Setelah mereka semua menyambut kedatangan Mike, sementara itu Gio masih berada di dalam ruang terapi dan sedang mengobati pasien. Depresi yang di alami oleh pasien tersebut terbilang sangat mengerikan dan itu membuat dirinya merasa kesulitan dalam menangani kondisi orang tersebut. Setelah satu jam setengah lamanya, akhirnya selesai juga dan pasien tersebut langsung keluar dari ruangan itu. Gio yang terlihat menghela nafasnya, dia mencatat perkembangan kondisi yang di alami oleh orang itu. Banyak sekali pekerjaan yang harus di lakukan olehnya, begitu selesai dengan yang ini dan sekarang dia harus melanjutkannya ke yang lain. Kali ini tepat di dalam ruangan kerja, mereka berdua yang melihat Mike cukup merasa canggung. Mike yang terlihat berbeda dengan Gio yang memang mudah bergaul meski dia orang yang terbilang dingin. Sedangkan orang yang ada di hadapan mereka saat ini sungguh berkebalikan dan itu justru malah membuat mereka merasa canggung satu sama lain kecuali Mike. Dari tadi dia
Roma yang sekarang ini sedang berada di dalam ruangan forensik kemudian melihat potongan tangan kedua yang baru saja di temukan. Rupanya, potongan tangan itu bukan bagian tubuh yang sama dengan yang pertama. Setelah melalui pemeriksaan, potongan tangan yang kedua tidak lain adalah milik seorang pria yang bernama Parson yang bekerja di sebuah pertambangan. Begitu melihat hasilnya, Roma merasa ada yang janggal dan terus bersarang di kepalanya. Setelah beberapa kali melihatnya, ternyata memang berbeda. Pihak forensik yang sudah menemukan datanya itu, langsung menghubungi Roma dan memberitahukan kepadanya semua yang di temukan oleh mereka. Meski ini sangat mendadak, ternyata mereka bisa melakukannya dengan baik.“Bagaimana menurutmu?” tanya seorang petugas forensik kepada Roma yang sedang bersama dengannya itu.“Apa boleh buat, jika ini memang hasilnya. Aku tidak bisa berkomentar apa pun.”“Apa ini sungguh perbuatan orang yang sama?&rdq
Pembicaraan mereka berakhir tepat setelahnya. Sekarang Freya sedang keluar dan menuju pulang ke rumahnya. Dirinya yang merasakan rasa penasaran akan kejadian yang sedang terjadi baru-baru ini membuat dirinya merasa haus akan informasi. Dirinya tidak merasa puas hanya dengan beberapa informasi yang masih kurang seperti saat ini. Malam hari yang gelap, membuat beberapa orang sangat ketakutan dan mereka merasa tidak nyaman ketika pulang sendirian. Suasananya yang mulai pekat membuat mereka teringat akan kengerian yang terjadi beberapa hari yang lalu. Freya berjalan menyusuri trotoar hingga kemudian dirinya sampai di halte. Dengan sabar, Freya menunggu bus datang. Tidak lama kemudian, dirinya pergi menaiki bus yang baru datang itu bersama dengan beberapa orang yang juga pulang ke arah yang sama seperti dirinya. Ketika duduk di kursi tengah, tiba-tiba dirinya memikirkan sesuatu. Sepanjang perjalanan pun dirinya masih memikirkan hal itu dan tentunya seketika membuat kepaala mendadak sakit
Namun, entah kenapa rasanya ada yang janggal dan itu nyaris mengganggunya. Beberapa waktu yang lalu, mereka bertiga tepatnya di dalam ruangan kerja. Ketiganya mengatakan kasus yang marak terjadi belakangan ini di kota ini dan itu seketika menjadi topik utama dalam permbicaraan bahkan ketika sedang waktunya istirahat. Ruddy yang terlihat terus membicarakannya membuat Gio tiba-tiba saja merasakan sesuatu yang seakan dirinya mulai tertarik dengan apa yang baru saja di katakan oleh Ruddy. Dengan tenang, dirinya mencoba untuk mendengarkannya sesaat.“Ini memang gila, bukan hanya korban yang mengenaskan banyak juga orang yang merasa terancam akan kehidupannya salah satunya diriku,” ucap Ruddy dengan nada yang seakan dirinya sedang kesal dengan situasi sekarang ini.“Kau benar, ada sesuatu yang membuatku tidak nyaman. Ini memang sangat mengganggu. Aneh sekali kenapa polisi lambat sekali dalam bertindak,” sahut Dominic“Mungkin mereka sedan
