Home / Pernikahan / Janji Suci Yang Terbagi / Obrolan Di Pagi Hari

Share

Obrolan Di Pagi Hari

Author: Ukhty Ijah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Beberapa orang sedang sibuk di dapur. Aku mengenal salah satunya, Kiki. Sepertinya mereka belum melihat kehadiranku.

"Ha-halo ....," sapaku.

Mereka semua menoleh.

"Non Manda, ada yang bisa kami bantu?" seorang wanita setengah baya bergegas menghampiriku.

"Tidak, aku tidak perlu apa-apa. Aku merasa bosan saja karena tidak melakukan apa-apa. Ada yang bisa aku bantu di sini?" aku menawarkan tenagaku.

"Oh ... tidak ada Non. Kami bisa mengerjakannya sendiri. Sudah tugas kami," wanita ini menolakku secara halus.

"Kita belum berkenalan. Nama ibu siapa?"

"Nama saya Sari, Non. Di sini biasa dipanggil Bi Sari," jawabnya memperkenalkan diri. Lalu dia mulai memperkenalkan masing-masing pembantu lainnya.

Ada satu wajah yang tidak asing bagiku, "Santi?" tanyaku.

Dia menjawabku sambil menunduk. Ternyata aku tidak salah. Dia Santi, teman SMP-ku dulu. Sejak lulus SMP, aku tidak pernah mendengar kabarnya. Kabar terakhir yang kudengar, dia pergi ke Jakarta untuk bekerja. Tak disangka aku bertemu dengannya di sini. Baguslah, setidaknya ada seseorang yang kukenal dari kampung halamanku.

"Kamu apa kabar, San?" aku menghampirinya.

"Baik, Non," jawabnya dengan nada sopan.

"Jangan panggil Non. Kita kan teman, San,"

Dia hanya terdiam. Santi tidak berani menatapku. Apa dia malu padaku?

"Non Manda, kenal dengan Santi?" tanya Bi Sari.

"Iya, kami dari kampung yang sama. Dulu kami satu sekolah juga,"

"Maaf, Non Manda. Saya permisi dulu. Saya mau membersihkan ruangan lain," ucap Santi yang tergesa-gesa pergi dari dapur.

"Santi, tunggu" aku mengejarnya.

Santi terus saja melangkah. Dia tidak menggubris panggilanku. Semakin aku mendekatinya, semakin cepat dia berjalan.

"Non Manda," Bi Sari tiba-tiba berjalan ke depanku, "Apa Non Manda ingin Santi mengerjakan sesuatu? Biar Bibi yang lakukan,"

"Bukan, Bi. Manda cuman ingin mengobrol dengan Santi. Kami sudah lama tidak bertemu," jawabku, lalu mencoba mengejar Santi lagi.

Tapi Bi Sari tidak memberiku jalan. Dia masih berdiri di depanku, seolah-olah ingin menghalangiku.

"Non Manda, sebaiknya biarkan Santi bekerja dulu. Nyonya besar akan marah jika kami tidak menyelesaikan tugas kami," ucap Bi Sari dengan nada sopan.

"Iya ... baiklah," jawabku dengan sedikit lesu.

***

Aku menghampiri Nenek yang sedang bersantai di sofa teras belakang.

"Nek," sapaku.

"Manda, duduk sini," pintanya.

"Nenek sedang apa?"

"Hanya duduk saja,"

"Manda darimana?"

"Tadi abis dari dapur, berkenalan dengan mereka yang bekerja di rumah ini. Aku bertemu dengan temanku, Nek," jawabku.

"Oh ya, siapa?"

"Santi. Kami satu kampung. Teman sekolahku dulu,"

"Benarkah? Nenek baru tahu kalau Santi berasal dari kampung halaman kita,"

"Dia bekerja di sini sudah lama, Nek?"

"Iya sepertinya sudah lama. Tapi Nenek tidak ingat sejak kapannya,"

"Tapi Santi kelihatannya menghindariku, Nek," keluhku.

