Sonia menyandarkan kepalanya di atas dada Reza. Kemudian, kedua tangannya meremas jaket Reza dengan erat. Satu-satunya hal yang ingin dilakukan Sonia saat ini hanyalah memeluk lelaki di hadapannya.Beberapa saat kemudian, Reza menempelkan wajahnya di samping wajah Sonia. “Kita pergi ke rumahmu atau di hotel?”Sonia terdiam sejenak, lalu membalas dengan suara kecil. “Hotel.”Reza spontan tersenyum, dan detak jantungnya berdegup kencang. Dia langsung menggendong Sonia, membawanya ke dalam mobil.Sonia merasa agak canggung. Dia berusaha meronta. Untung saja sekarang sudah larut malam. Tidak banyak mobil yang lewat.Reza memegang setir mobil dengan satu tangan, lalu memalingkan kepalanya untuk bertanya, “Apa kata kakekmu ketika tahu kamu keluar malam-malam?”Sonia mengedipkan matanya. “Aku keluarnya diam-diam!”Reza pun tersenyum. “Bagaimana kalau dicari kakekmu?”“Dia sudah tidur, nggak mungkin akan menyadarinya. Besok pagi aku akan diam-diam kembali ke rumah,” balas Sonia dengan serius.
Sewaktu pergi, Reza pun memeluk Sonia lagi, dan berpesan untuk pulang di siang hari.Setelah Sonia masuk ke dalam lift, dia baru menghela napas panjang. Dia spontan mengangkat kepalanya, melihat wajahnya dari cermin di dalam lift. Bibirnya sudah membengkak dan kedua pipinya sangat merona ….Sonia tertegun sejenak. Hatinya seketika bergejolak, dan kedua telinganya mulai memerah.Setelah keluar hotel, Sonia pergi membeli kue isi telur untuk Kakek.Meskipun sudah tidak cocok untuk dijadikan sarapan, Sonia tetap membelikan pesanan Kakek. Kalau tidak, dia pasti akan dimarahi nantinya!Setelah pulang ke rumah, Jemmy melihat bungkusan kue di tangan Sonia. Dia sengaja berlagak marah, lalu bertanya, “Kamu beli makan siang?”Sonia merasa canggung. Dia pun tertawa untuk menyembunyikan rasa canggungnya. “Aku masih belum sarapan. Kakek temani aku sarapan bareng, ya.”Indra mengambil bungkusan dari tangan Sonia, lalu berkata, “Pak Jemmy juga masih belum makan. Dia lagi nungguin Nona!”Jemmy tersenyu
“Sonia, aku suka sama kamu!” Suara Reza terdengar serak.“Emm!” balas Sonia. Kemudian, dia memejamkan matanya mengecup Reza dengan penuh konsentrasi.…Pada jam tiga sore, mereka berdua baru meninggalkan hotel, dan bergegas ke bandara. Mereka kembali ke Jembara dengan menaiki pesawat pribadi Reza.Setelah satu jam penerbangan, akhirnya mereka tiba di Jembara. Saat ini Robi sudah menunggu di luar bandara. Kemudian, mereka diantar pulang ke Imperial Garden.Reza mengusulkan untuk makan malam di restoran Kak Widya. Sonia berpikir sejenak, lalu berkata, “Sudah lama nggak makan mi di dekat kampus. Bagaimana kalau kita makan mi saja?”“Makan mi?” Reza mengangkat-angkat alisnya.Sonia memiringkan kepalanya sambil tersenyum. “Kali ini aku yang traktir!”Reza langsung membalas, “Oke!”Jalan Antik tidaklah jauh dari Imperial Garden. Jadi, mereka berdua pergi dengan berjalan kaki.Sewaktu melewati swalayan, Reza menyuruh Sonia untuk menunggunya sebentar. Beberapa menit kemudian, Reza pun keluar d
