Dua bulan kemudian ....
Ting ... tong ... suara bel pintu apartemen Arman berbunyi. Arman segera menghampiri layar monitor kecil untuk melihat siapa tamu di depan pintu."Sarah?" Arman mengerutkan dahinya.Arman pergi membukakan pintu depan."Kejutan," senyuman mengembang di wajah Sarah."Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Arman sambil memasang raut wajah masam."Begitukah caramu menyambut istri yang datang jauh-jauh kemari," ujar Sarah dengan kecewa.Dia menyingkirkan badan Arman yang menghalangi pintu, lalu berjalan masuk ke dalam sambil menarik kopernya."Apartemen yang bagus. Kukira kamu menginap di hotel,"Arman menutup kembali pintu apartemen, lalu berjalan lesu menghampiri Sarah."Aku punya apartemen di Hongkong. Kenapa harus menginap di hotel,""Kamu gak pernah cerita kalau punya apartemen di sini,""Sekarang kamu tahu, kan," ucap Arman dengan sedikit cuek."Sayang, kamu sedang apa?"Sarah tampil cantik dan seksi dalam balutan dress lingerie berwarna hitam.Arman melirik sebentar ke arah Sarah dengan ekspresi datar."Ngecek laporan perusahaan," jawab Arman dengan cuek."Kamu selalu lembur seperti ini? Kamu kan bos. Ngapain harus lembur?" Sarah memeluk pundak Arman dari belakang."Aku menyukainya," jawab singkat Arman seraya fokus membaca berkas laporan di atas meja."Berhenti saja dulu. Temani aku malam ini," rayu genit Sarah.Sarah duduk di atas pangkuan Arman, dengan posisi saling berhadapan."Aku merindukanmu, Sayang. Selama dua bulan ini, aku sangat kesepian. Aku memimpikanmu setiap malam," jari telunjuk Sarah bergerilya di wajah suaminya.Arman merasa tak nyaman dengan sikap genit dan manja Sarah. Tak ada hasrat dalam dirinya saat menerima godaan panas dari istri keduanya itu."Sar, aku harus menyelesaikan kerjaanku," pinta Arman dengan sopan
"Iya, Mas. Nanti Manda dan Ayu ke sana,"Manda sedang mengobrol di telpon, ketika Ayu masuk ke ruang kerjanya."Dah, Mas," Manda menutup telponnya."Ciee ... ciee ... yang lagi kangen sama suaminya. Kapan Arman pulang?" goda Ayu."Oh, itu bukan Mas Arman. Tadi Manda sedang mengobrol dengan Mas Bram,""Mas Bram?""Iya. Tadi Mas Bram bilang mau lihat-lihat rumah dan dia minta kita untuk menemaninya,""Kenapa kita?" tanya Ayu heran."Untuk bantu Mas Bram memilih rumah,""Tapi kenapa kita?""Yu, kan Manda sudah bilang tadi," jawab Manda dengan tersenyum bingung."Iya, aku dengar. Tapi kenapa kita? Dia kan mau membeli rumah buat dihuni bareng calon istrinya. Kenapa gak minta pendapat calonnya?""Kan dia tinggal di luar kota, Yu. Kita yang paling dekat sama Mas Bram, makanya kita yang dimintai tolong,""Dan kamu menyetujuinya tanpa bicara padaku dulu?""Yu, kamu ke
Beberapa hari kemudian ....Manda sedang duduk di teras belakang rumah sendirian. Dia sedang membaca sebuah novel sambil ditemani secangkir teh dan cemilan.Tiba-tiba nada dering ponsel Manda berbunyi. Manda melihat ke arah layar ponselnya. Sebuah nomor tak dikenal memanggil."Siapa?" gumam Manda.Manda mengangkat telponnya."Halo?" sapanya."Halo, Nda. Ini Bram,""Mas Bram?" Manda terkejut."Maaf menelponmu tiba-tiba dari nomor lain. Aku meminjam ponsel temanku,""Mas, maaf. Manda gak bisa bicara sama Mas,""Kukira kita sudah berbaikan. Aku gak tahu kenapa kamu menghindariku lagi. Kamu gak pernah mau menerima panggilan dari ponselku. Karena itu, aku menghubungimu dari ponsel lain,""Mas, maaf. Manda harus tutup telponnya,"Manda tidak ingin memperpanjang masalah di antara mereka."Tu-tunggu dulu, Nda. Tolong jangan tutup telponnya. Ada yang mau aku sampaikan," u
