"Kemaren-kemaren iya. Tapi nih..." Sekar menunjukkan rambut barunya yang telah dipotong sebahu.
"Kamu cantik mau model rambut apa aja." Kayden memujinya dengan tulus.Sekar mencebik dan mengibaskan rambutnya yang pendek. "Sekar emang udah cantik dari sananya. Mau potong rambut model apa juga tetep cantik!"Kayden terkekeh melihatnya."Tapi bukan itu yang mau Sekar bilang." Sekar kemudian menyipitkan matanya dan menyentuh ujung rambutnya. "Sekar potong rambut. Katanya potong rambut itu buat buang sial, atau kalau mau memulai hidup yang baru. Kalau Sekar dua-duanya.""Iya?" Kayden menatapnya penuh kasih. Tangannya mengusap-usap puncak kepala Sekar.Sekar mengangguk, "cowok itu, Sekar udah ninggalin dia di belakang. Kayak rambut lama Sekar. Abang juga jangan ngurusin dia lagi, nanti tangan abang kotor." Sekar menyipitkan matanya, "mantan kan bekas? Berarti kotor."Kayden terkekeh lucu. Siapa yang sudah mengajari adiknya teoSementara sahabat-sahabat Shaka membahas badass-nya pukulan Sekar, Shaka malah salah fokus karena potongan rambut baru Sekar. Gadis itu terlihat semakin cantik dan segar. Pasti makin banyak yang mengagumi gadis itu. Shaka mengepalkan tangannya."Gak penting banget berita lo! Kantin sono lo!" Shaka mengambil alih ponsel Bara dan melemparkan dompetnya.Bara terkekeh melihat dompet tebal Shaka. "Tau aja nih bos gue lagi pengen siomaynya neng Indah." Dia mengambil lima lembar pecahan seratus ribu kemudian mengembalikannya."Hilih, bilang aja lo mau ngerayu dia." Vernon menggeplak kepala Bara."Lo kalo mau juga sana!" Shaka mendengus. Matanya tetap terpaku pada layar ponsel Bara."Wah kalo lo maksa gini gue bisa apa." Vernon cengengesan. "Yok, Van!" Vernon tak lupa mengajak Devan. "Kuy lah!" Devan mengikuti mereka. Hanya tersisa Shaka dan Ricko di sana.Ricko memperhatikan Shaka yang memandangi ponsel Bara. Dia merogoh bungk
Kehebohan terjadi pagi ini di depan gerbang SMA Garuda. Penyebabnya adalah seorang Sekar Arum. Pagi ini dia datang ke sekolah dengan diantar oleh Kayden menggunakan motor besarnya. Di belakang Kayden ada John, Zaki, Bintang, Sean dan Petra di atas motor masing-masing. Mereka berhenti di depan gerbang SMA Garuda dan menjadi pusat perhatian.Para siswi bergerombol mengintip mereka dari lantai dua dan tiga dengan cekikikan centil. Beberapa meneriakkan nama Kayden dan temannya malu-malu.Sekar menatap sebal abang-abangnya yang malah sengaja melepas helm untuk tebar pesona."Adik kecil gak mau turun?" Tanya John melihat Sekar yang masih duduk di boncengan motor Kayden. Dia terkekeh melihat wajah masam Sekar."Atau mau abang bantu turunin?" Tanya Kayden. Dia juga terkekeh melihat wajah masam Sekar dari spion."Kayak yang tadi di Rumah Sendiri." Zaki menaik turunkan alisnya.Tadi pagi-pagi mereka berenam dengan tega melemparkan Sekar la
Sekar bungkam. Dia membuka halaman novelnya lagi."Kar, lo gak pacaran sama dia, kan?" Tanya Shaka. Suaranya berat.Sekar mengernyit. "Bukan urusan lo.""Kar~" Sekar mengabaikannya. Dia membalik halaman yang dibacanya dengan santai. "Gue gak suka lo deket-deket sama mereka kayak tadi." Sekar meliriknya sebal. Urusan elu!"Gue gak butuh persetujuan dari lo. Terserah gue mau gaul sama siapa yang gue mau.""Lo bisa gabung sama geng Garuda kalau mau. Gue bisa langsung masukin lo ke geng inti. Ya~"Sekar langsung menolehkan kepalanya. Memasuki geng sebesar Garuda bukan gampang. Prosesnya ketat. Bisa-bisanya Shaka asal menawari seseorang.Tapi meskipun Garuda lebih besar dari Fonza Sekar tidak tertarik sama sekali. Hatinya sudah tertaut dengan Fonza. Fonza bukan hanya sebuah geng motor. Fonza adalah keluarga. "Kar, lo mau kan?" Tanya Shaka karena Sekar tak kunjung menjawab. "Da