Saat mereka sedang mengobrol, bos kedai mi datang menyajikan mi seafood ke hadapan Reza. Dia lalu berbicara dengan sangat ramah, “Kamu bisa taruh cabai dan cuka sesukamu!”Reza mengangguk. “Terima kasih!”Pemilik kedai diam-diam mengacungkan jempol kepada Sonia. Kemudian, dia mulai menyibukkan diri di dalam dapur.Sonia berkata, “Ini garpunya, aku pergi ambil sendok dulu.”Sendok diletakkan di dalam tempat pengeringan. Sonia pun pergi mengambilnya.Baru saja Sonia berjalan beberapa langkah, masuk dua orang wanita ke dalam kedai. Sepertinya mereka juga adalah mahasiswi Jembara University. Begitu masuk, tatapan mereka langsung tertuju pada diri Reza. Mereka berdua bertukar pandang, lalu berjalan ke sisi Reza untuk bertanya, “Halo, di sini sudah nggak ada meja kosong lagi. Apa kita boleh gabung?”Reza mengangguk. “Boleh!”Kedua wanita segera duduk, lalu terus mengintip Reza. Si cewek lalu memberi isyarat mata kepada temannya yang berambut pendek. Si teman yang berambut pendek langsung te
Sonia mengeluarkan bonbon lolipop tadi, lalu mengemutnya. Dia tiba-tiba teringat dulu dirinya menggunakan film horor untuk mengobati insomnia Reza. Sonia memalingkan kepalanya, lalu bertanya, “Belakangan ini kamu masih insomnia nggak?”Reza melirik Sonia. “Memangnya kamu nggak tahu apa aku masih insomnia atau nggak?”Seketika Sonia merasa canggung. “Kenapa tiba-tiba sudah bisa tidur lagi?”Reza menatap layar kaca, lalu berkata, “Aku pernah nanya dokter. Katanya sebelumnya aku nggak bisa tidur karena tubuhku terlalu panas.”Sonia terbengong sejenak baru merespons. Wajahnya seketika merona. Dia sungguh curiga apakah itu jawaban dari dokter atau bukan.Topik seperti ini tidak cocok untuk dilanjutkan lagi. Sonia pun tidak berbicara lagi, lalu pergi memadamkan lampu.Ruangan seketika berubah gelap. Hanya tersisa cahaya televisi saja. Ekspresi wajah Reza langsung berubah tegang. Dia spontan melirik ke sisi Sonia. “Ngapain lampunya ditutup?”Sonia menjelaskan, “Biar ada suasana seperti di bio
Padahal Sonia sedang menonton dengan serunya. Belum sempat Sonia terkejut oleh wanita di dalam televisi, dia malah duluan dikejutkan oleh Reza!Reza memegang wajah Sonia, lalu mengecupnya dengan penuh konsentrasi.Sonia juga tidak tahu apa yang sudah terjadi di dalam film tadi. Hanya saja, suara jeritan masih terdengar dari dalam televisi. Sonia memutar matanya berusaha untuk mengintip, tapi Reza malah menghalangi dengan tangannya. Kemudian, Sonia pun ditindih di atas sofa sambil dikecup Reza.Reza mengulurkan tangannya mengambil remot untuk mematikan televisi. Suara jeritan seketika tidak terdengar lagi.Ruang tamu spontan menjadi gelap. Hanya terdapat sedikit pancaran cahaya dari luar jendela. Sonia membalas pelukan Reza. Tiba-tiba Sonia teringat sesuatu, dan dia pun tertawa. “Reza, apa kamu takut?”Bibir yang sedang mencium leher Sonia seketika terkaku. Reza berkata dengan napas terengah-engah, “Kelak jangan nonton film seperti ini lagi!”“Ternyata kamu bisa takut juga?”Sonia mera
Dasar sok sibuk!Terlihat ketidakpuasan dari tatapan Johan. Dia menekan kata sandi, lalu memasuki rumah. Johan melirik sekeliling, tampak ruang tamu yang sangat luas dan jendela yang sangat lebar. Pemandangan di lantai ini sangatlah luas.Ruangan ini didesain dengan warna abu-abu dan sangat minimalis. Bahkan, tidak terlihat banyak pajangan di dalam rumah. Rumah ini sungguh tidak mirip dengan rumah wanita.Johan mendengus sambil membatin, Frida memang tomboi banget!Lampu di ruang tamu dalam keadaan dinyalakan, tapi Johan tidak bisa menemukan Frida. Dia berjalan beberapa langkah, lalu berteriak, “Hei, kamu lagi di mana? Aku masuk, ya!”Frida tidak ada waktu untuk turun, dan tidak ada waktu untuk membuka pintu. Apa dia sedang mandi?Hanya saja, Frida sangatlah tomboi. Sepertinya dia juga akan bersikap kasar ketika mandi. Johan juga tidak tertarik untuk melihatnya.Saat Johan sedang berpikir sembarangan. Terdengar suara dari ujung ruang tamu. “Kuncinya di meja tamu. Cepat pergi setelah am
