“Grandpa dan Grandma-ku.” Kean menjelaskan apa yang membuatnya menghentikan langkah. Kenaya langsung mengalihkan pandangan ke arah di mana Kean memandang. Dari kejauhan terlihat sepasang kakek dan nenek duduk di kursi panjang menunggu pintu teater terbuka. Kenaya yakin jika itu adalah kakek dan nenek Kean. “Lalu kita harus bagaimana? Apa kita tidak jadi menonton saja?” Kenaya menatap Kean yang berada di sampingnya. Kean memikirkan sesuatu. “Bukankah aku sedang menjadi kakek-kakek. Kenapa harus takut grandpa tahu.” Tiba-tiba dia memikirkan hal itu.Kenaya mengalihkan pandangan ke arahnya. Dia juga sedang dalam penyamaran. Jadi tentu saja dia tidak akan tahu. “Kalau begitu tidak apa-apa jika kita menonton?” tanya Kenaya memastikan.“Iya, sepertinya. Ayo.” Dengan percaya diri Kean mengajak Kenaya menunggu di depan teater. Kean berjalan ke arah kursi ruang tunggu. Sayangnya, tidak ada kursi lagi selain di samping kursi Grandpa Bryan. Terpaksa dia mengajak Kenaya duduk di sana. “Perm
“Ada Mommy dan Daddy.” Kean menjawab dengan suara lirih. Ternyata tidak hanya sang mommy saja yang datang. Ternyata sang daddy juga turut serta. Jika sudah begini tentu saja Kean harus berhati-hati. Karena takut penyamarannya terbongkar. Kenaya langsung mengalihkan pandangan pada wanita yang sedang menghampiri grandpa dan grandma Kean. Ini kali pertama bertemu dengan mommy Kean. Selama ini Kenaya memang belum pernah bertemu. Pendapat Kenaya saat pertama kali melihat mommy Kean adalah wanita yang cantik meski di usia setengah abad. “Sudah, daddy sudah selesai, filmnya bagus.” Grandpa Bryan menceritakan sedikit tentang apa yang dilihatnya. “Ayo.” Kean menarik tangan Kenaya untuk mengajaknya menjauh dari mommy-nya. Tak mau sampai sang mommy tahu. “Tapi, arah kita pulang ke sana.” Kenaya melemparkan protes.“Sudah ayo.” Terpaksa Kean menarik Kenaya. Suara perdebatan itu menarik pandangan Mommy Freya dan Daddy El. Mereka sampai memiringkan kepalanya untuk melihat apa yang terjadi. Gr
“Belum.” Kenaya menggeleng. Dia belum punya nama untuk anaknya. Terlebih lagi dia tidak tahu jenis kelamin anaknya. “Bagaimana jika kita pilih berdua?” Kean memberikan ide. “Boleh.” Kean setuju. Sambil menikmati pijatan Kean, Kenaya membuka ponselnya. Mencari nama bayi di laman pencarian. Dia mencari nama yang pas untuk anak perempuan. “Aku bingung.” Kenaya melihat ribuan nama anaknya. Namun, dia justru pusing. “Nama kita berawalan dengan huruf K, bagaimana jika agar lebih mudah kita cari.” Kean memberikan ide. “Ide bagus.” Kenaya merasa terbantu dengan ide Kean. Dia mencari di ponselnya nama anak perempuan dengan huruf awalan K. “Kaitlyn, artinya anak kesayangan yang mungil. Kalea artinya terang. Kalena artinya murni. Kalyca artinya kuncup bunga mawar.” Kenaya menyebut nama yang ditemukan itu. “Kaitlyn Audrea Adion, Kalea Audrea Adion, Kalena Audrea Adion, atau Kalyca Audrea Adion.” Kean menyelipkan nama Kenaya dan juga nama keluarganya. “Semua bagus. Lalu mana yang harus aku
“Bagaimana ini jika semua mengajak melihat proyek sekalian jalan-jalan?” Kean menatap Lean. Dia bingung dengan ajakan sang grandpa. “Kamu pergilah, biar aku dan Ailee yang menjaga. Aku akan beralasan jika Ailee tidak bisa pergi karena masih hamil muda.” Lean akhirnya memberikan saran pada saudara kembarnya. Kean menimbang hal itu. Mungkin ide Lean bisa digunakan. Mengingat Ailee sedang hamil. Tentu saja untuk pergi-pergi jauh, dia tidak disarankan. Jika ada Ailee dan Lean, tentu saja Kean akan jauh lebih tenang. “Baiklah, sepertinya begitu saja.” Kean akhirnya setuju. Tidak ada masalah lagi ketika Kenaya sudah ada yang jaga. Jadi dia bisa pergi dengan tenang dengan keluarganya. Dengan begini keluarganya tentu saja tidak akan curiga dengan keberadaan Kenaya.***Sesuai dengan rencana tempo hari, Kean dan keluarga akhirnya berangkat. Lean benar-benar mengatakan jika tidak bisa berangkat karena kehamilan Ailee. Beruntung keluarga mengizinkan. Jadi Ailee dan Lean tidak ikut dengan mer
