POV AUTHOR
Manda menarik selimut di bawah kakinya. Dia bersiap untuk tidur lebih awal malam ini. Badannya lelah setelah seharian mengurus bakery dan menemani Tamara shopping di mall.Saat merebahkan kepalanya di atas bantal, ponselnya berbunyi. Manda mengambil ponsel di atas bifet kecil di sebelah ranjangnya."Mas Arman?" panggilan video dari suaminya.Manda segera duduk dan merapikan rambutnya dengan tangan. Lalu menerima panggilan video itu."Halo, Mas," sapa Manda sembari tersenyum."Hai. Sudah tidur?" sapa balik Arman."Belum, Mas. Mas Arman ada di mana?""Di hotel,""Sudah selesai kerja?""Iya, sudah. Barusan Mas nyampe di hotel. Tiba-tiba saja ingin menelponmu," Arman duduk di sofa sembari mengendurkan ikatan dasinya."Ada apa, Mas?""Gak ada apa-apa. Hanya ingin mengobrol saja,""Mas Arman sehat?""Alhamdulillah. Kamu?""Alhamdulillah, MaManda masuk ke dalam sebuah coffee shop untuk menemui kedua sahabatnya, Cheryl dan Anita."Manda, sini," panggil Anita ketika melihat Manda sedang berdiri di pintu masuk coffee shop.Manda segera menghampiri mereka. Setelah menyapa dan memberi ciuman di pipi kedua sahabatnya, Manda ikut bergabung duduk."Aku dah pesenin minuman buat kamu, Nda," ucap Anita menyodorkan segelas ice cappucino pada Manda."Makasih, Nit,""Eh Manda, kamu jadi datang ke Bali bersama Arman kan?" tanya Cheryl penasaran."Belum tahu, Cher. Mas Arman belum tahu kapan pulangnya. Manda berharapnya Mas Arman bisa pulang sebelum acara,""Semoga cepat pulang, ya. Kan lumayan bisa hadir di pernikahan Anita sekalian kalian berdua bulan madu di Bali," ujar Cheryl sembari tersenyum genit."Apaan sih," Manda tersipu malu."Yah, itupun kalau gak ada yang menghalangi kalian," timpal Anita."Siapa?" tanya Cheryl."Ya sapa lag
Mobil Manda dan Sarah datang hampir bersamaan di halaman depan rumah. Manda keluar dari mobilnya sambil menenteng tas bahu. Dia berhenti sejenak melihat Pak Setyo, sopir pribadi keluarga, bergegas membukakan pintu belakang mobil untuk Sarah."Bawa masuk semua barang saya," perintah Sarah pada Pak Setyo."Baik, Nona," sahut Pak Setyo.Sarah melirik dingin ke arah Manda yang sedang berdiri memperhatikannya."Non Sarah," sambut Santi, salah satu ART, menghampiri majikannya."Bawa belanjaan ke kamar," perintahnya."Baik, Non,"Kemudian Sarah melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.Santi segera membawa beberapa tas belanjaan Sarah dari bagasi mobil sambil dibantu Pak Setyo.Manda menggelengkan kepalanya melihat banyaknya tas belanjaan Sarah."Lagi-lagi," gumam Manda.&nbs
Hari ini pesta ulang tahun Cindy, putri bungsu Tamara. Semua anggota keluarga hadir di pesta yang diadakan di rumah Tamara, termasuk teman-teman Cindy dan orang tua mereka.Halaman belakang rumah Tamara dihias dengan cantik untuk pesta kali ini. Beberapa balon dengan warna putih dan biru dipajang untuk meramaikan suasana.Cindy memakai gaun berwarna biru ala putri Cinderella, senada dengan tema pesta ulang tahun hari ini. Tamara juga mengundang pesulap untuk memeriahkan acara ini.Dari jauh Manda duduk sendirian sambil memperhatikan pesulap yang sedang menghibur anak-anak. Dia tersenyum ketika mendengar gelak tawa anak-anak."Hai, Manda," sapa Windy menghampiri."Hai, Win," sapa baliknya."Kenapa duduk sendirian?" tanya Windy sembari duduk di samping Manda."Gak apa-apa. Hanya ingin di sini saja. Baru datang?""Iya. A