“Kita nggak cocok untuk main bareng!” balas Frida dengan santai.Johan merasakan pukulan kedua dari Frida. Dia kembali menurunkan egonya, lalu berkata, “Aku berjanji nggak bakal susahin kamu!”Frida melirik Johan dengan tatapan meremehkan. Dia langsung keluar dari permainannya, lalu mengeluarkan ponselnya berjalan ke sisi sofa. “Aku main dengan akun lainku, ayo masuk!”“Terima kasih, Master!” Johan kegirangan hingga wajahnya merona. Mereka berdua duduk di sofa, memulai permainan. ID rahasia Frida bernama Silent.Tak lama permainan dimulai, salah seorang anggota tim menjerit, “Frida, siapa si Night Killer itu? Temanmu? Kalau bukan, keluarkan dia dari permainan ini!”Johan tidak bisa berkata-kata.Frida membalas dengan tenang, “Iya, dia temanku. Hanya saja, dia masih kurang pintar. Mohon pengertiannya!”Johan merasa geram, tapi dia juga tidak berani memarahi Frida.Ada lagi yang berkata, “Jangan-jangan dia itu anak SD, ya?”“IQ-nya hampir mirip sama anak SD!” balas Frida.Johan menekan
Tenaga tangan Kelly yang meremas kemeja Jason semakin kuat lagi. Dia kepikiran dengan ucapan yang dikatakan sebelumnya, seketika terlintas ekspresi canggung di wajahnya.Ketika Jason melihat wajah merona si wanita, dia tidak bisa menahan dirinya. Jason langsung mencubit dagu Kelly, lalu menciumnya dengan kuat.Bulu mata Kelly bergetar. Napasnya bagai direnggut saja. Hanya terasa napas di pria saja. Rasa tidak tenang, takut, bimbang di hati Kelly seketika ditekan oleh aura mengerikan si pria.Setelah dicium hingga seluruh tubuh Kelly terasa lemas, Jason pun menggendong Kelly. Dia membalikkan tubuhnya berjalan ke sisi kamar. Ciuman yang diberikan Jason masih sangat membara, sepertinya dia sudah tidak bisa menunggu lagi.Tiba-tiba ponsel Jason berdering. Kelly langsung membuka matanya, lalu menahan lengan Jason. “Telepon!”“Tidak usah pedulikan!” Jason membaringkan Kelly di atas ranjang, lalu membalikkan tubuh untuk menindih Kelly. Napasnya terasa berat dan juga buru-buru.Begitu pula den
Setelah pulang kerja, Kelly mengendarai mobil ke Imperial Garden. Setelah memasuki kompleks perumahan, rasa familier dirasakan oleh Kelly.Saat itu, Kelly pernah tinggal di sini. Sonia dan Reza tinggal di lantai atas. Jason sering ke rumah. Mereka pun sering berkumpul bersama, mengobrol, minum, bermain bersama ….Ketika Kelly melewati kehidupan pahitnya sewaktu di luar negeri, dia akan selalu kepikiran dengan masa-masa tinggal di sini. Entah kenapa hati Kelly akan terasa hangat, dia pun merasa ada tenaga yang mendukungnya di dalam masa suram.Kelly tidak pernah menyesal untuk bertemu dengan Jason. Dia menganggap memori kebersamaan mereka sebagai hal yang sangat berharga.Setelah naik ke lantai 30, Kelly berhenti di depan pintu. Memori itu terasa semakin nyata saja, seolah-olah begitu pintu dibuka, dia bisa melihat gambaran mereka berdua sedang duduk di balkon. Mereka berdua saling bersenda gurau bersama.Tidak disangka, masalah itu sudah masalah beberapa tahun silam.Kelly memasukkan k