Kenaya segera ke taman belakang. Tak sabar mengangkat sambungan telepon dari Kean. Kenaya mencari posisi yang pas. Duduk di kursi taman sambil menyandarkan tubuhnya. “Halo.” Kenaya menyapa Kean di seberang sana. “Kenapa kamu lama sekali menjawabnya? Aku juga kirim pesan padamu, tapi tidak dibalas. Apa kamu baik-baik saja? Apa terjadi sesuatu padamu?” Kean di seberang sana melemparkan banyak pertanyaan. Kenaya langsung tertawa. “Mana yang harus aku jawab dulu? Kamu bertanya seperti rel kereta api, panjang sekali.” Mendengar Kenaya yang tertawa, membuat Kean jauh lebih tenang. Artinya Kenaya baik-baik saja. “Aku baik-baik saja. Aku sedang makan es krim dengan Ailee, jadi tidak dengan pesan masuk. Tadi aku lama mengangkat karena aku harus ke kamar. Jika aku mengangkat di ruang makan, aku tidak akan mendengar suaramu. Karena Lean dan Ailee sedang berdebat.” Kenaya menjelaskan pada Kenaya. Mendapati penjelasan dari Kenaya membuat Kean sedikit lega. Ternyata itu alasan Kenaya tidak ku
Kean yang merentangkan tangannya. Ingin memeluk Kenaya yang dirindukan. Kenaya pun langsung menarik Lean yang baru saja keluar dari dalam rumah. Menggeser tubuh Lean agar menempati posisinya untuk dipeluk. Kean yang tak dapat mengerem langkahnya, akhirnya memeluk saudara kembarnya. “Kenapa aku justru memelukmu?” protes Kean. “Siapa juga yang mau dipeluk olehmu.” Lean mencibir ucapan saudara kembarnya. “Mommy, juga ke sini.” Lean tersenyum ketika melihat sang mommy datang. Kean membulatkan matanya. Terkejut dengan yang baru saja didengarnya. Refleks dia memutar tubuhnya. Memastikan apakah benar yang dipanggil saudara kembarnya atau hanya candaan belaka. Alangkah terkejut saat berbalik. Ternyata yang datang benar-benar mommy-nya. Refleks Kean mengalihkan pandangan pada Kenaya. Ternyata Kenaya sudah melihat sang mommy lebih dulu. Maka itu dia menggeser tubuhnya dan membuatnya memeluk Lean. Kenaya memang sudah melihat mommy Kean sejak tadi. Karena dia ingat wajah mommy Kean saat di b
“Jalan tujuh bulan.” Kenaya menjawab sambil mengulas senyumnya. “Wah ... tinggal dua bulan jadinya.” Mommy Freya ikut menimpali.“Iya, Bu.” Kenaya mengangguk. “Panggil saja ‘mommy’ agar sama dengan yang lain.” Mommy Freya membenarkan panggilan untuknya itu.Kenaya terpaku. Rasanya baru saja diminta memanggil ‘mommy’ hatinya sudah berbunga-bunga. Panggilan yang sama dengan Ailee yang merupakan menantu Mommy Freya. “Iya, Mommy.” Kenaya pun memanggil seperti yang Mommy Freya minta. Kean yang mendengar hal itu merasa senang. Minimal Kenaya dapat memanggil sang mommy sama dengan Ailee. “Mom, aku ingin bikin rujak. Apa besok mommy bisa ke sini?” Ailee menatap mertuanya. Permintaan seperti ini sudah biasa dilakukan Ailee selama hamil. Dia yang tidak punya ibu menanggap mertuanya ibu sendiri. Jadi saat meminta sesuatu pun juga sudah terbiasa.“Tentu saja bisa. Besok Mommy akan ke sini.” Mommy Freya langsung setuju. Momen menuruti keinginan cucunya, tentu saja membuatnya merasa senang.
