Share

TIDAK BERARTI LAGI

Author: Hemalin's
last update Last Updated: 2024-01-30 08:35:57

Kini, Ella sudah memilih untuk pergi, walaupun kasus perceraiannya dengan Dion belum selesai.

Saat ini dia berada di sebuah taksi, yang membawanya pergi entah kemana, dia sudah kehilangan semuanya.

Ella menyandarkan kepalanya yang terasa sangat berat, sama seperti perjalanan hidupnya yang berat.

Perlahan Ella menghapus air mata yang telah membasahi pipinya sejak tadi.

Ella tidak mengerti, mengapa orang-orang yang di sayanginya, semua pergi meninggalkan dirinya sendiri.

Ella memejamkan mata, menepis segala duka di hatinya.

"Maaf nyonya, Kemana saya harus mengantar nyonya?," tanya sopir taksi, sambil melihat ke arah kaca di depannya.

Sudah hampir satu jam mereka berputar-putar tanpa arah. Sopir taksi ini bingung bercampur kasihan melihat punumpangnya kali ini, dalam keadaan menangis terus dari tadi.

Dalam beberapa detik, Ella tampak kebingungan, dia tidak tahu mau kemana, karena dia pun tidak ingin pulang ke rumah panti, bu Arie pasti sedih melihat keadaan dirinya sekarang.

Kemudian Ella mencari ponselnya, tapi dia baru ingat bahwa tasnya ketinggalan, padahal ponsel dan uangnya, berada di sana.

"Ya Allah," keluhnya putus asa. Kini dia semakin bingung bagaimana dia harus membayar taksi tersebut.

"Stop, pak" katanya, kemudian taksi tersebut berhenti tepat di sebuah jembatan.

"Berhenti di sini, nyonya?," tanya sopir taksi heran. Ella diam saja dan segera menurunkan barangnya dari taksi tersebut.

"Pak, ambil cincin ini saja sebagai ganti ongkosnya, karena saya tidak membawa uang,"

Ella melepaskan cincin kawin yang selama ini berada di jemarinya. Tidak apa, toh cincin ini sudah tidak berarti lagi, batinnya.

Sopir taksi tersebut terbelalak menatap kilauan dari cincin tersebut.

"Tapi nyonya ini sangat mahal. Pasti cincin ini sangat berarti buat nyonya,"

"Tidak berarti lagi, saya tidak memerlukannya lagi. Ambil saja buat bapak," kata Ella datar, karena dia pun tidak mau mengingat lagi pada si pemberi cincin tersebut.

"Tidak usah nyonya. Tidak apa-apa, mungkin nyonya sedang ada masalah. Tidak usah di bayar tidak apa-apa juga," tolak sopir taksi yang merasa kasihan pada wanita cantik ini,

"Tidak apa-apa pak, ambil saja. Mungkin ini bisa membantu bapak di rumah," kemudian Ella meletakkan cincin itu ke tangan sopir taksi tersebut.

Setelah mengucapkan terima kasih dengan rasa , sopir taksi tersebut segera berlalu, meninggalkan Ella sendirian.

Sesaat Ella termenung, dia berdiri di pinggir jembatan dan melihat air yang mengalir di bawah sana.

Suasana sangat hening, tidak ada orang lewat di sana. Angin pun bertiup dengan tenang, membuat hati Ella semakin hampa.

Terbayang wajah Dion, ach mungkin sekarang Dion dan Vivian sedang merayakan hari kebahagiaan mereka, Ella tersenyum sedih. Kemudian dia kembali menangis, sendirian.

Ella menatap langit, terbayang wajah bayi mungilnya. Dan sekilas, dia melihat senyuman ibunya yang telah tiada.

Ella memejamkan matanya, semua sudah berakhir. Tidak ada lagi, yang menanti dan mengharapkannya.

Bahkan, bila dia tiada, orang-orang akan segera melupakannya.

Di kehidupan ini, aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Semoga di kehidupan yang lain, aku akan bertemu dengan ibu dan anakku, Chintya.

"Ibu aku sudah tidak kuat lagi, aku ingin bersamamu,"

Perlahan kaki Ella terangkat untuk naik ke pembatas jembatan tersebut. Hembusan angin semakin keras menerpa wajahnya.