Sementara itu, saat ini tepat di dalam kantor polisi. Para detektif yang menangani kasus ini terlihat sangat sibuk. Mereka kemudian mengamankan bukti yang sebuah foto jasad pengemudi itu yang sudah hancur. Mereka sekarang ini sedang berada di ruang forensik dan tengah menunggu hasilnya. Berdasarkan informasi orang yang menemukannya yang tidak lain adalah Roma dan beberapa orang yang bekerja dengan dirinya. Mereka berasumsi bahwa ini adalah pembunuhan. Pengemudi tersebut di bunuh oleh seseorang dan itu terlihat jelas dari luka yang ada di perutnya.“Apa kau yakin dengan hal itu?” ucap ketua tim kepada Roma yang sekarang sedang bersama dengan mereka.“Iya, ini tidak salah lagi.”“Astaga, ini mengerikan.”“Ini tidak bisa di asumsikan sebagai bunuh diri, karena ada beberapa faktor yang tidak mungkin terjadi jika itu adalah bunuh diri. Dengan kata lain, ini adalah ulah seseorang yang sengaja membunuhnya.”
Mereka terus mencarinya hingga sampai sore hari. Sementara saat ini, tepat di klinik temapat Gio bekerja. Sekarang dirinya sedang berjalan menyusuri koridor dan hendak memasuki ruangan kerjanya. Ketika dirinya memasuki ruang kerja, ternyata tidak ada siapa pun karena memang sekarang ini mereka sedang menangani pasien. Gio kemudian meletakan barangnya dan pergi menemui pasien yang akan di tangani oleh dirinya. Seperti biasanya, ketika dirinya hendak melakukan terapi ada pasien yang sulit sekali sampai Gio harus menyeretnya ke dalam ruangan terapi. Pasien kali ini yang di tangani olehnya tidak lain adalah seorang pria berumur sekitar 30 an yang mengalami gangguan obsesif kompulsif. Orang itu bernama Noa. Dirinya memiliki obsesi terhadap gigi. Karena itu dirinya seringkali menyakiti hewan dan mengambil giginya untuk di koleksi. Sebelum dirinya ketahuan mengalami penyakit jiwa itu, rupanya dirinya sempat berkencan dengan seorang wanita yang merupakan sesama teman kerjanya di sebuah pets
Noa menjalani banyak sekali penyiksaan dalam pengobatannya sehingga membuat dirinya tidak kunjung sembuh. Selama beberapa tahun terakhir, dirinya mengalami banyak sekali penderitaan di dalam rumah sakit jiwa. Dokter di sana mengatakan bahwa orang itu sangat berbahaya dan bahkan sempat berkelahi dengan pasien lain dan saat itu juga membuatnya terluka. Akibat dari apa yang di lakukannya itu, Noa langsung di masukan ke dalam ruang isolasi dan mendapatkan pengobatan yang sangat menyiksa. Secara tega, dokter dan beberapa tim medis lainnya melakukan pengobatan dengan mengikatnya di atas beda dan memberikannya suntikan obat penenang yang dosisnya di tingkatkan. Demi pasien tersebut tetap tenang, mereka terpaksa harus melakukannya. Bukan hanya itu saja, mereka juga memberikan obat dalam dosis tinggi untuk menghindari kambuh penyakitnya. Selama sisa hidupnya di dalam ruang isolasi rumah sakit jiwa di arah timur laut, Noa mulai memperlihatkan tanda-tanda bahwa dirinya segera membaik dari kond