John dan yang lainnya mengerutkan dahinya kebingungan.Sekar panik dan langsung menghampiri Kayden. "Tangan abang kenapa? Mananya yang sakit?" Sekar membungkuk dan melihat tangan Kayden yang tertutupi lengan hoodienya."Semuanya. Sakit banget, aduh...."Sekar yang tak tega melihat Kayden kesakitan membantu meniupi tangannya. "Buka baju, ya. Sekar obatin."Kayden menggeleng. Diam-diam dia tersenyum puas melihat perhatian Sekar. Tadinya dia kesal karena begitu tiba yang dicari Sekar malah John bukan dia. Tapi sekarang sudah tidak lagi setelah membuktikan posisinya masih tetap yang tertinggi."Dah... Tangannya udah sembuh. Makasih, ya." Kayden mengecup kening Sekar sebelum mengangkut gadis itu masuk ke pelukannya."E-eh tangan abang sakit." Ucap Sekar dan berusaha melepas tangan Kayden. Mukanya panik."Tangan Kayden mana ada cedera sih, Kar!" sungut John. Padahal tadi dia sudah hampir bermanja-manja dengan Sekar sebelum si
"Kayden... Iya, gue juga cinta sama lo, sayang. Gue siap lo nikahin malam ini juga~""Eh, gak ya. Kayden itu cintanya sama gue. Dia bilang dia udah lama jadi pengagum gue! Lo baca aja suratnya!""Mimpi lo semua! Suratnya yang asli ada sama gue. Mending lo semua balik ke kelas masing-masing!""Ngarang lo! Jelas-jelas surat yang asli ada di gue!"Kayden bergidik ngeri mendengar suara-suara dibalik pintu. Kayden semakin menahan meja yang mengganjal pintu saat para gadis itu makin beringas menggedor-gedor pintu kelasnya."Meja! Meja! Tambah lagi!" Petra yang berdiri di sampingnya menyuruh Zaki dan Bintang yang agak jauh untuk menyusun meja lebih tinggi."Dah aman. Gue yakin tuh cewek-cewek gak akan bisa masuk ke sini." Sean menyeka keringat di dahinya. Seragamnya berantakan. Rambutnya acak-acakan. "Perih kepala gue." Sean menggelengkan kepalanya."Masih parah gue. Lecet, n-jing. Gila tuh betina-betina. Maen keroyokan." Petra
Sekar mengangguk dan mulai menuruni pohon."Awas hati-hati!" Anna bergidik ngeri melihat Sekar yang dengan gesit menginjak dahan-dahan itu."Hap!" Sekar mendarat di atas tanah dengan sempurna. Anna menghela nafas lega kemudian menggamit lengan Sekar.Shaka memperhatikan mereka dari atas rooftop. Dia menatap kesal Anna yang sudah mengganggunya dengan membawa kabur Sekar.Seniornya itu akhir-akhir ini semakin dekat dengan Sekar. Shaka tidak suka. Lebih bagus Bella adiknya kemana-mana. Setidaknya Bella tidak pernah mengganggu aktivitas Shaka mengin- eh maksudnya memperhatikan Sekar dari jauh. ***Kehebohan kembali terjadi di depan gerbang SMA Garuda karena kedatangan Kayden dan teman-temannya. Ketampanan mereka langsung menarik perhatian sekitar.Para murid perempuan yang melihat mereka dari dekat berteriak malu-malu dengan wajah tersipu. Zaki berdadah-dadah dan memberikan kecupan jarak jauhnya membuat para gadis klepek-kl