Reza menceritakan kembali kepada Jason, masalah anggotanya menyadari Sandora membawa pergi Yana.Jason tidak menyangka Sandora berkaitan dengan kejadian kali ini. Seketika terlintas rasa dingin di dalam tatapannya. Dia mengangguk dengan perlahan. “Aku pergi bujuk Kelly dulu. Nanti aku baru akan perhitungkan semuanya dengan perlahan!”…Mereka berdua mengobrol hingga larut malam. Ketika melihat Reza pulang ke arah Gedung Anggrek, tiba-tiba Jason merasa sangat cemburu!Setelah pulang ke rumah, Jason sengaja mencari Yana. Tiba-tiba dia kepikiran semuanya sudah tidur. Kemudian, dia baru berusaha untuk menahan dirinya.Jason kembali ke kamarnya sendiri, tetapi dia masih tidak merasa mengantuk. Dia duduk di balkon sembari merokok. Jason kepikiran untuk menelepon Kelly, tapi dia takut akan membangunkan Kelly.Hari ini Kelly telah mengalami syok berat. Apalagi identitas Yana sudah terbongkar. Jadi, Jason membiarkan Kelly untuk tidur sejenak.Ketika kepikiran dengan pertama kalinya bertemu deng
Jason mengangguk. “Baru tidur saja!”Saskia tersenyum ramah. “Kamu belum pernah jaga anak. Biarkan Yana tidur di kamar kami saja. Aku gendong dia, ya. Aku jamin tidak akan membangunkannya.”Jason segera memiringkan tubuhnya untuk menghalangi langkah ibunya. “Aku bisa jaga Yana!”“Jaga apaan! Bagaimana kalau nanti malam kamu menimpa tubuh Yana ketika tidur?” Saskia menepuk pundak Jason. “Semua ini maksud ayahmu. Ranjang kami sangat besar. Yana bisa tidur di tengah. Jadi, dia juga tidak akan jatuh.”Jason masih tidak bersedia. “Nanti Yana akan nangis kalau tidak bisa melihatku.”“Kalau nangis, aku akan bangunin kamu!”Jason didorong paksa untuk Saskia. Kemudian, tanpa sungkan dia langsung menggendong Yana yang tidur lelap itu meninggalkan kamar. Tiba-tiba Saskia menoleh untuk memperingati Jason. “Jangan ke kamar kami, ya. Kalau sampai kamu membangunkan Yana, ayahmu pasti tidak akan melepaskanmu!”Jason terdiam membisu. Sepertinya Yana adalah putrinya? Setelah putrinya “dirampas”, Jason
“Begini!” Jason menjelaskan, “Tiga tahun lalu, aku mabuk dan meniduri seorang wanita. Setelah dia hamil, dia tidak beri tahu aku, malah ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikannya. Tahun ini saat dia kembali dari luar negeri, kami bertemu lagi. Aku juga baru tahu Yana itu putriku.”“Sesederhana itu?” Aldrich tidak percaya.Jason mengangguk. “Iya, ceritanya memang begitu!”Aldrich tersenyum dingin. “Tapi aku dengar dari ibumu, latar belakang keluarga wanita itu agak rumit. Sebelumnya dia memanfaatkan Yana untuk mendekatimu!”“Ayah!” Ujung bibir Jason melengkung ke atas. “Sekarang masalahnya dia saja tidak bersedia untuk menerimaku. Jadi, setelah aku berhasil mengejarnya, kami baru akan diskusikan masalah pernikahan.”Kedua mata Aldrich terbelalak lebar. “Siapa yang membahas masalah pernikahan sama kamu?”“Kamu saja sudah bahas masalah latar belakang keluarga ibunya Yana. Bukannya kamu ingin membahas soal pernikahan?” tanya Jason dengan mengangkat-angkat alisnya.Aldrich terdiam membi
Sonia mengantar Jason keluar. Saat berjalan ke depan pintu, terdengar suara datarnya. “Kak Jason, aku yang nggak perbolehin Reza buat bocorin identitas Yana sama kamu. Itulah alasannya kenapa dia nggak bicara. Kamu jangan salahkan dia, ya!”Tiba-tiba Jason kepikiran dengan sindiran Reza sebelumnya. Dia spontan tersenyum tipis. “Aku tidak salahin dia. Aku cuma mau gebukin dia saja!”Kedua mata Sonia terbelalak lebar.“Bercanda!” Jason tersenyum dengan lembut. “Demi kamu, aku akan maafin dia!”Sonia pun tersenyum. “Terima kasih, Kak Jason!”“Bantu aku bujuk Kelly. Tolong, ya!” ucap Jason dengan serius.“Oke!” Jason mengangguk sedikit kepalanya, lalu membalikkan tubuhnya untuk berjalan pergi.Setelah Jason pergi, Sonia mengetuk pintu kamar Kelly. “Kelly, ini aku, Sonia.”Dengan segera, Kelly membuka pintu. Di dalam ruangan kamar yang gelap, ekspresi Kelly kelihatan panik. “Sonia, aku nggak tahu gimana caranya hadapi dia!”Sonia berkata, “Kamu cinta sama Jason. Dia juga suka sama kamu. Ngg
