“Apa ada barang-barang tidak terpakai, Bu.” Ketika Kenaya menoleh, pria itu mengulang apa yang dikatakannya. Kenaya yang menoleh, melihat seorang pria dengan topi bucket hat dengan membawa karung. Pakaiannya lusuh dan tampak compang-camping. Terlihat jika pria itu adalah pemulung. Namun, saat memerhatikan wajah pria itu dengan jelas, Kenaya dibuat terkejut. “Kean.” Kenaya menyebut nama itu dengan lirih. Kean tersenyum manis. Tadi setelah Kenaya mengatakan tidak boleh menemuinya, Kean benar-benar berada di dalam dilema. Waktunya tinggal sehari. Jadi dia tidak mau kehilangan waktu berharga itu. Baginya bertemu Kenaya adalah hal yang paling berharga. Kenaya langsung mengalihkan pandangan pada pengawal Jerick. Mereka melihat ke arahnya, tetapi mungkin karena bicara dengan seorang pemulung, jadi pengawal Jerick tidak menyadari apa-apa. “Jangan membuat mereka curiga, Naya” Kean mengingatkan Kenaya. Kenaya jelas terkejut dengan aksinya itu. Jadi perubahan wajahnya terlihat begitu jelas
“Kardus seperti ini, plastik, besi-besi seperti ini. Biasanya mereka bawa dan mereka akan menukarnya untuk dapat uang.” Kenaya menjelaskan sambil menunjuk barang-barang tersebut. “Astaga, aku tidak mau bawa sebanyak itu. Lagi pula, aku tidak butuh uang. Aku hanya butuh kamu.” Kean segera berdiri. Kemudian menatap Kenaya. Kenaya terbuai dengan tatapan Kean. Tatapan penuh damba yang tidak pernah berubah. “Ingatlah, jika aku sudah menikah.” Dia mengingatkan Kean. Kean melihat Kenaya yang berusaha untuk menghindar darinya. Padahal dia yakin di hati Kenaya, masih ada dirinya. “Jika pernikahanmu bahagia, aku tidak akan melakukan ini.” Kean menegaskan jika dia melakukan ini untuk Kenaya. Kenaya memang tidak bisa mengelak. Apalagi ketika luka di wajahnya menjadi bukti. “Jangan pedulikan pernikahanku. Bukankah kamu sendiri yang merelakan aku?” Kenaya ingat betul jika Kean sendiri yang sudah merelakannya. “Aku merelakanmu jika kamu bahagia. Jika kamu tidak bahagia, maka aku akan merebutmu
Akhirnya setelah Kenaya membuatnya kecewa, Kean memutuskan untuk segera kembali. Tidak menunggu lagi hari minggu. Baginya semua sudah jelas. Tak perlu ada yang dilakukannya. “Mom, apa aku bisa bertemu Aurora malam ini?” Sambil menunggu pesawat, Kean menghubungi sang mommy. Padahal rencananya, Kean akan bertemu dengan Aurora minggu malam. Namun, karena dia sudah kembali. Dia memutuskan untuk bertemu malam ini juga. “Mama akan minta Aurora datang malam ini.” Mommy Freya langsung bersemangat. Ternyata anaknya akan segera pulang. Tentu saja, dia tidak mau kehilangan kesempatan ini. Kean menunggu di restoran K-Vin. Dia sengaja datang lebih awal karena malas sekali berada di apartemen. Karena itu, dia memutuskan untuk ke restoran. “Kamu sedang ada kencan?” Gemma menghampiri sepupunya yang sedang asyik duduk manis di restoran. Kean mengalihkan pandangan pada sepupunya itu. Restoran ini memang dikelola oleh sepupunya. Jadi wajar jika dia menemukan sepupunya di restoran. “Iya, aku ada k
