Sore harinya setelah seluruh pertandingan perempat final selesai, para peserta diperbolehkan untuk meninggalkan turnamen hall. Sebelumnya diadakan sedikit breafing untuk menjelaskan peraturan babak semifinal yang akan dilakukan. Intinya tidak banyak perubahan peraturan, hanya saja Gear yang akan dipakai dalam pertandingan nanti adalah private Gear masing-masing peserta. Hal ini berarti bahwa semakin ganas dan brutal pertandingan untuk babak selanjutnya. Mengingat masing-masing peserta dapat mengerahkan segenap kemampuan dan potensinya dengan Gear pribadinya sendiri. Zircon sedikit lega karena Saphir, Jasper dan Opal tidak harus bertanding dalam babak berikutnya. Terlalu berbahaya dan beresiko bagi mereka. Zircon mendapati kamar yang sudah dia tinggali beberapa hari ini kosong saat kembali ke penginapan. Pria itu meletakkan pedang dan barang bawaan lainnya ke meja kecil di dekat sofa yang biasa dia jadikan sebagai tempatku tidur. Di sana terdapat secarik kertas berisi tulisan tangan S
Zircon penasaran dengan alasan kedatangan Amethys dan Diamond ke kota BloodyHell ini. Tidak mungkin kan hanya untuk jalan-jalan sampai ke kota berbahaya di tengah gurun pasir ini?"Semua bermula dari sebuah surat untuk Diamond yang dialamatkan ke istana. Surat cinta dari seseorang bernama Ruby. Di surat itu tertulis bahwa Ruby sedang menawan Opal dan Platina.""Ruby meminta sejumlah emas sebagai tebusan dan mewajibkan Diamond untuk datang sendiri membawa tebusan ke sini sebagai syarat pembebasan mereka berdua. Bahkan lebih lanjut Ruby juga memaksa Diamond untuk mengikuti turnamen sebagai syarat tambahan. Sebagai jaminan keselamatan untuk nyawa Opal dan Platina." Amethys menjelaskan alasan kedatangan mereka ke kota BloodyHell kepada Zircon."Siapa? Ruby? Mana mungkin." Zircon tidak dapat mempercayai apa yang dia dengar barusan.'Ruby mengancam istana dan minta tebusan dengan alasan penculikan pada Opal dan Pltaina? Mana mungkin.' Sesuatu dalam hati Zircon
Diamond membuka perlahan kedua matanya, menggosok-gosok dengan telapak tangan dan menguap lebar-lebar untuk mengusir rasa kantuk. Pria itu perlahan bangkit dari tidur, berganti dengan posisi duduk di ranjang dengan nyawa masih melayang. Sang kolonel muda mengamati keadaan di sekitarnya. Sepertinya hari sudah mulai siang dan keadaan di sekitar kamar yang sudah terang benderang. Kamar yang dia tempati diberikan Ruby untuknya selama di BloodyHell. Salah satu kamar yang terdapat di sayap kiri Tournamen Hall. Amethys yang menyamar sebagai asisten pribadinya juga mendapat kamar tepat di sebelah kamar itu. Sejauh ini perlakuan Ruby kepada mereka bisa dikatakan baik. Lebih baik daripada perlakuannya kepada Opal dan Platina yang dianggap sebagai tawanan. Diamond menggerak-gerakkan tubuh sedikit di atas kasur, masih terlalu malas untuk beranjak. Ingin melanjutkan tidurnya yang nyenyak. "Amy? Amy, kamu di mana?" Ujar Diamond sambil mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Mencari-cari sosok