"Makasih, Nda, Win. Kalian sudah bantu aku di acara syukuran ini," ucap Bram."Santai saja, Bram," balas Windy.Acara syukuran malam ini berjalan dengan lancar. Para tamu undangan juga sudah pulang meninggalkan rumah Bram.Tertinggal hanya Manda dan Windy yang membantu Bram merapikan rumah terlebih dulu."Rumah sudah beres. Sekarang kami pulang ya, Bram," pamit Windy."Ini belum terlalu malam. Apa kalian mau minum teh atau kopi dulu?" ajak Bram."Gak usah, Mas. Sebaiknya kami pulang," tolak halus Manda."Ayolah, Nda, Win. Ini malam pertamaku di rumah baru sendirian. Aku masih berusaha adaptasi. Sebentar saja kalian temani aku. Mau ya?" pinta Bram memelas.Manda dan Windy saling bertatapan sejenak."Hanya sebentar saja, oke?" ujar Windy."Oke. Manda, kamu mau kan?""... iya, baiklah," sahut Manda sedikit ragu."Oke. Kalau begitu, kalian duduk saja dulu di teras belakang. Nanti
"Di mana Manda?" tanya Papa Hendra pada istrinya."Mama gak tahu, Pa. Mungkin di kamarnya,""Biasanya dia sudah turun untuk sarapan," Papa Hendra melihat ke arah jam tangannya."Mungkin dia gak pingin sarapan, Pa," jawab Mama Andien dengan sikap cuek."Maaf, Tuan. Semalam Bibi lihat Non Manda pulang dengan mata sembab. Bibi gak berani tanya. Non Manda langsung naik ke atas," ucap Bibi Sari sambil meletakkan cangkir teh di depan Papa Hendra."Dia pulang dari mana?""Bibi kurang tahu, Tuan,""Ma, coba lihat Manda. Mungkin dia sakit," pinta Papa Hendra cemas."Kenapa Mama? Manda itu sudah dewasa, Pa. Dia bisa mengurus dirinya sendiri," tolak Mama Andien.Papa Hendra beranjak bangun dari duduknya."Papa, mau ke mana?""Melihat putri kita," jawab Papa Hendra sambil berlalu.***Tok, tok, tok. Suara pintu kamar Manda diketuk oleh Papa Hendra."Manda, kamu di dalam?
Bram membuka pintu rumahnya setelah mendengar suara bel berbunyi.Bram menghela nafas ketika melihat dua orang tamu yang datang."Ada apa kemari?" tanya Bram dengan dingin.Ayu dan Windy tidak menjawab pertanyaan Bram.Ayu menyingkirkan badan Bram yang menghalangi pintu, lalu memaksa masuk ke dalam rumah."Hei, Yu!" tegur Bram.Ayu dan Windy tidak mengindahkan teguran Bram."Kita perlu bicara," Ayu melipat kedua tangannya di dada."Gak ada yang perlu dibicarakan. Jangan ikut campur urusanku dengan Manda," tegas Bram.PLAAAKK! Ayu menampar keras pipi Bram."Itu untuk semalam. Dasar mesum!" geram Ayu.Bram mengelus pipinya yang terkena tamparan Ayu."Jangan memancing kemarahanku, Yu," ucap Bram dengan sikap tenang."Atau apa? Mas Bram mau berbuat kasar padaku? Jangan pikir, aku takut sama Mas Bram," tantang Ayu mendekati Bram."Yu," Windy berusaha menenangkan A
Manda baru saja pulang dari cafe, tempat pertemuannya dengan Windy.Dia hendak naik ke atas, saat suara Mama Andien terdengar lantang memanggilnya dari ruang tengah.Manda menoleh ke arah ibu mertuanya, yang sedang berdiri dengan bertolak pinggang. Tatapan matanya tajam dan ekspresi wajahnya terlihat marah."Ke sini kamu!" perintah Mama Andien.Manda bingung dengan amarah yang ditunjukkan oleh ibu mertuanya itu.Apa mungkin Mama Andien tahu soal dirinya dan Bram, pikir Manda.Seketika pikiran buruk itu membuat Manda menjadi ketakutan. Dia berdiri mematung dengan kedua kaki gemetar."Apa kamu t*li?! Mama memanggilmu ke sini!" bentak Mama Andien.Dengan langkah pelan, Manda menghampiri Mama Andien. Keringat dingin mulai bercucuran di wajah Manda. Dia berjalan sambil menundukkan kepalanya."Kenapa jalanmu lamban sekali!" Mama Andien yang tidak sabar, segera menarik tangan Manda dan membawanya ke ruang teng