Di detik berikutnya.....

"Apakah menurutmu, kematian itu adalah jalan yang terbaik dalam permasalahan mu?," suara berat seseorang mengagetkan Ella.

Ella membuka matanya, seorang pria berusia sekitar 25 tahun, telah berdiri di sebelahnya.

"Si... siapa kamu," tanya Ella terkejut, dia melihat di sekelilingnya sangat sepi.

Ach, bagaimana kalau orang ini berniat jahat pada dirinya, Ella bergidik ngeri. Dengan cepat dia menurunkan kakinya.

Dan pria ini tampak terkejut melihat wajah Ella. Dia mengernyitkan keningnya. Ach, mungkin hanya kebetulan saja, batin pria ini.

"Mau apa kamu?!," Ella terlihat takut.

"Kenapa?, apa kau takut melihatku?." kata pria tersebut sambil menatap lekat pada Ella. Tetapi ini tidak mungkin, batin pria ini lagi.

Terlihat Ella semakin ketakutan dengan pandangan tajam pria bermata biru ini. Tapi tunggu, Ella tertegun melihat raut wajah pria yang baru saja di jumpainya. Ada kesamaan di sana. dan mata itu sama dengan matanya, ach...

"Kau takut kalau aku berbuat jahat padamu?, tapi kau tidak takut mati di bawah sana, aneh sekali," kata pria ini lagi, pandangan matanya tidak lepas dari wajah Ella.

Ella terdiam, teringat baru saja dia hampir melakukan hal bodoh.

"Apakah kau tidak tahu, di luar sana ribuan bahkan ratusan orang menginginkan agar bisa hidup lebih lama?!." kata pria itu dengan suara agak kencang, membuat Ella kaget.

"A.. aku....aku?!". Ella terbata bingung.

"Kau tidak bersyukur, kau sudah di berikan kesehatan yang baik, malah ingin mengakhiri hidupmu."

Ella tersadar, "Ya Allah, apa yang sudah aku lakukan, ampuni aku ya Allah,"

"Seberapa berat beban hidupmu. Ku lihat kau sangat sehat dan kuat. Tetapi sayang mempunyai otak yang bodoh," cemoh pria itu lagi.

Ella kaget, rasa tersinggungnya membuat rasa takutnya hilang.

"Kenapa?. apa kau tidak terima bila kukatakan kau bodoh?!,"

Sial, siapa pria ini yang telah berani mengatai-ngatainya. Wajah Ella tampak memerah.

"Apa urusanmu, bila aku mati!." kata Ella dengan nada ketus.

"Tentu saja itu urusanku!," jawab pria itu dengan cepat. Kemudian dia melanjutkan lagi sambil menunjukkan ke bawah jembatan.

"Kau lihat dibawah sana?, ada sebuah sungai. Dan sungai itu adalah sumber penghasilanku. Jadi bila kau mati di bawah sana, aku yang repot mengurus mayatmu." kata Pria itu tidak berperasaan.

"Sebaiknya kau pilih tempat yang tidak merepotkan orang lain, misalnya di dalam hutan sana." pria itu menunjukkan arah hutan yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

Mata Ella terbelalak.

"Di hutan itu, ada banyak singa, harimau dan binatang buas lainnya. Kau tinggal datang saja. mereka akan dengan senang hati menerima kehadiranmu." pria itu berkata dengan santai, Ella tercenung sejenak.

"Apa kau mau aku mengantarmu kehutan itu?." tanya pria itu dengan nada serius.

"Tidak perlu!!." ketus Ella

Pria tersebut tersenyum dalam hati, Ella melongos dan mengangkat tasnya menjauh dari pria tersebut. Tetapi tidak lama kemudian....

"Hei!!, jalan ke arah itu bagus juga menuju kematian, di situ tempat bersarangnya ular kobra!?," teriak pria aneh itu santai.

Langkah Ella langsung terhenti, dan berapa detik kemudian dia berlari kembali mendekati pria itu.