Ruby langsung mendorong tubuh Jade menjauh darinya. Gadis itu terbungkuk dan terbatuk mengatur napasnya yang memburu. Keadaan Ruby tampak sangat terpuruk menyedihkan, dia terhuyung dan jatuh terduduk di lantai. Sisa keberanian membuatnya memandang Jade dengan tatapan nanar penuh kebencian dan dendam membara. Meski lelehan air mata mengalir di kedua sudut matanya. Air mata yang dihasilkan dari perpaduan rasa marah, sedih, dan kecewa. Atau karena harga dirinya yang terluka. "Jahanam! Tak kusangka kau sebrengsek itu!" umpat gadis itu kepada Jade. Jade perlahan berjalan kembali mendekat ke arah Ruby, dia berjongkok di dekatnya. Pria bertampang sadis itu mendongakkan wajah gadis itu hingga sangat dekat sekali dengan wajahnya sendiri, menatapnya sangat tajam. "Selama ini aku sudah sangat bersabar untuk memperlakukan kamu dengan baik. Tapi kamu terus saja memprovokasiku. Jangan kau kira aku sebaik itu, aku juga bisa membuatmu menderita.""Jadi hentikan semua tingkahmu dan turuti saja apa
"Baiklah apa kalian berdua siap?" Wasit menanyakan kesiapan kepada Diamond dan Jade yang akan bertanding di babak semifinal. "READY? ... GOOOOO!!!" wasit memberi aba-aba dan menembakkan pistol tanda dimulainya pertandingan. Tanpa membuang waktu, langsung saja Diamond menerjang Gear hijau lawannya. Dia mengerahkan sedikit energi ke pedang, dan langsung kusabetkan pedangnya dengan kecepatan kilat ke tubuh Gear Jade. Ternyata Jade dapat mengantisipasi serangan dadakan itu, dia menangkis sabetan pedang dari Diamond dengan sabetan pedang juga. Kedua pedang mereka beradu dengan bunyi dentingan keras. Dengan kekuatan energi yang sama kuat, saling menyerang dan kemudian meledak begitu saja saat tak ada yang dapat mengalahkan satu sama lainnya. Diamond menggunakan perisai di tangan kiri untuk menghindari ledakan energi tadi mengenai tubuh Gearnya. Kemudian kembali menerjang lagi gear hijau itu dengan pukulan dari perisai itu. Dia melayangkan tendangan
'Tapi kenapa Gearku tidak meledak? Kenapa Gearku masih bisa bertahan setelah menerima serangan sedahsyat itu? Bagaimana mungkin?' Dengan kesadaran semakin memudar Diamond dapat melihat dari kepulan asap sebuah Gear lain telah berdiri di antara Gearnya dan Jade. Gear itu menghadang serangan Jade, menggantikannya menerima serangan Jade secara langsung. Sebuah Gear ramping berwarna ungu.'Leviathan? Amethys? Apakah itu kamu? 'Gear ungu itu mengembangkan perisai baja berukuran besar berbentuk seperti kelopak bunga mawar yang indah. Kemudian dipadukan dengan energi chi shield untuk tambahan pertahanan dan barier. Pertahanan sempurna yang bahkan dapat menahan serangan energi dan tembakan rudal, bazoka, atau nuklir. Gear itu menghampiri Phoenix, membantu Gear itu berdiri, memapah dan membawaku menjauh dari arena pertarugan...Pemandangan terakhir yang kusaksikan sebelum akhirnya semuanya menjadi gelap, aku kehilangan kesadaranku. Suasana aren
Tak lama kemudian kedua Gear merah Diamond dan Gear Ungu Amethys pun mendarat di Gear pad hanggar. Amethys keluar dari kokpid Gearnya. Melompat ke kokpid Gear Diamond dan memapah tubuh kekasihnya itu, membantunya turun dari kokpid. Opal yang menjemput mereka ke hanggar segera menghampiri mereka. Dia meraih tubuh Diamond dari bopongan kakaknya. Beralih untuk membopong sahabatnya itu dengan melingkarkan lengannya di leher. 'Sepertinya Diamond masih setengah sadar. Yah meskipun dia hampir pingsan, karena tubuhnya yang telah kehabisan tenaga.'"PLAK!" Tanpa Opal duga, Ruby sudah menghampiri Amethys dan menampar wajah gadis cantik itu. Membuat pipi kanan berkulit putih wajah Amethys berubah warna menjadi merah. "Beraninya kau! Beraninya kau mengacaukan segalanya! Dasar asisten jalang sialan!" Amethys diam saja tidak menjawab. Dia hanya menatap Ruby dengan tatapan tajam menantang sambil memegangi pipinya yang terasa panas.
