Saat ini, Yerin sudah ditindih di atas ranjang ruangan operasi. Dokter terkejut hingga tidak tahu harus berbuat apa. Salah satu pengawal yang berwajah serius berkata, “Segera jalankan operasi! Gugurkan anak di dalam kandungannya!”“Jangan! Jangan lukai anakku! Jangan!” Yerin tak berhenti meronta.Si lelaki menahan pundaknya, lalu menotok bagian leher Yerin, membuatnya langsung kehilangan tenaganya. Dia hanya bisa menatap sang dokter dengan tatapan putus asa.Raut wajah si dokter juga terlihat panik. Dia tidak berani bergerak dan juga tidak berani untuk tidak bergerak. Dia terpaksa berkata dengan waswas, “Aku akan lakukan pemeriksaan dulu!”Si dokter wanita membuka pakaian Yerin, mulai melakukan USG.Namun si dokter malah terbengong ketika melihat layar komputernya. Dia spontan melihat kedua lelaki berbadan kekar, lalu berkata, “Dia tidak sedang mengandung!”Kali ini, Yerin benar-benar sudah kehilangan semangat hidupnya. Ketika kepikiran reaksi emosi ketika si lelaki mengetahui kenyata
Sebelumnya Yandi pernah menempati rumah Juno. Setelah Yandi pindah, tidak ada yang menempati rumah itu lagi.Model rumah ini mirip dengan rumah Jason. Semuanya sudah dipersiapkan dengan lengkap. Jadi, Kelly bisa langsung tinggal di sana.“Nanti akan ada pembantu yang datang untuk beres-beres rumah. Jadi, kamu nggak usah bersihin apa-apa. Kamu cukup jaga diri kamu sendiri saja,” ucap Sonia, “Kamu tinggal di kamar utama saja!”“Aku di kamar tamu saja,” balas Kelly. Bagaimanapun, dia hanya menumpang tinggal di rumah orang lain.Sonia juga tidak berkata lain. Dia membantu Kelly untuk meletakkan barang bawaannya ke dalam kamar tamu.Kamar tamu juga sangat luas, ada balkon dan juga kamar mandi tersendiri.Sonia meletakkan barang bawaannya, lalu bertanya, “Apa kamu sudah mengundurkan diri dari pekerjaan kurir antar makanan?”“Sudah!” Kelly mengangguk. “Sekarang aku hanya bekerja di perusahaan saja. Aku akan mulai bekerja besok.”“Kesehatanmu lebih penting. Kalau kamu masih nggak enak badan, k
Artis baru itu bernama Thalia. Dia baru saja tamat kuliah. Aktingnya masih tergolong jauh jika dibandingkan dengan Gina. Dia sering melakukan kesalahan, hanya saja dia sangat berusaha keras. Sonia sering melihatnya sedang menghafal skenario dan latihan akting di pojok.Seorang reporter datang untuk berkunjung ke lokasi syuting. Dia mengambil foto dan rekaman di belakang layar. Tak lama kemudian, berita itu pun menjadi topik hangat.Tampak foto Gina dan Thalia sedang berjalan di pinggir jalan. Banyak netizen yang memuji kecantikan dan kegigihan dari Thalia. Sementara, foto Gina malah terlihat agak kabur bahkan kelima indranya tidak kelihatan jelas.Berita ini tentu memicu banyak komentar negatif netizen. Kebanyakan dari mereka sedang memarahi Thalia.[ Siapa lagi? Pansos, ya! ][ Dia kira Gina itu gampang diajak kompromi, ya? Dasar nggak tahu diri! ][Baru saja masuk ke dunia hiburan, malah sudah cari sensani. Kalau bukan karena aku suka sama film Sutradara Nathan, aku juga berharap dia