"Ini daerah apa sih, kenapa banyak sekali binatang buas di sini," kata Ella terengah-engah dan tampak ketakutan.

Pria aneh ini terkekeh, melihat Ella yang ingin mati tapi takut pada kematian.

"Sebenarnya kau mau kemana?." tanya pria itu mulai serius.

"Aku...aku tidak tau," Ella mengatur nafasnya.

"Hmm, pasti kau kabur dari rumah karena orang tuamu tidak setuju dengan pacarmu?," cerocos pria tersebut, Ella mendelik kesal.

"Atau kau mau bunuh diri karena pacarmu kabur dengan gadis lain." pria itu menerka-nerka.

"Apa kau ahli nujum atau peramal?." kata Ella kesal.

'Hmm"

"Dimana tempat penginapan disini." tanya Ella.

"Kau mau mencari penginapan yang mati secara perlahan atau langsung mati di tempat," tanya pria itu lagi.

"Hei, aku sedang serius," Ella sudah terlihat tidak sabaran. Pria itu terkekeh lagi, sambil menggaruk kepalanya.

"Oke, oke,"

"Tolong kau tunjukan aja tempat penginapan di daerah sini?," Ella mengulang kembali pertanyaannya dengan nada serius.

"Hm, ayo ikut aku," pria itu berjalan dengan memberi kode agar Ella mengikutinya. Dengan perlahan Ella berjalan di belakang pria tersebut.

Hampir setengah jam berjalan, mereka belum sampai juga. Ella sudah mulai kelelahan, kakinya terasa sakit. Perutnya terasa lapar. Ella baru teringat, sejak pagi dia belum makan apa pun.

"Apakah masih jauh?,"

"Masih sekitar 3 atau 4 jam lagi perjalanan,"

"Hah!!, Kau tidak sedang bercanda kan?"

"Mau kugendong,"

"Kau gila,"

Pria itu tertawa dan menunjukkan ke suatu arah, "Itu rumah yang bercat putih, tempat penginapannya," Ella melihat sebuah rumah dibalik pepohonan.

"Syukurlah," ucap Ella lega.

Tidak berapa lama mereka sampai juga. Ella melihat sebuah villa yang sangat mewah.

Ella terlihat ragu, karena dia teringat, saat sekarang dia tidak memegang uang sedikitpun, pasti biayanya penginapan sangat mahal.

"Kau tidak mau masuk?," tanya pria itu, melihat keraguan di mata Ella.

Related chapters

  • Jangan Pergi, Istriku   PERTEMUAN YANG MENGEJUTKAN

    Tidak berapa lama mereka sampai juga. Ella melihat sebuah villa yang sangat mewah. Ella terlihat ragu, karena dia teringat, saat sekarang dia tidak memegang uang sedikitpun, pasti biayanya penginapan sangat mahal."Kau tidak mau masuk?." tanya pria itu, melihat keraguan d mata Ella."Umm...itu, aku...,""Kau kenapa?, jangan katakan bahwa kau berubah pikiran. Apa kau mau bertemu dengan raja hutan di luar sini,?." kata pria itu melihat keraguan di mata Ella."Bukan... itu..... aku saat sekarang tidak punya uang, apa di villa ini boleh kita bayar nanti saja," kata Ella terlihat malu-malu."Umm...begitu?. Tampak pria tersebut seperti sedang berpikir.Ella pun tampak khawatir karena bila si pemilik villa menolaknya maka hidupnya pasti akan berakhir di jalanan.Tak lama kemudian,"Baiklah aku akan bertanya sama si penjaga villa ini dulu, kau berdo'a saja, semoga penjaga villa sedang berbaik hati," kata pria tersebut.Ella dengan cepat mengangguk patuh.Kemudian pria itu masuk ke dalam villa