Hari minggu pagi adalah hari yang ditunggu-tunggu Kenaya. Hari ini dia akan senang ibu hamil. Di sana dia bisa bertemu dengan sesama ibu hamil. Hal itu membuatnya mendapat banyak pengalaman. Karena mereka biasanya membagikan pengalaman. Tidak adanya orang tua, terkadang membuat Kenaya tidak ada yang ditanyai. Jadi saat mendapatkan kesempatan ini, tentu saja dia adalah kesempatan baginya. Langkahnya terhenti ketika melihat mobil berhenti tepat di depan rumah. Kenaya tahu persis mobil siapa itu. Siapa lagi jika bukan mobil Jerick. Artinya Jerick sudah pulang. Biasanya Jerick pulang saat sore atau malam. Namun, kali ini pagi-pagi sekali Jerick sudah sampai. Jerick yang melihat Kenaya hendak pergi, langsung melihat ke arah jam di tangannya. Dilihatnya jika sekarang jam sepuluh. Biasanya Kenaya akan pergi ke toko sekitar jam delapan. Jadi ini sudah terlalu siang untuk ke toko. “Mau ke mana kamu?” Jerick segera bertanya untuk tahu ke mana Kenaya. Karena dia tidak yakin Kenaya ke toko. “
Kenaya melihat Jerick berada di dalam acara ulang tahun seorang anak. Dia tampak berdiri di samping seorang wanita dan seorang anak perempuan. Dari kue yang terpajang. Tampak angka yang menunjukkan jika anak tersebut berusia lima tahun. Kenaya tahu betul jika itu adalah kakak Jerick. Kebetulan kakak Jerick adalah seorang janda. Selama ini keponakannya selalu menganggap Jerick adalah papanya sendiri. Jadi wajar jika Jerick hadir di pesta ulang tahun keponakannya itu. Ternyata tidak hanya Jerick saja yang ada di pesta itu, orang tua Jerick pun juga hadir di sana. Tawa bahagia tergambar indah di wajah mereka. Terlihat seperti keluarga utuh yang bahagia.Walaupun Jerick mengenalkan Kenaya pada orang tuanya dan sering membawa Kenaya ke rumah, tetap saja keberadaan Kenaya tidak dianggap. Mama Jerick yang merupakan ibu walikota, tidak pernah mau bicara pada Kenaya. Di acara pesta atau acara kumpul bersama pun, Kenaya tidak pernah diajak. Terkadang, Kenaya mempertanyakan, untuk apa dirinya
“Bukan itu.” Kean merangkul Anka. Memberikan kode pada Anka.Sayangnya, Anka tidak mengerti kode Kean. “Tapi, yang minta aku memberikan tutorial make up kakek-kakek, bukannya minggu kemarin?” Dia justru memperjelas pertanyaan itu. “Make up kakek-kakek?” Gemma mendengar hal itu merasa bingung. Untuk apa sepupunya make up seperti kakek-kakek.“Tidak hanya kakek-kakek. Kak Kean juga minta tolong make up wanita juga.” Dengan polosnya Anka bercerita. Kean tidak bisa mengelak lagi. Ternyata Anka justru mengatakan semua. “Kamu sedang cosplay?” Lean tertawa. Merasa lucu dengan apa yang baru didengar. “Sebenarnya aku melakukan itu untuk bertemu Kenaya.” Kean akhirnya jujur saja. Mengatakan semua kenyataan itu. Mereka semua saling pandang. Mengingat nama yang disebut Kean. “Kenaya, mantan kekasihmu?” Gemma memastikan. “Iya.” Kean tertunduk lemas. Semua terkejut. Semua tahu jika Kenaya sudah menikah. Jadi boleh dibilang, Kean sedang mendekati istri orang. “Jangan main api, Ke. Kenaya su
Pagi ini Kean mengambil penerbangan pertama. Dari bandara, Kean segera mengurus semuanya. Jika pekerjaanya selesai. Dia akan pulang lebih awal. Tidak akan menginap. Dari pagi Kean langsung mengurus semuanya. Sampai sore dia masih terus tanpa henti bekerja. “Pak Kean.” Mendapati namanya disebut membuat Kean segera menoleh. Alangkah terkejutnya Kean melihat Jerick. Padahal dia berharap tidak akan bertemu dengan pria itu. Sayangnya, dia justru bertemu dengan Jerick di restoran ketika sedang bertemu dengan pengacara untuk membahas tentang pembuatan sertifikat tanah yang dibelinya. “Pak Jerick.” Kean menyapa dengan sopannya. “Pak Kean sudah di sini?” Jerick pikir Kean akan datang minggu depan. Ternyata sekarang sudah datang. “Iya, kebetulan aku datang sekarang agar semua urusan cepat selesai.”“Iya, cepat selesai dan tinggal pembangunan.” Jerick setuju dengan yang dikatakan Kean. Kean mengangguk. Dia memang berharap semua cepat selesai. Jadi dengan begitu tidak perlu ke kota ini seri
