Beranda / Romansa / Jangan Mencintaiku / 82#Cepatlah Meminta Maaf

Share

82#Cepatlah Meminta Maaf

Penulis: Lisuni98
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Lo mau apa lagi, dari gue? Semuanya udah lo rampas. Senyuman gue juga gak ada artinya lagi." Tina terus memberontak, ingin secepatnya mengakhiri tingkah bodohnya itu.

Will langsung memeluknya. "Aku gak tahu harus gimana lagi, aku gak tahu harus memakai cara apalagi? Aku juga tidak tahu bagaimana caranya, agar kamu mau memaafkan kebodohanku ini."

Tina mendorong tubuh Will menjauh darinya. "Tidak ada, yang perlu kamu lakukan hanyalah diam saja. Meski jauh di dalam lubuk hatiku sangat membencimu Will, tapi sebenarnya aku masih mencintaimu. Jadi jangan lakukan apapun, lupakan saja semuanya. Biarlah lukaku ini sembuh dengan sendirinya, dengan berjalannya waktu." Akhirnya Tina berani mengatakan hal itu padanya.

Tentu saja kata-kata Tina sedikit membuat hati Will merasa lega. Setidaknya Will merasa Tina sedang mencoba mengampuni dirinya sendiri, meskipun lelaki itu belum tahu kebenarannya. Apakah Tina telah memaafkannya atau tidak? Tapi yang jelas hal itu sudah tidak penting baginya. Yang t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jangan Mencintaiku   83#Hari Pertama Yang Melelahkan

    Pak Selamet mulai mengabsen satu persatu. Namun, nama Keyla tak disebutkan Will bangkit. "Pak nama Keyla kenapa tidak disebutkan?" tanya Will mewakili pertanyaan teman mereka yang lain."Oh itu. Keyla sudah pindah sekolah," kata Pak Selamet."Pindah ke mana Pak?" tanya Ino, Tino, Padil, Tina, dan Will bersamaan."Ada apa ini, kenapa kalian kompak sekali. Lagipula bukankah kalian selalu bersama, kenapa bertanya pada Bapak?" Pak Selamet malah balik bertanya."Pak saya izin keluar sebentar." Will langsung lari pergi ke rumah Keyla."Tunggu! Mau keman. " Pertanyaan Pak Selamet terpotong, saat Tino ikut berdiri."Saya juga mau izin kelua. " Perkataan Tino langsung terhenti. Saat Pak Selamet memegang penggarisnya. Tino langsung duduk kembali. Diam di tempat, sangat patuh.***Will tiba di depan rumah Keyla. Ia terus menekan-nekan tombol bel, tapi tidak ada satupun orang yang keluar dari sana. Will mulai panik, ia kembali mencari. Sampai malam tiba, Keyla tak ditemukan olehnya ia pun memilih

  • Jangan Mencintaiku   84#Akhirnya Dia Tahu

    Keyla membungkukkan badannya mulai mencari kembali, ia melihat sepasang sepatu lelaki di sana sepasang sepatu itu berdiri tepat di depan matanya. Ia mendongak lalu mendapati sang dosen sedang menatapnya, terasa aneh, padahal mereka baru saja saling bertemu, tapi kenapa? Kenapa ia merasa sudah mengenal lama orang itu."Akhirnya kau menatapku," katanya sambil tersenyum pada Keyla. Keyla mengangkat wajahnya sambil berdiri. Siapa dia sebenarnya? Kenapa wajahnya mengingatkan pada seseorang, tapi siapa? "Namamu?" tanya dosennya."Keyla Prawijaya," kata Keyla mencoba mengambil dompetnya."Mau ini?" tanyanya kembali menunjukkan dompetnya."Iya, dompet yang ada ditanganmu itu milikku. Bisakah kembalikan pada pemiliknya." "Harusnya kau bertanya nama seseorang yang sudah menemukan dompetmu?" katanya kembali, tapi kali ini terlihat dia ingin menggoda Keyla."Kamu ingin menggodaku?" "Menurutmu?" Kesal dibuat dosennya itu. Keyla mencoba menahan diri, bagaimana pun juga. Dia hanyalah seorang dosen

