Lilian yang terus memandangi gadis kacamata itu kemudian dia pergi meninggalkannya karena bosan. Gadis berkacamata itu kemudian mengikutinya dan akhirnya mereka berdua bekerjasama untuk mencari dimana Eri bersembunyi. Sebelum dirinya pindah ke sekolah ini, Eri memang selalu menghilang di tengah-tengah jam sekolah. Orang-orang yang mendiskriminasinya tidak pernah merasa senang akan keberadaannya semenjak Eri di nyatakan mengalami depresi. Lilian yang mengetahui fakta itu dengan wajah terkejut mendadak diam. Gadis berkacamata itu bernama Diana. Dia sudah bisa menebak reaksi Lilian begitu mengetahui kebenarannya. Namun, semua itu tidak mengubah apa pun. Lilian tetap ingin berteman dengan Eri walau dia sudah mendengar kabar tidak menyenangkan tentangnya. Dengan senyuman cerah di wajahnya membuat Diana merasa terharu dan kemudian dia meminta maaf atas semua perbuatannya.
“Kau tidak perlu meminta maaf kepadaku. Minta maaf lah kepada Eri. Dia sangat menderita bukan diriku,” ucap Lilian kepada Diana dengan lemah lembut.
“Tapi, aku tidak punya muka untuk bertemu dengannya apalagi minta maaf.”
“Tidak. Kau punya kesempatan. Karena itu ayo kita cari anak itu. dan kemudian memarahinya karena membuatku harus menghabiskan waktu untuk mencarinya.”
“Iya.”
“Oh iya, tadi kau bilang aku tidak boleh pergi ke kelas, apa maksudnya itu?”
“Sebenarnya... mereka ingin balas dendam kepadamu karena sikapmu tadi. Mereka memasang beberapa ember berisi air kotot untuk mempermalukanmu. Rencanya sudah ku ketahui karena itulah lebih baik kau tetap di luar kelas.”
“Oh, ide seperti itu bukankah terlalu berbahaya? Bagaimana jika yang datang adalah orang lain. misalnya guru. Tentunya itu akan menjadi hadiah yang bagus bukan?”
“Kalau soal itu, aku tidak peduli. Karena mereka lah yang akan kena marahnya.”
“Kau benar Diana.”
“Oh iya Lilian.”
“Iya? Ada apa?”
“Sebenarnya aku tidak terlalu mengetahui tentang Eri. Anak itu selalu menutup diri bahkan dari kelas 1.”
“Hmm.... sulit juga ya. Bagaimana caranya berteman denganya? Ah ini membuatku pusing saja.”
“Dan lagi, apa yang membuatmu ingin berteman denganya?”
“Tentu saja karena anak itu menarik.”
“Apa?”
“Kau mungkin tidak akan menyadarinya, tapi aku sudah tau kalau dia pasti anak yang baik.”
“Begitu ya.”
Mereka berdua terus mencari Eri. Di suatu tempat tepatnya di sebuah ruangan musik. Di sana Eri sedang duduk di depan piano tanpa memainkannya. Dia hanya terdiam cukup lama di sana. Waktu terus berjalan hingga akhirnya sekolah sudah selesai dan semua orang bergegas untuk pulang. Eri kemudian beranjak dari sana dan pergi menuju ke kelas. Ketika dirinya memasuki kelas, semua orang sudah tidak ada di sana. Hanya tinggal dirinya. Eri kemudian mengambil tasnya dan pergi.
“Tunggu, jam pulang?” ucap Lilian
“Iya benar,” sahut Diana
“Ayo cepat kembali dan ambil tas.”
“Oke.”