Kean segera masuk ke kamar Kenaya. Tampak Kenaya terkejut ketika melihat Kean masuk tanpa mengetuk pintu, untung saja Kenaya sedang tidak apa-apa. “Kamu belum tidur?” Kean pikir Kenaya sudah tidur. Karena jarak waktu dari Kenaya masuk ke kamar dengan dirinya cukup jauh. “Aku tidak bisa tidur.” Kenaya sudah berusaha untuk terus tidur. Namun, tetap saja tidak bisa tidur. “Kenapa?” Kean menghampiri Kenaya. Kemudian duduk di tepi tempat tidur. “Entahlah.” Kenaya sendiri tidak tahu kenapa tidak bisa tidur. “Apa kamu memikirkan bertemu mommy besok?” Kean mencoba menebak. Sejenak Kenaya diam. Dia memang merasa jika memang sejak tadi dia memikirkan besok bertemu dengan mommy Kean. Perasaannya berdebar-debar. Kean merasa jika memang benar jika Kenaya memikirkan itu. Pasti ada ketakutan di hati Kenaya. “Tidak perlu takut. Mommy pasti tidak akan curiga. Yang penting kamu bilang saja seperti apa yang kita rencanakan tadi.” Tadi, Kean, Kenaya, Lean, dan Ailee sudah membuat rencana. Jawaba
“Siapa dia? Kenapa bawa-bawa keluarga Adion?” Grandpa Bryan langsung mengomentari. “Hendrik Arkan-walikota.” Grandpa Felix membaca nama yang tertera di bagian bawah. “Apa dia adalah mertua Kenaya?” tanya Grandpa Bryan. “Sepertinya begitu.”“Apa dia sengaja mengadakan konferensi pers untuk membangun opini publik?” Grandpa Bryan benar-benar geram sekali. “Sepertinya dia sengaja menyebut nama Adion.” Grandpa Felix merasa jika yang dilakukan orang yang sedang melakukan konferensi pers sengaja sekali. Setelah selesai berita tersebut, pembawa acara mengomentari keluarga Adion. Dari mulai siapa keluarga Adion. Apa saja bisnisnya. Tentu saja itu membuat Grandpa Bryan benar-benar geram sekali. Mereka menceritakan kasus yang terjadi beberapa bulan lalu juga. Di mana Lean dan Kean menangkap penyelundupan perusahaan. Di rumah sebelah, Mommy Ghea mencari keberadaan daddy-nya. Memastikan jika sang daddy tidak akan menonton berita. Namun, saat mencari sang daddy, dia tidak menemukan sang daddy
“Lihat ada konferensi pers dari walikota.” Rigel baru saja membuka media sosialnya. Tanpa sengaja dia melihat konferensi pers yang dilakukan walikota. Daddy El segera meraih ponsel Rigel. Melihat konferensi pers yang dilakukan oleh walikota yang merupakan papa Jerick. Dia benar-benar terkejut sekali dengan yang dilakukan oleh Hendrik. Daddy El, Daddy Dean, Lean, Mommy Freya, dan Kenaya langsung ikut melihat berita itu di ponsel mereka. Mereka semua tak kalah terkejut dengan yang baru saja mereka lihat. Walikota seolah menegaskan jika anaknya melakukan itu karena adanya perselingkuhan. “Sepertinya dia sengaja melakukan konferensi pers ini untuk mengiring opini publik.” Daddy Dean memberikan pendapatannya. “Iya, sepertinya begitu.” Daddy El melihat jika yang dilakukan walikota memang sengaja untuk menguntungkannya. Kenaya melihat postingan dari walikota itu, tetapi dia justru dikejutkan dengan komentar-komentar di dalam video. Miss gosip: Jelas saja suaminya melakukan kekerasan da