  • Jangan Mencintaiku   85#Bukan Hal Yang Harus Disesali

    Pipi keduanya sedikit memerah. Tentu saja, wajah mereka berdua sangat dekat. Pada akhirnya Keyla berusaha memalingkan wajahnya dari tatapan Adam, begitu pun sebaliknya. "Ehem." Adam berdeham sambil mencari topik awal dari percakapan mereka."Baru saja ditinggal sebentar, langsung terluka seperti itu?" tanya Adam sedikit tidak berani melirik ke dalam matanya."Bukan urusan Bapak, lagi pula kenapa Bapak bawa saya kemari?" kata Keyla berbalik bertanya. Ia tidak mampu menatap kedua pasang bola mata itu."Harusnya berterima kasih terlebih dahulu, sebelum pindah ke topik lainnya." Adam menolak menjawab pertanyaannya.Keyla mendesah. "Terima kasih, lalu beri tahu saya Pak. Kenapa Bapak ada di sini?""Bisa tolong ceritakan apa yang sebenarnya terjadi, padamu?" "Jatuh. Sudahlah, lagi pula semua ini tidak ada urusannya dengan Bapak."Adam merasa Keyla menyembunyikan sesuatu hal darinya. "Dengan wajah babak belur seperti itu, yakin hanya terjatuh?" Adam merasa harus sedikit menggodanya. Mungkin

  • Jangan Mencintaiku   86#Teka-teki Yang Berisi Jawaban

    Adiknya selangkah mendekati kakaknya. "Maksudmu kau menemukannya, di mana? Apa dia baik-baik saja, katakan padaku?" "Hey! Berhentilah bicara omong kosong. Bagaimana mungkin aku tahu, kau sendiri tidak memberi tahuku siapa namanya." Sergah Adam mencegah adiknya memikirkan gadis itu. Terakhir kali. Adiknya sampai hampir gila, bahkan ingin loncat dari teras rumahnya sendiri karena dilarang mengejar gadis itu. Lebih baik ia secepatnya menghentikan topik itu, lebih cepat lebih baik."Keyla Prawijaya!" Teriak adiknya.Adam menoleh. "Siapa?""Gadis itu. Gadis yang ada dalam buku diaryku, jika kau mengetahui keberadaannya. Tolong beri tahu aku, sungguh aku sudah lelah mencarinya sampai ke Singapura. Tapi keberadaannya sulit untuk ditemukan, jadi ... jika kau tahu, jangan rahasiakan dia dariku. Aku janji tidak akan melakukan hal gila, seperti waktu itu." "Will, sebenarnya aku hanya bercanda. Haha." Adam terpaksa berbohong pada adiknya. Ia belum siap memberi tahukan keadaan gadis itu, takut

  • Jangan Mencintaiku   87#Cara Melindunginya

    "Bagus, sikap patuh seperti itu baru anak didik yang baik." Adam langsung pergi dari sana.Keyla berpikir sebaliknya. Biarlah saja dia pergi, biarkanlah seperti apa yang diinginkannya. Kali ini Keyla mengalah untuk menang, karena apa? Jam kelas mereka kan berbeda. Suasana hati Keyla tidak terasa buruk, apa ia merindukan mengerjai seseorang? Ia menggelengkan kepalanya. Cukup! Jangan sampai ia memikirkannya lagi, Keyla hanya ingin melupakan segalanya tentang dirinya.Kelas terakhir. Keyla membereskan bukunya, dihadapan sudah ada tiga orang gadis di sana. Tentu saja Fatin dan juga kedua temannya. Namun, seseorang melewati mereka dan kini orang itu berada tepat dihadapannya. Lelaki itu memberikannya beberapa tumpuk buku, Keyla langsung memegang buku-buku itu. Ketiga gadis itu hanya melongo melihat dosen tertampan dan juga termuda di fakultasnya, kini menghampiri Keyla.Adam menoleh, Keyla tidak "Kenapa diam saja? Ayo cepat jalan!""Dengarkan penjelesanku dulu, tap, " ucapan Keyla terpoton