"Mungkin dia sungkan denganmu. Walau kalian berteman, sekarang status kalian sudah berbeda. Kamu majikan dan dia pembantu di sini,"

Aku merasa tidak nyaman dengan masalah status ini. Bagiku Santi adalah temanku. Aku tidak memandangnya sebagai pembantu.

"Manda, apa kamu senang tinggal di sini?"

"Iya, Nek,"

"Maaf ya. Kami belum sempat mengadakan pesta pernikahan untukmu dan Arman di sini. Arman sudah harus kembali ke Amerika,"

"Tidak apa-apa, Nek. Manda juga gak terlalu suka dengan keramaian pesta,"

"Kamu sedih harus berpisah dengan Arman secepat ini?"

Aku mengangguk, "Tapi di sini ada Nenek. Jadi Manda gak merasa kesepian," ujarku dengan tersenyum.

"Apa Arman bersikap baik padamu?"

"Mas Arman baik, Nek," aku tidak mungkin mengatakan sikap Mas Arman yang sebenarnya pada Nenek.

"Kamu bahagia bersama Arman?"

"Iya, Nek. Manda bahagia,"

"Syukurlah, Nenek senang mendengarnya," ujar Nenek dengan tertawa kecil.

Maaf ya, Nek. Manda berbohong. Nenek orang baik. Manda gak mau membuat Nenek sedih.

"Nek, boleh Manda bertanya? Mas Arman orangnya seperti apa? Kami belum sempat mengobrol lama,"

"Arman ... dia anak yang baik dan ceria. Dia juga pandai. Arman selalu ranking 1 di sekolahnya. Cucuku itu punya jiwa sosial yang tinggi. Dia sering membantu orang-orang yang membutuhkan. Kadang dia mengadakan acara amal bersama teman-temannya. Arman orangnya supel. Dia punya banyak teman. Arman tidak pernah membeda-bedakan orang ketika berteman," Nenek bercerita dengan antusias.

"Mas Arman juga menyukai anak-anak ya, Nek. Dia akrab sekali dengan anak-anak Kak Tamara,"

"Iya, Arman memang suka anak-anak. Dia akan menjadi ayah yang baik. Semoga kalian cepat dapat momongan,"

Bagaimana mau dapat momongan? Malam pertama kami saja gagal.

"Nek, hubungan Mas Arman ... dengan Papa ... apa baik-baik saja?" sebenarnya aku ragu untuk menanyakan ini.

"Kamu sudah bisa menebaknya dari kejadian semalam ya?" ujar Nenek l sembari tersenyum.

"Hendra dan Arman memang sering tidak sepaham. Mereka punya prinsip masing-masing. Mereka berdua punya sifat yang sama. Keras kepala. Hendra mau Arman bekerja di perusahaannya, sama seperti Daniel. Tapi Arman, yang sejak dulu suka hidup mandiri, dia tidak mau bergantung pada kekayaan Papanya. Arman memilih untuk mencari uang dari hasil kerja kerasnya sendiri. Cucuku itu ingin membuktikan pada Papanya kalau dia mampu berdiri dengan kakinya sendiri. Hendra tidak menyukainya. Hubungan mereka jadi renggang. Tapi Nenek yakin kalau sebenarnya mereka berdua saling menyayangi, dengan cara mereka sendiri," ada kesedihan yang terpancar di mata Nenek.

Jadi, seperti itu ceritanya. Sepertinya aku harus mengenal keluarga ini lebih jauh lagi.

