Memandangi wajah Dion yang tampak gusar, Erick tersenyum dan berkata, "Dion, setelah sekian lama, ternyata kisah cintamu belum selesai juga."
"Erick, jangan kau tambahkan persoalanku dengan ocehanmu," sahut Dion tanpa memandang sahabatnya.Erick meledek, "Bagaimana mungkin, seorang Dion bisa berubah seperti ini, patah hati?."Dion melengos."Pesona siapa yang telah membuatmu berubah. Dari Dion yang dulu selalu bersemangat menjadi Dion yang dingin. Pesona Vivian kah? atau pesona Ella?," tanya Erick menggoda sahabatnya."Aku tidak ada waktu mendengar ocehanmu. Sebaiknya kau fokus pada Perusahaan New Strenght Holand . Bagaimana supaya perusahaan itu mau berinvestasi ke perusahaan kita.""Jangan khawatir. Aku mengenal presiden New Strenght Holand, tuan Dalton dengan baik. Beliau tidak seseram yang di bicarakan orang. Hanya saja beliau terlalu di siplin. Jangan coba-coba membuat beliau menunggu. Perusahaanmu akan di gulung hanya sekali jentik,""Hmm.... ?" Dion berpikir seberapa kuatnya pengaruh New Strenght Holand dalam dunia bisnis.Dia pernah mendengar, New Strenght Holand adalah perusahaan raksasa di negeri ini dengan jumlah karyawan mencapai ribuan orang.Banyak perusahaan kecil dan menengah di bantu oleh perusahaan New Strenght Holand.Selain itu, perusahaan ini juga mampu mengembangkan sebuah perusahaan kecil, atau menjungkir balik kan perusahaan yang tidak di sukainya.Dion tidak dapat membayangkan bagaimana keberuntungan yang akan di dapatkan perusahaannya bila perusahaan New Strenght Holand ini mau mendanai perusahaannya.Dan untung saja, Erick sahabatnya mau membantu. Karena saat ini, perusahaan Dion bernama Grand Beunovul sangat membutuhkan dana tambahan, karena ada beberapa proyek yang sudah terbengkalai karena kekurangan modal." Bagaimana?, Kita sudah siap bertemu dengan suhu pembisnis?,""Oke, siap!."***Kantor presiden New Strenght Holand berada di lantai atas dan menempati seluruh lantai gedung.Ruangan ini sungguh menakjubkan, desaian interiornya sangatlah profesional. Setiap inci semua punya nilai seni yang tinggi.Untuk beberapa detik Dion terpana berada di gedung yang mewah ini. Dia tidak menyangka bisa berada di sini, tempat impian hampir semua orang di luar sana. Bisa di pastikan tidak sembarangan orang bisa masuk ke ruangan ini.Ini terlihat begitu ketatnya penjagaan di sekitarnya. Beberapa penjaga dan bodyguard terlihat berjaga-jaga dengan perlengkapannya yang lengkap.Dan hari ini. dia termasuk salah satu orang yang beruntung itu, bisa menapaki kakinya ke ruangan ini.Setelah menunggu beberapa menit......"Erick Bolton, apa kabarmu." presiden New Strenght Holand, tuan Dalton hadir menyapa mereka dengan sangat ramah dan hangat."Baik, tuan Dalton," jawab Erick sopan sambil menyalami pria milyuner ini.Pria ini sangat berwibawa, masih terlihat sangat gagah dan tampan walaupun usianya sudah mencapai angka 70. Melihat keakraban ini, Dion menduga, hubungan keduanya pasti sudah lama terjalin dengan baik, untuk sedetik Dion merasa bangga memiliki sahabat seperti Erick.Kemudian tuan Dalton melirik ke arah Dion."Dion Hutama Putra," kata Dion dengan sopan sambil menyalami pria wibawa ini. Kemudian mereka di persilahkan duduk di sofa yang di perkirakan bernilai ratusan juta ini. Sangat empuk dan nyaman."Tuan Dalton, ini dokumen dan surat-surat yang anda minta kemarin," Erick mengeluarkan beberapa dokumen dan folder penting lainnya serta meletakkanya ke