Sementara itu, di luar sana. Hari yang terlihat cukup terik rupanya ini merupakan waktunya untuk para detektif yang tengah menangani kasus ini mencoba untuk mencari semakin banyak bukti demi menangkap pelaku pembunuhan yang sudah menyebabkan banyak korban. Di tengah-tengah rapat tim, rupanya Alison datang menghampiri mereka dan seketika itu membuat mereka yang ada di sana merasa senang karena sekarang kapten mereka sudah kembali. Ketika sebelumnya dirinya di tugaskan ke kota sebelah, posisi kapten di isi oleh salah satu anggotanya untuk sementara waktu. Dan sekarang ini sudah kembali seperti semula. Roma yang melihat Alison datang ke ruang rapat tentu saja membuatnya merasa senang. Tidak lama kemudian, mereka mulai mendiskusikan mengenai kasus yang marak terjadi sekarang ini. Pandangannya mulai berubah serius dan sekarang ini tepat di hadapannya, Roma menjelaskan situasi yang terjadi dan menurut dugaannya ini ada hubungannya satu sama lain. Melihat apa yang di jelaskan oleh Roma, Al
Laporan darurat tersebut membuat mereka yang ada di dalam kantor langsung panik. Menurut orang yang melaporkannya pada hari ini, rupanya di salah satu apartemen tepatnya di kamar nomor 0056 terdapat jenazah korban kekerasan yang sangat mengerikan. Jenazah tersebut terlihat terpotong-potong dan hanya ditemukan bagian kepala hingga torso saja. Salah satu perwakilan penghuni mendatanginya setelah wanita tersebut sudah satu minggu tidak keluar dari rumahnya dan itu membuat mereka curiga pasalnya tidak ada rekaman CCTV yang memperlihatkan bahwa wanita tersebut keluar dari rumahnya itu. Pihak kepolisian yang mendapatkan kabar tersebut langsung pergi menuju ke lokasi dan akan melakukan pemeriksaan. Begitu mereka sampai, ternyata benar saja seperti apa yang sudah di katakan oleh pelapor. Kondisi di dalam apartemen tersebut sangat kacau dan banyak sekali bekas darah yang sudah mengering. Detektif yang ikut ke lokasi tidak lain adalah Alison. Sementara Roma, saat ini sedang sibuk mencari info
Tiba-tiba saja pria tua itu terdiam setelah mendengar apa yang baru saja di katakan oleh Roma. Wajahnya mencoba untuk menyembunyikan sesuatu darinya dan itu terlihat sangat jelas di mata Roma. Tidak lama setelahnya, pria itu mengatakannya karena merasa terancam akan tatapan Roma yang terlihat sangat dingin. Begitu pria tersebut selesai mengatakan apa yang diinginkan oleh Roma, akhirnya dengan terpaksa dirinya harus mengakui semuanya semudah itu di hadapannya. Melihat reaksi pria yang ada di hadapannya itu, Roma hanya terdiam saja sebelum akhirnya dirinya pergi dari sana dan meninggalkan tempat itu untuk kembali menyelidiki orang yang diduga mencurigakan. Pria itu memang terlihat sangat jujur setelah berhasil di sudutkan. Saat ini, Roma sudah pergi dan menuju ke suatu tempat yang menurutnya ada sesuatu yang mencurigakan. Kematian dari pengemudi tersebut memang mengandung banyak misteri dan itu membuatnya merasa semakin penasaran hingga akhirnya mencoba menyelidikiny
Roma yang mulai merasa kesal karena lagi-lagi pria yang ada di hadapannya itu tidak menjawab pertanyaan yang memang sangat penting dan berkaitan dengan pria itu. Berdasarkan apa yang sebelumnya dikatakan oleh pria tua ditempat sebelumnya, dirinya mengatakan bahwa pria yang sekarang ini ada dihadapan Roma mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kepada orang itu karena memang merupakan temannya dan bahkan sering kali bertemu dengannya. Entah siapa yang berbohong di sini, Roma tentu berniat untuk membuka rahasia semuanya dan itulah yang sekarang ini sedang dilakukan olehnya. Pria yang terlihat cukup tenang walau pertanyaan terus dilontarkan dan sama sekali dirinya tidak menunjukan tanda-tanda sedang dalam kondisi yang tidak baik. Roma yang terus menerus bertanya kepadanya, akhirnya dirinya mulai menyimpulkan sesuatu dan itu membuatnya merasa cukup tenang.“Kalau begitu, saya permisi dulu.”“Tentu saja. Silahkan.”Roma langsung meninggalkan lo