    Last Updated : 2024-02-13
  • Jangan Pergi, Istriku   HATI YANG DINGIN

    Di Area Grand Beunovul, sebuah perkantoran mewah dengan fasilitas yang exclusive. Duduk seorang pria berwajah dingin, acuh dan sedikit arogan di kursi kebesarannya, yang menandakan bahwa dia si pemilik perusahaan besar dan bonafide tersebut. Dia adalah Dion Hutama Putra.Sedangkan di seberang meja, duduk seorang pria bernama Erick. Dia adalah sahabat baik sekaligus sebagai patner Dion dalam berbisnis. Memandangi Dion yang serius di depan komputernya membuat Erick tersenyum dan berkata, "Bagaimana hubunganmu dengan Vivian, kapan kalian akan menikah?."Dion hanya diam saja, matanya tetap mengamati tulisan di depannya. Seakan dia hanya sendiri berada di ruangan itu. "Atau jangan-jangan, kau masih menyimpan rasa pada Ella. Dan masih mengharapkan Ella kembali." pancing Erick, melihat sikap Dion menjadi tertutup semenjak Ella pergi atau tepatnya semenjak mereka punya masalah.Dion menarik napas panjang, kemudian mengalihkan pandangan ke arah Erick."Menurutmu apa pantas seorang istri yan

    Last Updated : 2024-02-15
  • Jangan Pergi, Istriku   BEKERJA SAMA

    Memandangi wajah Dion yang tampak gusar, Erick tersenyum dan berkata, "Dion, setelah sekian lama, ternyata kisah cintamu belum selesai juga.""Erick, jangan kau tambahkan persoalanku dengan ocehanmu," sahut Dion tanpa memandang sahabatnya. Erick meledek, "Bagaimana mungkin, seorang Dion bisa berubah seperti ini, patah hati?."Dion melengos."Pesona siapa yang telah membuatmu berubah. Dari Dion yang dulu selalu bersemangat menjadi Dion yang dingin. Pesona Vivian kah? atau pesona Ella?," tanya Erick menggoda sahabatnya."Aku tidak ada waktu mendengar ocehanmu. Sebaiknya kau fokus pada Perusahaan New Strenght Holand . Bagaimana supaya perusahaan itu mau berinvestasi ke perusahaan kita.""Jangan khawatir. Aku mengenal presiden New Strenght Holand, tuan Dalton dengan baik. Beliau tidak seseram yang di bicarakan orang. Hanya saja beliau terlalu di siplin. Jangan coba-coba membuat beliau menunggu. Perusahaanmu akan di gulung hanya sekali jentik,""Hmm.... ?" Dion berpikir seberapa kuatnya p

    Last Updated : 2024-02-15
  • Jangan Pergi, Istriku   AKU BELUM SIAP, BU

    Di Perumahan mewah.........Dua keluarga sudah duduk berkumpul bersama di sebuah ruang yang di sebut ruangan keluarga.Dan ini pernah terjadi beberapa tahun yang lalu, di saat tuan Hutama, ayah Dion masih ada. Tapi sekarang beliau sudah pergi untuk selamanya.Suasana sekarang pun jauh berbeda. Tidak ada tawa ceria lagi seperti dulu. Karena sekarang Dion lebih banyak diam dan kelihatan tidak bersemangat. Walaupun Vivian berusaha membuat suasana menjadi ceria, tetapi Dion tidak banyak bicara, dia hanya tersenyum saja bila ada yang bercanda."Bagaimana perkembangan perusahaanmu, Dion?," tanya tuan Ferdinand, mantan ayah tunangannya, menghilangkan kekakuan di antara mereka.Sebagai seorang tuan rumah yang baik, Dion berusaha bersikap sopan. Karena bagaimana pun mereka pernah hampir menjadi satu keluarga, tetapi takdir berkata lain."Hanya ada sedikit masalah pak, tetapi semua sudah di atasi," jawab Dion perlahan."Ya, Vivian sudah menceritakaan tentang Grand Beunovul saat ini sedang ada m

    Last Updated : 2024-02-16
  • Jangan Pergi, Istriku   DIMANA KAU, ELLA?