depan tuan Dalton.Tampak tuan Dalton memeriksa dokumen tersebut dengan seksama, kemudian beliau menekan sebuah tombol di hadapannya.Tidak berapa lama, seorang wanita cantik masuk ke ruangan tersebut. Dion menduga ini pasti sekretaris tuan Dalton."Baiklah Erick dan Dion, untuk seterusnya silahkan menghubungi Aurelia saja," kata tuan Dalton perlahan. "Aurelia tolong ini di bantu ya, jangan lupa periksa kelengkapan suratnya."Blam!, segampang itu, sepertinya Dion harus mentraktir secangkir kopi agar Erick mengajarinya cara menghadapi orang berpengaruh seperti tuan Dalton."Baik tuan," jawab Aurelia sambil mempersilahkan Erick dan Dion berpindah ke ruangannya saja.Di dalam ruangan Aurelia pun interiornya pun sangat luar biasa. Walaupun tidak semewah di ruangan tuan Dalton, tetapi kenyamanannya luar biasa."Baiklah tuan Erick dan tuan Dion, surat-suratnya akan kami periksa dulu. Dan minggu depan silahkan kembali lagi," kata Aurelia dengan sopan dan elegant. "Terima kasih," jawab Erick dan Dion hampir berbarengan membuat mereka berdua saling berpandangan. Aurelia tersenyum melihat tingkah kocak ke dua pria tampan ini.Akhirnya mereka berdua bernapas lega, dan memutuskan merayakan hari kemenangan di sebuah cafe ternama."Gila kau ini, semudah itu mendapatkan sebongkah emas," canda Dion, tetapi dia tidak dapat memungkiri bahwa Erick pantas mendapat pujian darinya hari ini.Erick terkekeh, "Siapa dulu dong, Erick Boston gitu?.""Hmm.... kumat dek sombongnya", guman Dion mencibir.Tiba-tiba ponsel Dion berdering, dan di sana tertulis nama "ibu", lalu Dion mengangkatnya,"Iya, bu...?""Dion, dimana sekarang.?!, Mengapa belum pulang juga, bukankah ibu sudah menberitahu bahwa hari ini kita mengundang orang tua Vivian datang ke rumah!?," kata Ibu dengan nada tidak sabaran menghadapi putranya."Iya, bu. Tadi aku lupa," jawab Dion perlahan."Ya sudah, sekarang pulang terus!," sambung ibu lagi."Tapi bu, aku sekarang.....,""Tidak ada tapi~tapian, pulang sekarang!." perintah ibu dengan tegas.klik...terdengar suara ponsel di matikan.Erick tertawa melihat Dion yang terbengong menatapi ponselnya."Lihat lah, sampai saat sekarang pun aku masih seorang anak kecil yang tidak bisa mengambil keputusan. Padahal aku ini seorang direktur," keluh Dion meratapi nasibnya."Dion.... Dion, sampai kapan pun kita ini tetap anak kecil di mata orang tua kita," jawab Erick masih dengan sisa tawanya."Tapi sampai kapan kita ini di beri kebebasan tanpa ada aturan-aturan." keluh Dion lagi."Tidak akan pernah, karena setelah kita menikahpun istri kita yang mengatur kehidupan kita selanjutnya. Contohnya, bila kita telat pulang kerja, istri akan cemberut. Setelah mandi, kita lupa menaruh handuk ketempatnya kita di omelin, hadeeeh.... pokoknya terima saja nasib kita," kata Erick terkekeh lagi.Dion terdiam, dia teringat Ella, entah mengapa bayangan Ella selalu hadir dengan manis di benaknya.Ach, Dion menepis bayangan itu dengan kasar, dan Erick melihat tingkah sahabatnya ini, menduga bahwa Dion sedang memikirkan Vivian."Kalau kau tidak ada perasaan lagi pada Vivian, sebaiknya kau berterus terang pada Vivian dan orang tuamu," kata Erick."Itu yang selalu ingin aku lakukan, tapi aku tidak tega melihat mereka kecewa. Apa lagi aku sudah pernah mengecewakan mereka dengan pernikahanku yang gagal.""Tapi kalau kau pun bertahan dengan wanita yang tidak kau cintai, apa kau akan bahagia?," tanya Erick."Entahlah, yang