Keesokan harinya. Saat ini tepat di depan rumah seorang anak yang merupakan saudara dari temannya Gio. Anak itu terlihat sedang menuju ke sekolah. Dirinya memainkan ponselnya di sepanjang perjalanannya. Setibanya di depan halte bus, dirinya kemudian menunggu. Selama perjalanan berlangsung, seketika teringat akan apa yang sebelumnya dikatakan oleh Gio mengenai kondisinya yang semakin lama semakin parah. Seperti biasanya, dirinya memang tidak pernah mempercayai apa yang telah dikatakan oleh Gio dan masih saja keras kepala. Tidak lama setelahnya, dirinya sampai di sekolah dan terlihat banyak sekali temannya yang menuju ke sana. Awal yang cukup bagus bagi dirinya. Sementara itu, sekarang tepat di sebuah klinik. Gio yang sedang duduk di kursinya dan dirinya melihat beberapa dokumen berisikan informasi mengenai pasien yang bernama Nancy. Sudah sejak lama mengalami penyakit itu yang diakibatkan karena banyaknya tekanan dalam kehidupannya dan menjadikan dirinya seperti itu. Selama Gio melih
Sekarang ini, semua orang sedang disibukkan dengan peluncuran sebuah obat yang direkomendasikan oleh salah satu ahli farmasi yang bekerja di perusahaannya itu. Mereka mulai bekerja membuat obat yang difungsikan untuk mempertahankan daya tahan tubuh dan juga menjaga jaringan syaraf. Selama proyek itu berlangsung, Nancy harus ikut andil sebagai ketua dan melakukan banyak sekali uji coba. Namun, hingga sekarang ini masih dalam tahap uji coba dan belum sempurna.“Bagaimana dengan perkembangannya saat ini?” tanya Nancy kepada salah satu pegawainya yang bekerja di laboratorium.“Untuk saat ini sudah mencapai tahap akhir uji coba. Karena itulah, sebaiknya kita melanjutkannya hingga selesai dan setelah itu mendistribusikannya.”“Sudah sampai ke tahap itu rupanya.”“Bagaimana menurut anda?”“Jangan dulu didistribusikan.”“Eh?”“Ada yang harus diperiksa.”
Begitu melihat daftar orang yang dicurigai olehnya itu, dirinya dengan cepat memeriksanya dan melakukan pengintaian kepadanya. Saat ini di sebuah lokasi yang tidak lain adalah perusahaan tempat orang itu bekerja. Di sana Alison dari dalam mobilnya melihat pria itu memasuki perusahaan dengan tenang dan setelahnya langsung pergi lagi keluar menggunakan mobilnya. Seketika Alison langsung mengikutinya dan ternyata dia mendatangi sebuah tempat yang tidak lain adalah kantor penerbit. Mengikutinya ke sini nyatanya tidak ada sesuatu yang mencurigakan sebelum akhirnya dirinya mulai penasaran dan memasuki tempat tersebut. Begitu memasuki tempat itu, rupanya dirinya melihat banyak sekali dokumen yang terlihat berantakan dan ada seorang wanita yang bekerja di sana. Wanita itu merupakan salah satu pekerja yang sedang mengurusi semua dokumen yang ada di sana. Dengan perlahan Alison bertanya kepadanya.”“Permisi.”“Iya? Ada yang bisa saya bantu?”
Cuaca siang hari yang cukup terik dan ada beberapa orang yang merasa ketidaknyamanan dalam dirinya muncul begitu berita tersebut disiarkan. Mereka semakin merasa kacau karena kasus mengerikan itu masih belum juga terungkap dan kebahagiaan serta kedamaian yang mereka harapkan tidak kunjung datang. Kota yang indah dan penuh tragedi ini membuat semua orang merasa hidup namun tidak seperti hidup. Kehampaan dan juga rasa frustasi menghantui mereka setiap saat hingga tidak bisa lagi dikendalikan. Di saat yang bersamaan, tepatnya di sebuah cafe. Anak yang itu sedang duduk di sana bersama dengan teman-temannya dan mereka terlihat sedang membicarakan sesuatu. Suasananya lumayan ramai.“Hey, kau tidak belajar? Sebentar lagi akan ujian,” ucap salah satu anak perempuan yang sedang bersama dengan mereka di sana.“Ah, nanti saja.”“Masih lama. Ada beberapa hari lagi.”“Kalian ini tidak berubah.”“Oh iya, baga
Anak itu hanya terdiam dan terlihat murung. Seperti dugaan Gio sebelumnya bahwa dia pasti masih keras kepala dan ternyata benar saja. Tidak lama setelahnya mereka yang saat ini sedang mengobrol, Gio langsung pergi dari sana karena ada hal yang harus segera diselesaikan olehnya. Selama seharian penuh, dirinya sudah bekerja dengan keras hingga sekaranglah saatnya untuk menikmati dirinya yang membutuhkan waktu luang. Namun, rupanya Freya mengirimkan pesan kepada dirinya dan mengatakan apa yang sudah ditemukannya mengenai ketiga dokter tersebut berdasarkan informasi yang didapatnya. Hal itu membuat dirinya merasa harus menemuinya dan ternyata mereka sekarang ini bertemu satu sama lain di sebuah tempat yang tidak jauh dari tempatnya sekarang berdiri. Sesampainya di sana, Gio akhirnya menemui Freya yang sedang duduk sendirian menunggu kedatangannya saat itu juga. Freya yang terlihat melambaikan tangan kepada dirinya dan mereka pun bertemu. Dilihat dari manapun Gio sangat menginginkan info