Pria itu masih terlihat sangat marah. Orang-orang yang menghadiri persidangan ini terlihat terus memandang ke arah mereka saat ini. Sementara itu, Noa terlihat sangat kacau dan dirinya tersenyum dengan pandangan yang gila. Salah satu orang dari pihak keamanan yang melihat reaksinya itu kemudian langsung menyeretnya memasuki mobil dan akan pergi ke tempat itu. Pemakaman yang di adakan sebelumnya membuat keluarga dari wanita itu merasakan kesedihan yang luar biasa. Di hadapan mereka yang merupakan keluarga dari wanita itu, ibunya Noa tidak berhentinya menundukan kepala dan bahkan sesekali bersujud kepada mereka meminta maaf atas apa yang terjadi. Salah satu pria tua yang merupakan pamannya Noa, terus menghentikannya karena itu bukanlah salahnya. Tidak sampai di situ saja, ibunya Noa juga memberikan pertanggungjawaban kepada keluarga korban dengan membiayai semua yang menjadikan kerugian bagi mereka. Melihat usahanya yang tidak main-main, pada akhirnya keluarga wanita itu mencoba untuk
Tidak lama kemudian, Gio menusukan obat penenang kepada Noa dan itu membuatnya langsung tidak sadarkan diri. Setelah terapi berhasil di lakukan, rupanya data yang menunjukan perkembangan diagnosa pasien masih belum ada perubahan. Untungnya orang itu di borgol sehingga tidak bisa menyerangnya dan hanya mengandalkan mulut besarnya itu. Setelah selesai, Gio langsung memasukannya kembali ke dalam ruangan isolasi nomor 14. Obat penenang yang di suntikannya itu, akan bertahan bahkan lebih dari 48 jam. Karena itu lah, Gio merasa tenang dan begitu juga dengan salah satu dari anggota kepolisian yang saat ini sedang memantau Noa. Meski begitu, jika di lihat dari reaksinya yang tadi ada sesuatu yang aneh.“Sepertinya tidak salah lagi. ada komplikasi rupanya,” gumam GioGio yang sekarang sedang berjalan menuju ke ruangan pasien berikutnya yang akan menjalani terapi. Dirinya terlihat biasa saja seolah sudah biasa melakukan tindakan tersebut. Pasien pun di bawa ke ruanga
Keesokan harinya. Pihak kepolisian yang sedang mengadakan upacara pemakaman Sebastian yang dihadiri oleh banyak orang. Kesedihan yang terpancar di mata mereka semua membuat tangisan yang tidak bisa berhenti. Sementara itu, Gio yang sedang berdiri di depan makamnya Damian dan meletakan bunga. Meskipun dirinya kehilangan hal-hal yang paling berharga dan bahkan kenyataan pahit yang harus ditelannya. Semua itu sudah menjadi bagian dari kehidupannya. Hidup terus berjalan. Tidak ada waktu untuk terus tenggelam dalam kesedihan. Berita yang tersebar di media bahwa kasus pembunuhan berantai yang sudah memakan banyak korban dan bahkan terjadi selama ini membuat semua orang merasa lega. Kasus pembunuhan yang terjadi di 5 tahun yang lalu pun sudah terungkap bahwa pelaku adalah orang yang sama. Mendengar berita yang sangat menggemparkan itu, beberapa dari wartawan sungguh tidak menyangka begitu juga dengan publik. Freya yang saat ini masih dalam perawatan karena luka yang dialaminya sangat parah
Sebastian yang diam-diam membidik kepala Damian namun tidak bisa menembaknya karena orang itu terus bergerak dan kemungkinan hanya akan meleset akhirnya dirinya mengincar jantungnya dan tidak perlu menunggu lama untuk menembaknya. Suara tembakan terdengar dan ternyata mengenai sasaran. Alison yang terkejut akan hal itu kemudian dirinya menghentikan serangannya dan menodong Demian dengan pistolnya lagi. Damian yang sudah terluka kini dirinya tidak bisa lagi menghindari serangan seperti sebelumnya. Sebastian yang keberadaannya sudah diketahui, dirinya mencoba untuk berpindah namun itu terlambat karena Demian dengan cepat menembakan peluru menggunakan pistol tanpa suara ke arahnya dan tepat di kepalanya. Gio yang menyaksikan kematian Sebastian membuat dirinya merasa frustasi dan langsung datang ke arahnya sambil melihat jasadnya.“Pengganggu.”“Keparat! Beraninya kau membunuh Sebastian.”“Ah, aku benci drama.”Meski jantun