Related chapters

  • Janji Suci Yang Terbagi   Perkenalan Menantu

    Aku keluar dari kamar Nenek ketika berpapasan dengan Mama mertuaku."Sedang apa?" tanyanya dengan nada sedikit ketus."Abis mengantarkan Nenek buat istirahat siang, Ma," jawabku."Ikut Mama. Ada yang mau Mama bicarakan," perintahnya.Aku mengangguk dan mengikutinya. Mama Andien duduk di sofa ruang keluarga. Aku berdiri menunggunya bicara."Kenapa berdiri? Duduk," perintahnya.Aku segera menurutinya. Aku takut pada Mama mertuaku ini. Sejak pertama kali kami bertemu, Mama Andien tidak pernah menunjukkan sikap ramah padaku."Besok Nenek mau mengadakan acara makan siang dengan tetangga di sini. Mama juga mengundang beberapa teman Mama. Nenek ingin memperkenalkanmu pada mereka,"Aku diam dan hanya mendengarkan Mama Andien bicara."Mama hanya ingin memperingatkanmu. Mereka yang diundang ini adalah para

    Last Updated : 2024-10-29
  • Janji Suci Yang Terbagi   Dua Tahun Pernikahan

    Tak terasa hari ini pernikahanku sudah berusia 2 tahun. Selama 2 tahun ini banyak hal yang sudah terjadi. Aku masih tinggal bersama mertuaku dan Nenek. Mas Arman masih berada di Amerika. Dia belum pernah pulang sejak kepergiannya waktu itu. Selalu ada alasan dia belum bisa kembali ke rumah.Selama 2 tahun inipun, kami jarang berkomunikasi. Mas Arman tidak pernah menghubungiku, dan aku juga tidak berani menghubunginya karena aku takut ditolak. Kami hanya mengobrol ketika Mas Arman sedang video call-an dengan Nenek, di ponsel milik Nenek. Obrolan kamipun hanya sekedar bertegur sapa dan basa-basi saja. Walaupun kami tidak pernah membuat kesepakatan sebelumnya, tapi saat di dekat Nenek, kami bersikap seolah-olah pernikahan kami baik-baik saja.Selama 2 tahun ini juga, aku mengisi hari-hariku dengan mengikuti beberapa kursus. Papa Hendra mendaftarkanku di kelas baking. Menurut Papa, aku punya bakat membuat roti dan kue. Karena itu, Papa ingin aku

    Last Updated : 2024-10-29
  • Janji Suci Yang Terbagi   Kepergian Nenek

    Malam ini hanya aku dan Mas Arman yang menemani Nenek di rumah sakit. Kami duduk berseberangan. Jarak kami hanya dipisahkan oleh ranjang yang ditiduri Nenek. Kami duduk dalam keheningan.Mas Arman menatap Nenek dengan sorot mata kesedihan. Tangannya mengenggam tangan Nenek. Aku hanya bisa menatapnya. Menatap suamiku yang sudah lama tidak pulang. Mas Arman tampak sehat. Aku ingin sekali menanyakan kabarnya. Tapi aku tidak berani. Sejak pertama masuk ke kamar ini, dia bahkan tidak melihatku. Seolah-olah aku ini tak ada."Apa ada masalah di rumah?" suara Mas Arman memecahkan keheningan."... Tidak ada, Mas," aku senang akhirnya Mas Arman mengajakku bicara, walaupun dia sama sekali tidak menoleh ke arahku."Bagaimana Nenek bisa terkena serangan jantung?""Manda juga tidak tahu, Mas. Hari itu Nenek terlihat sehat dan ceria seperti biasanya. Tiba-tiba malam itu, Nenek tidak sadar

    Last Updated : 2024-10-29
  • Janji Suci Yang Terbagi   Siapa Wanita Itu

    "Pak Hendra, kami sekeluarga turut berduka atas meninggalnya Bu Rosa. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran, dan Almarhummah dimaafkan segala dosanya dan diberi tempat yang terbaik di surga," ucap Bapak pada Papa."Aamiin. Terima kasih, Pak Wirjo,""Maaf, Pak Hendra. Kami tidak bisa datang tepat waktu untuk pemakaman Bu Rosa,""Tidak apa, Pak Wirjo. Bapak sekeluarga sudah datang ke sini saja, sudah cukup bagi kami,"Bapak datang bersama Ibu, Surya, Adi, Ayu, dan teman Bapak. Mereka baru saja tiba siang ini. Bapak mencarter mobil untuk ke Jakarta. Karena Bapak tidak bisa menyetir, Bapak mengajak temannya untuk membawa mobil."Kalian pasti lelah setelah perjalanan jauh. Sebaiknya istirahat dulu,""Maaf merepotkan Pak Hendra,""Tidak sama sekali, Pak Wirjo. Kita ini satu keluarga. Tidak perlu sungkan,""Mand