Anna mengernyit jijik. Dia kemudian menggelengkan kepalanya. "Gue bisa sendiri. Lagipula lo gak ada hubungan apa-apa lagi sama Sekar. Dia bukan tanggungjawab lo.""Sekar lagi berada dalam bahaya, An!" Shaka menatap Anna tidak percaya. "Dia butuh gue."Anna menatapnya heran. Kayden itu abang Sekar. Bahaya apanya.Paling hanya ada hukuman kecil karena Sekar sudah mengusilinya. Tapi Anna penasaran kekacauan macam apa yang sudah dibuat Sekar hingga membuat Kayden langsung mendatanginya ke Garuda."Anna!" seru Shaka. Dia kesal karena Anna tidak meresponnya."Gue bisa sendiri. Dan soal siapa yang bikin Sekar bahaya, gue pikir harusnya lo ngaca dulu!"***"Turun!" Kayden melirik Sekar yang masih betah duduk di boncengan motornya. Tangannya berpegangan erat ke bagian belakang motor."Gak mau!" Sekar menggeleng. Dia menatap horor Rumah Sendiri yang ada di depannya. Ternyata akan ada saat di mana dia tidak ingin masuk ke
Sekar kemudian menunjuk Kayden dengan dagu. "Yang itu namanya Kayden. Abangnya Sekar. Tapi kalo kakak mau tukar tambah sama om Diman gak papa, nanti Sekar bayar gocap."Sekar membulatkan mata dan menepuk mulutnya. Ini pasti karena Anna datang tidak bersama sopir gantengnya makanya Sekar jadi kepikiran. Padahal Sekar kan kangen. Eh!"Diman siapa?" Benar saja, Kayden langsung bertanya dengan tidak santai.Sekar menggigit bibirnya. Sebelum Anna menjawab pertanyaan Kayden Sekar buru-buru menunjuk John. "Y-yang i-itu namanya bang Johnny. Dipanggilnya bang Jono, tapi kalo malam kakak Jeni." Sekar terkekeh. Yang lain juga ikut terkekeh. John mendelik sebal. Sejak pertama Sekar mengatainya Jeni, anak-anak juga sekarang ikut-ikutan memanggilnya Jeni sesekali."Kalo yang itu namanya bang Petra. Dipanggilnya Pet soalnya dia pencopet.""Heh ngadi-ngadi lo!" Petra melempari Sekar dengan kulit kacang."Soalnya abang Pet sudah mencope
"Ternyata orang itu benar selingkuhan wanita itu. Mereka berhubungan sejak masih tinggal di desa." Oda menghisap rokoknya kemudian menghembuskan asapnya ke udara.Kayden berdecih melihat video rekaman di ruang hotel itu dan mencocokkan lagi dengan wajah laki-laki itu dengan selembar foto di tangannya dan selembar lainnya adalah foto Evelyn."Bukalah." Oda menunjuk berkas yang masih terbungkus rapi di atas meja."Bang Oda gak mau liat duluan?" Tanya Kayden. Tapi tangannya sudah membuka segel berkas itu.Oda terkekeh, "buat apa? Tanpa melihat pun aku sudah tau apa hasilnya."Oda memperhatikan raut wajah Kayden yang masam dan menaikkan sudut bibirnya dengan sinis. "Apa kataku." Katanya sambil tertawa."Seharusnya Kayden senang karena lampir itu terbukti bukan anak kandung om Dewo, tapi rasanya sakit liat Sekar selama ini diperlakukan gak adil sama om Dewo. Orang itu lebih mentingin ngebesarin anak yang ternyata bukan anak kandungnya
"Jadi tujuh tahun lalu, tantenya temennya abang Sekar tiba-tiba bilang sama orang tuanya abang Sekar kalo temennya abang Sekar ini liat abang Sekar sendiri yang dorong adeknya ke tengah jalan raya sampai ketabrak waktu itu. Padahal gak. Ab-" "Maksud lo tante Desi? Jadi dia tiba-tiba pindah ke luar negeri gara-gara itu?" Ricko melototkan matanya. Suaranya tanpa sadar meninggi membuat beberapa orang dari meja lain memperhatikan mereka. "Beneran tante Desi?" Tanya Ricko lagi setelah beberapa saat. Suaranya lemah. Sekar mengangguk. "Gue juga gak nyangka. Selama ini tante Desi selalu baik sama kita." Musthofa mengerutkan dahi, "jadi lo curiga tante Desi ini terlibat? Atau paling gak dia tau pelaku aslinya? Gak mungkin dia tiba-tiba iseng aja bilang begitu, kan?" Sekar mengangguk. "Gio juga bilang dia gak pernah cerita tentang kejadian itu sama tante Desi sama sekali, tapi tante Desi bisa tiba-tiba datengin ayahnya abang Sekar. Pasti ada seseorang yang merintahin dia buat fitnah ab