"Manda merasa gak enak hati sama Mas Arman. Tanpa sadar, Manda melampiaskan kemarahan Manda padanya," sesal Manda sembari duduk dengan kepala bersandar di kursi."Itu karena pikiranmu sedang kalut saja," hibur Ayu."Apa yang harus Manda lakukan, Yu? Pusing rasanya kepala ini," keluh Manda seraya menelengkupkan kepalanya di antara kedua tangannya di atas meja."Kan sudah kubilang dari awal. Jauhi Mas Bram. Tapi kamu gak mau dengar," gerutu Ayu."Yu ...," suara Manda lirih hampir menangis."Ya, ya, ya, yang sudah berlalu biarlah berlalu. Nasi juga udah jadi bubur,"Ayu mencondongkan badannya ke tepi meja."Manda, kalau soal Sarah itu bukan urusanmu. Jika Arman mau menceraikannya, biarkan saja. Itu lebih baik kan. Kabar gembira untukmu. Tapi kalau soal Mas Bram, mau gak mau kamu harus cerita sama Arman. Apapun resikonya nanti, kamu harus siap menghadapinya,""Itu yang membuat Manda takut, Yu," Manda mengangkat kepa
Mobil Toyota Alphard dan Mercedes-Benz terpakir di halaman rumah keluarga Hadiwijaya.Pak Setya sedang berdiri di depan mobil Alphard, menunggu kedua majikan kecilnya muncul dari dalam rumah.Tak lama berselang, Chandra dan Tya yang sudah rapi dalam balutan seragam sekolahnya, berjalan dengan riang menuju teras depan rumah.Mereka didampingi oleh kedua orang tua, oma, dan babysitter barunya."Chandra, Tya, belajar yang rajin ya. Jangan nakal di sekolah," ujar Manda mengusap lembut kepala kedua anaknya."Iya, Ma," jawab si kembar hampir bersamaan. Kemudian mereka mengecup punggung tangan mamanya."Have fun at school." Arman memeluk hangat kedua anaknya."Okay, Pa," si kembar membalas pelukan Arman.Chandra dan Tya menghampiri Nyonya Adele untuk mengecup punggung tangannya."Cucu Oma yang cantik dan ganteng," puji Nyonya Adele sembari memeluk kedua cucunya.Setelah selesai berpamitan, Chandra dan Tya segera menghampiri mobil yang akan mereka tumpangi."Nyonya, saya berangkat dulu mengan
Arman masuk ke dalam kamarnya. Dia melihat Manda sedang berbaring di atas ranjang, dengan posisi tidur membelakanginya.Manda menoleh ketika suaminya duduk di tepi ranjang."Anak-anak sudah tidur, Mas?" tanyanya sembari beranjak duduk."Sudah. Kamu belum tidur?""Manda menunggu Mas Arman,""Mau ditimang-timang ya biar bisa tidur?" ucap Arman dengan memainkan mata genitnya."Iih, Mas," Manda tersipu malu.Arman bergerak mendekati istrinya. Dia merangkul tubuh Manda."Gak usah malu. Bilang saja kalau pelukanku bikin kamu nyaman, kan," goda Arman."Genit, ah," Manda menepuk lembut dada suaminya.Arman menyandarkan punggungnya ke headboard bed sambil mendekap istri tercintanya di dada.Keduanya diam sejenak, menikmati kehangatan satu sama lain."Mas lama sekali tadi? Anak-anak susah ya disuruh tidur?" tanya Manda kemudian."Enggak. Abis dari kamar mereka, Mas mengobrol sebentar sama Tante,"Manda mengangkat setengah badannya untuk menatap wajah Arman."Apa Mas berhasil membujuk Tante?" t