    Last Updated : 2024-10-29
  • Janji Suci Yang Terbagi   Pertengkaran

    Acara tahlilan malam kedua Nenek sudah usai. Para tamu satu per satu pulang meninggalkan rumah ini.Mas Arman belum juga kembali sejak pagi tadi. Ke mana kamu, Mas? Apa semuanya baik-baik saja?Wanita itu juga masih di sini. Dia bahkan tidak turun ke bawah, untuk menghadiri acara tahlilan ini."Kak Tamara," panggilku pelan."Iya?""Tadi pagi ada tamu yang datang ke rumah. Seorang wanita. Apa Kak Tamara sudah bertemu dengannya?""Tamu? Siapa? Aku tidak melihatnya dari tadi," ujar Kak Tamara penasaran."Manda juga tidak kenal, Kak. Dia sudah bertemu Mama. Terus Mama membawanya ke atas. Sejak itu, Manda tidak melihatnya lagi,""Coba nanti aku tanya Mama,""Kak, boleh minta tol

    Last Updated : 2024-10-29
  • Janji Suci Yang Terbagi   Kebenaran Yang Menyakitkan

    Sayup-sayup telingaku mendengar suara kicau burung di luar jendela kamar. Kubuka mataku perlahan. Dengan sedikit mengantuk, aku memaksakan badanku untuk bangun. Aku melihat ke arah jam dinding. Pukul 6 pagi. Lalu pandanganku beralih ke sofa, tempat Mas Arman tidur. Mataku terbuka lebar, ketika aku tidak melihatnya di sana."Mas? Mas Arman?" panggilku.Mungkin Mas Arman ada di dalam kamar mandi. Tapi tak ada jawaban. Aku segera merogoh saku gamisku, mencari kunci kamar."Kuncinya? Di mana kuncinya? Apa Mas Arman yang mengambilnya?" ujarku dengan panik.Aku bergegas keluar kamar untuk mencari suamiku. Semula aku berniat memeriksa ke dalam kamar wanita itu, tapi aku mengurungkannya. Segera kulari ke bawah."Kiki," panggilku ketika melihat Kiki berada di bawah anak tangga."Iya, N

    Last Updated : 2024-10-29
  • Janji Suci Yang Terbagi   Kemarahan Papa

    POV AUTHORSarah tersenyum puas, ketika melihat raut wajah Manda yang sedih."Apa?! Apa yang barusan Papa dengar? Dia bilang, dia istrimu?" Papa Hendra bangkit dari duduknya."Papa, tenanglah dulu," pinta Mama Andien sambil mengelus dada suaminya."Mama, dengar tadi yang dia katakan,""Iya, Pa. Makanya Papa tenang dulu. Arman akan jelaskan semuanya nanti,""Mama tidak kaget? Mama sudah tahu semua ini?!" tukas Papa Hendra sembari mengerutkan keningnya.Mama Andien terdiam dan seketika panik."Arman, kenapa kamu diam? Katakan yang sebenarnya," desak Kak Tamara dengan nada marah."... iya, benar. Sarah istriku," jawab Arman sambil menundukkan pandangan matanya.

    Last Updated : 2024-10-29
  • Janji Suci Yang Terbagi   Pertengkaran (2)

    POV AUTHOR"Manda, kamu sudah sadar?" ujar Tamara senang."Kak ...," ucap Manda dengan suara lirih. Dia berusaha bangun."Duduk dulu, Nda," Tamara membantu Manda untuk duduk menyandar."Kak ...? Manda ... tidak mimpi, kan? Mas Arman ....?" Manda meneteskan air mata.Tamara menjawab pertanyaan Manda dengan tatapan mata sedih. Suara tangis Manda mulai pecah. Dia memeluk Tamara sembari menangis tersedu-sedu."Kakak tahu ini berat. Hatimu pasti sakit," Tamara membelai lembut rambut Manda."Tapi kamu harus kuat, Nda,"Tangisan Manda semakin keras. Tamara merasa iba pada keadaan adik iparnya. Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk membantunya, selain memeluknya.Tiba-tiba pintu kamar dibuka dengan kasar. Mama Andien muncul dengan raut wajah yang penuh amarah."Ooo, kamu

