Siang itu Janu tengah melakukan meditasi. Ditemani pohon pinus di sampingnya, dia memejamkan mata sambil melakukan gerakan semedi. Di dekatnya terdengar suara aliran air kecil mengalir melewati lembah menuju ke wilayah di bawah. Wulung kecil duduk bersila diatas sebuah batu besar di samping aliran sungai. Dia juga tengah sibuk bermeditasi.
Sementara itu Rangin mencari tempat meditasi yang lebih berbahaya. Di sebuah jurang agak jauh dari posisi Janu bermeditasi, Rangin bermeditasi di atas sebatang pohon yang tumbuh menyamping di ujung jurang. Di dekatnya, Malya tengah duduk bersila di atas sebatang pohon tumbang.
Keempat remaja itu hampir tidak terlihat, sangat harmonis membaur dengan alam yang tenang dan damai. Mereka berusaha untuk merasakan energi yang berada di sekelilingnya.
Dari langit seketika muncul seorang wanita berpakaian serba putih terbang menghampiri. Wanita itu lantas berdiri di atas sebuah pohon pinus, kakinya menempel di ujung pohon tertinggi. Sa
Keesokan paginya keempat murid Perguruan Pinus Angin itu segera bergegas berjalan keluar perguruan, menuju ke tempat yang dimaksud. Mereka sudah mengetahui dimana letak Perguruan Pedang Emas berada dari peta dan catatan yang ada di pusat kitab.Kalau berdasarkan peta, ada dua perguruan yang paling dekat dengan Perguruan Pinus Angin. Keduanya adalah Padepokan Gunung Hitam dan Perguruan Pedang Emas.Padepokan Gunung Hitam berada di atas sebuah gunung yang memiliki puncak berwarna hitam. Puncak gunung itu berwarna hitam akibat erupsi lahar yang membakar habis seluruh tanaman disana, sehingga tanah menjadi hangus dan menghitam.Lokasi Perguruan Pedang Emas sendiri terletak di bibir pantai utara pulau Jawa. Penghalang antara perguruan itu dengan rasa keingintahuan manusia adalah berupa rawa rawa dan hutan bakau yang lebat. Rawa rawa itu juga menjadi penanda kalau seseorang sudah berada di wilayah Perguruan Pedang Emas.Jarak antara Perguruan Pedang Emas dan Pe
Setelah Mpu Marhantika dan sang lelaki paruh baya pergi, keempatnya lantas digiring menuju ke sebuah rumah panggung. Disana mereka disediakan empat buah balai untuk beristirahat."Kalian beristirahatlah disini sampai waktu pertandingan tiba. Apabila kalian membutuhkan sesuatu, panggil saja aku atau murid yang lain." Ujar Nilman."Terimakasih kak Nilman." Balas Janu.Selama dua hari mereka disana, keempatnya dijamu dengan baik. Sementara menunggu waktu pertandingan, mereka hanya diam di dalam rumah dan bermeditasi.Disini, dirumah itu, Wulung berhasil mengejar Rangin dan Malya mencapai tingkat penguatan energi. Kini tinggal Janu yang masih berusaha untuk menembus ke tingkat selanjutnya.Di hari ketiga, mereka akhirnya diberitahu oleh Nilman tentang jadwal pertandingan di Perguruan Pedang Emas. Dia pun menanyai tentang sejauh mana tingkat kemampuan keempatnya.Agak kaget Nilman mendengar jawaban jujur keempatnya.'Pantas saja mereka dik
Pertandingan antar murid Perguruan Pedang Emas telah usai. Kini semuanya berkumpul di sekitar arena. Kelima pemenang dikerumuni oleh para murid yang lain, tengah dibanjiri pujian.Janu dan kawan kawannya berkumpul tidak jauh dari arena. Mereka tengah membahas tentang kemampuan para murid Perguruan Pedang Emas saat Nilman datang. Dia lantas menyapa mereka."Kalian para murid Perguruan Pinus Angin, bagaimana tadi melihat pertarungan para murid perguruan kami?""Hebat kak, luar biasa!" Sahut Rangin bersemangat."Mereka semua tampak sangat berbakat. Kami senang memiliki rekan sesama penganut aliran putih yang hebat hebat." Puji Janu merendah."Apa kalian masih mau menantang mereka?" Tantang Nilman. Dia senang adik seperguruannya dipuji perguruan lain."Pasti! Aku akan menghajar mereka kak. Mereka sudah membuatku kalah taruhan! Aarrgghh..." Sahut Malya ketus. Dia masih emosi atas kekalahannya saat bertaruh.Mendengar geraman Malya, Nilman