"Hei ganteng, apa kau mau kita bertarung sampai berdarah-darah seperti itu?" Simone membuyarkan segala permainan pikiran Zircon. Zircon mengerutkan keningnya karena pria itu tiba-tiba kembali mengajaknya berbicara. Dengan seringai lebar saat Opal lewat di hadapan mereka. Simone juga mengamati dengan teliti keadaan Diamond yang terkapar tak berdaya dalam gendongan Opal. "Kau pasti akan semakin ganteng dengan wajah mu yang berlumuran warna merah. Darah segar yang merah membara hahahaha." Lanjut Simone dengan mata berkilat-kilat penuh ancaman dan tertawa terbahak-bahak seperti orang sinting. Zircon tidak menghiraukan perkataan garing Simone. Tahu benar bahwa dia akan semakin sinting dan menjadi-jadi jika Zircon terus meladeni pembicaraannya. Zircon lebih memilih untuk meneruskan pandangan menatap ketiga sosok yang semakin menjauhi mereka. Meninggalkan ruang tunggu dan menuju ke klinik yang ada di sayap kiri tounamen hall ini. 'Semoga Di
Akhirnya buku pertama dari petualangan Jasper dapat selesai juga. Seneng banget rasanya aku bisa namatin novel bergenre fantasy pertamaku ini. Genre yang sangat berbeda dengan beberapa novelku lainnya, yang biasanya bergenre romance modern.Terima kasih banyak buat yang sudah mengikuti, membaca, memakai koin, bahkan memberikan vote untuk buku ini. I Love you all!Oiya kalian juga bisa baca novel karyaku di aplikasi ini dengan judul 'Menjadi istri Milyuner'. Serta beberapa novel lainnya yang tersebar di berbagai platform yang lain. Nama penaku tetap sama kok di aplikasi manapun, Die-din.Sebagai masukan, aku kepengen banget dengerin pendapat kalian tentang novel pertama Jasper ini. Apakah kalian sudah puas dengan endingnya? Apa masih penasaran dengan buku keduanya? Karena masih banyak misteri yang belum terpecahkan dari petualangan ini. Dan buku pertama memang hanya fokus untuk mengungkap tentang misteri sang raja kerajaan Almekia.Untuk buku kedua masih menjadi wacana, tapi aku sudah b
Tepat setelah matahari tenggelam dan malam mulai menjelang, pesta pertunangan antara Zircon dan Ruby resmi dilaksanakan. Pesta yang cukup meriah dan dihadiri oleh cukup banyak orang. Sebagian besar tamu yang hadir adalah para peserta turnamen, terutama mereka yang berhasil memasuki babak kedua, babak Gear battle. Dan sebagian lainnya tentu saja panitia turnamen dan warga kota middle part ini. Keseruan pesta pertunangan diawali dengan Pesta keakraban. Acara ngobrol santai dengan para tamu dan makan-makan segala hidangan yang telah disiapkan oleh panitia acara. Konsep Private party yang dipakai dalam pesta kali ini begitu rapi serta sangat manis. Dekorasi rumah kemenangan dihiasi dengan berbagai pernak pernik yang bernuansa pink. Bebungaan segar ditata indah di seluruh ruangan. Pita-pita dan kain sutra pun ikut mempercantik suasana.Background musik pun tak ketinggalan telah dipilih sesuai dengan nuansa Padang pasir. Serta sajian makanan dan minuman melimpah untuk menjamu para tamu und