pastinya untuk saat ini aku belum siap untuk menikah lagi." kata Dion sambil bangun dan mengajak Erick untuk meninggalkan cafe ini.Di Perumahan mewah.........Dua keluarga sudah duduk berkumpul bersama di sebuah ruang yang di sebut ruangan keluarga.Dan ini pernah terjadi beberapa tahun yang lalu, di saat tuan Hutama, ayah Dion masih ada. Tapi sekarang beliau sudah pergi untuk selamanya.Suasana sekarang pun jauh berbeda. Tidak ada tawa ceria lagi seperti dulu. Karena sekarang Dion lebih banyak diam dan kelihatan tidak bersemangat. Walaupun Vivian berusaha membuat suasana menjadi ceria, tetapi Dion tidak banyak bicara, dia hanya tersenyum saja bila ada yang bercanda."Bagaimana perkembangan perusahaanmu, Dion?," tanya tuan Ferdinand, mantan ayah tunangannya, menghilangkan kekakuan di antara mereka.Sebagai seorang tuan rumah yang baik, Dion berusaha bersikap sopan. Karena bagaimana pun mereka pernah hampir menjadi satu keluarga, tetapi takdir berkata lain."Hanya ada sedikit masalah pak, tetapi semua sudah di atasi," jawab Dion perlahan."Ya, Vivian sudah menceritakaan tentang Grand Beunovul saat ini sedang ada m
"Ja... jadi baby Chintya masih hidup!!," pekik nyonya Maribet kaget mendengar pengakuan anaknya, Dion."Ampuni aku ibu, aku salah. Saat itu aku terbawa emosi, karena sakit hati mendengar Ella berselingkuh," Dion bersimpuh dengan berurai air mata di hadapan ibunya, memohon ampun karena telah melakukan kesalahan yang sangat fatal."Apa yang telah engkau lakukan, nak." tanya nyonya maribet sambil berurai air mata.Beliau begitu shock mendengar pengakuan putranya. Dia tidak menyangka, Dion tega melakukan hal yang sangat kejam.Karena walau Chintya bukan darah daging Dion, Dion tidak berhak memisahkan anak dari ibunya, dengan alasan apa pun."Dimana sekarang baby Chintya di rawat," tanya nyonya Maribet."Di rumah sakit Healthy Hospital, bu" jawab Dion perlahan masih menunduk.Atas saran dokter, Dion tidak punya pilihan lain. Akhirnya dia memindahkan baby Chintya ke rumah sakit yang lebih besar, dimana peralatan medisnya lebih lengkap."Antarkan ibu kesana," kata nyonya Maribet kemudian."Iy
Mobil mewah itu berhenti tepat di depan rumah panti asuhan.Beberapa anak yang sedang menyapu halaman rumah panti langsung berdiri dengan pandangan ingin tahu, siapa yang datang.Dan ketika seorang wanita cantik turun dari mobil, anak-anak tersebut langsung berhamburan berlarii mendekati si pemilik mobil."Kak Ella..... kak Ella...... kak Ella," teriak riuh anak-anak panti kegirangan menyambut Ella, dan kegembiraan mereka bertambah tatkala mereka mendapatkan hadiah dari Ella."Bagi-bagi ya buat semua," seru Ella terharu dan bahagia melihat anak-anak yatim piatu itu tertawa bahagia.Pak sopir juga membantu menurunkan beberapa barang dan membagikan pada anak-anak itu."Jangan rebutan, semua kebagian," seru Ella lagi, di sela tawa bahagia anak-anak panti.Rupanya, sebelum datang tadi Ella menyempatkan diri membeli makanan dan mainan untuk anak-anak panti.Bu Asih yang mendengar suara ribut di luar langsung keluar rumah, ingin tahu apa yang sedang terjadi."Ya Tuhan, nak," bu Asih terbelal