Sementara pertandingan sebelah sudah usai, Janu dan Rangin masih menerka nerka serangan masing masing. Janu sedari tadi hanya memancing mancing saja agar Rangin keluar dari zona amannya.Merasa sudah cukup melakukan pemanasan, Janu pun akhirnya mulai serius. Dikerahkannya sedikit tenaga lebih kuat pada pukulannya. Kini dia mulai mengincar beberapa titik vital.Rangin yang merasa kekuatan dari pukulan Janu semakin kuat pun akhirnya mulai terpancing. Gairah anak mudanya mulai bangkit.Saat Janu hendak memukul dagunya, saat itulah dia mengeserkan kepala berusaha menghindar. Satu pukulan Janu mengenai udara hampa.Lantas Rangin mengerahkan sebuah tendangan lutut mengarah ke perut Janu. Cepat saja, reflek Janu segera menghindar. Dia bergerak memutar kemudian melompat ke samping. Samping Rangin kini terbuka, ada celah menyerang.Kesempatan itu tidak disia siakan Janu, Rangin yang sudah bergerak aktif menjadi mangsa empuk baginya. Dengan mengandalkan kece
Pertandingan antar murid Perguruan Pinus Angin akhirnya selesai. Janu sebagai juara pertama, disusul oleh Malya, Rangin, dan Wulung. Kini saatnya mereka melawan masing masing juara dari Perguruan Pedang Emas. Kali ini serius, mereka mengeluarkan senjata masing masing.Kelima pemenang dari Perguruan Pedang Emas tidak saling bertanding untuk memerebutkan juara satu, dua, tiga, dan empat. Mereka ingin menghemat tenaga untuk pertandingan akhir. Mereka pun saling bermusyawarah, memutuskan siapa yang terkuat, juara dua, tiga, dan empat.Setelah mencapai kata sepakat, diputuskan empat besar dari kelima juara tersebut. Satu orang terpaksa tidak ikut bertanding.Empat arena sudah disiapkan. Lawan Janu adalah seorang remaja bertubuh tinggi besar bernama Gandon. Senjatanya adalah sebuah pedang kayu runcing yang mengeluarkan kabut putih tipis. Dia sudah berada pada tingkat penguatan energi. Sebelumnya Janu telah melihat kemampuan Gandon. Serangannya memakai jurus jurus es y
"Kenapa kalian terburu buru ingin kembali ke Perguruan Pinus Angin?" Tanya Mpu Marhantika.Sehari sejak Janu mencapai tingkat penguatan energi, keempatnya langsung berencana untuk segera kembali ke Perguruan Pinus Angin. Mereka sudah bersiap di depan rumah tamu untuk pergi."Disini tugas kami sudah selesai mpu. Kami ingin segera melapor kepada guru kami." Jawab Janu."Tinggallah disini beberapa hari lagi!""Maaf mpu, kami benar benar tidak bisa. Kami harus segera kembali." Tegas Janu bersikukuh."Huft, dasar anak muda! Santai sedikit saja tidak mau." Ucap sang empu ketus."Sekali lagi maafkan kami Mpu Marhantika." Sambil terus meminta maaf Janu memberi hormat."Baik, baik. Aku paham." Ujar sang mpu kemudian."Kalian pergilah! Tapi kalau ada waktu, kembali lagi kemari." Lanjutnya."Terima kasih mpu, atas kesediaannya menerima kami beberapa hari ini. Kalau memang waktu mengijinkan, kami siap bekerjasama dengan Perguruan Pe
Janu curiga saat dia menemukan seonggok mayat terbujur kaku di depan sebuah rumah. Ditambah dengan kondisi mayat yang sangat mengenaskan, membuatnya yakin kalau mayat itu adalah korban penggunaan ilmu hitam, sama seperti kejadian wabah misterius empat tahun lalu.Dia pun menduga bahwa korban lainnya mungkin saja dikumpulkan di dalam rumah di dekat mayat yang mereka temukan.Mereka pun bergerak. Rangin segera maju mendobrak pintu rumah yang tertutup rapat. Bau tidak sedap semakin menyeruak menusuk hidung.Benar saja, di dalam rumah mereka melihat tumpukan mayat bergelimpangan. Tua muda semua tewas di dalam rumah. Kondisi mereka seperti mayat yang ditemukan di depan rumah.Kebanyakan mayat ditemukan dengan kondisi kesakitan. Ada dua mayat lelaki dan wanita tua yang tergeletak di atas dipan di dalam sebuah kamar. Kemungkinan itu adalah pasangan suami istri pemilik rumah. Di atap ruang depan bolong.'Semua warga tewas disini. Mungkin mayat yang ada di
"Bagaimana? Apa kalian mendapat informasi yang bagus?" Tanya Janu saat mengetahui Rangin dan Malya datang.Mereka berempat berkumpul di sebuah hutan di dekat sebuah desa di Kademangan Vriloka."Kami sudah berhasil mendapat nama nama dan wilayah dimana wabah itu muncul." Jawab Rangin."Lalu?""Apa kau tahu yang kami temukan?" Ujar Malya sambil tersenyum."Apa?" Sahut Janu dan Wulung berbarengan."Kita kan sudah mengingat gambaran keseluruhan daerah sini dari kitab yang kita pinjam di pusat kitab. Kami sudah membayangkan letak dari desa desa yang terkena wabah. Apabila digambarkan, wabah itu membentuk suatu pola. Dari sana akan diketahui mana saja daerah yang akan terkena wabah selanjutnya." Terang Malya."Teruskan!" Ujar Janu semakin tertarik."Kesimpulan yang berhasil kami ambil adalah... Target selanjutnya kemunculan wabah itu ada di pusat Kademangan Vriloka.""Menarik!" Janu sedikit memicingkan mata."Kalau begi