Kayden segera menutup matanya dengan tangan. "Bang," katanya jengah. Dia menatap sinis Oda setelah Oda menjauhkan kembali laptopnya. "Kayden baru tau abang bisa nyebelin kayak gini." Sungutnya. Oda tersenyum miring. "Kalau sudah tinggal lama memang begitu. Keluar semua sifat bobroknya." Dia lalu meniupkan asap rokoknya ke udara. Kayden cemberut. "Jadi yang cewek yang di video itu siapa?" Oda menghembuskan nafasnya kemudian terkekeh. "Sari. Ibu tirinya Sekar. Dan lawan mainnya adalah selingkuhannya. Bukan Dewo. Dilihat dari cara mereka berinteraksi, kemungkinan mereka sudah berhubungan sejak lama. Anak buahku masih menyelidikinya." Kayden menggelengkan kepalanya sambil bergidik. "Benar-benar keluarga istimewa." "Bayangkan bagaimana jika tua bangka itu tau dia ternyata diselingkuhi selama ini." "Karma." Bisik Kayden pelan. Dia terbayang Sekar yang selama ini terabaikan. Pria itu malah sibuk denga
Mata Shaka melotot lebar-lebar. "Aku juga baru tau bulan lalu. Tapi aku yakin Ricko gak punya niat jahat. Lagipula sama kayak aku, aku adek Kayden tapi aku sekolah di Garuda gak niat jadi mata-mata. Ricko juga pasti sama." "Ini kenapa jadi kamu kayak lagi belain dia?" Shaka menatap sebal Sekar. Dia mengangkut gadis itu ke pelukannya. "Kamu percaya aku, kan?" Sekar mendongakkan kepalanya menatap Shaka. Shaka menghembuskan nafasnya. "Kayak kamu. Kalau memang kalian niat jadi mata-mata pasti geng Garuda gak damai-damai aja kayak sekarang. Aku cuma kecewa kenapa Ricko gak ngomong jujur aja." Sekar menyipitkan matanya, "kamu ngira ngomong sama kamu itu gampang. Belum dijelasin juga pasti udah dikasih bogem." Shaka terbahak. Dia memegangi sisi kepala Sekar dan mengecupi seluruh permukaan wajah Sekar. "Ini calon suami lagi berusaha buat berubah, sayang. Janji nanti gak emosian lagi." "S
Sekar meneguk ludah, "j-jangan." Raut wajah Shaka berubah masam. Dia membuang muka tak ingin Sekar melihatnya. "S-Shaka," panggil Sekar lembut. Hening. Shaka masih tak mau melihat wajahnya. "S-Shak," Sekar meraih tangan Shaka. Dia memberanikan diri menggenggam tangan itu. "Kenapa?" tanya Shaka getir. Matanya masih betah menatap keluar. "Apa kamu lebih suka sama yang lemah lembut kayak Ricko. Yang pikirannya dewasa, gak kekanakan kayak aku. Kamu pasti capek kan hadepin aku. Bentar-bentar emosi. Manja. Tukang modus. Suka maksa." Sekar terdiam. Dia merasa sedih tanpa alasan. "Kalau kamu bener mau kayak gitu, aku janji akan berubah. Tapi gak bisa instan. Aku butuh waktu buat buang semau sifat buruk aku ini. Tapi kamu jangan pergi. Temenin aku." "Shaka," Sekar menggelengkan kepalanya. Matanya berembun. "Gak ada yang perlu