“Saya akan mengurusnya, Pak. Untuk sementara waktu, Pak Kean akan di sini. Mungkin jika kasus ini dilimpahkan pada kejaksaan negeri, persidangan akan dilaksanakan dua puluh hari lagi.” Pengacara mencoba menjelaskan. Berapa lama Kean akan berada di dalam penjara. “Baiklah, aku tidak masalah jika berada di sini dalam jangka waktu lama.” Mommy Freya langsung menangis. Dia memeluk sang suami. Tidak bisa dibayangkan sang anak akan mendekam di penjara dalam jangka waktu yang lama. Kean segera menghampiri sang mommy. Membawanya ke dalam pelukannya. “Mommy jangan khawatir. Aku akan baik-baik saja di sini. Aku harus membuat orang yang sudah membuat anakku meninggal, masuk penjara. Dia tidak boleh bebas begitu saja.” Dia mencoba memberikan pengertian pada sang mommy. Mommy Freya tahu jika anaknya pasti akan bertarung mati-matian. “Baiklah, Mommy percaya padamu.”Kean menjauhkan tubuhnya untuk melihat wajah sang mommy. Kean menghapus air mata yang membasahi wajah sang mommy. “Kean titip Kena
“Ada apa Anda menghubungi saya?” Daddy El benar-benar geram sekali mendengar suara walikota. “Bisakah kita bertemu?” “Saya tidak bisa bertemu dengan Anda. Bicarakan saja di telepon.” Daddy El tidak mau mengambil risiko dengan bertemu dengan walikota. Apalagi ini adalah wilayahnya. Tentu saja itu akan sangat bahaya. Hendrik tertawa. “Begitu rupanya. Baiklah kalau begitu kita bicarakan saja di sini.” Dia pun mengalah. Tidak masalah jika memang harus dibicarakan ditelepon. “Anak Anda sekarang di penjara, begitu pula dengan anak saya. Media juga sudah mulai mencium kasus ini. Kasus ini akan menjadi lebar jika kita melanjutkanya. Anda dan saya tentunya adalah orang yang paling dirugikan. Jadi saya ingin mengajukan negosiasi untuk kasus ini. Silakan Anda minta menantu saya mencabut laporan kekerasan dalam rumah tangga, dan saya akan mencabut semua laporan yang anak Anda dapatkan.” Hendrik Arkan mencoba menjelaskan niatnya untuk berbicara. Daddy El terdiam mendengar itu. Dia tidak bisa m
Daddy El menunggu Kenaya dan sang istri di hotel. Sekaligus membicarakan kasus yang menimpa Kean. Pengacara menjelaskan jika Jerick ternyata tidak bisa lari dari jerat hukum karena bukti-bukti kekerasan dalam rumah tangga jelas. “Apa mereka sengaja memasukkan Kean ke penjara?” Daddy El bertanya pada pengacara. “Bisa jadi, Pak. Mereka mencari celah dengan tuduhan perselingkuhan. Berlindung dari kasus perselingkuhan itu, agar dapat memutar balik fakta. Dengan tuduhan perselingkuhan, mereka akan membuat tuduhan perselingkuhan itu adalah alasan kekerasan rumah tangga yang menimpa Bu Kenaya.” Pengacara mencoba menjelaskan. Daddy El merasa jika apa yang dikatakan pengacara ada benarnya. Mungkin mereka memang sengaja melakukan hal itu. “Lalu apa yang harus kita lakukan saat ini?” “Kita hanya bisa mengandalkan kesaksian Bu Kenaya. Menceritakan semua. Dengan begitu Pak Kean akan bisa bebas dari tuduhan.” Daddy El hanya berharap jika Kenaya akan memberikan kesaksian untuk membebaskan Kean
“El, apa benar Kean ditangkap?” “Daddy tahu dari mana?” Daddy El di seberang sana begitu terkejut. Dia belum memberitahu siapa pun, tetapi daddy-nya sudah tahu. “Aku lihat di berita. Cucu Adion di penjara.” “Berita?” Daddy El begitu terkejut. Bagaimana bisa kasus ini suda tercium oleh media. Padahal pihaknya belum membocorkan sama sekali. “Iya, Dad, tetapi Daddy tenang saja. Aku sedang mengurusnya. Kean akan segera bebas.”“Baiklah, cepat urus, ini akan berdampak buruk untuk perusahaan juga jika berlarut-larut.” Grandpa Bryan mengingatkan anaknya. “Baiklah.” Daddy El segera mematikan sambungan telepon. Suara ketukan pintu terdengar. Daddy El pun segera membuka pintu untuk melihat siapa yang membuka pintu. Ternyata itu adalah Lean dan Rigel. “Dad, ada berita tentang Kean.” Lean langsung menunjukan ponselnya. Daddy El meraih ponsel Lean. Melihat berita yang ramai di media. Hal itu tentu membuat Daddy El cukup terkejut. Jika berita ini semakin digoreng, tentu saja akan berdampak