Suara dentuman musik terdengar hingar bingar memekakkan telinga. Aroma tembakau dan alkohol yang begitu kental memenuhi ruangan.Beberapa pria hidung belang dan wanita berpakaian minim dengan riasan yang menor berjoget dan menari di sana, tawa dan teriakkan mereka menambah bingarnya suasana.Malam ini, Dion terdampar di sini di lautan kemaksiatan. Karena saat ini hati Dion penuh amarah yang berkobar dan kekecewaan yang sangat dalam. Pikirannya kalut dan kacau.Bayangan senyuman Ella menari-nari di pelupuk matanya. Dion duduk di ruangan VIP, Dia meminta pada pelayan untuk memberikannya lagi minuman yang terbaik.Entah berapa banyak sudah minuman beralkohol itu berada di perutnya. Dan botol-botol yang sudah kosong pun berhamburan di atas meja.Ada getaran di saku celananya, Dion meraihnya, dengan sembarang dia mengangkat telponnya."Ha...loooo," kemudian dia terkulai di tempatnya."Dion, kau dimana?!!" teriakkan itu tenggelam dengan suara musik.Dion pun yang sudah sangat mabuk, tidak
Sore ini, Ella sedang bersiap-siap untuk pulang ke rumah, setelah seharian berkutet dengan berkas-berkas di kantor.Hari ini sungguh melelahkan, dia membayangkan berada di ruangan spa, sungguh menyenangkan. Dia berencana memanjakan tubuhnya di SPA NEW STRENGHT, milik keluarganya.Tapi sebelum dia melangkah pergi, suara deringan di ponselnya menghentikan langkahnya.Dia melirik ponselnya, tidak ada nama hanya ada nomor yang tertera di sana. Sejenak dia mengernyitkan keningnya, nomor itu...."Halo Ella," suara khas itu, sangat familiar dengannya. Ella terdiam, dadanya terasa sesak. Bahkan dia tidak berani menghela napas, walau sekedar menghalau deburan dihatinya. Dia menjadi bingung antara sedih, marah dan kecewa."Ella, bisakah kita bertemu? Ada sesuatu yang ingin aku katakan, sangat penting." suara Dion terdengar dari seberang."Katakan saja, ada apa?! Aku tidak ada waktu!," jawab Ella dengan ketus.Terdengar suara helaan napas berat di seberang sana."Aku ingin menunjukkan sesuatu, t
"Bagaimana, bila kita lakukan test DNA sekali lagi," tantang Ella."Baik, ayo kita lakukan!," jawab Dion tidak mau kalah karena merasa sangat yakin."Dion!, Ella stop!," tiba-tiba nyonya Maribet berdiri di hadapan mereka berdua. Dion dan Ella yang tadinya sudah saling tuding langsung terdiam."Apa yang kalian ributkan?!, Apa kalian sadar, saat ini Chintya di dalam sana sedang berjuang dengan penyakitnya. Chintya butuh orang tua yang mendukungnya, bukan orang tua yang saling meributkan sesuatu yang tidak jelas!!?," kata nyonya Maribet dengan nada keras."Dion, kau sebagai kepala rumah tangga, seharusnya lebih bijaksana. Bukan arogan seperti tadi!?." kata nyonya Maribet lagi, kemudian berpaling ke arah Ella. " Dan kau Ella, sebagai seorang istri dan seorang ibu, harusnya lebih sabar.""Tapi, bu...," sela Dion."Tidak ada tapi-tapian, Ini sudah terjadi. Dan yang terpenting sekarang, bagaimana cara supaya Chintya bisa sembuh dulu." kata nyonya Maribet dengan wajah merah padam.Sebenarnya n
Di sudut ruangan rumah sakit.Ella tampak menangis di pangkuan bu Asih dan Dion tampak terpaku di samping Vivian.Sedangkan nyonya Maribet masih berada di dalam kamar Chintya.Ternyata pemeriksaan yang dilakukan terhadap Ella dan Dion, beberapa waktu yang lalu telah mengungkapkan suatu kebenaran.Dokter telah menyatakan bahwa Chintya bukan anak kandung Dion dan Ella. Chintya tertukar saat baru lahir di rumah sakit. Pernyataan ini telah membuat syok semua orang.Terutama Ella yang tidak menyangka bahwa putrinya tertukar dengan bayi yang lain, hatinya menjadi marah dan sedih. Tubuhnya terasa tidak bertenaga lagi.Ella teringat di saat dia melahirkan, Dion menolak menemaninya ke rumah sakit, akhirnya dia melahirkan sendirian.Saat ini, pihak rumah sakit Healthy Hospital telah menghubungi rumah sakit Contento Hospital, tempat di mana Ella melahirkan dulu.Dan mereka semua sedang mencari tahu siapa wanita yang melahirkan di hari dan di waktu yang sama. Sehingga orang tua kandung Chintya bis
