ke sisi Sonia!Melvin jatuh ke sisi kaki Sonia. Wajahnya terlihat sangat panik ketika melihat darah di seluruh tubuhnya. Dia pun tidak tahu bagian mana yang boleh disentuhnya.Melvin mengangkat tangannya menutup luka di bagian perut Sonia. Dia merasa semakin panik saja hingga lengannya tak berhenti gemetar.“Sonia, Sonia, a
Darah memenuhi wajah Sonia. Hanya terlihat sepasang mata yang berkilauan bagai bintang di langit gelap. …Dari atas posko pengawasan di kejauhan, si lelaki sudah kehilangan kesabaran untuk menunggu lagi. Dia memalingkan kepalanya berkata pada Maduro, “Utus orang untuk segera mengatasinya!”“Tenang asja!” Maduro melihat si lelaki, lalu berkata dengan tersenyum, “Kami tidak akan merepotkan Pak Reza. Pak Reza bisa kembali dulu!”Reza membalikkan tubuhnya berjalan ke bawah. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh dan Reza spontan menengadah kepalanya. Hampir ada belasan helikopter terbang di atas langit. Helikopter itu bergerak menuju ke kaki gunung dan berputar-putar di atas langit tempat pertarungan itu. Suaranya sungguh memekakkan telinga!Reza spontan melirik ke sisi Maduro. “Siapa orang itu?”Ekspresi wajah Maduro juga berubah, dia segera berkata, “Jangan-jangan anggota Brown?”Dering ponsel Reza pun berdering. Tanpa ragu, Reza langsung mengangkatnya, “Apa yang terjadi?”Pengelola kebun k
Morgan memeluk Sonia ke atas helikopter. Dia juga memerintah bawahannya untuk membawa Melvin yang dipenuhi luka itu ke atas helikopter.Melvin sungguh terkejut ketika melihat orang-orang ini. Kemudian, tatapannya beralih ke sisi Sonia. Dia terlihat sangat kalut saat ini.“Kak!” Tiba-tiba Sonia meraih lengannya, menatap ke sisi Johan. “Bawa dia pergi!”Morgan melirik dengan dingin, lalu berkata pada Sonia, “Kamu tenang saja, aku tidak akan meninggalkan satu pun anggotamu!”Kali ini Sonia baru merasa tenang. Seiring berjalannya waktu, seluruh tubuhnya terasa semakin sakit saja.Morgan berjalan dengan buru-buru. Tetiba ada seseorang yang berlari menghampirinya dan melapor, “Pemimpin, Reza meminta untuk bertemu!”Langkah kaki Morgan berhenti dalam seketika. Kedua tatapannya berubah menjadi semakin dingin. “Sampaikan kepadanya, dia sudah sangat mengecewakanku. Kelak, kita tidak perlu bertemu lagi!”Selesai berbicara, Morgan berjalan pergi.Di atas helikopter, Morgan segera memerintah dokter
Cedera di tubuh sangatlah berat! Dokter Benny juga tidak bisa merasakan tanda-tanda kehidupan di diri si wanita.Sekelompok orang di belakang menatap Dokter Benny dengan tatapan dingin. Ditambah lagi dengan luka di sekujur tubuh si wanita, bahkan Dokter Benny yang berpengalaman lama dalam dunia medis juga merasa gugup.Untung saja, dokter militer yang dibawa Morgan bersikap sangat tenang. Dia berkata dengan suara datar, “Tidak apa-apa. Nona Sonia tidak akan mati. Kamu yang tenang saja, selamatkan dia seperti pasien biasa saja!”Dokter Benny mengangkat tangannya menyeka keringat di keningnya dan segera mengangguk.Dokter militer meminta yang lain untuk keluar ruangan. Biarkan Dokter Benny dan asistennya untuk mengobati Suki dan Melvin dengan konsentrasi penuh.Setelah sibuk selama satu malam, saat Dokter Benny keluar kamar dengan capek, langit di luar sana pun telah terang.Morgan terus menunggu di luar. Ketika melihat dokter keluar, dia segera bertanya, “Bagaimana keadaan Sonia?”Kedua
Masih ada sekelompok tentara bayaran di dalam hutan. Mereka semua sedang mengepung Sonia hendak membunuhnya. Bahkan, mereka mengancam Sonia dengan keselamatan Johan. Kemudian, Sonia diserang dan disuntik dengan obat. Setelah Sonia membunuh orang yang menyuntiknya, pertarungan pun dimulai.Saat itu, Johan merasa sangat kaget. Dia ingin pergi untuk membantu Sonia, tetapi seluruh tubuhnya terasa lemas. Ada yang memukul lehernya dan dia pun kembali kehilangan kesadarannya.Ketika Johan menyadarkan diri, dia pun telah berada di sini!Apa yang terjadi saat Johan pingsan? Siapa orang-orang yang hendak membunuh Sonia? Apa orang itu adalah Brown? Siapa yang membawa Johan kembali ke Kota Jembara?Kepala Johan terasa kacau dan juga sakit. Dia tidak bisa berpikir dengan kepala dingin. Baru saja dia hendak menuruni ranjang, dia malah menyadari efek obat itu masih belum menghilang. Kaki dan tangannya masih terasa lemas. Hanya saja, dia sudah bisa berjalan.Johan berjalan ke depan meja dengan linglun