Sepertinya berkat ucapan Sonia, hubungan Thalia dengan Sonia pun semakin akrab lagi. Dia bahkan bisa menyuruh asistennya untuk mengambilkan kotak makan untuk Sonia. Ketika sedang senggang, dia pun akan mengobrol dengan Sonia.Setelah berhubungan sebanyak dua kali, Thalia menyadari Sonia adalah tipe wanita dingin. Jadi, dia tidak mengganggu Sonia lagi. Saat Sonia sedang melukis sketsa, Thalia pun duduk di sampingnya untuk membaca skenario atau menghafal dialognya saja.Tidak dipungkiri, Thalia memang sangat giat. Dia bukan hanya menghafal dialognya saja, dia bahkan menghafal dialog lawan mainnya. Thalia merasa dengan begitu dia akan lebih mendalami perannya dan bisa lebih berguna dalam aktingnya.Darren juga sering pergi mencari Sonia. Jadi, dia juga semakin akrab dengan Thalia.Sekarang, Sonia menghabiskan kebanyakan waktunya untuk makan siang di lokasi syuting. Terkadang dia juga akan makan di restoran Yandi. Thalia dan Darren terus menguntit ke mana perginya Sonia, lalu berebut untuk
Ketika sampai di akhir cerita, hampir semua penonton di bioskop meneteskan air mata. Begitu pula dengan Thalia, dia menangis hingga terisak-isak.Waktu itu tokoh utama mengandung anak si lelaki. Kehidupannya setelah melahirkan anak sangatlah menderita. Kemudian, si wanita baru bertemu dengan suaminya sekarang. Dia sungguh berterima kasih karena bisa menikah dengan lelaki ini.Si wanita bahkan tidak memberi tahu si tokoh utama lelaki … anak yang dibesarkan dia dan suaminya sekarang … sebenarnya adalah darah daging mereka.Mereka berdua berpisah, tidak lagi bertemu untuk selama-lamanya.…Film berdurasi dua jam ini selesai pada sekitar jam sepuluh malam.Reza sudah berdiri di depan untuk menunggu Sonia. Ketika melihat keberadaan Sonia, dia langsung menuruni mobil sambil mengambil jaket.Sonia masih belum menyadari kedatangan Reza. Dia membalikkan tubuhnya untuk berpamitan dengan Thalia.Thalia seketika tertegun ketika melihat lelaki bertubuh tinggi dengan wajah tampan di belakang Sonia.
Tatapan Sonia sangatlah jernih. “Kalau pada saat itu, kamu masih ingin mempertahankan anak ini, aku berjanji sama kamu, aku akan lindungi kamu meski Jason bersikeras ingin menggugurkan kandunganmu!”Kelly terus menatap Sonia. Beberapa saat kemudian, dia baru berkata, “Sonia, aku sudah buat keputusan. Aku ingin beri tahu dia!”Sonia mengangguk. “Akhir pekan ini semuanya akan berkumpul di Kasen. Kalau kamu sudah memutuskannya, kamu bisa beri tahu dia di sana.”“Emm!” Kelly mengangguk.Mungkin keputusan Kelly tergolong gegabah. Hanya saja, Kelly tidak ingin berpikir terlalu panjang lagi. …Keesokan harinya, Sonia pergi ke lokasi syuting.Pagi harinya, Sonia terus disibukkan dengan masalah busana. Ketika istirahat di siang hari, Thalia pergi mengambilkan nasi kotak untuk Sonia dan Darren, lalu mengajak mereka berdua untuk makan bersama.Asistennya Gina kembali dengan mengambil nasi kotak. Dia pun berkata dengan kesal, “Hubungan si Thalia sama Sonia bagus juga. Sepertinya dia tahu ada Pak
Thalia berkata dengan kegirangan, “Teman dari kecil?”“Bukan, hanya pernah melakukan sesuatu bersama.”“Oh!” Thalia terlihat iri. “Biasanya Pak Reza suka ngapain? Apa benar setiap harinya dia akan menghadiri pesta malam mewah, acara amal …. Ke mana-mana selalu naik pesawat pribadi? Bisa keluarin uang triliunan dengan gampangnya?”Sonia tersenyum. “Kamu tahu dari mana?”“Dari novel!” balas Thalia dengan wajah lugunya.Tiba-tiba Sonia kepikiran dengan Yeni, dia pun tersenyum. “Nggak. Biasanya dia sibuk sekali, jarang hadir dalam acara pesta begitu. Mengenai uang triliunan itu, itu memang benar. Hanya saja, uang itu untuk investasi bisnis.”Tiba-tiba Thalia kepikiran sesuatu, lalu berkata, “Dengar-dengar Pak Reza adalah salah satu sponsor dalam film kali ini. Pantas saja Pak Delon dan yang lainnya baik banget sama kamu!”Darren langsung menyela, “Pak Delon dan yang lain bisa bersikap baik sama Sonia juga bukan karena Pak Reza. Semuanya karena kemampuan dari Sonia. Lagi pula, mereka juga m
