“Waktu di kafe itu gue yakin lo udah pergi,” ujar Amanda pada Natasha yang saking takutnya sampai merem-merem segala. “Dan lo Benny.” Giliran Amanda menujuk wajah Benny sampai hampir mencolok kedua mata Benny. “Lo juga tahu soal ciuman itu? Apa Natasha yang kasih tahu lo? Gue yakin pasti ada sesuatu yang kalian sembunyiin dari gue. Sekarang jelasin sama gue apa yang sebenernya terjadi!” Natasha menghela napasnya pertanda menyerah. “Ben, lo aja yang jelasin sama Amanda.” “Kenapa harus gue?” “Itu semua kan ide lo. Jadi lo juga dong, yang harus jelasin semuanya." Amanda memandang Benny dengan tatapan mengerikan. Seandainya saja Amanda seekor macan dan Benny mangsanya, ini saat yang tepat untuk Amanda menerkam mangsanya itu untuk santapan makan siang. “Tunggu apa lagi? Cepetan jelasin ke gue!” bentak Amanda. Sama halnya dengan Natasha, Benny juga memutuskan untuk menyerah saja sekarang. Dia tidak mau sampai ada masalah dengan Amanda kalau dia tidak segera berkata jujur padanya. Sebel
Pada suatu hari Vito tidak masuk sekolah. Menurut surat izinnya, katanya Vito sakit. Meskipun banyak yang tidak percaya kalau Vito yang punya tubuh sesubur itu bisa sakit juga. Tapi yang namanya orang sakit kan tidak pernah pandang bulu. Mau gemuk, kurus, atau kerempeng, kalau sudah dapat ‘jatahnya’ sakit ya sakit. Absennya Vito itu menjadi sebuah keberuntungan buat Amanda karena dia tidak harus duduk sebangku dengan gajah meleduk. Dia duduk sendirian. Jauh lebih baik daripada berdua tapi sama Vito. Tapi masalahnya, meskipun merasa lebih baik tapi Amanda tidak terbiasa duduk sendiri. Biasanya selalu ada Natasha atau Alvan di sebelahnya. Maka dari itu hal ini bisa dia jadikan alasan untuk kembali lagi ke bangkunya dan mengusir Benny. Saat jam istirahat, semua teman-teman keluar kelas. Tidak biasanya mereka semua kompak keluar kelas karena biasanya ada beberapa anak yang tetap berada di kelas. Tapi justru itu menguntungkan untuk Amanda karena dia mau bicara penting dengan Benny tan
Meskipun kesal dicuekin, tapi ini bukan saatnya adu mulut dengan Alvan. Amanda harus segera menyelesaikan masalahnya dengan cowok itu sekarang juga, Setidaknya Amanda ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi sampai-sampai Alvan bersikap begitu dingin padanya. “Van, lo kenapa, sih?” Dari kemarin hanya pertanyaan ini yang ingin dilontarkan Amanda pada cowok yang ada di depannya itu. “Lo kenapa pindah tempat duduk? Lo juga kenapa ngehindarin gue beberapa hari ini?” Cowok itu tidak menjawab dan tetap memandang ke arah lain. Dia juga tidak beranjak dari tempatnya berdiri untuk berusaha menghindari Amanda lagi. Kelihatannya dia hanya ingin mendengar apa yang ingin dikatakan Amanda tanpa mau membalas pertanyaan apa pun. “Van, kalo ada orang yang nanya itu dijawab, dong. Lo kenapa?” “Lo juga kenapa pindah tempat duduk dan berusaha ngehindarin gue waktu itu?” Alvan mengembalikan pertanyaan Amanda karena pada waktu itu Alvan juga belum mendapatkan jawaban yang jelas atas sikap aneh Am
Jawaban Clara sudah semakin memperjelas semuanya bahwa Alvan memang sudah tahu semuanya tanpa kecuali. Termasuk tentang fakta bahwa Amanda adalah pacar Aldy. Clara sudah menceritakannya pada Alvan dan memberitahu Amanda tentang hal itu. Sampai sekarang yang ingin Amanda tahu adalah apa yang sebenarnya ada dipikiran cowok itu tentang jantung Aldy? Karena tidak mungkin Alvan terus-terusan akan berusaha menghindari Amanda di sekolah. Karena selain menyusahkan diri sendiri, hal itu juga akan membuat Amanda merasa tidak nyaman. Karena itu Amanda putuskan untuk menemui Alvan lagi hari ini dan menuntaskan semuanya. Walaupun Amanda selalu kesal dengan cowok itu, tapi bukan berarti diperlakukan cuek begitu akan membuat Amanda senang. Amanda jauh lebih nyaman kalau mereka ribut-ribut dan saling dongkol daripada dalam situasi seperti sekarang ini. Tapi ternyata saat Amanda memasuki kelas sampai pelajaran pertama selesai, Amanda tidak melihat cowok itu di kelas. Alvan tidak masuk sekolah hari
