Anak itu tidak lama kemudian, dia pergi ke arah lain dan tidak mengikuti Ruddy lagi. Setelahnya, Ruddy langsung memasuki ruangannya dan melihat Gio yang tengah sibuk mengerjakan dokumentasi para pasien. Tidak terkecuali dengan rekan kerjanya yang lain, mereka juga saat ini sedang sibuk mengurusi pasien dan bahkan masih ada yang sedang mewawancarai mereka untuk mendapatkan informasi yang akan menunjukan perkembangannya untuk saat ini.
“Dokter, apa orang itu akan datang sekarang?” ucap Ruddy yang sedang merasa penasaran dengan sosok yang akan menjadi rekan kerjanya yang baru.
“Ya, seharusnya sekarang dia sedang dalam perjalanan.”
“Aku penasaran dengan orang itu, apa beliau teman anda? Atau kenalan anda?”
“Tidak juga, sepertinya orang itu di pilih khusus oleh ketua.”
“Ah, seperti itu ya. Memang aneh sekali jika tidak ada campur tangan darinya.”
“Apa kau merasa khawatir?”
Setelah mereka semua menyambut kedatangan Mike, sementara itu Gio masih berada di dalam ruang terapi dan sedang mengobati pasien. Depresi yang di alami oleh pasien tersebut terbilang sangat mengerikan dan itu membuat dirinya merasa kesulitan dalam menangani kondisi orang tersebut. Setelah satu jam setengah lamanya, akhirnya selesai juga dan pasien tersebut langsung keluar dari ruangan itu. Gio yang terlihat menghela nafasnya, dia mencatat perkembangan kondisi yang di alami oleh orang itu. Banyak sekali pekerjaan yang harus di lakukan olehnya, begitu selesai dengan yang ini dan sekarang dia harus melanjutkannya ke yang lain. Kali ini tepat di dalam ruangan kerja, mereka berdua yang melihat Mike cukup merasa canggung. Mike yang terlihat berbeda dengan Gio yang memang mudah bergaul meski dia orang yang terbilang dingin. Sedangkan orang yang ada di hadapan mereka saat ini sungguh berkebalikan dan itu justru malah membuat mereka merasa canggung satu sama lain kecuali Mike. Dari tadi dia
Roma yang sekarang ini sedang berada di dalam ruangan forensik kemudian melihat potongan tangan kedua yang baru saja di temukan. Rupanya, potongan tangan itu bukan bagian tubuh yang sama dengan yang pertama. Setelah melalui pemeriksaan, potongan tangan yang kedua tidak lain adalah milik seorang pria yang bernama Parson yang bekerja di sebuah pertambangan. Begitu melihat hasilnya, Roma merasa ada yang janggal dan terus bersarang di kepalanya. Setelah beberapa kali melihatnya, ternyata memang berbeda. Pihak forensik yang sudah menemukan datanya itu, langsung menghubungi Roma dan memberitahukan kepadanya semua yang di temukan oleh mereka. Meski ini sangat mendadak, ternyata mereka bisa melakukannya dengan baik.“Bagaimana menurutmu?” tanya seorang petugas forensik kepada Roma yang sedang bersama dengannya itu.“Apa boleh buat, jika ini memang hasilnya. Aku tidak bisa berkomentar apa pun.”“Apa ini sungguh perbuatan orang yang sama?&rdq
Pembicaraan mereka berakhir tepat setelahnya. Sekarang Freya sedang keluar dan menuju pulang ke rumahnya. Dirinya yang merasakan rasa penasaran akan kejadian yang sedang terjadi baru-baru ini membuat dirinya merasa haus akan informasi. Dirinya tidak merasa puas hanya dengan beberapa informasi yang masih kurang seperti saat ini. Malam hari yang gelap, membuat beberapa orang sangat ketakutan dan mereka merasa tidak nyaman ketika pulang sendirian. Suasananya yang mulai pekat membuat mereka teringat akan kengerian yang terjadi beberapa hari yang lalu. Freya berjalan menyusuri trotoar hingga kemudian dirinya sampai di halte. Dengan sabar, Freya menunggu bus datang. Tidak lama kemudian, dirinya pergi menaiki bus yang baru datang itu bersama dengan beberapa orang yang juga pulang ke arah yang sama seperti dirinya. Ketika duduk di kursi tengah, tiba-tiba dirinya memikirkan sesuatu. Sepanjang perjalanan pun dirinya masih memikirkan hal itu dan tentunya seketika membuat kepaala mendadak sakit
Namun, entah kenapa rasanya ada yang janggal dan itu nyaris mengganggunya. Beberapa waktu yang lalu, mereka bertiga tepatnya di dalam ruangan kerja. Ketiganya mengatakan kasus yang marak terjadi belakangan ini di kota ini dan itu seketika menjadi topik utama dalam permbicaraan bahkan ketika sedang waktunya istirahat. Ruddy yang terlihat terus membicarakannya membuat Gio tiba-tiba saja merasakan sesuatu yang seakan dirinya mulai tertarik dengan apa yang baru saja di katakan oleh Ruddy. Dengan tenang, dirinya mencoba untuk mendengarkannya sesaat.“Ini memang gila, bukan hanya korban yang mengenaskan banyak juga orang yang merasa terancam akan kehidupannya salah satunya diriku,” ucap Ruddy dengan nada yang seakan dirinya sedang kesal dengan situasi sekarang ini.“Kau benar, ada sesuatu yang membuatku tidak nyaman. Ini memang sangat mengganggu. Aneh sekali kenapa polisi lambat sekali dalam bertindak,” sahut Dominic“Mungkin mereka sedan