Mereka berdua kemudian pergi ke kelas dan megambil tas milik mereka. Di sana, Lilian menyadari bahwa tas milik Eri sudah tidak ada di sana. Dengan kata lain dia sudah pulang. Melihat hal itu, Lilian pun menghembuskan nafas penyesalan karena selama beberapa jam dia mencarinya dan ternyata orang yang di carinya sudah pulang. Kali ini di dalam bus. Eri yang menaiki bus tersebut kemudian duduk di kursi tengah sambil menyender ke jendela bus. Tatapannya yang penuh dengan penderitaan membuatnya semakin suram. Tidak lama kemudian, dia sudah sampai di halte dan berjalan menuju ke rumahnya. Cuaca yang terlihat cerah tapi isi hatinya kelabu membuat Eri terus terdiam membisu.
Malam harinya di kediaman Eri. Dia memasuki kamar mandi dan hendak mandi. Keesokan harinya di sekolah di hebohkan dengan rumor bahwa Eri sudah sering bolos dan dia pantas mendapatkan diskors. Berita itu terus menyebar dari mulut ke mulut. Semua anak sudah mendengarnya tidak terkecuali dengan Lilian dan juga Diana. Mereka berdua tidak percaya dengan hal itu dan kemudian mereka berdua mendatangi guru untuk meminta konfirmasi atas semua berita yang tersebar hari ini. Guru pun mengatakan yang sebenarnya. Dan mereka berdua akhirnya bisa menerima kenyataanya walau masih menunjukan wajah terkejut.
“Apa? kenapa? Tapi dia mengalami kesakitan,” ucap Lilian
“Itu tidak akan semudah itu di maklumi. Semua murid harus mendapatkan hak yang sama dan tidak pengecualian.”
“Apa? Anda tidak mengerti apa yang sedang dia rasakan. Kenapa semudah itu?”
“Memangnya kau bisa merasakan penderitaannya?”
“Eh? Itu...”
“Sudahlah, lagi pula itu kesalahannya. Kenapa tidak bercerita kepada guru konseling dan malah tidak pernah datang ketika di panggil oleh beliau.”
“Tidak mungkin.”
“Benar yang di katakan guru. Dia memang tidak pernah mendengarkan siapa pun dan terus seperti itu. karenanya banyak yang tidak mengetahui kondisinya. Sebelum seseorang mengatakan kemungkinan,” sahut Diana
“Kenapa? Kenapa tidak ada yang membela korban? Kalian semua ternyata sama saja,” ucap Lilian sambil pergi meninggalkan ruang guru.
Diana juga kemudian menyusul Lilian. Dan dia langsung menemukannya di atap sekolah sambil menatap langit seorang diri. Diana kemudian mendekatinya dan mencoba untuk berbicara. Begitu Diana datang menghampirinya, Lilian masih terdiam sambil melihat langit.
“Aku mengerti dengan rasa empatimu yang begitu besar. Tapi, kau juga harus melihatnya dari sudut pandang yang berbeda,” ucap Diana
“Aku sudah tahu.”
“Apa?”
“Aku tahu aku salah. Terlalu ikut campur dengan urusan orang lain. terlebih lagi aku hanya anak baru yang tidak tahu banyak mengenai dia. Sekarang kau tidak perlu menceramahiku aku sudah merenungkannya.”
“Senang mendengarnya.”
“Oh iya, apa kau tahu di mana rumahnya? Aku ingin tahu.”
“Ah itu, aku tahu. Bagaimana jika sehabis pulang sekolah datang menemuinya?”
“Ide bagus. Sekarang dia tidak masuk sekolah ya.”
“Aku juga harus minta maaf kepadanya.”
Beberapa jam kemudian, sepulang sekolah mereka berdua pergi ke rumahnya Eri. Mereka berdua sekarang sudah sampai di depan pintu rumahnya Eri. Ketika Diana menekan bel rumahnya dan masih belum ada jawaban. Meski mencoba beberapa kali lagi juga hasilnya sama saja. Saat itulah tetangganya yang merupakan seorang pak tua melihat mereka berdua yang frustasi karena tidak kunjung ada jawaban meski sudah beberapa kali menekan bel.
“Dari tadi ku rasa anak itu ada di dalam rumah. Jika tidak, biasanya sepatunya tidak akan ada di depan pintu,” ucap pak tua itu kepada mereka berdua.