BRUAGH!Amanda melempar tasnya ke atas meja dan duduk di bangkunya sambil memasang wajah cemberut. Cewek cantik itu terlihat sangat kesal hari ini.Natasha yang sudah datang duluan, keheran-heranan melihat sahabatnya yang datang ke sekolah seperti tanpa semangat itu. Namun Natasha pun tahu, tiap kali Amanda seperti itu pasti sudah terjadi sesuatu gara-gara ulah si kembar. Dan Natasha penasaran, apa yang terjadi hari ini?"Kenapa lo, Man?" tanya Natasha. "Muka lo sepet banget pagi ini?"Tubuh Amanda yang seolah-olah sudah tidak kuat menahan kepalanya itu akhirnya menjatuhkan kepalanya di atas meja. Amanda seperti tak punya tenaga apa-apa hari ini mengingat tadi pagi dia sudah mengerahkan semua tenaga yang dia punya untuk kejar-kejaran ala Tom & Jerry dengan si kembar.Bayangkan saja, hari ini Amanda mendapatkan banyak 'hadiah' spesial dari kakak kembarnya yang super jahil. Dimulai dari sengaja diam-diam memasang sepuluh jam beker di kamarnya yang membuat Amanda terjatuh dari tempat tid
Jam istirahat Amanda meminta Benny kembali ke tempat duduknya, tapi Benny menolak dengan alasan ternyata duduk sebangku dengan pacar sendiri itu menyenangkan. Dan Benny tidak pernah mau pindah. Membuat Amanda kesal."Ben, lo gimana, sih? Tempat lo itu kan di belakang, ngapain lo mau dudukin bangku gue? Ngaak. Gue nggak mau. Pokoknya lo harus pindah ke belakang. Gue nggak mau duduk sama cowok freak itu." Amanda membicarakan Alvan tidak peduli walaupun cowok itu masih duduk di bangkunya. 'Sebodo amat!' Pikir Amanda.Alvan juga tampaknya nggak peduli. Dia memilih untuk bangkit dan pergi keluar kelas, melewati Amanda dengan sikap cueknya.Amanda melirik sinis ke arah perginya Alvan, kemudian kembali beralih ke Benny menyelesaikan masalahnya."Nggak mau." Benny bersikeras. "Gue udah ngerasa cocok duduk di bangku ini, Man. Udah sayang dan lengket banget sama bangku ini. Tahu gini, kenapa nggak dari dulu aja gue duduk di sini dan lo duduk di belakang." "Banyak omong lo. Cepet sana pindah k
"Hai, kenalin, kenalin." Benny mengulurkan tangannya di atas meja untuk siap bersalaman dengan teman baru."Nama gue Subenny Arianto Budiman, biasa dipanggil dengan nama 'Benny' aja."Tapi Alvan sama sekali tidak peduli dengan tangan Benny yang terulur ke arahnya. Dia melihat sekilas ke arah Benny yang tersenyum, tapi kemudian kembali melanjutkan makannya.Senyuman Benny sedikit lenyap, tapi dia tetap berusaha tersenyum lebih lebar lagi ketika dia mulai mengingat sesuatu. Dia tarik kembali tangannya yang terulur."Oh, oke. Nggak apa-apa. Tapi lo tahu nggak, kalo gue hari ini kayak ngalamin semacam déjà vu dalam hidup gue. Setahun yang lalu gue juga ngalamin hal ini. Kenalan sama temen baru yang akhirnya jadi sahabat baik gue."Alvan tetep tak peduli."Ah, iya. Kenalin, ini Natasha pacar gue. Hehehehe ...." Benny dengan bangga memperkenalkan Natasha.Alvan mengangkat kepalanya dan menatap Natasha tanpa ekspresi. Tetap dengan tatapan datarnya.Natasha berusaha tersenyum semanis mungkin
Amanda menyapa pak satpam yang kebingungan karena hari ini Amanda datangnya pagi sekali. Suasana sekolah masih sepi, cuma ada beberapa anak saja yang sudah datang. Dan Benny? Amanda yakin cowok belum datang. Benny itu selain terkenal bawel dia juga terkenal sebagai tukang ngaret. Natasha aja hampir puluhan kali mau mutusin dia gara-gara telat datang ke tempat janjian. "Tumben Neng, datengnya pagi banget?" tanya pak satpam. Amanda nyengir saja menAlvanpinya. "Iya dong, Pak. Saya ini kan murid teladan di sekolah ini. Tadi aja saya naik bus masih sepi, belum pada bangun semua orang. Hehehehe .... " Pak satpam ikut tertawa mendengarnya. "Selamat belajar ya, Neng." "Makasih, Pak." Amanda tidak mau terlalu lama menghabiskan waktu untuk mengobrol dengan pak satpam. Sekarang dia harus cepat berlari menuju kelasnya untuk menduduki bangku kesayangannya. Langkahnya pun berhenti di depan kelas 12 IPA 2. Tapi saat dia akan membuka pintu kelas, pintunya tidak bisa dibuka. Masih terkunci? Ti