"Halo, Mas?" sapa Manda menerima panggilan telpon dari suaminya."Halo. Sedang apa, Nda?""Lagi santai saja, Mas. Mas, apa kabar?""Baik,""Suara Mas terdengar gak bersemangat. Ada apa, Mas?""Sepertinya Mas gak bisa pulang akhir bulan," sahut Arman sambil duduk lesu memperhatikan beberapa kertas laporan yang berserakan di atas mejanya."Ada apa?" tanya Manda cemas."Ada masalah di kantor cabang perusahaan di Hongkong. Papa meminta Mas untuk pergi ke sana dan menyelesaikannya,""Masalah besar ya?""Iya, begitulah,""Lalu urusan di Paris, apa sudah selesai?""Iya, urusan di sini baik-baik saja,""Apa Kak Daniel juga ikut ke Hongkong sama Mas?" harap Manda."Kak Daniel ada tugas lain dari Papa,"
Manda datang bersama keluarga Cheryl ke Bali, untuk menghadiri pesta pernikahan Anita. Mereka datang 1 hari lebih awal. Manda tinggal di rumah orang tua Cheryl selama di Bali.Malam harinya setelah beristirahat dari perjalanan jauh, Manda makan malam bersama keluarga besar Cheryl. Kehangatan dan keceriaan keluarga Cheryl membuat Manda merasa nyaman di antara mereka.***Keesokan harinya, hari yang ditunggu-tunggu oleh Anita dan calon suaminya akhirnya tiba.Ijab qabul dan acara resepsi pernikahan diadakan di hotel yang sama.Manda dan Cheryl dipilih sebagai pendamping pengantin wanita bersama 4 orang lainnya. Mereka memakai gaun brokat dengan model dan warna yang seragam.Anita berjalan berdampingan dengan ayahnya menuju meja, tempat ijab kabul diadakan, sambil diiringi oleh para pendamping pengantin di belakangnya dan alunan musik romantis.Calon suami Anita sudah menunggu di depan bersama para pendamping pengantin pria
"Cheryl, Manda keluar dulu ya," pamit Manda."Wah, sudah rapi. Mau ke mana?"Manda memakai longdress casual berwarna pastel dan tas selempang yang melingkar di bahunya."Mau jalan-jalan sekalian beli oleh-oleh buat orang di rumah, sebelum besok pulang,""Mau ditemani?""Manda gak mau ngerepotin. Biar kamu ada waktu kumpul bareng orang tuamu,""Nanti nyasar lho,""Gak. Tenang aja. Kan ada google map. Sudah kutandai alamat rumah ini,""Okelah. Kalau butuh sesuatu, telpon aja ya,""Oke. Duluan ya,""Hati-hati di jalan," Cheryl mewanti-wanti.***Manda berjalan seorang diri menikmati pagi hari di pasar seni Ubud yang menjual berbagai sovenir kerajinan khas pulau Dewata Bali.Deretan kios para pedagang menawarkan berbagai produk seperti syal sutra, kaos, patung, tas anyaman tangan, keranjang, topi dan banyak kerajinan tangan lainnya.Pagi ini pengunjung pasar seni
Beberapa hari kemudian ...."Selamat datang di Bakery Manda," sambut Ayu sembari tersenyum, dari balik meja counter."Mas Bram?" Ayu terkejut."Hai, Yu," sapa hangat Bram.Ayu segera menghampiri Bram dengan wajah kesal."Mas Bram, ngapain di sini? Kan sudah kubilang, jangan kemari. Jangan dekat-dekat sama Manda. Apa Mas mau bikin Manda kena masalah lagi sama suaminya?!" omel Ayu."Sabar, Yu. Aku gak mau ribut di sini,""Nah, terus kenapa kemari?!""Mas Bram," sapa Manda, datang menghampiri mereka."Apa kabar, Mas?" ucap Manda sembari tersenyum."Baik, Nda. Kamu?" Bram membalas senyuman Manda.Ayu keheranan dengan sikap Manda yang baik pada Bram."Mas, mau beli roti?""Ah enggak. Aku ke sini mau mengajak kalian berdua makan siang bersama. Sudah lama kita bertiga gak kumpul. Sekalian aku mau berbagi kabar bahagia,""Ada kabar apa, Mas?""Kita bica