Reza membukakan pintu mobil samping pengemudi untuk Sonia. Setelah mobil melaju pergi, dia baru bertanya dengan tersenyum, “Kamu lagi pamer kekasihmu?”Sonia langsung melirik Reza. “Memangnya nggak boleh?”“Boleh! Tentu saja boleh!” Reza menatap Sonia dengan tatapan mendalam. “Aku bahkan ingin kamu beri tahu semua orang!”Sonia tersenyum, lalu memalingkan kepalanya untuk memandang ke luar jendela.“Kamu dekat dengan cewek yang bernama Thalia itu?” tanya Reza dengan tersenyum.“Lumayan,” balas Sonia, “Dia itu pendatang baru yang gantiin peran Siska.”“Emm!” Reza juga berharap Sonia bisa banyak berteman. Dia menggenggam tangan Sonia, lalu berkata, “Sepertinya dia cukup baik. Wajahnya agak mirip sama kamu.”“Darren juga pernah bilang begitu.”Kemudian, mereka berdua tidak membahas masalah Thalia lagi. Reza bertanya, “Kamu mau makan apa malam ini? Chinese food atau western food?”“Aku ingin makan mi telur kepiting. Kita pergi makan mi saja, ya?” usul Sonia.“Oke!” balas Reza dengan langsun
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m
Saat makan malam, Rose sudah kelihatan bersemangat saat turun ke lantai bawah. Ketika melihat Juno, dia pun memberi salam dengan terkejut, “Juno, kapan kamu pulangnya?”Juno tidak ingin menghiraukan Rose. Dia hanya melirik Rose sekilas, lalu membalikkan tubuhnya berjalan ke ruang makan.“Kenapa malah nggak hiraukan aku?” Rose mengejarnya. “Apa hanya karena aku nggak tunggu kamu, lebih dulu kembali dari Kota Kibau saja? Aku merindukan Sonia!”Langkah kaki Juno semakin cepat lagi. Dia masih saja tidak berbicara.“Kenapa, sih!” Rose mengejar, lalu mengadang di hadapan Juno. Dia memutar bola matanya dan bertanya, “Jangan-jangan kamu marah karena aku tidur di ranjangmu?”Bola mata di balik kacamata Juno kelihatan dingin dan datar. “Aku takut kamu tular flumu ke aku, boleh, ‘kan?”“Aku malah mau tularin ke kamu!” Rose membelalakinya. “Biar kita sama-sama sakit. Namanya juga senasib sepenanggungan!”Juno menatap Rose, lalu mengangkat tangannya untuk memegang kening Rose. “Apa kamu masih demam?
Tenggorokan Juno bergerak. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Rose.Rose malah langsung membukanya lagi. “Panas! Panas sekali!”Juno kembali menarik selimut, lalu menahan Rose tidak mengizinkannya untuk bergerak. Keningnya sendiri juga ikut berkeringat.Biasanya orang yang demam akan merasa kedinginan. Kenapa Rose malah berbeda?Juno mencari pakaian Rose, lalu memasukkannya ke dalam selimut. Dia meraba-raba mulai memakaikan pakaian di tubuh Rose. Meskipun hendak memanggil pelayan, Rose juga mesti duluan mengenakan pakaiannya. Jika tidak, bagaimana pemikiran orang lain ketika melihat Rose tidak mengenakan apa-apa di dalam kamarnya?Mungkin karena merasa gugup dan tidak pernah membantu orang lain untuk mengenakan pakaian dalam, Juno pun meneliti beberapa saat baru berhasil mengenakannya. Di antaranya, tentu saja tersentuh bagian yang tidak seharusnya tersentuh. Juno memaksakan dirinya untuk menganggap Rose sebagai anak kecil yang baru datang ke rumah Aska saja.Pada akhirnya, Juno m