“Maaf pak, dia juga tidak menjawab panggilan telepon dari kami.”
Karena terlanjur curiga dengan apa yang sebenarnya terjadi. Akhirnya pak tua itu mendobrak pintunya dan begitu mereka masuk ke dalam, ruangan yang terlihat gelap. Diana langsung menyalakan lampunya dan mereka memanggil Eri tapi tidak kunjung ada jawaban. Sampai akhirnya mereka mendengar suara shower di kamar mandi. Mereka berdua langsung ke tempat asal suara itu dan ternyata di sana pemandangan yang mengerikan nampak begitu jelas.
Di dalam kamar mandi yang ada di rumahnya Eri, di sana rupanya terlihat dirinya sedang berada di bak mandi dengan darah yang bercucuran di sana sini. Semuanya begitu mengerikan hingga membuat mereka yang melihatnya langsung terkejut setengah mati. Selama ini mereka mencari keberadaannya dan ternyata tidak di temukan. Namun, kali ini mereka menemukan sesuatu yang merngerikan dan saat itu juga langsung memanggil polisi. Tidak lama setelahnya, polisi sudah datang ke lokasi dan ternyata mereka langsung melakukan penyelidikan. Selama penyelidikan berlangsung, semua orang yang ada di lokasi tersebut di minta untuk pergi. Korban kemudian di bawa untuk di lakukan otopsi. Dari apa yang di sampaikan oleh saksi, mereka menemukannya sudah dalam kondisi yang mengerikan dan itu membuat mereka tidak bisa mengatakan apa-apa karena masih panik akan kejadian yang menimpa Eri. “Mustahil. Kenapa ini bisa terjadi,” ucap Diana dengan gemetar “Ini, tidak. Mereka yang seharusnya menerima ba
Setelah berita kematian murid sekolah menengah yang bernama Eri Noel itu menjadi perbicangan publik membuat reputasi sekolah itu pun hancur dan sekarang mereka semua yang terlibat diskriminasinya terus di jatuhi hukuman walau mereka masih anak di bawah umur. Beberapa orang menilai itu adalah hal yang wajar. Karena mereka melakukan tindakan kejahatan yang menyebabkan orang lain meninggal dunia. Selama kabar ini terus menyebar kini pihak kepolisian mulai membersihkan area tempat bunuh diri dan seorang wanita tua yang merupakan pemilik kawasan rumah itu langsung menjualnya namun kepada orang luar yang tidak mengetahui apa yang telah terjadi di sana. Saat ini keadaan sudah lumayan membaik dan membuat Lilian dengan Diana merasa lega. Mereka berdua kemudian setelah menjadi saksi banyak sekali wartawan yang mendatangi mereka. Tidak hanya itu saja, beberapa orang juga menilai bahwa mereka memang anak baik yang seharusnya menjadi contoh bagi mereka. Tidak lama setelahnya, berita tersebut men
Saat ini, di kediaman keluarganya Diana. Di sana terlihat banyak keluarganya yang terdiri dari empat orang anggota keluarga tersebut kemudian mereka terlihat khawatir dengan anak perempuan mereka yang beberapa jam yang lalu pergi dari rumahnya dan tidak tahu kemana. Mereka yang semakin cemas kemudian melaporkannya kepada polisi. Di saat itu pula, mereka mulai melakukan pencarian mengenai keberadaan anak tersebut. Semua orang di keluarganya tersebut sangat panik dan tidak sedikit dari mereka merasa tenang. Kali ini tim polisi melakukan pencarian kesana kemari namun juga tidak menemukan hasil. Sampai pada akhirnya, keluarga mereka memutuskan agar polisi terus mencari keberadaan anak itu. Di berbagai sudut kota sudah di telusuri dan ternyata tidak ada. Anak itu tidak lain adalah anak yang beberapa waktu itu terkenal karena melaporkan kematian temannya yang bunuh diri beberapa hari yang lalu. Saat ini, hujan yang masih turun dengan deras membuat polisi kesulitan ketika melakukan p