Johan memejamkan matanya sembari menarik napas dalam-dalam. Dia tidak dapat menahan rasa masam di hatinya.Beberapa saat kemudian, Johan memalingkan wajahnya untuk melihat Frida yang sedang mengendarai mobil. Kedua matanya sudah merona. Dia bertanya dengan suara rendah, “Kamu itu … Ariel?”Frida melihat ke depan dengan tatapan dingin. Dia mengiakan ucapan Johan.Johan spontan mengerutkan keningnya. “Kenapa kamu nggak beri tahu aku sebelumnya?”Frida melirik Johan dengan dingin. “Kita bertiga sudah sepakat nggak boleh bocorin identitas kita kepada siapa pun. Aku dan Bos nggak pernah mempublikasikannya, hanya saja kami saling tahu identitas kami saja!”Johan tersenyum menyindir. “Ternyata aku itu orang paling bodoh di dunia!”“Kamu memang bodoh!” Frida memarahi Johan tanpa sungkan. “Si Noah bermasalah!”Sekarang Johan tentu menyadarinya. Noah mengatakan dia ingin mencari Brown, tetapi sebenarnya orang yang ingin dihadapinya adalah Sonia!Termasuk orang di Kota Mika waktu itu, sepertinya
Morgan menyipitkan matanya. “Kalian adalah anggota dari Aquila? Orang yang terus melacak informasi Sonia itu … kamu?”“Iya, ada salah paham di dalam masalah ini. Hanya saja, Eka nggak bermaksud untuk mencelakai Bos. Dia sudah menyadari kesalahannya!” balas Frida dengan nada tenang.Johan terus menunduk. Meski kerah pakaiannya dicengkeram oleh Morgan, dia juga tidak sekali pun meronta.Morgan melepaskan Johan, lalu memerintah anggotanya, “Bawa mereka untuk bertemu dengan Sonia!”“Terima kasih, Pemimpin!” Frida menundukkan kepalanya dan berterima kasih.Sonia tidur di dalam kamar yang menghadap cahaya matahari. Luka di tubuhnya sudah dijahit dan diperban. Dia yang mengenakan piama berwarna putih sedang berbaring di atas ranjang. Raut wajah Sonia terlihat sangat pucat.Pelayan di samping sedang mengompres bagian tangan yang memar akibat dipasang jarum infus tadi. Menyadari ada yang memasuki ruangan, pelayan pun meninggalkan tempat.Johan sungguh menyesali perbuatannya ketika melihat sosok
Gina menyerahkan sebotol air mineral untuk Johan, lalu berkata dengan lembut, “Johan, apa ada salah paham di antara kita? Kamu minum dulu. Kita bicarakan masalah ini dengan pelan!”Johan menepis tangan Gina, lalu berkata dengan dingin, “Gina, kamu selalu memperalatku untuk menghadapi Sonia. Kamu memanfaatkan hubungan sejak kecil kita! Aku menganggapmu sebagai kakak kandungku, itulah sebabnya aku selalu berpihak di sisimu! Tapi gimana sama kamu?”“Kamu malah menjadikanku sebagai senjata untuk membunuh orang lain? Demi Reza, kamu ingin membunuh Sonia, bahkan ingin membunuhku juga. Gina, kenapa kamu mengerikan sekali!”Faktanya, kamu tidak akan sepenuhnya mengenal seseorang meski kalian tumbuh besar bersama. Raut wajah Gina spontan menjadi datar. Dia masih menunjukkan ekspresi lugunya. Dia berkata dengan mengerutkan keningnya, “Johan, sebenarnya apa yang sedang kamu katakan? Ada apa dengan Sonia? Apanya yang membunuh? Ucapanmu sungguh mengerikan!”Kedua mata Johan merona. Dia menatap Gin
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m
Saat makan malam, Rose sudah kelihatan bersemangat saat turun ke lantai bawah. Ketika melihat Juno, dia pun memberi salam dengan terkejut, “Juno, kapan kamu pulangnya?”Juno tidak ingin menghiraukan Rose. Dia hanya melirik Rose sekilas, lalu membalikkan tubuhnya berjalan ke ruang makan.“Kenapa malah nggak hiraukan aku?” Rose mengejarnya. “Apa hanya karena aku nggak tunggu kamu, lebih dulu kembali dari Kota Kibau saja? Aku merindukan Sonia!”Langkah kaki Juno semakin cepat lagi. Dia masih saja tidak berbicara.“Kenapa, sih!” Rose mengejar, lalu mengadang di hadapan Juno. Dia memutar bola matanya dan bertanya, “Jangan-jangan kamu marah karena aku tidur di ranjangmu?”Bola mata di balik kacamata Juno kelihatan dingin dan datar. “Aku takut kamu tular flumu ke aku, boleh, ‘kan?”“Aku malah mau tularin ke kamu!” Rose membelalakinya. “Biar kita sama-sama sakit. Namanya juga senasib sepenanggungan!”Juno menatap Rose, lalu mengangkat tangannya untuk memegang kening Rose. “Apa kamu masih demam?
Tenggorokan Juno bergerak. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Rose.Rose malah langsung membukanya lagi. “Panas! Panas sekali!”Juno kembali menarik selimut, lalu menahan Rose tidak mengizinkannya untuk bergerak. Keningnya sendiri juga ikut berkeringat.Biasanya orang yang demam akan merasa kedinginan. Kenapa Rose malah berbeda?Juno mencari pakaian Rose, lalu memasukkannya ke dalam selimut. Dia meraba-raba mulai memakaikan pakaian di tubuh Rose. Meskipun hendak memanggil pelayan, Rose juga mesti duluan mengenakan pakaiannya. Jika tidak, bagaimana pemikiran orang lain ketika melihat Rose tidak mengenakan apa-apa di dalam kamarnya?Mungkin karena merasa gugup dan tidak pernah membantu orang lain untuk mengenakan pakaian dalam, Juno pun meneliti beberapa saat baru berhasil mengenakannya. Di antaranya, tentu saja tersentuh bagian yang tidak seharusnya tersentuh. Juno memaksakan dirinya untuk menganggap Rose sebagai anak kecil yang baru datang ke rumah Aska saja.Pada akhirnya, Juno m