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Janji Suci Yang Terbagi   Chapter 17

    Mobil Toyota Alphard dan Mercedes-Benz terpakir di halaman rumah keluarga Hadiwijaya.Pak Setya sedang berdiri di depan mobil Alphard, menunggu kedua majikan kecilnya muncul dari dalam rumah.Tak lama berselang, Chandra dan Tya yang sudah rapi dalam balutan seragam sekolahnya, berjalan dengan riang menuju teras depan rumah.Mereka didampingi oleh kedua orang tua, oma, dan babysitter barunya."Chandra, Tya, belajar yang rajin ya. Jangan nakal di sekolah," ujar Manda mengusap lembut kepala kedua anaknya."Iya, Ma," jawab si kembar hampir bersamaan. Kemudian mereka mengecup punggung tangan mamanya."Have fun at school." Arman memeluk hangat kedua anaknya."Okay, Pa," si kembar membalas pelukan Arman.Chandra dan Tya menghampiri Nyonya Adele untuk mengecup punggung tangannya."Cucu Oma yang cantik dan ganteng," puji Nyonya Adele sembari memeluk kedua cucunya.Setelah selesai berpamitan, Chandra dan Tya segera menghampiri mobil yang akan mereka tumpangi."Nyonya, saya berangkat dulu mengan

  • Janji Suci Yang Terbagi   Chapter 16

    Arman masuk ke dalam kamarnya. Dia melihat Manda sedang berbaring di atas ranjang, dengan posisi tidur membelakanginya.Manda menoleh ketika suaminya duduk di tepi ranjang."Anak-anak sudah tidur, Mas?" tanyanya sembari beranjak duduk."Sudah. Kamu belum tidur?""Manda menunggu Mas Arman,""Mau ditimang-timang ya biar bisa tidur?" ucap Arman dengan memainkan mata genitnya."Iih, Mas," Manda tersipu malu.Arman bergerak mendekati istrinya. Dia merangkul tubuh Manda."Gak usah malu. Bilang saja kalau pelukanku bikin kamu nyaman, kan," goda Arman."Genit, ah," Manda menepuk lembut dada suaminya.Arman menyandarkan punggungnya ke headboard bed sambil mendekap istri tercintanya di dada.Keduanya diam sejenak, menikmati kehangatan satu sama lain."Mas lama sekali tadi? Anak-anak susah ya disuruh tidur?" tanya Manda kemudian."Enggak. Abis dari kamar mereka, Mas mengobrol sebentar sama Tante,"Manda mengangkat setengah badannya untuk menatap wajah Arman."Apa Mas berhasil membujuk Tante?" t

  • Janji Suci Yang Terbagi   Chapter 15

    "Kamu beruntung bisa bekerja di sini. Gajinya besar. Bahkan lebih besar dari gaji di tempat kerjamu dulu, kan," sambut Santi dengan riang."Iya, aku bersyukur bisa diterima kerja di sini," jawab Rianti sembari tersenyum senang."Kamu harus berterima kasih sama Nyonya Adele. Kalau bukan karena dia, kamu gak akan bisa bekerja di rumah ini. Manda kan sudah menolakmu,""Nyonya Manda," Kiki yang tiba-tiba muncul di depan kamar Rianti, mengoreksi ucapan Santi.Kemudian Kiki masuk ke dalam kamar Rianti, dan ikut bergabung untuk mengobrol."Kamu aja yang anggap dia Nyonya. Aku sih gak mau. Cuman di depannya aja aku terpaksa panggil dia Nyonya, daripada aku dipecat. Males banget!" cibir Santi.Rianti heran dengan sikap tak sopan Santi pada majikannya."Kenapa ... kamu hanya memanggil namanya?" tanya Rianti."Untuk apa aku memanggilnya Nyonya? Dia dan aku sama. Kami satu level. Nasibnya aja yang mujur karena dinikahi Tuan Arman," cemooh Santi."Maksudnya?""Manda itu perempuan kampung, sama sep