  • Jangan Mencintaiku   88#Ingin Menolak Saja

    "Dengar baik-baik, jika tidak menuruti permintaanku. Maka, bukan hanya Fatin dan kedua temannya yang akan dendam padamu. Namun, semua mahasiswa yang berada di sekolah ini sepertinya aku tidak perlu menjelaskannya padamu." Adam mengatakannya dengan penuh percaya diri tingkat dewa."Iya, iya baiklah. Jadi lepaskan tanganku sekarang," ucap Keyla berdecih keheranan dengan tingkah lakunya.Sebenarnya Keyla masih sangat penasaran dengan laki-laki bernama Adam William itu, sampai sekarang ia belum berhasil menemukan jawaban atas rasa penasarannya yang dulu. Ia bermaksud meluapak masalah itu sebelum ia sendiri menjadi gila karena memikirkannya terus-menerus, namun kini bertambah satu hal lagi yang membuatnya menjadi lebih penasaran. Keyla memastikan oh ya, ia punya janji makan siang dengan orang tua murid yang akan menjadi murid lesnya. Adam mengantarnya ke sebuah lestoran yang dekat dengan rumahnya, tapi pertanyaannya sekarang. Kenapa orang yang sangat menyebalkan itu duduk disebelahnya? Ap

  • Jangan Mencintaiku   89#Makan Malam

    Keyla mengangkat wajahnya kembali. "Iiih, siapa yang mau jadi wanitamu?""Tentu saja kamu," ucap Adam sedikit menggodanya."Aku bukan wanitamu!" Teriak Keyla sampai suaranya keluar dari mobil.Adam menutup telinganya. "Pokoknya aku mau mengantarmu sampai depan rumahmu, jika tidak aku akan membuatmu terkejut.""Terkejut, dengan cara?" tanya Keyla polos, ia sedikit tersenyum malu mungkinkah Adam akan memberikan hadiah."Membuat nilaimu masuk dalam tingkat D semua, pasti kau akan terkejut.""Sial! Harusnya aku tak percaya padamu, baiklah belok ke kiri, lalu ke kanan dan ikuti saja jalannya. Ada rumah berwarna putih cream, ya di situlah rumahku. Tamat ...." Keyla mengatakannya dengan mata hampir tertutup pipinya sedikit bulat, sambil menggerutu di dalam hati.Tiba di depan rumah Keyla, lelaki itu langsung pamit ia ingin secepatnya bersiap-siap untuk makan malam. Keyla memegang gagang pintu. "Aku pulang.""Mama sedang masak." Ibunya masih memperhitungkan mau masak apa. Ibunya sedang membua

  • Jangan Mencintaiku   90#Boleh Berteriak Aku Tidak Mengerti

    "Tidak?" Keyla mengerutkan kening, itu bukan jawaban yang diharapkannya."Tidak.""Kenapa?""Kenapa harus?""Lalu apa rencanamu, dengan mengatakan hal itu?""Tidak ada rencana apa-apa.""Aneh.""Tidak aneh."Keyla menatap Adam dengan mata yang disipitkan, Adam balas menatapnya sambil tersenyum. Laki-laki itu punya senyum yang menular, begitu melihat senyumannya Keyla tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa."Biar aku bertanya satu hal," kata Keyla sambil mengangkat jari telunjuknya."Rupanya kau penasaran sekali dengan perkataanku," kata Adam sambil menunduk dan menyantap makanannya."Aku memang mudah penasaran. Itu salah satu kelemahanku," ujar Keyla riang, seakan ia sendiri tidak menganggap hal itu suatu kelemahan. "Kata ibuku aku bisa berbahaya bagi umum kalau aku sedang penasaran.""Aku yakin ibumu benar.""Asal kau tahu saja, kau benar-benar membuatku penasaran. Maka dari itu, jawab saja pertanyaanku. Setelah itu aku tidak akan bertanya-tanya lagi," Keyla berjanji dan memasan