    "Ja... jadi baby Chintya masih hidup!!," pekik nyonya Maribet kaget mendengar pengakuan anaknya, Dion."Ampuni aku ibu, aku salah. Saat itu aku terbawa emosi, karena sakit hati mendengar Ella berselingkuh," Dion bersimpuh dengan berurai air mata di hadapan ibunya, memohon ampun karena telah melakukan kesalahan yang sangat fatal."Apa yang telah engkau lakukan, nak." tanya nyonya maribet sambil berurai air mata.Beliau begitu shock mendengar pengakuan putranya. Dia tidak menyangka, Dion tega melakukan hal yang sangat kejam.Karena walau Chintya bukan darah daging Dion, Dion tidak berhak memisahkan anak dari ibunya, dengan alasan apa pun."Dimana sekarang baby Chintya di rawat," tanya nyonya Maribet."Di rumah sakit Healthy Hospital, bu" jawab Dion perlahan masih menunduk.Atas saran dokter, Dion tidak punya pilihan lain. Akhirnya dia memindahkan baby Chintya ke rumah sakit yang lebih besar, dimana peralatan medisnya lebih lengkap."Antarkan ibu kesana," kata nyonya Maribet kemudian."Iy

    Last Updated : 2024-02-19
  • Jangan Pergi, Istriku   PERUBAHAN ELLA

    Mobil mewah itu berhenti tepat di depan rumah panti asuhan.Beberapa anak yang sedang menyapu halaman rumah panti langsung berdiri dengan pandangan ingin tahu, siapa yang datang.Dan ketika seorang wanita cantik turun dari mobil, anak-anak tersebut langsung berhamburan berlarii mendekati si pemilik mobil."Kak Ella..... kak Ella...... kak Ella," teriak riuh anak-anak panti kegirangan menyambut Ella, dan kegembiraan mereka bertambah tatkala mereka mendapatkan hadiah dari Ella."Bagi-bagi ya buat semua," seru Ella terharu dan bahagia melihat anak-anak yatim piatu itu tertawa bahagia.Pak sopir juga membantu menurunkan beberapa barang dan membagikan pada anak-anak itu."Jangan rebutan, semua kebagian," seru Ella lagi, di sela tawa bahagia anak-anak panti.Rupanya, sebelum datang tadi Ella menyempatkan diri membeli makanan dan mainan untuk anak-anak panti.Bu Asih yang mendengar suara ribut di luar langsung keluar rumah, ingin tahu apa yang sedang terjadi."Ya Tuhan, nak," bu Asih terbelal

    Last Updated : 2024-02-20
  • Jangan Pergi, Istriku   HATI YANG GALAU

    Suara dentuman musik terdengar hingar bingar memekakkan telinga. Aroma tembakau dan alkohol yang begitu kental memenuhi ruangan.Beberapa pria hidung belang dan wanita berpakaian minim dengan riasan yang menor berjoget dan menari di sana, tawa dan teriakkan mereka menambah bingarnya suasana.Malam ini, Dion terdampar di sini di lautan kemaksiatan. Karena saat ini hati Dion penuh amarah yang berkobar dan kekecewaan yang sangat dalam. Pikirannya kalut dan kacau.Bayangan senyuman Ella menari-nari di pelupuk matanya. Dion duduk di ruangan VIP, Dia meminta pada pelayan untuk memberikannya lagi minuman yang terbaik.Entah berapa banyak sudah minuman beralkohol itu berada di perutnya. Dan botol-botol yang sudah kosong pun berhamburan di atas meja.Ada getaran di saku celananya, Dion meraihnya, dengan sembarang dia mengangkat telponnya."Ha...loooo," kemudian dia terkulai di tempatnya."Dion, kau dimana?!!" teriakkan itu tenggelam dengan suara musik.Dion pun yang sudah sangat mabuk, tidak

    Last Updated : 2024-02-21
  • Jangan Pergi, Istriku   PENGAKUAN YANG MENYAKITKAN

    Sore ini, Ella sedang bersiap-siap untuk pulang ke rumah, setelah seharian berkutet dengan berkas-berkas di kantor.Hari ini sungguh melelahkan, dia membayangkan berada di ruangan spa, sungguh menyenangkan. Dia berencana memanjakan tubuhnya di SPA NEW STRENGHT, milik keluarganya.Tapi sebelum dia melangkah pergi, suara deringan di ponselnya menghentikan langkahnya.Dia melirik ponselnya, tidak ada nama hanya ada nomor yang tertera di sana. Sejenak dia mengernyitkan keningnya, nomor itu...."Halo Ella," suara khas itu, sangat familiar dengannya. Ella terdiam, dadanya terasa sesak. Bahkan dia tidak berani menghela napas, walau sekedar menghalau deburan dihatinya. Dia menjadi bingung antara sedih, marah dan kecewa."Ella, bisakah kita bertemu? Ada sesuatu yang ingin aku katakan, sangat penting." suara Dion terdengar dari seberang."Katakan saja, ada apa?! Aku tidak ada waktu!," jawab Ella dengan ketus.Terdengar suara helaan napas berat di seberang sana."Aku ingin menunjukkan sesuatu, t