"Kamu beruntung bisa bekerja di sini. Gajinya besar. Bahkan lebih besar dari gaji di tempat kerjamu dulu, kan," sambut Santi dengan riang."Iya, aku bersyukur bisa diterima kerja di sini," jawab Rianti sembari tersenyum senang."Kamu harus berterima kasih sama Nyonya Adele. Kalau bukan karena dia, kamu gak akan bisa bekerja di rumah ini. Manda kan sudah menolakmu,""Nyonya Manda," Kiki yang tiba-tiba muncul di depan kamar Rianti, mengoreksi ucapan Santi.Kemudian Kiki masuk ke dalam kamar Rianti, dan ikut bergabung untuk mengobrol."Kamu aja yang anggap dia Nyonya. Aku sih gak mau. Cuman di depannya aja aku terpaksa panggil dia Nyonya, daripada aku dipecat. Males banget!" cibir Santi.Rianti heran dengan sikap tak sopan Santi pada majikannya."Kenapa ... kamu hanya memanggil namanya?" tanya Rianti."Untuk apa aku memanggilnya Nyonya? Dia dan aku sama. Kami satu level. Nasibnya aja yang mujur karena dinikahi Tuan Arman," cemooh Santi."Maksudnya?""Manda itu perempuan kampung, sama sep
"Jahat sekali Tante Adele bikin persyaratan seperti itu?!" ucap kesal Ayu dari balik telpon."Manda rasa Tante sengaja melakukannya. Dia tahu kalau Manda gak akan membiarkan Kiki dipecat. Jadi mau tak mau, Manda terpaksa menerima babysitter itu," ujar Manda dengan sedih."Lalu Arman?""Mas Arman sudah berusaha membujuk Tante Adele, tapi percuma saja. Tante gak mau mengubah keputusannya,""Menyebalkan sekali!" umpat Ayu."Sepertinya kami harus mengalah. Daripada masalahnya makin besar," ujar Manda dengan pasrah."Manda, aku boleh tanya sesuatu?" ucap Ayu."Soal apa?""Kamu pernah bilang kalau kamu takut si kembar akan lebih sayang sama babysitter mereka, makanya kamu gak mau memakai jasanya. Tapi aku rasa itu bukan satu-satunya alasan," ujar Ayu dengan curiga.Manda mengangkat punggungnya yang bersandar di headboard bed. Dia terkejut dengan pernyataan sahabatnya itu."Memangnya ... ada alasan apa lagi? Pertanyaanmu aneh," ujar Manda dengan gugup."Beberapa waktu yang lalu, aku gak seng
Keesokan harinya ...."Bi, Pak Setya dan anak-anak sudah pulang?" tanya Manda saat berpapasan dengan Bibi Sari."Belum, Nyonya,""Manda tunggu saja di ruang tengah," jawab Manda sambil melihat ke jam di layar ponselnya."A-anu ... Nyonya. Di ruang tengah sedang ada tamu,""Tamu siapa?""Hmmm ...," Bibi Sari ragu untuk menjawab pertanyaan Manda."Siapa, Bi?" selidik Manda."Tamunya Nyonya Adele,""Kenapa raut wajah Bibi jadi gugup begitu? Memang siapa tamunya?" tanya Manda penasaran."I-itu ... dia ... babysitter yang waktu itu,""Ha?" Manda terkejut.Kemudian Manda bergegas menuju ke ruang tengah untuk menemui tamu Nyonya Adele.Bibi Sari yang merasa khawatir, ikut menyusul Manda ke ruang tengah.Manda menghentikan langkahnya seketika setelah melihat Rianti sedang mengobrol dengan Nyonya Adele di ruangan."Bu Manda," Rianti segera bangun dari duduknya untuk menyapanya.Sementara Nyonya Adele mengabaikan kehadiran istri keponakannya itu."Kamu sudah paham aturan rumah yang saya sampaik