Pagi ini, Ella baru saja terbangun dari tidurnya, setelah dua hari berada di rumah sakit, kini badannya terasa segar kembali. Padahal tadi malam, Ella merasakan kelelahan yang luar biasa. Melihat wajah Ella yang sangat pucat, bu Asih menyarankan agar Ella segera pulang ke rumah, untuk beristirahat. Awalnya Ella menolak, karena tidak tega meninggalkan Chintya.Tapi nyonya Maribet juga ikut memastikan bahwa beliau akan ikut berjaga bersama bu Asih. Dan tuan Dalton juga sudah meyakinkannya akan memantau perkembangan Chintya selalu, melalui orang kepercayaannya tanpa di ketahui orang lain.Akhirnya, Ella pun setuju untuk pulang, setelah yakin Chintya baik-baik saja. Dan melihat Ella hendak pulang, Dion pun menawarkan diri untuk mengantar Ella, tetapi langsung di tolak Ella. "Bahkan aku tidak mau melihatmu lagi," kata Ella dengan dingin pada Dion,sesaat sebelum Ella berlalu dengan mobil mewahnya.Ting!Sebuah pesan masuk, membuyar lamunan Ella, dan Ella segera meraih ponselnya dan meliha
Tuan Dalton segera mendapat kabar tentang Alexander, dan perihal tentang ancaman hilangnya hak asuh Jelita pada Ella dan Dion.Dan tuan Dalton segera mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang."Tuan Smith, aku butuh bantuanmu," suara tuan Dalton terdengar tegas."Tuan Dalton apa yang kau butuhkan, Saya siap melaksanakannya,"Setelah beberapa menit kemudian......"Sudah selesai semuanya, tuan Dalton, dan Hakim Jason akan melaksanakan seperti yang tuan inginkan,"Tuan Dalton tersenyum cerah, dan segera ke Villa Greend tempat Ella tinggal bersama Jelita dan Chintya.Tidak sabar rasanya melihat keceriaan di wajah cucu kesayangannya ini, yang dari kemarin murung saja.Di Villa Greend, tuan Dalton hanya menjumpai Jelita dan Chintya yang sedang bermain bersama pengasuh mereka masing-masing."Nona Ella, sedang berada di taman tuan." kata salah seorang pengasuh pada tuan Dalton dengan hormat.Setelah menyapa Jelita dan Chintya sejenak, tuan Dalton segera ke taman tempat Ella mengurung diri.
Hari ini adalah sidang perdana, Alexander. Ella dan Dion yang sebagai saksi sudah berada di sana.Erick, nyonya Maribet dan bi Asih juga hadir.Alexander tampak lesu dan tidak bersemangat. Suaranya sangat lemah saat menjawab pertanyaan dari hakim.“Saya sangat menyayangi anak saya Jelita. Setelah kematian istri saya, Jelita adalah hidup saya.” Alexander terdiam sejenak sambil menunduk. “Dan saya sangat terpukul mendengar bahwa Jelita bukan putri kandung saya. Tetapi saya pun menyayangi anak saya Chintya. Karena itu, saya nekat ingin membawa mereka berdua pergi karena saya tidak ingin mereka hidup menderita,” tutur Alexander lagi.“Berarti saudara meragukan orang tua kandung Jelita,” tanya hakim.“Benar, pak. Karena saya melihat hubungan yang tidak harmonis antara ibu Ella dan suaminya, Dion. Bahkan saya pernah melihat pak Dion berselingkuh di waktu putri saya Chintya masih di rawat di rumah sakit.” Pengunjung semua bersorak mendengar ini. Ella dan Dion membelalakkan matanya mendenga