Bab terbaru

  • Jangan Mencintaiku   123#Aku Masih Mencintaimu

    Kepala Keyla sulit sekali bergerak, ia tak mampu menengok ke belakang. Ia berjanji tidak akan menangis lagi, tetapi sulit baginya berhenti. Lelaki itu melingkarkan tangannya pada tubuh Keyla, lalu mendekapnya tanpa ragu dari belakang."Kau jahat sekali, kenapa berpura-pura tidak mengenaliku?" tanya Mexsi menopang dagunya di atas pundak Keyla. "Kau tahu aku begitu menderita, setiap hari harus meminum obat dan melupakan semua hal tentangmu." "Ba .. gaimana mungkin, kau mengingatku kembali. Harusnya kau tetap melupakanku, Mexsi!" Jerit Keyla dengan wajah sedih."Itu kah maumu?" tanya Mexsi mundur selangkah. Keyla tetap tidak berani berbalik, apalagi menatap wajahnya. "Baik kalau begitu, aku pergi .... "Keyla tiba-tiba saja memegang lengannya sambil menunduk, tangannya bergerak sendiri tanpa meminta izin pada pemiliknya. "Aku ... Aku takut menembakmu, aku sangat takut kehilanganmu.""Tatap mataku, Keyla," kata Mexsi. Gadis itu hanya dapat menggeleng. "Kubilang tatap mataku, Keyla!" Teri

  • Jangan Mencintaiku   122#Keputusan Bersama

    Tina dan Ino terdiam sesaat, mereka berharap kalau Keyla tidak memikirkan perkataan Tino. Mereka meyakini jika sampai percaya maka apa yang akan terjadi pada sahabatnya, tiba-tiba saja Keyla berdiri, menatap segan ke arah Tino. "Keyla mau ke mana?" tanya Ino pelan."Keyla, di sini aja ya. Gak usah dengerin apa yang barusan Tino bilang, kita kan tahu kalau dia suka bercanda. Dan selalu membangkitkan emosi kita, iya kan Ino?" kata Tina melirik pelan ke arah Ino."Oh iya haha." Ino sedikit tertawa sambil memukul pelan pundak Tino.Selama ini Mexsi yang menemani Kayla dalam keadaan sesulit apapun, bahkan sampai detik-detik terakhirnya saja. Mexsi mampu membuat bahagia di masa sulitnya, apakah Keyla menyadari hal itu. Tentu saja, Keyla sangat memahami hubungan mereka berdua. Satu hal lagi yang belum Keyla tahu. "Gue sama Mexsi udah saling benci pada saat usia kanak-kanak."Tina langsung bertanya. "Apa penyebab kalian saling membenci?"Ino dan Tino hanya menatap ke dalam mata Keyla sambil m

  • Jangan Mencintaiku   121#Pesan

    Hanyut dalam dekapan ibu Ino membuat Keyla semakin tak sanggup menahan air matanya. Cukup lama ia menahannya, terbendung sudah hampir meluap keluar. Air matanya mengalir deras turun melewati pipinya yang kini memerah, ia tidak tahu kalau selama ini ia butuh dipeluk oleh seseorang dalam keadaannya yang sedang mencari informasi terkait kematian kakaknya.Ibu Ino berniat menceritakan sedikit tentang semasa hidup Kayla, waktu itu di mana geng Sarah menghancurkan usahanya. Sebagai ibu pemilik kantin di sekolah Ino dulu, Ibu Ino melepaskan pelukannya. Menatap Keyla yang saat ini sedang mengusap air matanya. "Kakakmu Kayla adalah gadis yang sangat baik, dia sangat berjasa bagi kami." Tiba-tiba saja ibu Ino membahas tentang kakaknya."Benarkah?" Kedua bola mata Keyla berbinar-binar saat mengatakannya."Tentu saja, Kayla maju digaris paling depan. Saat kantin kami sedang diobrak-abrik oleh Sarah dan teman-temannya, Kayla sempat terluka dia tidak menyerah sedikit pun. Demi membantu kami, dia sa