"Alhamdulillah Nyonya sudah pulang," sambut hangat Bi Sari."Iya, Bi. Senang rasanya bisa pulang," sahut Manda dengan tersenyum lega."Anak-anak belum pulang sekolah, Bi?" tanya Arman."Belum, Tuan. Tapi Pak Setya sudah jemput ke sana,""Baguslah. Sayang, kamu istirahat dulu di kamar, ya," ujar Arman."Manda mau ke ruang tengah saja, Mas. Nungguin anak-anak,""Mas antar ke sana," jawab Arman sambil menggandeng tangan istrinya."Tasnya biar saya taruh di kamar, Tuan,""Makasih, Bi," Arman menyerahkan travel bagnya pada Bibi Sari.Kemudian dia mengajak Manda pergi ke ruang tengah."Duduklah di sini. Mau nonton tv?" tanya Arman sambil menata bantal sofa."Gak usah, Mas," jawab Manda sembari duduk."Selamat datang, Nyonya Manda. Nyonya mau minum teh?" Kiki menyusul ke ruang tengah."Kok kamu gak ikut jemput anak-anak, Ki?" tanya heran Manda."Gak, Nyonya. Soalnya Nyonya Adele minta Kiki di rumah saja," jawab Kiki dengan salah tingkah."Pak Setya yang jemput sendirian?""Gak, Nya. Tadi pag
Arman berjalan menuju ke ruang tengah sambil menenteng travel bag kecil di tangannya."Bagaimana si kembar?" tanya Nyonya Adele yang sedang duduk di sofa sambil membaca majalah."Mereka baik-baik saja, Tan. Arman sudah menidurkan mereka,""Kamu mau kemana bawa tas?""Arman mau ke rumah sakit,""Kamu mau meninggalkan anak-anak setelah kejadian tadi?" Nyonya Adele mengerutkan keningnya."Si kembar gak apa-apa, Tan. Makanya Arman berani pergi. Lagipula di sini ada Tante. Arman minta tolong jaga anak-anak malam ini. Besok Arman sudah kembali,""Ini bukan masalah mereka gak apa-apa atau ada Tante yang jaga di sini. Si kembar butuh kamu, Arman. Bagaimana kalau tengah malam mereka merengek kesakitan dan mencarimu? Lagipula Manda itu udah dewasa. Dia bisa jaga dirinya sendiri. Gak perlu kamu manjakan seperti ini!" ucap kesal Nyonya Adele.Arman menghela nafas. Dia meletakkan travel bagnya di bawah, lalu duduk di samping
"Tante Adele di rumah?" Manda terkejut."Iya. Tante memberi kabar mendadak. Karena Mas gak bisa menjemput, Mas minta Pak Setya yang datang ke bandara," jawab Arman sambil menyuapkan sesendok nasi ke mulut istrinya."Sudah, Mas. Manda sudah kenyang," tolak halus Manda."Tinggal satu sendok lagi. Sayang kalau dibuang. Ayo," bujuk Arman."Gak mau. Rasanya mual," Manda menutup mulutnya dengan tangan."Ya, sudah," Arman melahap satu sendok nasi terakhir."Berapa lama Tante akan tinggal di rumah, Mas?""Mas gak tahu. Kan Mas belum sempat mengobrol sama Tante," jawab Arman setelah selesai menelan makanannya."Ooh," ujar Manda dengan nada lesu."Kenapa? Kok wajahmu jadi murung?" tanya Arman sembari memberikan segelas air putih pada Manda."Gak apa-apa, Mas," jawab Manda sembari tersenyum tipis.Manda menerima gelas itu, lalu meminum airnya
Arman mempercepat langkahnya menyusuri koridor rumah sakit. Raut wajahnya cemas setelah mendengar kabar buruk yang menimpa istrinya.Arman mengecek satu persatu nomor yang tertera di depan pintu kamar pasien.Dia berhenti di depan pintu kamar yang dicarinya. Arman pun segera masuk ke dalam tanpa mengetuk terlebih dulu.Perhatian Arman tertuju pada istrinya yang sedang berbaring di atas ranjang rumah sakit."Mas," sapa Manda."Ada apa? Apa yang terjadi? Bagaimana keadaanmu? Bagaimana bayi kita?" tanya Arman dengan panik."Mas, Manda gak apa-apa. Anak kita juga baik-baik saja," jawab Manda menenangkan suaminya."Kamu yakin? Dokter bilang apa?" tanya Arman yang masih ragu."Kata dokter, gak ada yang perlu dikhawatirkan. Manda hanya kaget saja karena itu perut Manda jadi sakit,""Syukurlah," Arman bernafas lega."Apa yang sebenarnya terjadi di rumah