Gio yang berada di dalam mimpi tersebut yang di penuhi dengan ketakuatan dalam dirinya membuatnya tidak bisa bergerak walau dirinya sangat menginginkan hal tersebut. Semua badannya seakan membeku dan dia mencoba untuk berteriak namun sia-sia. Tidak lama setelahnya dirinya kemudian berhasil menggerakan tubuhnya dan kemudian berlari menuju ke arah cahaya yang ada di belakangnya itu. dia terus berlari ke arahnya tapi ternyata tidak pernah sampai. Hingga pada akhirnya dia melihat sebuah jembatan yang ada di pijakannya dan kemudian runtuh. Dia mencoba untuk menyelamatkan dirinya dengan berpegangan kepada besi jembatan itu tapi sayangnya itu tidak berguna dan kemudian dia terjatuh ke bawah sambil berteriak. Tidak lama kemudian dia tersadar dari mimpinya dan sekarang sudah pagi. Gio baru sadar bahwa dirinya selama semalaman hanya tidur di sofa dan mengalami mimpi buruk. Melihat jam sudah menunjukan pukul 7 pagi, dia kemudian membuka gorden ruang tengahnya itu dan bergegas untuk mandi lalu
Beberapa polisi saat ini sedang menyelidiki sebuah kasus yang melibatkan seorang murid sekolah menengah atas yang di duga menghilang tanpa sebab. Mereka kini semakin mencarinya ke berbagai tempat dan semua usaha yang di lakukannya itu ternyata masih belum menemukan titik terang. Sementara itu, keluarganya saat ini sedang mati-matian mencari keberadaannya bahkan ada yang sampai merepotkan beberapa pihak. Di hari ini. Suasana di sekolahnya tampak begitu tenang tidak seperti biasanya yang terlihat sangat ramai dan orang-orang seakan terdiam dengan sunyi. Beberapa dari teman-temannya Lilian yang saat ini sedang berada di kelas, mereka seolah terlihat tidak pernah mendengar berita yang mengerikan beberapa hari terkahir ini. Suasana kelas yang terbilang aneh itu membuatnya seketika merasa tidak nyaman dan langsung pergi dari sana menuju ke toilet. Ketika dirinya sudah sampai dalam toilet perempuan, rupanya Lilian tidak pernah merasakan situasi yang tanpak sangat tidak masuk akal ini. Bahk
Mereka berdua kemudian beranjak dari tempat duduknya dan segera menuju ke kantin yang seperti di katakannya sebelumnya. Dalam perjalanannya ke kantin, di lorong sekolah ternyata ada beberapa anak yang membicarakan mengenai Diana yang menghilang. Mereka yang berbicara di sana seolah mengatakan sesuatu yang hampir mirip dengan apa yang di katakan oleh dirinya dan juga Sola. Begitu mendengar ucapan mereka yang terbilang cukup nyaring, membuat Lilian berhenti sejenak dan itu membuat Sola yang sedang bersama dengannya itu merasa heran. Tidak lama kemudian, Sola bertanya kepadanya. “Kau baik-baik saja? Ada apa denganmu?” ucap Sola kepada Lilian yang tiba-tiba saja termenung. “Aku merasa sesuatu telah terjadi.” “Ha? Apa maksudmu?’ “Aku masih tidak yakin akan hal ini, tapi mendengar semuanya aku merasa sesuatu pasti telah terjadi. Aku yakin itu.” “Oke. Aku mengerti apa yang kau bicarakan. Jadi, sebaiknya kita segera pergi ke kantin.” Mereka be