Untuk sesaat Kenaya terpaku. Namun, dia dapat mengembalikan kesadarannya dengan segera. “Lama tidak berjumpa, Pak Kean.” Dia menerima uluran tangan Kean. “Ayo aku akan kenalkan dengan teman-temanku.” Jerick mengajak Kean untuk menghampiri teman-temannya. Kean mengangguk. Mengikuti Jerick. Kean segera berkenalan dengan teman-teman Jerick. Mereka memiliki beberapa pekerjaan di pemerintah. Tentu saja itu akan membantu Kean. Mereka semua duduk di sofa. Kemudian mengobrol bersama. Kenaya duduk tepat di samping suaminya. Berseberangan dengan Kean yang sedang asyik mengobrol tentang bisnis. “Kalian harus beli nanti perumahan yang dibuat JAC. Mereka memberikan view yang indah.” Jerick meminta teman-temannya untuk ikut ambil membeli perumahan baru milik keluarga Kean. “Tentu saja, asal diberikan diskon.” Salah satu teman menjawab.“Itu bisa diatur.” Kean tersenyum.Jerick menyalakan pematik api. Mengarahkan ke rokok yang berada di bibirnya. Kemudian menikmati rokok yang baru saja dibakarn
Kean terus menggenggam erat tangan Kenaya. Begitu berdebar-debar ketika menunggu hasil apa yang dilihat oleh dokter. “Selamat, Bu Kenaya hamil.” Dokter melihat jika ada janin di rahim Kenaya. Kenaya merasa lega karena akhirnya dia benar-benar hamil. Kean yang bahagia langsung mendaratkan kecupan di punggung tangan sang istri. “Kita akan punya anak.” Kean benar-benar merasa bahagia karena akhirnya dapat memiliki anak kembali. “Iya.” Air mata Kenaya kembali menetes. Setelah dia kehilangan anak. Akhirnya dia kembali diberikan kepercayaan memiliki anak secepat ini. Rasanya benar-benar Kenaya merasa dilimpahi berkah yang begitu banyaknya. “Aku akan punya cucu lagi, Mommy.” Mommy Freya langsung memeluk Grandma Shea benar-benar merasa bahagia akhirnya dapat memiliki cucu lagi. “Iya, aku juga akan punya cicit.” Grandma Shea begitu bahagia sekali. Semua yang berada di ruang dokter begitu bahagia sekali. Karena cicit Adion akan hadir lagi setelah anak dari Lean. Dokter men
“Kita mampir ke apotek.” Kenaya menatap Kean yang sedang sibuk menyetir. “Kamu mau beli apa? Kamu sakit?” tanya Kean sedikit panik ketika mendengar Kenaya meminta ke apotek. “Tidak. Aku hanya mau beli alat tes kehamilan.” Kenaya menjelaskan apa yang membuatnya ingin ke apotek. “Kamu hamil?” tanya Kean menatap Kenaya. “Belum. Aku baru mau mengecek saja.” Kenaya mencoba menjelaskan. “Memang sudah terlambat datang bulan?” Kean begitu penasaran. “Iya, sudah telat dua minggu, Tadi saat mommy tanya dan aku baru ingat.”“Baiklah, kita beli atas tes kehamilan.” Kean begitu bersemangat sekali ketika mendapatkan kabar istrinya terlambat datang bulan. Dia berharap ada Kean junior di dalam rahim sang istri. Mereka sampai di apotek. Kenaya langsung membeli alat tes kehamilan di temani Kean. Ini bukan pertama kali Kenaya membeli alat tes kehamilan. Karena dulu dia pernah membelinya sebelum pernikahan dengan Jerick. Saat sudah mendapatkan alat tes kehamilan. Mereka segera pulang. Rencananya,