    Last Updated : 2024-02-22

Latest chapter

  • Jangan Pergi, Istriku   JANGAN PERGI, ISTRIKU

    Tuan Dalton segera mendapat kabar tentang Alexander, dan perihal tentang ancaman hilangnya hak asuh Jelita pada Ella dan Dion.Dan tuan Dalton segera mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang."Tuan Smith, aku butuh bantuanmu," suara tuan Dalton terdengar tegas."Tuan Dalton apa yang kau butuhkan, Saya siap melaksanakannya,"Setelah beberapa menit kemudian......"Sudah selesai semuanya, tuan Dalton, dan Hakim Jason akan melaksanakan seperti yang tuan inginkan,"Tuan Dalton tersenyum cerah, dan segera ke Villa Greend tempat Ella tinggal bersama Jelita dan Chintya.Tidak sabar rasanya melihat keceriaan di wajah cucu kesayangannya ini, yang dari kemarin murung saja.Di Villa Greend, tuan Dalton hanya menjumpai Jelita dan Chintya yang sedang bermain bersama pengasuh mereka masing-masing."Nona Ella, sedang berada di taman tuan." kata salah seorang pengasuh pada tuan Dalton dengan hormat.Setelah menyapa Jelita dan Chintya sejenak, tuan Dalton segera ke taman tempat Ella mengurung diri.

  • Jangan Pergi, Istriku   AKEXANDER

    Hari ini adalah sidang perdana, Alexander. Ella dan Dion yang sebagai saksi sudah berada di sana.Erick, nyonya Maribet dan bi Asih juga hadir.Alexander tampak lesu dan tidak bersemangat. Suaranya sangat lemah saat menjawab pertanyaan dari hakim.“Saya sangat menyayangi anak saya Jelita. Setelah kematian istri saya, Jelita adalah hidup saya.” Alexander terdiam sejenak sambil menunduk. “Dan saya sangat terpukul mendengar bahwa Jelita bukan putri kandung saya. Tetapi saya pun menyayangi anak saya Chintya. Karena itu, saya nekat ingin membawa mereka berdua pergi karena saya tidak ingin mereka hidup menderita,” tutur Alexander lagi.“Berarti saudara meragukan orang tua kandung Jelita,” tanya hakim.“Benar, pak. Karena saya melihat hubungan yang tidak harmonis antara ibu Ella dan suaminya, Dion. Bahkan saya pernah melihat pak Dion berselingkuh di waktu putri saya Chintya masih di rawat di rumah sakit.” Pengunjung semua bersorak mendengar ini. Ella dan Dion membelalakkan matanya mendenga

  • Jangan Pergi, Istriku   PENYESALAN DION

    Berita penangkapan Alexander dengan cepat menyebar. Karena tuduhan percobaan penculikkan terhadap Jelita, telah menyebabkan pria menawan ini terpaksa berurusan dengan kepolisian."Aku tidak mungkin menculik putriku sendiri." teriak Alexander marah di dalam sebuah sel yang akan menjadi tempat tinggal pria ini untuk beberapa waktu."Aku menyayangi mereka, aku ingin membawa mereka ke tempat yang lebih aman." kata Alexander lagi.Tetapi apa pun alasan itu, Alexander tetap di nyatakan bersalah dan penjagaan terhadap dirinya pun di lakukan dengan sangat ketat."Sial," rutuknya dalam hati. Biasanya segala urusan dengan mudah dapat di selesaikan.Tetapi kali ini, perkiraannya melesat. Sang pengacara handalannya pun telah gagal membebas dirinya.Bahkan Alexander di larang menerima tamu, sampai keputusan hakim memberikan hukuman yang pantas atas dirinya.Alexander hanya di perbolehkan bertemu dengan pengacaranya saja, yaitu Chao, itu pun harus di bawah pengawasan yang ketat."Semua ini di bawah