Setelah mereka berdebat panjang, akhirnya perjalanan pun di mulai dan ternyata benar saja. Hujan deras ini memang menghambat dan bahkan petir juga menyambar di langit. Tapi mereka berdua terus pergi menggunakan mobilnya ke tempat yang mereka tuju. Dalam perjalanan yang berbahaya itu, rupanya sesuatu terjadi. Tiba-tiba saja mobil yang mereka tumpangi itu jatuh dari tebing yang tidak terlalu tinggi sehingga membuat mereka tidak sadarkan diri. Setelah beberapa lama pencarian, mereka akhirnya di temukan oleh tim pencari dari pihak berwajib dan langsung membawa keduanya ke rumah sakit. Ketika ambulan sudah sampai, rupanya salah satu dari mereka meninggal dunia dan orang itu tidak lain adalah pria yang merupakan kekasih wanita tersebut. Pria itu dinyatakan meninggal dunia karena mengalami kerusakan yang cukup parah di tubuhnya sehingga dokter sudah tidak bisa lagi menyelamatkan nyawanya. Setelah mereka melakukan perawatan, wanita tersebut kemudian dia sadar dan setelah mengetahui fakta it
“Terimakasih dokter, saya jadi tertolong,” ucapnya dengan penuh hormat “Lain kali kau harus siapkan lebih banyak obat penenang dan suntikan seperti yang tadi ku lakukan.” “Baik dok.” ‘Merepotkan saja,’ batin Gio Tidak lama setelahnya, dia langsung pergi ke ruangannya dan hendak menyelesaikan pekerjaannya lagi. Gio yang kemudian duduk dan langsung mengerjakan pekerjaannya itu, rupanya dia baru saja teringat bahwa malam ini dia ada janji dengan seseorang. Gio melihat jam yang masih menunjukan pukul 3 sore dan kemudian menghela nafasnya karena masih lama untuk pulang. Setelah selesai dengan pekerjaannya itu, tiba-tiba saja dia langsung bergegas untuk pulang karena sudah sangat lelah. Di perjalanannya untuk puilang, rupanya dia berpapasan dengan teman masa kuliahnya yang sekarang ini bekerja sebagai penyiar berita. Mereka berdua kemudian bertemu dan sekarang sudah berada di sebuah cafe autentict dan terlihat mengobrol. “Sudah lama sekali ya. Gio,”
Keesokan harinya. Pihak kepolisian yang sedang mengadakan upacara pemakaman Sebastian yang dihadiri oleh banyak orang. Kesedihan yang terpancar di mata mereka semua membuat tangisan yang tidak bisa berhenti. Sementara itu, Gio yang sedang berdiri di depan makamnya Damian dan meletakan bunga. Meskipun dirinya kehilangan hal-hal yang paling berharga dan bahkan kenyataan pahit yang harus ditelannya. Semua itu sudah menjadi bagian dari kehidupannya. Hidup terus berjalan. Tidak ada waktu untuk terus tenggelam dalam kesedihan. Berita yang tersebar di media bahwa kasus pembunuhan berantai yang sudah memakan banyak korban dan bahkan terjadi selama ini membuat semua orang merasa lega. Kasus pembunuhan yang terjadi di 5 tahun yang lalu pun sudah terungkap bahwa pelaku adalah orang yang sama. Mendengar berita yang sangat menggemparkan itu, beberapa dari wartawan sungguh tidak menyangka begitu juga dengan publik. Freya yang saat ini masih dalam perawatan karena luka yang dialaminya sangat parah
Sebastian yang diam-diam membidik kepala Damian namun tidak bisa menembaknya karena orang itu terus bergerak dan kemungkinan hanya akan meleset akhirnya dirinya mengincar jantungnya dan tidak perlu menunggu lama untuk menembaknya. Suara tembakan terdengar dan ternyata mengenai sasaran. Alison yang terkejut akan hal itu kemudian dirinya menghentikan serangannya dan menodong Demian dengan pistolnya lagi. Damian yang sudah terluka kini dirinya tidak bisa lagi menghindari serangan seperti sebelumnya. Sebastian yang keberadaannya sudah diketahui, dirinya mencoba untuk berpindah namun itu terlambat karena Demian dengan cepat menembakan peluru menggunakan pistol tanpa suara ke arahnya dan tepat di kepalanya. Gio yang menyaksikan kematian Sebastian membuat dirinya merasa frustasi dan langsung datang ke arahnya sambil melihat jasadnya.“Pengganggu.”“Keparat! Beraninya kau membunuh Sebastian.”“Ah, aku benci drama.”Meski jantun