Sementara itu, saat ini tepat di dalam kantor polisi. Para detektif yang menangani kasus ini terlihat sangat sibuk. Mereka kemudian mengamankan bukti yang sebuah foto jasad pengemudi itu yang sudah hancur. Mereka sekarang ini sedang berada di ruang forensik dan tengah menunggu hasilnya. Berdasarkan informasi orang yang menemukannya yang tidak lain adalah Roma dan beberapa orang yang bekerja dengan dirinya. Mereka berasumsi bahwa ini adalah pembunuhan. Pengemudi tersebut di bunuh oleh seseorang dan itu terlihat jelas dari luka yang ada di perutnya.“Apa kau yakin dengan hal itu?” ucap ketua tim kepada Roma yang sekarang sedang bersama dengan mereka.“Iya, ini tidak salah lagi.”“Astaga, ini mengerikan.”“Ini tidak bisa di asumsikan sebagai bunuh diri, karena ada beberapa faktor yang tidak mungkin terjadi jika itu adalah bunuh diri. Dengan kata lain, ini adalah ulah seseorang yang sengaja membunuhnya.”
Mereka terus mencarinya hingga sampai sore hari. Sementara saat ini, tepat di klinik temapat Gio bekerja. Sekarang dirinya sedang berjalan menyusuri koridor dan hendak memasuki ruangan kerjanya. Ketika dirinya memasuki ruang kerja, ternyata tidak ada siapa pun karena memang sekarang ini mereka sedang menangani pasien. Gio kemudian meletakan barangnya dan pergi menemui pasien yang akan di tangani oleh dirinya. Seperti biasanya, ketika dirinya hendak melakukan terapi ada pasien yang sulit sekali sampai Gio harus menyeretnya ke dalam ruangan terapi. Pasien kali ini yang di tangani olehnya tidak lain adalah seorang pria berumur sekitar 30 an yang mengalami gangguan obsesif kompulsif. Orang itu bernama Noa. Dirinya memiliki obsesi terhadap gigi. Karena itu dirinya seringkali menyakiti hewan dan mengambil giginya untuk di koleksi. Sebelum dirinya ketahuan mengalami penyakit jiwa itu, rupanya dirinya sempat berkencan dengan seorang wanita yang merupakan sesama teman kerjanya di sebuah pets
Noa menjalani banyak sekali penyiksaan dalam pengobatannya sehingga membuat dirinya tidak kunjung sembuh. Selama beberapa tahun terakhir, dirinya mengalami banyak sekali penderitaan di dalam rumah sakit jiwa. Dokter di sana mengatakan bahwa orang itu sangat berbahaya dan bahkan sempat berkelahi dengan pasien lain dan saat itu juga membuatnya terluka. Akibat dari apa yang di lakukannya itu, Noa langsung di masukan ke dalam ruang isolasi dan mendapatkan pengobatan yang sangat menyiksa. Secara tega, dokter dan beberapa tim medis lainnya melakukan pengobatan dengan mengikatnya di atas beda dan memberikannya suntikan obat penenang yang dosisnya di tingkatkan. Demi pasien tersebut tetap tenang, mereka terpaksa harus melakukannya. Bukan hanya itu saja, mereka juga memberikan obat dalam dosis tinggi untuk menghindari kambuh penyakitnya. Selama sisa hidupnya di dalam ruang isolasi rumah sakit jiwa di arah timur laut, Noa mulai memperlihatkan tanda-tanda bahwa dirinya segera membaik dari kond
Pria itu masih terlihat sangat marah. Orang-orang yang menghadiri persidangan ini terlihat terus memandang ke arah mereka saat ini. Sementara itu, Noa terlihat sangat kacau dan dirinya tersenyum dengan pandangan yang gila. Salah satu orang dari pihak keamanan yang melihat reaksinya itu kemudian langsung menyeretnya memasuki mobil dan akan pergi ke tempat itu. Pemakaman yang di adakan sebelumnya membuat keluarga dari wanita itu merasakan kesedihan yang luar biasa. Di hadapan mereka yang merupakan keluarga dari wanita itu, ibunya Noa tidak berhentinya menundukan kepala dan bahkan sesekali bersujud kepada mereka meminta maaf atas apa yang terjadi. Salah satu pria tua yang merupakan pamannya Noa, terus menghentikannya karena itu bukanlah salahnya. Tidak sampai di situ saja, ibunya Noa juga memberikan pertanggungjawaban kepada keluarga korban dengan membiayai semua yang menjadikan kerugian bagi mereka. Melihat usahanya yang tidak main-main, pada akhirnya keluarga wanita itu mencoba untuk