  • Jangan Pergi, Istriku   JANGAN AMBIL ANAKKU

    Ella menunggu hampir satu jam lamanya, tetapi Jelita dan pengasuhnya, belum muncul juga.Bu Asih dan nyonya Maribet yang sudah datang dari pagi, ikut juga menunggu kedatangan Jelita."Sabar ya nak, mungkin mereka sebentar lagi datang," bu Asih menenangkan Ella yang nampak gelisah. Ella hanya menarik napas menepis gundah di hatinya.Hari ini Chintya sudah di izinkan pulang karena kondisinya sudah membaik.Dan sesuai kesepakatan, Chintya akan kembali pada orang tua kandungnya yaitu tuan Alexander, serta Jelita akan bersama orang tua kandungnya yaitu Ella dan Dion.Tetapi sudah hampir satu jam, tidak ada tanda-tanda Jelita akan datang. Sementara Chintya sudah berada dalam pelukan Alexander dan pasukannya yang sudah siap untuk meninggalkan tempat ini.Ella bermaksud mendekati Chintya, begitu melihat gelagat keluarga ini hendak meninggalkan rumah sakit Healthy Hospital.Tetapi seseorang segera menghadang Ella, melarang Ella untuk mendekati Chintya."Hei!!, apa maksudnya ini. Mengapa kalian

  • Jangan Pergi, Istriku   LUKA LAMA TERKOYAK KEMBALI

    Terlambat, Ella yang sudah berada di kantornya sedang menyaksikan adegan itu dari ponselnya, dengan hati yang sangat perih. Luka lama di hatinya terkoyak kembali.Ditutupnya ponsel itu dengan memejamkan mata, "Tuhan, mengapa hati ini masih sangat sakit. Seharusnya aku sudah ikhlas," Air mata kembali menetes.Beberapa saat kemudian, Ella menghapuskan air matanya dan bergegas keluar dari ruangan kantor.Dan di depan pintu ruangan, Ella berpesan pada Merry sekretarisnya bahwa dia akan pulang dan semua kegiatan hari ini di undurkan sampai besok."Baik, bu." sahut Merry sang sekretaris.Ella melangkah dengan anggun, walau hatinya saat ini tidak sedang baik saja, tetapi dia berusaha menyembuhkan luka hatinya sendiri.Seharusnya aku tidak melihat foto itu, guman Ella dalam hati.Beberapa karyawan yang berpapasan dengannya, mengangguk penuh hormat. Ella membalas dengan senyum yang ramah.Di tempat parkir, Ella melihat pak Thomas sopir pribadinya sudah siap di sisi mobil, dengan penuh hormat m

  • Jangan Pergi, Istriku   MENJAUHLAH DARI KEHIDUPAN KAMI

    Dion yang sudah berhasil menarik Vivian menjauh dari ruangan Chintya, segera melepaskan tangan Vivian dengan kasar. Vivian meringis kesakitan karena genggaman Dion pada tangannya terlalu kencang. Tetapi Dion tidak peduli, hatinya kali ini benar-benar kesal."Vivian dengarlah!, Menjauhlah dari kehidupan kami. Jangan pernah datang kesini lagi!," kata Dion dengan wajah serius, sambil menatap Vivian dengan tajam. "Tapi aku hanya ingin membantu....," jawab Vivian terbata-bata merasa ngeri melihat mata Dion yang tampak merah."Aku tidak butuh bantuanmu, apa kau mengerti?!. Kehadiran mu membuat hubunganku dengan Istriku semakin memburuk," Dion terlihat sangat gusar dengan kelakuan Vivian., dan dia sengaja menekan kata "istriku" pada kalimatnya."Bukankah kalian akan bercerai?," tanya Vivian."Sampai kapan pun aku tidak akan pernah menceraikan istriku, kau paham?!," tegas Dion lagi, "Jadi menjauh lah dari kehidupan kami.""Tidak akan!!" jawab Vivian keras kepala. "Kau milikku, sampai kapanpu