Berdasarkan keterangan dari pihak panti asuhan yang sebelumnya menampung Gio dan Damian. Ibu pengurus panti asuhan tersebut seringkali melihat Damian yang masih berumur 6 tahun pada waktu itu. Dirinya terus menerus membunuh serangga dan bahkan hewan-hewan yang dipeliharanya pada saat itu. Melihat apa yang dilakukannya, ibu panti terkejut setengah mati namun Damian mampu memanipulasi orang dewasa tersebut seakan itu adalah kecelakaan. Semenjak saat itu, dirinya tidak dicurigai apa pun dan dinyatakan sehat secara jasmani dan rohani seperti anak-anak yang lainnya tidak terkecuali dengan Gio. Perbedaan mereka berdua yang cukup berbanding terbalik. Namun, seakan Damian sangat terobsesi kepada kakak kandungnya tersebut. Mereka ditemukan pengurus panti di balik pintu dan sampai detik ini tidak diketahui siapa orang tua kandungnya. Di sana hanya tertulis nama dari kedua bayi yang ada di dalam keranjang penuh dengan selimut. Sampai suatu ketika, Gio sudah berusia 10 tahun sedangkan Damian 9
Kenyataan yang menyakitkan. Harapan yang tidak pernah terwujud bahkan semua itu berputar seperti lingkaran setan. Gio yang sudah menyetujui rencana mereka, kini dirinya mencoba kembali ke apartemennya. Namun, beberapa saat kemudian secara tidak terduga dirinya mendapatkan sebuah pesan peringatan dari nomor yang tidak dikenal dan memuluskan kata-kata seolah itu adalah kutukan. Dirinya yang mendadak terdiam masih membacanya dengan serius hingga sampai pada suatu kesimpulan yang membuatnya nyaris tidak percaya. Gio mengemudikan mobilnya dengan cepat menuju ke apartemennya. Sedangkan, ditempat lain Freya tertangkap orang asing dan tidak sadarkan diri.“Kenapa firasatku tidak enak,” gumam GioAlison yang dari tadi terus berada di depan monitor komputer dan terus memperhatikan radar. Tiba-tiba Freya berpindah dengan cepat dan kini berada di koordinat yang tidak termasuk ke dalam lingkungan yang biasanya dikunjunginya. Wilayah yang berada di perbatasan kota
Freya yang sangat terkejut dengan kenyataanya membuat dirinya tidak bisa berkata-kata. Orang yang ada di hadapannya merupakan salah satu orang yang memang pernah bertemu dengannya ketika dirinya masih kuliah. Kabar yang sempat tidak pernah terdengar lagi membuat dirinya merasakan sesuatu yang tidak beres dari orang tersebut. Beberapa saat kemudian, darah terciprat dari tubuh Freya dan membuat dirinya nyaris kehilangan kesadaran untuk yang kedua kalinya. Rintihan terus terdengar dibalik alunan musik klasik yang diputarnya. Suara tawa yang semakin lama semakin keras membuat Freya ketakutan. Tidak lama kemudian, suara tembakan terdengar dari luar dan membuat pria yang ada dihadapan Freya saat ini sangat terkejut.“Apa-apaan ini? Kau memanggil bantuan? Sejak kapan?” ucap pria tersebut dengan tatapan yang mengerikan.Dengan cepat orang-orang yang datang pada saat itu langsung menggeledah setiap ruangan dan rupanya tibalah Alison di dalam ruangan remang-remang da