Berdasarkan keterangan dari pihak panti asuhan yang sebelumnya menampung Gio dan Damian. Ibu pengurus panti asuhan tersebut seringkali melihat Damian yang masih berumur 6 tahun pada waktu itu. Dirinya terus menerus membunuh serangga dan bahkan hewan-hewan yang dipeliharanya pada saat itu. Melihat apa yang dilakukannya, ibu panti terkejut setengah mati namun Damian mampu memanipulasi orang dewasa tersebut seakan itu adalah kecelakaan. Semenjak saat itu, dirinya tidak dicurigai apa pun dan dinyatakan sehat secara jasmani dan rohani seperti anak-anak yang lainnya tidak terkecuali dengan Gio. Perbedaan mereka berdua yang cukup berbanding terbalik. Namun, seakan Damian sangat terobsesi kepada kakak kandungnya tersebut. Mereka ditemukan pengurus panti di balik pintu dan sampai detik ini tidak diketahui siapa orang tua kandungnya. Di sana hanya tertulis nama dari kedua bayi yang ada di dalam keranjang penuh dengan selimut. Sampai suatu ketika, Gio sudah berusia 10 tahun sedangkan Damian 9
Kenyataan yang menyakitkan. Harapan yang tidak pernah terwujud bahkan semua itu berputar seperti lingkaran setan. Gio yang sudah menyetujui rencana mereka, kini dirinya mencoba kembali ke apartemennya. Namun, beberapa saat kemudian secara tidak terduga dirinya mendapatkan sebuah pesan peringatan dari nomor yang tidak dikenal dan memuluskan kata-kata seolah itu adalah kutukan. Dirinya yang mendadak terdiam masih membacanya dengan serius hingga sampai pada suatu kesimpulan yang membuatnya nyaris tidak percaya. Gio mengemudikan mobilnya dengan cepat menuju ke apartemennya. Sedangkan, ditempat lain Freya tertangkap orang asing dan tidak sadarkan diri.“Kenapa firasatku tidak enak,” gumam GioAlison yang dari tadi terus berada di depan monitor komputer dan terus memperhatikan radar. Tiba-tiba Freya berpindah dengan cepat dan kini berada di koordinat yang tidak termasuk ke dalam lingkungan yang biasanya dikunjunginya. Wilayah yang berada di perbatasan kota
Freya yang sangat terkejut dengan kenyataanya membuat dirinya tidak bisa berkata-kata. Orang yang ada di hadapannya merupakan salah satu orang yang memang pernah bertemu dengannya ketika dirinya masih kuliah. Kabar yang sempat tidak pernah terdengar lagi membuat dirinya merasakan sesuatu yang tidak beres dari orang tersebut. Beberapa saat kemudian, darah terciprat dari tubuh Freya dan membuat dirinya nyaris kehilangan kesadaran untuk yang kedua kalinya. Rintihan terus terdengar dibalik alunan musik klasik yang diputarnya. Suara tawa yang semakin lama semakin keras membuat Freya ketakutan. Tidak lama kemudian, suara tembakan terdengar dari luar dan membuat pria yang ada dihadapan Freya saat ini sangat terkejut.“Apa-apaan ini? Kau memanggil bantuan? Sejak kapan?” ucap pria tersebut dengan tatapan yang mengerikan.Dengan cepat orang-orang yang datang pada saat itu langsung menggeledah setiap ruangan dan rupanya tibalah Alison di dalam ruangan remang-remang da