Berita penangkapan Alexander dengan cepat menyebar. Karena tuduhan percobaan penculikkan terhadap Jelita, telah menyebabkan pria menawan ini terpaksa berurusan dengan kepolisian."Aku tidak mungkin menculik putriku sendiri." teriak Alexander marah di dalam sebuah sel yang akan menjadi tempat tinggal pria ini untuk beberapa waktu."Aku menyayangi mereka, aku ingin membawa mereka ke tempat yang lebih aman." kata Alexander lagi.Tetapi apa pun alasan itu, Alexander tetap di nyatakan bersalah dan penjagaan terhadap dirinya pun di lakukan dengan sangat ketat."Sial," rutuknya dalam hati. Biasanya segala urusan dengan mudah dapat di selesaikan.Tetapi kali ini, perkiraannya melesat. Sang pengacara handalannya pun telah gagal membebas dirinya.Bahkan Alexander di larang menerima tamu, sampai keputusan hakim memberikan hukuman yang pantas atas dirinya.Alexander hanya di perbolehkan bertemu dengan pengacaranya saja, yaitu Chao, itu pun harus di bawah pengawasan yang ketat."Semua ini di bawah
Ella menunggu hampir satu jam lamanya, tetapi Jelita dan pengasuhnya, belum muncul juga.Bu Asih dan nyonya Maribet yang sudah datang dari pagi, ikut juga menunggu kedatangan Jelita."Sabar ya nak, mungkin mereka sebentar lagi datang," bu Asih menenangkan Ella yang nampak gelisah. Ella hanya menarik napas menepis gundah di hatinya.Hari ini Chintya sudah di izinkan pulang karena kondisinya sudah membaik.Dan sesuai kesepakatan, Chintya akan kembali pada orang tua kandungnya yaitu tuan Alexander, serta Jelita akan bersama orang tua kandungnya yaitu Ella dan Dion.Tetapi sudah hampir satu jam, tidak ada tanda-tanda Jelita akan datang. Sementara Chintya sudah berada dalam pelukan Alexander dan pasukannya yang sudah siap untuk meninggalkan tempat ini.Ella bermaksud mendekati Chintya, begitu melihat gelagat keluarga ini hendak meninggalkan rumah sakit Healthy Hospital.Tetapi seseorang segera menghadang Ella, melarang Ella untuk mendekati Chintya."Hei!!, apa maksudnya ini. Mengapa kalian
Terlambat, Ella yang sudah berada di kantornya sedang menyaksikan adegan itu dari ponselnya, dengan hati yang sangat perih. Luka lama di hatinya terkoyak kembali.Ditutupnya ponsel itu dengan memejamkan mata, "Tuhan, mengapa hati ini masih sangat sakit. Seharusnya aku sudah ikhlas," Air mata kembali menetes.Beberapa saat kemudian, Ella menghapuskan air matanya dan bergegas keluar dari ruangan kantor.Dan di depan pintu ruangan, Ella berpesan pada Merry sekretarisnya bahwa dia akan pulang dan semua kegiatan hari ini di undurkan sampai besok."Baik, bu." sahut Merry sang sekretaris.Ella melangkah dengan anggun, walau hatinya saat ini tidak sedang baik saja, tetapi dia berusaha menyembuhkan luka hatinya sendiri.Seharusnya aku tidak melihat foto itu, guman Ella dalam hati.Beberapa karyawan yang berpapasan dengannya, mengangguk penuh hormat. Ella membalas dengan senyum yang ramah.Di tempat parkir, Ella melihat pak Thomas sopir pribadinya sudah siap di sisi mobil, dengan penuh hormat m
Dion yang sudah berhasil menarik Vivian menjauh dari ruangan Chintya, segera melepaskan tangan Vivian dengan kasar. Vivian meringis kesakitan karena genggaman Dion pada tangannya terlalu kencang. Tetapi Dion tidak peduli, hatinya kali ini benar-benar kesal."Vivian dengarlah!, Menjauhlah dari kehidupan kami. Jangan pernah datang kesini lagi!," kata Dion dengan wajah serius, sambil menatap Vivian dengan tajam. "Tapi aku hanya ingin membantu....," jawab Vivian terbata-bata merasa ngeri melihat mata Dion yang tampak merah."Aku tidak butuh bantuanmu, apa kau mengerti?!. Kehadiran mu membuat hubunganku dengan Istriku semakin memburuk," Dion terlihat sangat gusar dengan kelakuan Vivian., dan dia sengaja menekan kata "istriku" pada kalimatnya."Bukankah kalian akan bercerai?," tanya Vivian."Sampai kapan pun aku tidak akan pernah menceraikan istriku, kau paham?!," tegas Dion lagi, "Jadi menjauh lah dari kehidupan kami.""Tidak akan!!" jawab Vivian keras kepala. "Kau milikku, sampai kapanpu