“Bagaimana dengan sekarang? Sekarang kamu sudah tahu Yana itu putrimu. Apa rencanamu selanjutnya?” tanya Sonia.Jason menatap Sonia dengan tatapan sakit dan juga tegas. “Aku mencintainya, ingin menikah dengannya. Meskipun aku tidak tahu Yana itu anakku, aku juga sudah memiliki pemikiran seperti ini!”Sonia mengangguk dengan tersenyum. “Oke, aku percaya sama omonganmu!”“Apa kamu bisa beri tahu aku masalahnya di Kowloon?” tanya Jason, “Dia melahirkan Yana di rumah sakit mana? Dia tinggal di mana?”“Oke, aku akan beri tahu semua yang ingin kamu ketahui!”Sonia menceritakan kondisi Kelly ketika baru tiba di Kowloon, juga menceritakan dia bertemu dengan ibu kos yang ramah dan juga kehidupan Kelly selama di Kowloon. Dia memberi tahu semuanya kepada Jason dengan saksama.“Saat kandungan Kelly genap berusia delapan bulan, dokter mengatakan tali pusar melilit leher Yana. Yana memiliki risiko kehilangan oksigen kapan saja. Jadi, aku dan Ranty pun memutuskan mempercepat persalinan Yana melalui o
Jason mengendarai mobil dengan kecepatan kencang. Saat tiba di Gedung Anggrek, hari sudah sore hari.Setelah memasuki rumah, tidak ada siapa pun di dalam ruang tamu. Namun, pintu kamar malah dalam keadaan dikunci.Jason mengetuk pintu. “Kelly, buka pintu!”Tidak terdengar suara dari dalam.“Kelly, kamu selalu bersembunyi di saat ada masalah. Kapan kamu bisa mengubah kebiasaan burukmu ini?” Jason menopang dinding dengan dua tangannya. Kemudian, salah satu tangannya diangkat untuk menekan-nekan keningnya. “Buka pintunya. Kita bicarakan masalah ini dulu!”“Kelly, malam itu aku kehilangan kesadaranku. Aku tidak ingat kalau wanita itu adalah kamu. Tapi, kamu sendiri yang taruh obat. Kamu juga tidak bisa menyalahkanku!”“Kelly, apa kamu benar-benar berencana untuk merebut hakku sebagai ayahnya Yana?”Tiba-tiba terdengar suara buka pintu rumah. Sonia pun mengerutkan keningnya. “Kak Jason?”Jason berjalan ke dalam. “Sonia.”“Kenapa kamu bisa ada di sini?” tanya Sonia.“Aku tahu Yana itu putrik
“Terima kasih, Kak Jason! Aku akan langsung pergi setelah menerima uang itu!”…Setelah Yerin pergi, anggota Robi datang untuk melapor. Robi segera menghubungi Reza. “Pak Reza, anaknya Bu Kelly sudah dibawa pergi Pak Jason!”Ujung bibir Reza sedikit melengkung ke atas. Dia berkata dengan suara datar, “Oke, kalian bubar saja!”“Bagaimana dengan masalah Yerin?” tanya Robi.Reza terdiam sejenak, baru berkata, “Kamu tidak usah urus masalah dia lagi. Biarkan dia pergi!”“Baik!”…Jason membawa Yana kembali ke rumahnya.Yana yang duduk di baris belakang itu berkata dengan kening berkerut, “Paman, aku mau cari Ibu!”Jason menoleh untuk menatapnya. Senyuman di wajah Jason sangatlah lembut. “Panggil Ayah!”Yana memiringkan kepala kecilnya. “Apa kita mau main rumah-rumahan?”“Bukan permainan. Aku itu memang ayahmu. Ke depannya, kamu mesti panggil aku Ayah!” Jason spontan tersenyum. “Apa kamu merasa gembira?”“Emm.” Yana mengangguk.“Kalau begitu, coba panggil dulu!”Yana berkata dengan suara im