Apa yang dikatakan Kean memang benar. Apa yang dilakukan adalah untuk menyalurkan hobi. Apa yang dilakukannya hanya untuk membuatnya bahagia. Jika pun ada banyak orang yang beli, itu adalah nilai tambah saja. “Baiklah.” Kenaya pun mengangguk. Dia jauh lebih tenang ketika sang suami mengatakan hal itu padanya. “Ayo, kita berangkat.” Kean meraih tangan sang istri. Mengajaknya untuk segera ke toko bunga. Kenaya dengan penuh semangat menerima ajakan Kean. Mereka segera berangkat bersama untuk ke toko bunga. Saat sampai di toko bunga, Kean dan Kenaya begitu terkejut. Ternyata ada banyak orang yang sedang menunggu di depan toko. Mereka semua ingin membeli bunga hidup yang tampak cantik sekali. Apalagi memang ada program diskon yang diberikan Kenaya. “Apa mereka benar-benar datang untuk membeli bunga?” Kenaya tidak menyangka jika pembukaan tokonya akan dihadiri banyak orang. “Banyak orang suka berkebun. Jadi wajar jika mereka antusias untuk membeli bunga.” Kean mengulas senyum. Dia sen
Bulan madu yang sudah berakhir mengantarkan Kenaya dan Kean kembali. Tentu saja tempat yang mereka tuju adalah rumah baru mereka. Mereka langsung menempati rumah mereka sesuai dengan keinginan mereka berdua. Hari ini Kean sudah mulai bekerja. Karena itu Kenaya bangun lebih awal untuk mempersiapkan semuanya. Kemarin, Kenaya sudah berbelanja. Jadi pagi ini dia bisa memasak untuk suaminya.Kenaya sibuk di dapur membuat masakan. Pagi ini dia ingin membuat scramble egg. Makanan simple yang pas untuk sarapan. Kenaya memasak sambil mendengarkan musik. Membuatnya semakin bersemangat. Kean yang bangun melihat Kenaya yang asyik memasak dan menggoyangkan tubuhnya. Hal itu membuat senyum manis menghiasi wajahnya. Ternyata tidak ada asisten rumah tangga membuat lebih nyaman. Buktinya sang istri begitu leluasa keluar hanya dengan menggunakan baju tidur pendek dengan tali spageti. Kenaya yang selesai segera berbalik untuk meletakkan scramble egg yang dibuatnya. Namun, alangkah terkejutnya ketika
Seminggu Kean dan Kenaya berada di London. Mereka menikmati banyak tempat di London. Menikmati kuliner di negeri ratu Elisabet tersebut. Keduanya begitu bahagia sekali. Karena akhirnya mimpi mereka untuk ke London sudah terwujud. Hari ini rencananya mereka akan kembali. Naik pesawat pada siang hari. “Kenapa tujuan kita tidak ke Indonesia?” Kenaya menatap suaminya ketika melihat tiket pesawat yang dipegangnya. Tujuan pesawat justru adalah Male. Kota yang berada di Maladewa. Kota dengan laut dan pantai yang begitu indah. “Bulan madu kita belum berakhir.” Kean tersenyum. Kean sengaja mengubah rute. Dia masih ingin menikmati waktu dengan Kenaya. Sengaja memilih pantai karena sejatinya Kean menyukai pantai. Apalagi ketika melihat pantai saat alam hari. Namun, karena janjinya pada Kenaya, dia membawa Kenaya ke London lebih dulu. Kenaya mengulas senyum. Jika ditanya apakah dia suka jika bulan madunya diperpanjang, tentu saja jawabannya iya. Jadi dia tidak menolak ketika sang suami mengaj
“Bukan apa-apa.” Kenaya menggeleng. “Aku tadi melihat jaring ikan di dalam kopermu.” Kean hanya melihat sekilas. Jadi dia mengatakan apa yang dilihatnya saja. Jaring ikan? Kenaya tak habis pikir ucapan Kean. Namun, jika dipikir-pikir memang baju tadi seperti jaring ikan. “Coba lihat.” Kean menghampiri sang istri. Memaksa sang istri membuka koper. “Tidak mau.” Kenaya masih berusaha untuk menutup kopernya. Kean yang melihat hal itu langsung menggelitik tubuh sang istri. Alhasil Kenaya melepaskan pegangannya pada koper. Melihat celah itu, Kean segera membuka koper. Dia langsung mengambil baju yang disembunyikan oleh Kenaya. Kemudian merentangkannya agar dapat melihat baju apa itu. Kean membulatkan matanya ketika melihat jika baju yang disembunyikan Kenaya adalah baju tidur seksi. “Itu dari mommy. Aku baru membukanya tadi.” Kenaya menjelaskan dari mana baju itu berasal. Kean tidak menyangka jika sang mommy memberikan Kenaya baju seperti ini pada istrinya. Sang mommy benar-benar pa