Suara seorang pria terdengar dari balik kegelapan. Tepat di depan matanya, banyak sekali bekas darah yang sudah mengering dan bahkan ada beberapa potong tubuh manusia. Dirinya yang menyaksikan itu semua membuat keringat dingin menetes di keningnya. Rasa takut bahkan putus asa menghampiri Freya. Suara itu semakin lama semakin terdengar jelas.‘Sial, kenapa aku berada di tempat mengerikan seperti ini,’ batin Freya.Kali ini langkah kakinya terdengar dekat. Tubuhnya tidak bisa digerakan. Tali-tali yang melilit dirinya semakin membuatnya menderita. Saat ini pria tersebut sudah berada di depan Freya. Tubuh tinggi dan pakaian serba hitam seperti malaikat kematian.“Siapa kau? Lepaskan aku sekarang juga!” ucap Freya sambil menatap orang tersebut dengan tatapan dingin.“Kau akan mati. Untuk apa aku melepaskanmu.”“Keparat! Jangan-jangan kau?”Pria tersebut berbalik dan kemudian mengambil be
Tiga hari sebelumnya tepatnya di kediaman Gio. Saat ini dirinya yang sedang berpikir keras mengenai kasus yang terjadi baru-baru ini dan sampai sekarang masih belum terungkap. Pandangannya yang seakan menjelaskan keanehan yang terasa nyata. Gio secara tidak sengaja membuka sebuah artikel yang berisikan berita kasus kecelakaan yang sangat tidak masuk akal sebelumnya. Kemudian dirinya teringat akan beberapa dokumen yang belum sempat diserahkan kepada dirinya oleh senior karena suatu alasan. Namun, tidak lama kemudian pada saat itu mereka bertiga dinyatakan meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas. Hal itu membuatnya merasa sedih dan bahkan nyaris melupakan dokumen yang sebelumnya dijanjikan oleh salah satu dari mereka. Kali ini dirinya mencoba untuk mencarinya dari beberapa loker yang ada di ruang kerja. Setelah dirinya mencari ke beberapa lemari. Sayangnya tidak ditemukan apa-apa dan justru terlihat berantakan. Dengan penasaran, dirinya memeriksa kamera pengawas dan ternyata tid
Tiba-tiba saja dirinya merasakan firasat buruk. Dominic mencoba untuk tetap tenang seperti dirinya biasanya. Namun, sekali lagi tatapan dan ucapan Gio seakan nyaris membunuhnya. Dominic terdiam sambil memegang kertas yang ada di mejanya dengan tangan yang terlihat gemetar. Hal itu juga terlihat jelas oleh Gio yang memang meja kerjanya berhadapan dengan dirinya. Gio yang sudah mengetahui bahwa ada beberapa pasien yang dirawat di klinik tersebut dan sudah dinyatakan meninggal. Semua itu terlihat tidak masuk akal. Kamera pengawas yang selalu aktif, rupanya setelah dilihat dari rekamannya tidak ada yang mencurigakan. Sampai pada akhirnya dirinya menarik kesimpulan bahwa itu hanyalah bunuh diri.“Ada yang ingin kutanyakan padamu.”“Ah, iya?”“Apa yang kau lakukan di malam itu?”“Apa yang anda bicarakan?”“Malam ketika kau dinas malam bersama dengan Mike. Apa yang kau lakukan?”“Juj
Panggilan tersebut kemudian terputus. Saat ini tepatnya di dalam ruangan pemeriksaan jenazah di tempat tim forensik. Mereka dengan kerja keras berhasil menyelesaikan pemeriksaan dan memang seperti yang sudah diduga sebelumnya bahwa jasad yang berada di dalam rumah sakit tersebut memang orang-orang yang bekerja di sana dan anehnya tidak ada pasien yang menjadi korban.“Bagaimana? Sudah kau hubungi kapten Alison?” tanya salah satu dokter forensik kepada rekannya.“Iya, sudah ku hubungi. Sepertinya akan datang beberapa saat lagi. Tunggu saja.”“Oke.”“Ngomong-ngomong, apa ini tidak terlalu mencurigakan?”“Apa yang menurutmu mencurigakan?”“Diantara semua jasad yang ditemukan meninggal di sana, tidak ada pasien. Mereka ini hanya petugas medis dan dokter psikiater. Apa maksudnya ini? Tidak mungkin di sana tidak ada pasien satu pun?”“Astaga. Kau benar. Aku