Suara seorang pria terdengar dari balik kegelapan. Tepat di depan matanya, banyak sekali bekas darah yang sudah mengering dan bahkan ada beberapa potong tubuh manusia. Dirinya yang menyaksikan itu semua membuat keringat dingin menetes di keningnya. Rasa takut bahkan putus asa menghampiri Freya. Suara itu semakin lama semakin terdengar jelas.‘Sial, kenapa aku berada di tempat mengerikan seperti ini,’ batin Freya.Kali ini langkah kakinya terdengar dekat. Tubuhnya tidak bisa digerakan. Tali-tali yang melilit dirinya semakin membuatnya menderita. Saat ini pria tersebut sudah berada di depan Freya. Tubuh tinggi dan pakaian serba hitam seperti malaikat kematian.“Siapa kau? Lepaskan aku sekarang juga!” ucap Freya sambil menatap orang tersebut dengan tatapan dingin.“Kau akan mati. Untuk apa aku melepaskanmu.”“Keparat! Jangan-jangan kau?”Pria tersebut berbalik dan kemudian mengambil be
Tiga hari sebelumnya tepatnya di kediaman Gio. Saat ini dirinya yang sedang berpikir keras mengenai kasus yang terjadi baru-baru ini dan sampai sekarang masih belum terungkap. Pandangannya yang seakan menjelaskan keanehan yang terasa nyata. Gio secara tidak sengaja membuka sebuah artikel yang berisikan berita kasus kecelakaan yang sangat tidak masuk akal sebelumnya. Kemudian dirinya teringat akan beberapa dokumen yang belum sempat diserahkan kepada dirinya oleh senior karena suatu alasan. Namun, tidak lama kemudian pada saat itu mereka bertiga dinyatakan meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas. Hal itu membuatnya merasa sedih dan bahkan nyaris melupakan dokumen yang sebelumnya dijanjikan oleh salah satu dari mereka. Kali ini dirinya mencoba untuk mencarinya dari beberapa loker yang ada di ruang kerja. Setelah dirinya mencari ke beberapa lemari. Sayangnya tidak ditemukan apa-apa dan justru terlihat berantakan. Dengan penasaran, dirinya memeriksa kamera pengawas dan ternyata tid
Tiba-tiba saja dirinya merasakan firasat buruk. Dominic mencoba untuk tetap tenang seperti dirinya biasanya. Namun, sekali lagi tatapan dan ucapan Gio seakan nyaris membunuhnya. Dominic terdiam sambil memegang kertas yang ada di mejanya dengan tangan yang terlihat gemetar. Hal itu juga terlihat jelas oleh Gio yang memang meja kerjanya berhadapan dengan dirinya. Gio yang sudah mengetahui bahwa ada beberapa pasien yang dirawat di klinik tersebut dan sudah dinyatakan meninggal. Semua itu terlihat tidak masuk akal. Kamera pengawas yang selalu aktif, rupanya setelah dilihat dari rekamannya tidak ada yang mencurigakan. Sampai pada akhirnya dirinya menarik kesimpulan bahwa itu hanyalah bunuh diri.“Ada yang ingin kutanyakan padamu.”“Ah, iya?”“Apa yang kau lakukan di malam itu?”“Apa yang anda bicarakan?”“Malam ketika kau dinas malam bersama dengan Mike. Apa yang kau lakukan?”“Juj
Panggilan tersebut kemudian terputus. Saat ini tepatnya di dalam ruangan pemeriksaan jenazah di tempat tim forensik. Mereka dengan kerja keras berhasil menyelesaikan pemeriksaan dan memang seperti yang sudah diduga sebelumnya bahwa jasad yang berada di dalam rumah sakit tersebut memang orang-orang yang bekerja di sana dan anehnya tidak ada pasien yang menjadi korban.“Bagaimana? Sudah kau hubungi kapten Alison?” tanya salah satu dokter forensik kepada rekannya.“Iya, sudah ku hubungi. Sepertinya akan datang beberapa saat lagi. Tunggu saja.”“Oke.”“Ngomong-ngomong, apa ini tidak terlalu mencurigakan?”“Apa yang menurutmu mencurigakan?”“Diantara semua jasad yang ditemukan meninggal di sana, tidak ada pasien. Mereka ini hanya petugas medis dan dokter psikiater. Apa maksudnya ini? Tidak mungkin di sana tidak ada pasien satu pun?”“Astaga. Kau benar. Aku