Sesuai janji Kean, sore ini Kean membawa Kenaya ke London Eye. Mereka menuju ke London Eye untuk menikmati melihat kota London. Kean sengaja memesan tempat khusus. Jadi hanya mereka berdua isinya. Jangan ditanya berapa uang yang harus dikeluarkan Kean untuk memesan tempat privat. Pastinya cukup besar. Namun, jika dibanding dengan yang terisi dengan beberapa orang. Kean dan Kenaya masuk ke dalam kapsul. Saat baru masuk, Kenaya dikejutkan dengan meja makan yang terdapat di dalamnya. Tadi dia melihat kapsul lain, tetapi tidak ada meja makan seperti yang dipesan Kean. “Kamu memesannya khusus?” tanya Kenaya memastikan. “Tentu saja. Ini adalah bulan madu kita. Jadi aku ingin yang spesial.” Kean mengulas senyum di wajahnya. Kenaya merasa beruntung sekali karena Kean menyiapkan bulan madu mereka dengan sempurna. Tentu saja ini akan diingatnya sampai kapan pun. “Ayo, masuk.” Kean mengulurkan tangan, mengajak Kenaya untuk masuk ke dalam kapsul tersebut. Kenaya segera masuk.
Waktu sudah menunjukan jam dua belas, tetapi dua insan manusia itu masih asyik saling memeluk di bawah selimut. Kegiatan semalam yang menguras tenaga membuat keduanya begitu lelah sekali. Hingga sesiang ini mereka masih belum mau bangun. Kenaya yang membuka mata lebih dulu melihat Kean yang masih tertidur pulas. Melihat Kean membuat Kenaya membelai lembut wajah Kean. Kenaya merasa bersyukur sekali karena ada Kean di hidupnya. Apalagi kini mereka sudah menjadi pasangan suami dan istri. Tangan halus Kenaya yang membelai lembut wajah Kean membuat Kean yang tidur terbangun. Hal pertama yang dilihat saat membuka mata adalah wajah cantik Kenaya. Senyum manis dari Kenaya menyambutnya, hingga menularkan senyum di wajahnya. “Apa aku sedang bermimpi?” tanya Kean. “Kamu tidak sedang bermimpi. Memangnya kenapa?” Kenaya begitu penasaran sekali.“Karena aku melihat bidadari di depanku. Jadi aku pikir aku bermimpi.” Kenaya langsung tersenyum mendengar ucapan Kean. “Coba aku cek dulu.” Kean men
Kenaya membenarkan apa yang dikatakan oleh Kean. Kamar mandi begitu tampak romantis. Apalagi tampak begitu indah dengan pemandangan kota yang terlihat dari atas. “Kaca itu transparan?” tanya Kenaya ketika menyadari pemandangan kota terlihat dari dalam. “Kaca itu memang memperlihatkan pemandangan dari luar, tetapi ketika melihat dari luar, pemandangan dari sini tidak terlihat.” Kean mencoba menjelaskan pada Kenaya. Kenaya mengangguk mengerti. “Tapi, aku tetap tidak nyaman.” Kenaya merasa tidak leluasa. “Aku akan menutupnya.” Kean tidak mau sampai Kenaya tidak nyaman. Karena itu, dia segera mengambil remote dan menutup jendela tersebut. Kenaya lebih lega ketika melihat kaca kini tertutup. Paling tidak dia akan lebih nyaman. Kean segera beralih kembali pada sang istri. Memutar tubuh sang istri untuk dapat meraih ritsleting gaun yang dipakai. Perlahan Kean menurunkan ritsleting gaun tersebut. Kenaya memejamkan matanya ketika tangan Kean terasa menurunkan ritsleting gaunnya. Jantung