Sekar melotot. Kenapa malah ke situ. "Tapi begitu aku sadar aku langsung dorong dia kok jauh-jauh." Shaka mengangguk-anggukan kepalanya. Bibirnya kerucut. "Aku juga udah mandi kembang tujuh rupa di rumah. Besoknya juga mandi pakai air tanah liat. Tanya aja Bella." Bella mengacungkan jempolnya dari kerumunan paling depan. Mandi dengan tanah adalah idenya. Sekar terkekeh geli mendengarnya. Shaka tersenyum lega melihat tawa Sekar. "Kamu cantik." Sekar langsung berdehem. Bisa-bisanya dia malah membayangkan Shaka mandi tanah liat dengan dada telanjangnya. "Kamu maafin aku, kan? Plis, sayang, dua hari aja hukumnya. Hari ini kita baikan, ya~" Sekar meneguk ludahnya. Kenapa Shaka sangat menggemaskan sekarang. "Maafin. Maafin." Bella mulai bersorak dan diikuti murid-murid lain. Suasana berangsur ramai. Shaka tersenyum dan mengacungkan jempolnya pada Bella
"Maaf ya, aku kemarin aku ngikutin kamu pulang diam-diam. Aku gak punya niat apa-apa. Aku cuma mau mastiin kamu sampai rumah dengan selamat." Bahkan saat Shaka masih salah paham dan tidak tau kebenaran tentang hubungan Kayden dan Sekar, Shaka sering diam-diam mengikuti Sekar pulang ke apartemen lamanya untuk memastikan gadis itu pulang dengan selamat. Shaka bahkan sering mengabaikan Evelyn yang berstatus pacarnya. "Lo gak punya kewajiban untuk itu." Sekar membuang muka. Jantungnya mendadak berdebar luar biasa. Shaka mengintip Sekar lewat spion. "Aku ngelakuin itu karena keinginan hati aku. Aku gak bisa tenang kalo belum mastiin kamu baik-baik aja." Shaka menghentikan motor besarnya di depan lobi gedung apartemen mewah Sekar. Dia mengulurkan tangannya untuk pegangan Sekar. Shaka membantu Sekar melepaskan helmnya. "Besok aku jemput, ya~" Shaka mengusap rambut Sekar sebelum menjalankan motornya. Dia tidak sabar
Ricko menatapnya sebal. "Gue bakal coba. Tapi gue gak bisa maksa kalo dia gak mau ketemu sama lo." "Bilang aja gue adeknya Andrew." "Yaudah. Buruan kita ketemu Shaka. Makin lama makin marah dia ntar." Ricko berjalan paling duluan. Sekar buru-buru bangkit dan mengejar langkah Ricko. "Ko," panggilnya. "Hm," Ricko meliriknya jengah. "Ternyata seru juga ya temenan sama lo." Ricko berdecih. "Gak. Gak tertarik gue punya temen modelan lu." Ricko mempercepat langkah kakinya. "Heh mulut lu. Gini-gini gue banyak duitnya ya!" Sekar menyingsingkan lengan bajunya dan mengejar langkah Ricko. Ricko terkekeh, "percuma banyak duit tapi doyan gratisan." "Itu namanya tidak menolak rezeki, Iko~" "Eh?" Ricko menghentikan langkahnya. Dia menatap heran Sekar. Sekar menggaruk tengkuknya, "kata Gio itu nama lo jaman bocah." "Ya ta
Ricko terpaksa menyerahkan ponselnya. Dia berdoa semoga Sekar tidak menyebutkan nama Gio nanti. "Kok lama sih, Ko? Lo ke mana aja?" "..." Raut Shaka sudah sangat masam. Sekar mengabaikan telponnya dari kemarin, tapi malah beramah tamah dengan cowok lain. Apalagi suara Sekar terdengar ramah dan manja. Berbeda sekali jika sedang bersamanya yang selalu ketus. "Nanti pulang gue titip nasi padang ya, yang deket sekolah, pak-" "Kar, lo gak boleh selingkuh sama Ricko." "Anj-" Sekar melototkan matanya. Dia buru-buru memutus panggilannya. Gio terkekeh melihat wajah shock Sekar. "Ngapa lu?" "Shaka yang ngangkat. Untung gue gak ada nyebut nama lo." "Pasti dia lagi cemburu berat. Apalagi lo dari kemaren ngacangin dia." "Gue gak mau berurusan lagi sama mantan!" Sekar mengibaskan rambut dengan songongnya. *** "Kar," "Hmm" Sekar hanya berdehem. Dia masih sibuk mengunyah burger di tangannya. Akhirnya Ricko gagal membelikannya nasi padang. "Shaka minta lo balas chatnya." "Lo