Sudah semingguan Diamond dan kawan-kawannya berada dan tinggal di kawasan middle part kota Bloody Hell ini. Wilayah yang sebenarnya sangat menyenangkan dan damai untuk memulai hidup baru. Kegiatan yang di lakukan bersama para pemenang turnamen selama seminggu ini cukup sibuk. Hampir setiap hari mereka menghadiri pertemuan dengan beberapa tetua di kota BloodyHell ini untuk menyapa, beramah-tamah atau sekedar mengenalkan kepada seluruh penduduk kota. Para pemenang turnamen dianggap seperti pahlawan di kota ini. Kota yang lebih menghargai kekuatan dibandingkan apapun, yang kuat lah yang berkuasa di kota ini. Persiapan pernikahan Ruby dan Zircon sedikit tertunda. Karena para panitia dan anak buah Ruby gagal untuk menemukan keberadaan Jade dan Obsidian Nightray. Hal ini membuat Ruby jadi tidak memiliki wali untuk memberikan restu pada pernikahannya. Dan sesuai adat di daerah ini pernikahan mereka tak bisa dianggap sah tanpa adanya seorang wali. Alhasil sebagai alternatif, Ruby dan pani
Saphir mengambil beberapa lembar foto yang sedang dipegang erat di tangan Jasper. Dia mengamati foto-foto itu satu persatu. Sama halnya dengan Jasper, tangan gadis itu sedikit bergetar karena tidak percaya dengan apa yang sedang dilihantya saat ini. "Ini? Ini adalah foto pernikahan paduka raja dan ratu?" Saphir bertanya dengan nada dan pandangan tak percaya. Dan jasper hanya mengangguk sebagai jawaban kepada gadis itu."Jadi ini wajah mendiang paduka raja?...""Wajah beliau mirip sekali denganmu, Jez!" Saphir melemparkan pandangannya ke arah Jasper dan ke foto-foto itu bergantian. Seakan ingin mencari persamaan dan perbedaan di antara wajah Jasper dan wajah mendiang raja."Tidak hanya mirip. Kalian malah hampir sama persis, kau memang benar putra mereka Jez." Saphir sekali lagi memberikan komentar dengan takjub.Jasper sekali lagi hanya bisa mengangguk dan tersenyum menanggapi ucapan Saphir. Jasper memnag sudah tidak kaget lagi dengan wajah me
*Dengan segala cinta dan kejayaan yang semoga selalu melingkupi kerajaan Almekia.Atas nama cinta abadi yang mengalir dalam aliran darah dan mengiringi setiap hembusan napas, kami putra putri Kerajaan Almekia berjanji akan mengikat janji pernikahan yang suci :Jasper Soltnse DurchlaucthdanNefrit Mesyats MountbattenHope our love will last forever. Happily ever after ... For the glory of Almekia Kingdom.*Di bagian bawah untaian kata-kata indah itu, kedua mempelai membubuhkan tanda tangannya. Tanda tangan sang ratu yang sangat Jasper kenal dan satu lagi tanda tangan milik ayahandanya. Tak ketinggalan kedua mempelai juga membubuhkan cap jarinya, cap jempol dengan tinta emas yang berdampingan."Ibunda ... Ayahanda ..." Jasper bergumam lirih sambil membaca lagi, lagi dan sekali lagi. Menghayati se
Jasper mengajak Saphir berjalan menyusuri kuil, mengamati setiap sudutnya lekat-lekat. Bentuk dan desain bangunan kuil ini sama persis dengan yang ada di mimpinya. Semakin membuat Jasper yakin bahwa ini adalah kuil itu, kuil sakral tempat pernikahan kedua orang tuanya. Seorang biarawati wanita keluar dari salah satu ruangan kuil dan menghampiri kedua anak muda itu Biarawati itu masih cukup muda, tetapi wajahnya sudah dapat menunjukkan ketenangan spiritual yang dimilikinya. Orang suci yang tidak memikirkan tentang segala hal duniawi, hanya mengabdikan dirinya kepada Tuhan atau Dewa yang dia percayai. Sang biarawati sedikit heran melihat kedatangan Jasper dan Saphir. Sehingga dia bertanya dengan sopan kepada mereka. "Mohon maaf Tuan dan Nona, kalau boleh tahu kalian berdua datang kemari untuk apa? Apakah ingin mendaftarakan pernikahan kalian?" Baik Jasper maupun Saphir kontan terkejut mendengar pertanyaan tak terduga itu. Saphir bahkan sudah salah tingkah