Sekarang ini, Gio sedang sibuk dengan pekerjaannya sebagai psikiater dan tengah melakukan terapi kepada pasien di dalam ruangan khusus untuk terapi. Pasien yang kali ini sedang melakukan terapinya tidak lain adalah pasien yang berada di ruangan nomor 45. Selama proses terapi, ternyata Gio menemukan sesuatu yang cukup membuatnya terkejut. Pasien tersebut mengalami gangguan kepribadian menghindar dan kondisinya sungguh parah. Selain itu, pasien tersebut juga mengalami halusinasi penglihatan sehingga membuatnya komplikasi. Karena hal itulah, keluarganya menyuruhnya untuk menjalani perawatan rawat inap di klinik ini. Meski awalnya Gio tidak menanyakan hal itu, namun mereka tetap saja bersikeras dan itu membuatnya tidak memiliki pilihan lain selain menuruti apa yang dikatakan oleh keluarga pasien. Tidak lama setelahnya, akhirnya terapi selesai dan langsung pergi dari ruangan tersebut meninggalkan Gio seorang diri. Gio juga mencatat beberapa perkembangan yang terjadi kepada pasien tersebu
Pasien itu langsung pergi. Ruddy yang merasa kerepotan akhirnya dirinya pergi juga dari sana dan menuju ke ruang kerjanya. Dalam perjalanan menuju ke ruang kerja, rupanya dirinya melihat Mike yang tengah memeriksa beberapa pasien. Orang itu terlihat professional hingga seketika membuatnya merasa kagum. Di ruangan tadi, Gio masih berdiskusi dengan anak itu dan rupanya secara tidak sadar, Gio tengah melakukan terapi kepadanya dengan metode wawancara. Anak tersebut memang masih duduk dibangku sekolah dan sekarang kelas 11. Dari apa yang dilihat Gio, anak itu memang memiliki gangguan pada dirinya sehingga membuatnya merasa sedikit berbeda dengan anak normal pada umumnya. Halusinasi pendengaran yang dialaminya bukan tanpa sebab. Berdasarkan apa yang sebelumnya dikatakan oleh temannya, rupanya anak ini memang mengalami halusinasi semenjak kejadian yang menimpanya di kota dulu yang merupakan tempat tinggalnya. Pada waktu itu terjadi kebakaran yang membuatnya harus panik untuk menyelamatkan
Anak laki-laki yang ada di hadapannya saat ini tidak lain bernama Steven. Kondisinya memang terlihat baik-baik saja jika dilihat dari luarnya saja. Selama pembicaraan berlangsung, ternyata anak itu memang memiliki gangguan yang lain bukan hanya sekedar halusinasi belaka. Gio kemudian memutuskan untuk membuatnya mengikuti terapi walau dirinya tetap saja menolaknya. Hingga akhirnya Gio menemukan penyebab kenapa anak tersebut menolaknya karena memang dirinya belum bisa menerima keadaan yang menimpa dirinya tersebut sehingga terus menerus denial. Pembicaraan yang semakin lama semakin membuatnya merasa bosan itu hingga Steven memutuskan untuk pergi dari sana dan berpamitan dengan Gio. Setelah pergi, Gio langsung menerima panggilan dari seseorang yang bertanya kepadanya mengenai anak itu.“Halo?”“Gio, bagaimana hasilnya?”“Dia menolak.”“Sudah kuduga. Lalu kemana dia sekarang?”“Sudah pergi dari sini
Steven kemudian meninggalkan mereka yang sedang mencari seseorang itu. Dirinya kini memasuki rumahnya yang ada di depan sana. Dengan perlahan memasukinya. Selama dalam perjalanan ke rumahnya itu, ternyata ada beberapa alasan kenapa dirinya merasa tidak tenang dan justru ingin sekali pergi dari dunia ini. Begitu dirinya sedang sendirian, tidak lama setelahnya suara itu muncul kembali dan nyaris membuatnya gila. Dengan cepat, dirinya langsung mengambil obat yang diberikan oleh Gio dan langsung meminumnya. Beberapa menit setelahnya, suara itu perlahan menghilang dan dirinya mulai merasa rileks karena efek samping dari obat yang baru saja di konsumsi olehnya. Perasaan yang semakin membuatnya merasa jauh lebih baik hingga akhirnya dirinya memutuskan untuk tidur sebentar. Pikirannya yang masih berada di dalam kebingungan membuatnya semakin tidak bisa menerima kenyataan akan apa yang sebenarnya terjadi kepada dirinya yang malang itu. Steven mulai teringat di saat itu. Saat-saat dimana diri
Dokter kepala langsung mematikan panggilannya dan ternyata saat ini dirinya sedang bersama dengan seseorang di suatu tempat. Mereka terlihat sedang rapat dan itu sepertinya cukup penting. Gio yang masih sibuk dengan dokumentasi pasien membuat dirinya merasa pusing untuk beberapa saat hingga membuatnya tidak sengaja mengumpat dan untungnya tidak ada yang mendengarnya. Ruddy sedang berada di lantai dua dan dirinya sedang memberikan obat kepada beberapa pasien yang ada di sana. Dengan penuh semangat dirinya melaksanakan pekerjaannya itu hingga secara tidak sengaja dirinya melihat salah satu pasien yang tidak lain berada di ruangan nomor 13. Pasien itu kedapatan memiliki sebuah gelang yang unik. Ruddy yang merasa tidak terganggu akan hal itu membuatnya malah membiarkannya saja tanpa berkomentar apa pun. Tidak lama kemudian, pasien itu mengatakan sesuatu kepada dirinya yang sedang memberikannya obat.“Larilah.”“Apa?”“Lari.”