  • Jangan Pergi, Istriku   CHINTYA DAN JELITA

    Operasi Chintya berjalan lancar, walau sudah menghabiskan waktu hampir 4 jam lamanya.Tuan Alexander dengan pakaian medis menutupi hampir seluruh tubuhnya, tampak menggenggam tangan Chintya dengan lembut.Seakan memberi kekuatan pada putri kecilnya, lewat tangannya."Kau hebat, nak. Papa bangga pada mu. Kau gadis pemberani," suara Alexander terdengar lembut.Kemudian dia melirik Ella di seberang tempat tidur yang sedang menatap mereka, seakan memberitahu betapa dia pun menginginkan berada di dekat Chintya.Seakan mengerti yang di inginkan Ella, perlahan Alexander bangkit dari tempat duduknya, dan Ella segera mendekati bayi Chintya."Hai gadis pemberani, terima kasih sayang telah menjadi gadis kuat, ibu sayang kamu, nak" bisik Ella sambil membelai tangan mungil itu.Jemari itu bergerak seakan memberitahu bahwa dia pun sangat menyayangi Ella."Kau mendengar ibu, nak." Air mata haru Ella, menetas lewat sudut matanya. Di ciumnya lembut tangan mungil itu.Alexander yang melihat ini menjadi

  • Jangan Pergi, Istriku   PERTEMUAN YANG MENGHARUKAN

    Pagi ini, Ella baru saja terbangun dari tidurnya, setelah dua hari berada di rumah sakit, kini badannya terasa segar kembali. Padahal tadi malam, Ella merasakan kelelahan yang luar biasa. Melihat wajah Ella yang sangat pucat, bu Asih menyarankan agar Ella segera pulang ke rumah, untuk beristirahat. Awalnya Ella menolak, karena tidak tega meninggalkan Chintya.Tapi nyonya Maribet juga ikut memastikan bahwa beliau akan ikut berjaga bersama bu Asih. Dan tuan Dalton juga sudah meyakinkannya akan memantau perkembangan Chintya selalu, melalui orang kepercayaannya tanpa di ketahui orang lain.Akhirnya, Ella pun setuju untuk pulang, setelah yakin Chintya baik-baik saja. Dan melihat Ella hendak pulang, Dion pun menawarkan diri untuk mengantar Ella, tetapi langsung di tolak Ella. "Bahkan aku tidak mau melihatmu lagi," kata Ella dengan dingin pada Dion,sesaat sebelum Ella berlalu dengan mobil mewahnya.Ting!Sebuah pesan masuk, membuyar lamunan Ella, dan Ella segera meraih ponselnya dan meliha

  • Jangan Pergi, Istriku   MENGAPA KAU MASIH DISINI?!

    Di sudut ruangan rumah sakit.Ella tampak menangis di pangkuan bu Asih dan Dion tampak terpaku di samping Vivian.Sedangkan nyonya Maribet masih berada di dalam kamar Chintya.Ternyata pemeriksaan yang dilakukan terhadap Ella dan Dion, beberapa waktu yang lalu telah mengungkapkan suatu kebenaran.Dokter telah menyatakan bahwa Chintya bukan anak kandung Dion dan Ella. Chintya tertukar saat baru lahir di rumah sakit. Pernyataan ini telah membuat syok semua orang.Terutama Ella yang tidak menyangka bahwa putrinya tertukar dengan bayi yang lain, hatinya menjadi marah dan sedih. Tubuhnya terasa tidak bertenaga lagi.Ella teringat di saat dia melahirkan, Dion menolak menemaninya ke rumah sakit, akhirnya dia melahirkan sendirian.Saat ini, pihak rumah sakit Healthy Hospital telah menghubungi rumah sakit Contento Hospital, tempat di mana Ella melahirkan dulu.Dan mereka semua sedang mencari tahu siapa wanita yang melahirkan di hari dan di waktu yang sama. Sehingga orang tua kandung Chintya bis

DMCA.com Protection Status