Tidak terasa hari ini sudah mulai malam. Tepat di daerah distrik bagian barat daya, disana sekelompok remaja sedang asik minum alkohol sambil bernyanyi-nyanyi. Suara mereka sangat keras hingga membuat beberapa orang yang berada di wilayah tersebut merasa terganggu karena ulah mereka. Seorang pria tua kira-kira berusia 50an datang menegur mereka dan rupanya mereka sama sekali tidak mendengarkannya bahkan ada yang sengaja mengejeknya. Akibat dari perbuatannya itu, pria tua tersebut memanggil petugas keamanan setempat karena memang sangat terganggu dengan mereka. Tidak lama setelahnya, pihak keamanan datang ke sana dan mereka dengan cepat langsung kabur. Salah satu orang yang sempat tertinggal dan jatuh terpeleset, membuatnya tertangkap oleh pihak keamanan dan langsung membawa mereka ke kantor polisi karena perbuatannya itu. Sesampainya di kantor polisi, ternyata anak itu memang mengelak dan tidak mau mengakui kesalahannya sehingga membuat polisi yang mengintrogasinya merasa emosi. Per
Akhirnya Gio membuka kota pizza itu dan mulai menikmati makanannya sambil beristirahat sejenak. Situasi yang cukup sulit bagi dirinya adalah ketika melakukan terapi kepada pasien pribadinya itu yang bernama Nancy. Orang itu sama sekali tidak mengalami perkembangan bahkan meskipun hanya 0.001%. Dirinya yang merasa terkadang memang tidak cocok menjadi dokternya sering kali berpikir seperti itu. Bahkan, pikiran itu memenuhi isi kepalanya. Dokter kepala yang sebelumnya sudah mempercayakannya kepada dirinya seolah itu adalah beban berat yang baru saja diterima olehnya dengan suka rela. Kali ini dirinya mulai lagi mengalami hal yang sama karenanya mencoba untuk melupakannya dengan makan yang banyak. Akhir-akhir ini, Gio juga sering bermimpi aneh dan dirinya merasa tidak percaya bahwa semua yang tidak ingin di ingatnya dan itu adalah alasannya menjadi dokter jiwa. Kini perlahan ingatan itu muncul kembali dan menjadikannya berada di dalam ruangan mimpi buruk setiap kali memejamkan mata.
Gio terus mendengarkan apa yang saat ini sedang dikatakan oleh anak itu. semua yang dialaminya memang sudah diketahui oleh Gio. Namun, sekarang ini secara tidak langsung dirinya sedang melakukan anamnesa. Apa yang disampaikan oleh Gio rupanya perlahan-lahan meruntuhkan dinding keras kepalanya hingga akhirnya anak itu mau berbicara walau tidak semua yang dikatakannya itu berkaitan dengan penyakitnya. Dirinya masih menolak kenyataan dan juga masih tidak bisa mempercayai apa yang sebenarnya terjadi kepada dirinya bahkan sudah dua jam lamanya dirinya berada di depan Gio. Isi kepala anak ini lumayan rumit jika dibandingkan dengan apa yang terjadi kepada anak seusianya pada umumnya. Setelah mereka berdua terus berbincang hingga akhirnya anak itu memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Gio kemudian mempersilahkannya dan mengatakan sesuatu kepada anak itu sebelum dirinya meninggalkan pintu rumah Gio.“Untuk saat ini sebaiknya kau melakukan apa yang sudah ku katakan dan beristiraha
Orang tersebut dengan asiknya memotong-motong tubuh pria tersebut sambil mendengarkan musik Gloomy Sunday dengan sangat keras. Tubuh yang sudah tidak utuh lagi, sekarang berada di atas meja yang mirip dengan meja operasi. Orang itu seketika meletakan sarung tangannya dan kemudian pergi ke ruangan lain. Di tempat yang berbeda, sekarang ini polisi sedang bertugas dan mereka masih menyelidiki kasus tersebut hingga membuatnya merasa pusing.“Roma. Kau belum pulang?” tanya salah satu rekannya kepada dirinya yang masih duduk di depan meja kerjanya.“Masih ada yang harus kulakukan.”“Kau ini rajin sekali. apa kau tidak memperdulikan kesehatanmu?”“Aku baik-baik saja, jangan cemas.”“Sekarang mungkin kau mengatakan seperti itu, bagaimana dengan hari-hari kedepannya.”“Ayolah, anda terlalu mencemaskan saya.”“Bukan itu masalahnya. Jika kau tidak sehat, kasus