  • Jangan Mencintaiku   120#Keputusan Yang Tepat

    Ibunya mendongak ke atas menatap wajah putranya. "Aku tahu betul, jika tangan Bunda bergetar seperti ini. Artinya Bunda berbohong, apakah sangat sulit bagi Bunda memberitahuku yang sebenarnya?" tanya Mexsi masih tetap memegang tangan ibunya."Bunda sudah memesan tiketnya, lebih baik kita bergegas. Nanti ketinggalan pesawat.""Cukup Bunda!" Mexsi sedikit meninggikan suaranya, tapi masih dalam batas wajar. Ia melangkah pergi ke depan pintu."Mau kemana?" tanya ayahnya yang baru saja sampai di depan pintu."Ayah, cegah dia Yah. Mexsi kita mau pergi, dia tidak ingin ikut bersama kita kembali ke Singapura. Ayo Ayah cegah dia," kata istrinya merasa ketakutan yang amat sangat dalam.Suaminya menggeleng. "Biarkan saja.""Apa maksud Ayah?""Biarkan saja Mexsi tinggal dan melanjutkan studynya di sini."Mexsi berhenti melangkah, membulatkan matanya, menengok ke arah ayahnya sedang bicara. Ternyata ayahnya malah memilih membela dirinya ketimbang ibunya sendiri. Selama ini, ayahnya selalu tunduk d

  • Jangan Mencintaiku   119#Terlihat Mencurigakan

    Puk. Sekotak kecil menimpa kepalanya, sampai Mexsi mengelus kepalanya beberapa kali tanpa bersuara. Kotak kecil itu patah, sehingga terlihat isinya sedikit. Ia memegang kotak itu lalu memperhatikannya dengan seksama, nampak tidak asing baginya. Ia mengambil buku diary ingin membuka selembar kertas. "Mexsi!" Jerit ibunya dari luar kamar. Mexsi sampai menjatuhkan buku diary milik kakaknya, ia jongkok mengambil buku diary itu. Ibunya langsung merebut buku itu darinya, ia mengangkat kedua alisnya."Bunda kembalikan, buku diary itu milikku." Pinta Mexsi merengek dengan sedikit bergurau."Nggak, mulai detik ini, buku diary ini. Milik Bunda," jawab ibunya tersenyum masam."Kenapa begitu?" Mexsi menaikan sebelah alisnya karena tak terima buku itu tiba-tiba diambil ibunya."Gak usah banyak tanya, kalau kamu mau buku diary ini. Maka kembalilah ke Singapura, Bunda pasti memberikannya padamu." Ibunya melangkah pergi dari sana setelah mengatakannya.Mexsi hanya terdiam sambil memikirkan segala ke

  • Jangan Mencintaiku   118#Rumah Tak Terhuni

    "Biar gue tarik kata-kata gue waktu itu, beres kan?" jawab Keyla lalu bertanya padanya."Bisa gak, jangan egois. Ambil keputusan secara sepihak begitu, kita.""Kenapa, kenapa, nyawa kalian bisa dalam bahaya jika terus bareng gue. Kalian tahu sendiri kan, ayah gue udah jadi korban. Dan gue gak mau kehilangan lagi, gue mohon sama kalian jangan pedulikan untuk kali ini saja, jangan menoleh. Cukup berpaling aja," ungkap Keyla yang bersungguh-sungguh takut kehilangan lagi.Tina dan Ino terdiam sesaat, lalu Tina maju selangkah menujunya. "Terus lo pikir kita juga mau gitu kehilangan sahabat kita lagi?""Kenapa kalian sampai segitunya, harusnya kalian gak usah melakukan hal ini.""Karena kita ini sahabat," jawab Ino dengan tersenyum sambil menutup matanya."Huaaaa!" Keyla menangis sejadi-jadinya di tempat itu. Tina dan Ino kembali saling pandang, mereka memeluk Keyla bersamaan. Mereka menumpahkan kesedihan, kerinduan, serta persahabatan menangis bersama di sana. Beberapa saat Ino menghapus a