Sudah beberapa hari berlalu sejak turnamen Bloody Hell berakhir. Jasper dan teman-temannya semua telah pindah dari daerah perifer kota BloodyHell yang kumuh menuju daerah middle part kota BloodyHell yang lebih bersih, tertata dan teratur.Setelah kemenangan Zircon dan Diamond, mereka mendapatkan fasilitas dua buah rumah yang dapat ditempati bersama. Mereka pun membagi penghuni rumah itu agar dapat tinggal dengan nyaman. Jasper dan Amethys ikut menetap di rumah Diamond. Sementara Opal, Saphir dan Platina tinggal di rumah Zircon yang lebih besar.Pembagian ini berdasarkan jumlah kamar yang hanya ada dua per rumah. Jadi mereka mengatur agar dapat berpasang-pasangan tidurnya untuk keamanan dan kenyaman semua pihak. Jasper mendapat kamar bersama Diamond, sementara Amethys sendirian. Saphir akan tidur bersama Platina sementra Opal akan tidur sekamar dengan Zircon.Untuk para pemenang turnamen masih diharuskan mengikuti beberapa kegiatan ramah tamah atau pertemuan-pertemuan yang tidak jelas
Dengan sangat amat dongkol Zircon berjalan perlahan memenuhi panggilan pembawa acara itu, ke tengah arena dan menaiki podium penghargaan. Dia memasang pocket face untuk tidak menghiraukan segala respon dan sambutan di sekelilingnya. Menempati mimbar paling tinggi untuk juara satu, dan berdiri tegak di sana. "Baiklah, terakhir mari kita panggilkan Nona Ruby Nightray yang merupakan ketua penyelenggara turnamen BloodyHell sekaligus menjadi hadiah utama turnamen tahun ini." Sang pembawa acara kali ini memanggil Ruby untuk ikut bergabung ke tengah arena. "Nona Ruby adalah putri dari Jendral Obsidian Nightray. Nona Ruby memiliki wajah yang sangat cantik ditambah lagi beliau juga ahli beladiri dan mengendalikan Gear. Sungguh beruntung sekali pria yang bisa mendapatkannya. Tetapi tentu saja tak mudah, karena harus memenangkan dulu turnamen BloodyHell tahun ini." Tiba-tiba suasana arena menjadi heboh karena teriakan dan pekikan bersemangat dari segala penjuru. T
Panitia turnamen sudah berlarian ke sana ke mari mengatur segala keperluan dan peralatan untuk membuat podium penghargan di arena. Arena pertandingan Gear yang tadinya polos dengan hanya mimbar persegi dari bahan beton yang tidak menyenangkan. Kini telah disulap seketika menjadi lebih hidup dan meriah. Dengan berbagai pernak pernik podium. Mimbar penghargaan tiga tingkat telah berdiri di tengah arena pertandingan. Back drop setinggi dua meter yang dikelilingi vas berisi bebungaan kering pun telah ada di sana. Bertuliskan tentang acara turnamen dan berbagai macam brand yang mendukung dan mensuponsori jalannya turnamen.Seluruh juara tiga besar turnamen telah hadir pula di sudut arena pertandingan. Zircon sebagai juara pertama, Jade sebagai runner up, serta Diamond dan Simone yang menjadi juara tiga berdua sekaligus. Mereka semua dikumpulkan sambil menunggu jalannya prosesi penghargaan dan pembagian hadiah. "Hei ganteng, tak kusangka kau bisa mengalahkan Tuan Jade." sapa Simone kepada