Dua bulan kemudian ....Ting ... tong ... suara bel pintu apartemen Arman berbunyi. Arman segera menghampiri layar monitor kecil untuk melihat siapa tamu di depan pintu."Sarah?" Arman mengerutkan dahinya.Arman pergi membukakan pintu depan."Kejutan," senyuman mengembang di wajah Sarah."Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Arman sambil memasang raut wajah masam."Begitukah caramu menyambut istri yang datang jauh-jauh kemari," ujar Sarah dengan kecewa.Dia menyingkirkan badan Arman yang menghalangi pintu, lalu berjalan masuk ke dalam sambil menarik kopernya."Apartemen yang bagus. Kukira kamu menginap di hotel,"Arman menutup kembali pintu apartemen, lalu berjalan lesu menghampiri Sarah."Aku punya apartemen di Hongkong. Kenapa harus menginap di hotel,""Kamu gak pernah cerita kalau punya apartemen di sini,""Sekarang kamu tahu, kan," ucap Arman dengan sedikit cuek.
Mobil Toyota Alphard dan Mercedes-Benz terpakir di halaman rumah keluarga Hadiwijaya.Pak Setya sedang berdiri di depan mobil Alphard, menunggu kedua majikan kecilnya muncul dari dalam rumah.Tak lama berselang, Chandra dan Tya yang sudah rapi dalam balutan seragam sekolahnya, berjalan dengan riang menuju teras depan rumah.Mereka didampingi oleh kedua orang tua, oma, dan babysitter barunya."Chandra, Tya, belajar yang rajin ya. Jangan nakal di sekolah," ujar Manda mengusap lembut kepala kedua anaknya."Iya, Ma," jawab si kembar hampir bersamaan. Kemudian mereka mengecup punggung tangan mamanya."Have fun at school." Arman memeluk hangat kedua anaknya."Okay, Pa," si kembar membalas pelukan Arman.Chandra dan Tya menghampiri Nyonya Adele untuk mengecup punggung tangannya."Cucu Oma yang cantik dan ganteng," puji Nyonya Adele sembari memeluk kedua cucunya.Setelah selesai berpamitan, Chandra dan Tya segera menghampiri mobil yang akan mereka tumpangi."Nyonya, saya berangkat dulu mengan
Arman masuk ke dalam kamarnya. Dia melihat Manda sedang berbaring di atas ranjang, dengan posisi tidur membelakanginya.Manda menoleh ketika suaminya duduk di tepi ranjang."Anak-anak sudah tidur, Mas?" tanyanya sembari beranjak duduk."Sudah. Kamu belum tidur?""Manda menunggu Mas Arman,""Mau ditimang-timang ya biar bisa tidur?" ucap Arman dengan memainkan mata genitnya."Iih, Mas," Manda tersipu malu.Arman bergerak mendekati istrinya. Dia merangkul tubuh Manda."Gak usah malu. Bilang saja kalau pelukanku bikin kamu nyaman, kan," goda Arman."Genit, ah," Manda menepuk lembut dada suaminya.Arman menyandarkan punggungnya ke headboard bed sambil mendekap istri tercintanya di dada.Keduanya diam sejenak, menikmati kehangatan satu sama lain."Mas lama sekali tadi? Anak-anak susah ya disuruh tidur?" tanya Manda kemudian."Enggak. Abis dari kamar mereka, Mas mengobrol sebentar sama Tante,"Manda mengangkat setengah badannya untuk menatap wajah Arman."Apa Mas berhasil membujuk Tante?" t