“Saya cek tadi ternyata Pak Hendrik-walikota yang merupakan papa Jerick Arkan yang melaporkan hal itu.” Daddy El mengeratkan rahangnya. Ternyata keluarga Jerick Arkan sudah mulai turun tangan. Tentu saja dia tidak akan membiarkan anaknya sendiri.Di dalam kantor polisi, Kean ditanya beberapa pertanyaan. Kean menjelaskan apa adanya. Dia memang tidak menculik Kenaya. Kenaya dengan kesadaran ikut dengannya karena lari dari kejaran suaminya yang memukulinya. Kenaya waktu itu memang benar menabrakkan mobilnya, itu karena melihat Kenaya jatuh dan setelah itu membawa Kenaya ke rumah sakit. Kean memiliki alibi kuat menyangkal tuduhan itu. Sayangnya, tuduhan perselingkuhan tidak bisa dia elakkan. Karena memang ada hubungan di antara mereka. Untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut, Kean akhirnya dimasukan ke dalam penjara. Dia akan bermalam di penjara. Pengacara menegaskan akan menjamin Kean tidak akan pergi. Meminta Kean untuk dibebaskan. Namun, sayangnya polisi tidak menyetujui permohonan
Kean membaca surat penangkapan atas dirinya itu. Tentu saja itu membuatnya merasa heran. Bagaimana bisa dia dituduh menculik. Apalagi di dalam surat penangkapan tertulis jelas jika korban penculikan adalah Kenaya. “Tuduhan lucu apa ini? Penculikan?” Kean merasa aneh dengan segala tuduhan yang dilayangkan padanya. Jelas ini menggelitik sekali. “Silakan ikut kami. Jelaskan semua di kantor polisi.” “Korban penculikannya saja ada di sini aman dan terjaga. Bagaimana bisa dikatakan penculikan?” Kean masih mengelak. “Sebaiknya, Anda jelaskan saja di kantor polisi.” Polisi yang melihat Kean terus menjawab, akhirnya menangkap paksa Kean. “Lepaskan dia? Saya tidak merasa diculik.” Kenaya yang berada di belakang, menerobos ke depan. Mencegah apa yang dilakukan polisi. Dia menarik tangan Kean. “Silakan melakukan pembelaan di pengadilan.” Polisi tetap tidak peduli dengan apa yang dilakukan Kenaya. “Tenanglah, aku akan keluar. Kamu harus disini dan jangan ke mana-mana. Tetaplah bersama kelua
Saat sampai, Kenaya langsung disambut oleh Mommy Freya dan Daddy El. Mereka meminta Kenaya untuk beristirahat di kamar yang pernah ditempatinya.Kenaya pun memanfaatkan waktu untuk beristirahat. Tubuhnya belum benar-benar sembuh. Bekas luka prosesi kuret masih terasa sakit sesekali.Di saat Kenaya beristirahat, Kean dan Daddy El mengobrol di ruang keluarga. Mereka membahas apa yang akan mereka lakukan jika proyek ini jadi sasaran walikota. “Mereka tidak akan mengusik sebenarnya karena kita punya surat tanah dan izin yang kuat. Lagi pula sebelum dibangun, kita sudah cek di tata kota. Jadi harusnya mereka tidak akan sejauh itu.” Daddy El memberikan pendapatnya tentang proyek yang sedang dikerjakan anaknya itu.Kean memahami apa yang dikatakan sangat daddy. Dia juga berpikir, jika walikota tidak mungkin bisa mengusik proyeknya. Apalagi dia sudah sangat berhati-hati dengan masalah legalitas. Saat sedang mengobrol, pengacara menghubungi Kean. Dengan segera Kean mengangkat sambungan telep