Operasi Chintya berjalan lancar, walau sudah menghabiskan waktu hampir 4 jam lamanya.Tuan Alexander dengan pakaian medis menutupi hampir seluruh tubuhnya, tampak menggenggam tangan Chintya dengan lembut.Seakan memberi kekuatan pada putri kecilnya, lewat tangannya."Kau hebat, nak. Papa bangga pada mu. Kau gadis pemberani," suara Alexander terdengar lembut.Kemudian dia melirik Ella di seberang tempat tidur yang sedang menatap mereka, seakan memberitahu betapa dia pun menginginkan berada di dekat Chintya.Seakan mengerti yang di inginkan Ella, perlahan Alexander bangkit dari tempat duduknya, dan Ella segera mendekati bayi Chintya."Hai gadis pemberani, terima kasih sayang telah menjadi gadis kuat, ibu sayang kamu, nak" bisik Ella sambil membelai tangan mungil itu.Jemari itu bergerak seakan memberitahu bahwa dia pun sangat menyayangi Ella."Kau mendengar ibu, nak." Air mata haru Ella, menetas lewat sudut matanya. Di ciumnya lembut tangan mungil itu.Alexander yang melihat ini menjadi
Pagi ini, Ella baru saja terbangun dari tidurnya, setelah dua hari berada di rumah sakit, kini badannya terasa segar kembali. Padahal tadi malam, Ella merasakan kelelahan yang luar biasa. Melihat wajah Ella yang sangat pucat, bu Asih menyarankan agar Ella segera pulang ke rumah, untuk beristirahat. Awalnya Ella menolak, karena tidak tega meninggalkan Chintya.Tapi nyonya Maribet juga ikut memastikan bahwa beliau akan ikut berjaga bersama bu Asih. Dan tuan Dalton juga sudah meyakinkannya akan memantau perkembangan Chintya selalu, melalui orang kepercayaannya tanpa di ketahui orang lain.Akhirnya, Ella pun setuju untuk pulang, setelah yakin Chintya baik-baik saja. Dan melihat Ella hendak pulang, Dion pun menawarkan diri untuk mengantar Ella, tetapi langsung di tolak Ella. "Bahkan aku tidak mau melihatmu lagi," kata Ella dengan dingin pada Dion,sesaat sebelum Ella berlalu dengan mobil mewahnya.Ting!Sebuah pesan masuk, membuyar lamunan Ella, dan Ella segera meraih ponselnya dan meliha
Di sudut ruangan rumah sakit.Ella tampak menangis di pangkuan bu Asih dan Dion tampak terpaku di samping Vivian.Sedangkan nyonya Maribet masih berada di dalam kamar Chintya.Ternyata pemeriksaan yang dilakukan terhadap Ella dan Dion, beberapa waktu yang lalu telah mengungkapkan suatu kebenaran.Dokter telah menyatakan bahwa Chintya bukan anak kandung Dion dan Ella. Chintya tertukar saat baru lahir di rumah sakit. Pernyataan ini telah membuat syok semua orang.Terutama Ella yang tidak menyangka bahwa putrinya tertukar dengan bayi yang lain, hatinya menjadi marah dan sedih. Tubuhnya terasa tidak bertenaga lagi.Ella teringat di saat dia melahirkan, Dion menolak menemaninya ke rumah sakit, akhirnya dia melahirkan sendirian.Saat ini, pihak rumah sakit Healthy Hospital telah menghubungi rumah sakit Contento Hospital, tempat di mana Ella melahirkan dulu.Dan mereka semua sedang mencari tahu siapa wanita yang melahirkan di hari dan di waktu yang sama. Sehingga orang tua kandung Chintya bis