"Kamu beruntung bisa bekerja di sini. Gajinya besar. Bahkan lebih besar dari gaji di tempat kerjamu dulu, kan," sambut Santi dengan riang."Iya, aku bersyukur bisa diterima kerja di sini," jawab Rianti sembari tersenyum senang."Kamu harus berterima kasih sama Nyonya Adele. Kalau bukan karena dia, kamu gak akan bisa bekerja di rumah ini. Manda kan sudah menolakmu,""Nyonya Manda," Kiki yang tiba-tiba muncul di depan kamar Rianti, mengoreksi ucapan Santi.Kemudian Kiki masuk ke dalam kamar Rianti, dan ikut bergabung untuk mengobrol."Kamu aja yang anggap dia Nyonya. Aku sih gak mau. Cuman di depannya aja aku terpaksa panggil dia Nyonya, daripada aku dipecat. Males banget!" cibir Santi.Rianti heran dengan sikap tak sopan Santi pada majikannya."Kenapa ... kamu hanya memanggil namanya?" tanya Rianti."Untuk apa aku memanggilnya Nyonya? Dia dan aku sama. Kami satu level. Nasibnya aja yang mujur karena dinikahi Tuan Arman," cemooh Santi."Maksudnya?""Manda itu perempuan kampung, sama sep
"Jahat sekali Tante Adele bikin persyaratan seperti itu?!" ucap kesal Ayu dari balik telpon."Manda rasa Tante sengaja melakukannya. Dia tahu kalau Manda gak akan membiarkan Kiki dipecat. Jadi mau tak mau, Manda terpaksa menerima babysitter itu," ujar Manda dengan sedih."Lalu Arman?""Mas Arman sudah berusaha membujuk Tante Adele, tapi percuma saja. Tante gak mau mengubah keputusannya,""Menyebalkan sekali!" umpat Ayu."Sepertinya kami harus mengalah. Daripada masalahnya makin besar," ujar Manda dengan pasrah."Manda, aku boleh tanya sesuatu?" ucap Ayu."Soal apa?""Kamu pernah bilang kalau kamu takut si kembar akan lebih sayang sama babysitter mereka, makanya kamu gak mau memakai jasanya. Tapi aku rasa itu bukan satu-satunya alasan," ujar Ayu dengan curiga.Manda mengangkat punggungnya yang bersandar di headboard bed. Dia terkejut dengan pernyataan sahabatnya itu."Memangnya ... ada alasan apa lagi? Pertanyaanmu aneh," ujar Manda dengan gugup."Beberapa waktu yang lalu, aku gak seng
Keesokan harinya ...."Bi, Pak Setya dan anak-anak sudah pulang?" tanya Manda saat berpapasan dengan Bibi Sari."Belum, Nyonya,""Manda tunggu saja di ruang tengah," jawab Manda sambil melihat ke jam di layar ponselnya."A-anu ... Nyonya. Di ruang tengah sedang ada tamu,""Tamu siapa?""Hmmm ...," Bibi Sari ragu untuk menjawab pertanyaan Manda."Siapa, Bi?" selidik Manda."Tamunya Nyonya Adele,""Kenapa raut wajah Bibi jadi gugup begitu? Memang siapa tamunya?" tanya Manda penasaran."I-itu ... dia ... babysitter yang waktu itu,""Ha?" Manda terkejut.Kemudian Manda bergegas menuju ke ruang tengah untuk menemui tamu Nyonya Adele.Bibi Sari yang merasa khawatir, ikut menyusul Manda ke ruang tengah.Manda menghentikan langkahnya seketika setelah melihat Rianti sedang mengobrol dengan Nyonya Adele di ruangan."Bu Manda," Rianti segera bangun dari duduknya untuk menyapanya.Sementara Nyonya Adele mengabaikan kehadiran istri keponakannya itu."Kamu sudah paham aturan rumah yang saya sampaik