  • Janji Suci Yang Terbagi   Chapter 14

    "Jahat sekali Tante Adele bikin persyaratan seperti itu?!" ucap kesal Ayu dari balik telpon."Manda rasa Tante sengaja melakukannya. Dia tahu kalau Manda gak akan membiarkan Kiki dipecat. Jadi mau tak mau, Manda terpaksa menerima babysitter itu," ujar Manda dengan sedih."Lalu Arman?""Mas Arman sudah berusaha membujuk Tante Adele, tapi percuma saja. Tante gak mau mengubah keputusannya,""Menyebalkan sekali!" umpat Ayu."Sepertinya kami harus mengalah. Daripada masalahnya makin besar," ujar Manda dengan pasrah."Manda, aku boleh tanya sesuatu?" ucap Ayu."Soal apa?""Kamu pernah bilang kalau kamu takut si kembar akan lebih sayang sama babysitter mereka, makanya kamu gak mau memakai jasanya. Tapi aku rasa itu bukan satu-satunya alasan," ujar Ayu dengan curiga.Manda mengangkat punggungnya yang bersandar di headboard bed. Dia terkejut dengan pernyataan sahabatnya itu."Memangnya ... ada alasan apa lagi? Pertanyaanmu aneh," ujar Manda dengan gugup."Beberapa waktu yang lalu, aku gak seng

  • Janji Suci Yang Terbagi   Chapter 13

    Keesokan harinya ...."Bi, Pak Setya dan anak-anak sudah pulang?" tanya Manda saat berpapasan dengan Bibi Sari."Belum, Nyonya,""Manda tunggu saja di ruang tengah," jawab Manda sambil melihat ke jam di layar ponselnya."A-anu ... Nyonya. Di ruang tengah sedang ada tamu,""Tamu siapa?""Hmmm ...," Bibi Sari ragu untuk menjawab pertanyaan Manda."Siapa, Bi?" selidik Manda."Tamunya Nyonya Adele,""Kenapa raut wajah Bibi jadi gugup begitu? Memang siapa tamunya?" tanya Manda penasaran."I-itu ... dia ... babysitter yang waktu itu,""Ha?" Manda terkejut.Kemudian Manda bergegas menuju ke ruang tengah untuk menemui tamu Nyonya Adele.Bibi Sari yang merasa khawatir, ikut menyusul Manda ke ruang tengah.Manda menghentikan langkahnya seketika setelah melihat Rianti sedang mengobrol dengan Nyonya Adele di ruangan."Bu Manda," Rianti segera bangun dari duduknya untuk menyapanya.Sementara Nyonya Adele mengabaikan kehadiran istri keponakannya itu."Kamu sudah paham aturan rumah yang saya sampaik

  • Janji Suci Yang Terbagi   Chapter 12

    "Alhamdulillah Nyonya sudah pulang," sambut hangat Bi Sari."Iya, Bi. Senang rasanya bisa pulang," sahut Manda dengan tersenyum lega."Anak-anak belum pulang sekolah, Bi?" tanya Arman."Belum, Tuan. Tapi Pak Setya sudah jemput ke sana,""Baguslah. Sayang, kamu istirahat dulu di kamar, ya," ujar Arman."Manda mau ke ruang tengah saja, Mas. Nungguin anak-anak,""Mas antar ke sana," jawab Arman sambil menggandeng tangan istrinya."Tasnya biar saya taruh di kamar, Tuan,""Makasih, Bi," Arman menyerahkan travel bagnya pada Bibi Sari.Kemudian dia mengajak Manda pergi ke ruang tengah."Duduklah di sini. Mau nonton tv?" tanya Arman sambil menata bantal sofa."Gak usah, Mas," jawab Manda sembari duduk."Selamat datang, Nyonya Manda. Nyonya mau minum teh?" Kiki menyusul ke ruang tengah."Kok kamu gak ikut jemput anak-anak, Ki?" tanya heran Manda."Gak, Nyonya. Soalnya Nyonya Adele minta Kiki di rumah saja," jawab Kiki dengan salah tingkah."Pak Setya yang jemput sendirian?""Gak, Nya. Tadi pag