"Alhamdulillah Nyonya sudah pulang," sambut hangat Bi Sari."Iya, Bi. Senang rasanya bisa pulang," sahut Manda dengan tersenyum lega."Anak-anak belum pulang sekolah, Bi?" tanya Arman."Belum, Tuan. Tapi Pak Setya sudah jemput ke sana,""Baguslah. Sayang, kamu istirahat dulu di kamar, ya," ujar Arman."Manda mau ke ruang tengah saja, Mas. Nungguin anak-anak,""Mas antar ke sana," jawab Arman sambil menggandeng tangan istrinya."Tasnya biar saya taruh di kamar, Tuan,""Makasih, Bi," Arman menyerahkan travel bagnya pada Bibi Sari.Kemudian dia mengajak Manda pergi ke ruang tengah."Duduklah di sini. Mau nonton tv?" tanya Arman sambil menata bantal sofa."Gak usah, Mas," jawab Manda sembari duduk."Selamat datang, Nyonya Manda. Nyonya mau minum teh?" Kiki menyusul ke ruang tengah."Kok kamu gak ikut jemput anak-anak, Ki?" tanya heran Manda."Gak, Nyonya. Soalnya Nyonya Adele minta Kiki di rumah saja," jawab Kiki dengan salah tingkah."Pak Setya yang jemput sendirian?""Gak, Nya. Tadi pag
Arman berjalan menuju ke ruang tengah sambil menenteng travel bag kecil di tangannya."Bagaimana si kembar?" tanya Nyonya Adele yang sedang duduk di sofa sambil membaca majalah."Mereka baik-baik saja, Tan. Arman sudah menidurkan mereka,""Kamu mau kemana bawa tas?""Arman mau ke rumah sakit,""Kamu mau meninggalkan anak-anak setelah kejadian tadi?" Nyonya Adele mengerutkan keningnya."Si kembar gak apa-apa, Tan. Makanya Arman berani pergi. Lagipula di sini ada Tante. Arman minta tolong jaga anak-anak malam ini. Besok Arman sudah kembali,""Ini bukan masalah mereka gak apa-apa atau ada Tante yang jaga di sini. Si kembar butuh kamu, Arman. Bagaimana kalau tengah malam mereka merengek kesakitan dan mencarimu? Lagipula Manda itu udah dewasa. Dia bisa jaga dirinya sendiri. Gak perlu kamu manjakan seperti ini!" ucap kesal Nyonya Adele.Arman menghela nafas. Dia meletakkan travel bagnya di bawah, lalu duduk di samping
"Tante Adele di rumah?" Manda terkejut."Iya. Tante memberi kabar mendadak. Karena Mas gak bisa menjemput, Mas minta Pak Setya yang datang ke bandara," jawab Arman sambil menyuapkan sesendok nasi ke mulut istrinya."Sudah, Mas. Manda sudah kenyang," tolak halus Manda."Tinggal satu sendok lagi. Sayang kalau dibuang. Ayo," bujuk Arman."Gak mau. Rasanya mual," Manda menutup mulutnya dengan tangan."Ya, sudah," Arman melahap satu sendok nasi terakhir."Berapa lama Tante akan tinggal di rumah, Mas?""Mas gak tahu. Kan Mas belum sempat mengobrol sama Tante," jawab Arman setelah selesai menelan makanannya."Ooh," ujar Manda dengan nada lesu."Kenapa? Kok wajahmu jadi murung?" tanya Arman sembari memberikan segelas air putih pada Manda."Gak apa-apa, Mas," jawab Manda sembari tersenyum tipis.Manda menerima gelas itu, lalu meminum airnya
Arman mempercepat langkahnya menyusuri koridor rumah sakit. Raut wajahnya cemas setelah mendengar kabar buruk yang menimpa istrinya.Arman mengecek satu persatu nomor yang tertera di depan pintu kamar pasien.Dia berhenti di depan pintu kamar yang dicarinya. Arman pun segera masuk ke dalam tanpa mengetuk terlebih dulu.Perhatian Arman tertuju pada istrinya yang sedang berbaring di atas ranjang rumah sakit."Mas," sapa Manda."Ada apa? Apa yang terjadi? Bagaimana keadaanmu? Bagaimana bayi kita?" tanya Arman dengan panik."Mas, Manda gak apa-apa. Anak kita juga baik-baik saja," jawab Manda menenangkan suaminya."Kamu yakin? Dokter bilang apa?" tanya Arman yang masih ragu."Kata dokter, gak ada yang perlu dikhawatirkan. Manda hanya kaget saja karena itu perut Manda jadi sakit,""Syukurlah," Arman bernafas lega."Apa yang sebenarnya terjadi di rumah