  • Janji Suci Yang Terbagi   Chapter 11

    Arman berjalan menuju ke ruang tengah sambil menenteng travel bag kecil di tangannya."Bagaimana si kembar?" tanya Nyonya Adele yang sedang duduk di sofa sambil membaca majalah."Mereka baik-baik saja, Tan. Arman sudah menidurkan mereka,""Kamu mau kemana bawa tas?""Arman mau ke rumah sakit,""Kamu mau meninggalkan anak-anak setelah kejadian tadi?" Nyonya Adele mengerutkan keningnya."Si kembar gak apa-apa, Tan. Makanya Arman berani pergi. Lagipula di sini ada Tante. Arman minta tolong jaga anak-anak malam ini. Besok Arman sudah kembali,""Ini bukan masalah mereka gak apa-apa atau ada Tante yang jaga di sini. Si kembar butuh kamu, Arman. Bagaimana kalau tengah malam mereka merengek kesakitan dan mencarimu? Lagipula Manda itu udah dewasa. Dia bisa jaga dirinya sendiri. Gak perlu kamu manjakan seperti ini!" ucap kesal Nyonya Adele.Arman menghela nafas. Dia meletakkan travel bagnya di bawah, lalu duduk di samping

  • Janji Suci Yang Terbagi   Chapter 10

    "Tante Adele di rumah?" Manda terkejut."Iya. Tante memberi kabar mendadak. Karena Mas gak bisa menjemput, Mas minta Pak Setya yang datang ke bandara," jawab Arman sambil menyuapkan sesendok nasi ke mulut istrinya."Sudah, Mas. Manda sudah kenyang," tolak halus Manda."Tinggal satu sendok lagi. Sayang kalau dibuang. Ayo," bujuk Arman."Gak mau. Rasanya mual," Manda menutup mulutnya dengan tangan."Ya, sudah," Arman melahap satu sendok nasi terakhir."Berapa lama Tante akan tinggal di rumah, Mas?""Mas gak tahu. Kan Mas belum sempat mengobrol sama Tante," jawab Arman setelah selesai menelan makanannya."Ooh," ujar Manda dengan nada lesu."Kenapa? Kok wajahmu jadi murung?" tanya Arman sembari memberikan segelas air putih pada Manda."Gak apa-apa, Mas," jawab Manda sembari tersenyum tipis.Manda menerima gelas itu, lalu meminum airnya

  • Janji Suci Yang Terbagi   Chapter 9

    Arman mempercepat langkahnya menyusuri koridor rumah sakit. Raut wajahnya cemas setelah mendengar kabar buruk yang menimpa istrinya.Arman mengecek satu persatu nomor yang tertera di depan pintu kamar pasien.Dia berhenti di depan pintu kamar yang dicarinya. Arman pun segera masuk ke dalam tanpa mengetuk terlebih dulu.Perhatian Arman tertuju pada istrinya yang sedang berbaring di atas ranjang rumah sakit."Mas," sapa Manda."Ada apa? Apa yang terjadi? Bagaimana keadaanmu? Bagaimana bayi kita?" tanya Arman dengan panik."Mas, Manda gak apa-apa. Anak kita juga baik-baik saja," jawab Manda menenangkan suaminya."Kamu yakin? Dokter bilang apa?" tanya Arman yang masih ragu."Kata dokter, gak ada yang perlu dikhawatirkan. Manda hanya kaget saja karena itu perut Manda jadi sakit,""Syukurlah," Arman bernafas lega."Apa yang sebenarnya terjadi di rumah

DMCA.com Protection Status