  • Jangan Mencintaiku   117#Seperti Aku Mengenalimu Dahulu

    Para pelayan itu kembali setelah beberapa saat, Mexsi mulai bingung dengan dirinya sendiri. Terkejut dengan apa yang baru saja ia pesan, ternyata makanan itu sama dengan apa yang dipesan gadis itu. Tapi makanan itu sangat familiar untuknya, rasanya ia sudah pernah memberikan makanan itu pada seseorang tetapi siapa?Keyla bukan tanpa sebab memilih berada di lestoran itu, ia merindukan sahabatnya yaitu Ino berada di sana. Tanpa gadis itu sadari Ino telah berada dihadapannya, duduk di sana sembari terus memperhatikannya.Mexsi sedang mengunyah makanannya, seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Ia menoleh dengan santai, setelah mengetahui siapa orang itu ia tetap melanjutkan makan. "Gue cari lo kemana-mana ternyata lo ada di sini, lagi enak makan lagi. Bla, bla." Dito ngedumel dengan seribu bahasanya.Dirasa cukup lelah membacot sendirian, akhirnya ia memilih duduk memesan minum. Kembali menatap wajah Mexsi. "Udah makannya kan?" tanya Dito sambil menyeruput segelas kopi hangat."Iya,"

  • Jangan Mencintaiku   116#Jangan Jauhi Aku

    "Iya Keyla, maksudku kanker itu kantong kering," jawab Dito sedikit membekap mulutnya sendiri. Terdengar cekikikan kecil di sana. Keyla mengerutkan keningnya. "Aku mau beli bunga buat dimakam, masalahnya aku gak bawa uang. Gimana ya?" lanjutnya kembali melirik Keyla dengan penuh harap.Tanpa berpikir panjang Keyla langsung mengambil dompetnya dari dalam tas selempangnya. Ia mengeluarkan beberapa sejumlah uang dari sana, memberikannya pada lelaki itu tentu saja sudah mengerti Dito tak mau mengambilnya. "Apa lagi, masalahnya?" tanya Keyla sedikit geram.Dito malah melangkah dengan cepat memegang tangan Keyla. Entah kenapa Mexsi merasa kesal setengah mati, ketika melihat Dito memegang tangan gadis itu. "Bisa tolong pilihkan, aku gak paham caranya memilih bunga yang bagus. Aku mohon banget sama kamu. Bantu aku untuk kali ini aja ya, ya." Dito mengatakannya dengan penuh harap. Dengan amat sangat terpaksa Keyla mengangguk. "Emang kamu mau ziarah ke makam siapa?""Kak Morgan, terus aku sam

  • Jangan Mencintaiku   115#Jangan Tanya Mengapa

    Dito meraih daun pintu mobilnya, lalu menyuruh Mexsi masuk ke dalam. Ia langsung tancap gas, ditengah perjalanan menancap rem sampai tubuh Mexsi sedikit terpental ke depan. Lelaki itu menatapnya sinis, sedangkan Dito menoleh ke belakang dengan mengerutkan keningnya. "Ada apa?" tanya Mexsi sedikit kesal dibuatnya."Gue baru inget Mexsi," selorohnya dengan nada sombongnya."Inget apaan?" Kembali bertanya dengan menaikan sebelah alisnya."Mau pergi ke mana?""Ck," Mexsi berdecak heran. "Mangkannya tanya dulu, cari aja di Maps. Makam terdekat taman indah buana," katanya melipat kedua tangannya di atas dada."Oke!" Mereka kembali melanjutkan perjalanannya.Sesampainya mereka di tempat tujuan. Dito turun dari balik pintu mobil, ia mulai sigap membukakan pintu mobil untuk Mexsi. Kenapa demikian? Mexsi berpikir jika Dito tak membukakannya pintu nanti akan disuruh masuk kembali. Seperti kejadian di waktu yang lalu, saat mereka berada di Singapura. Ingatan Mexsi tajam mengenai hal itu, tapi ia

DMCA.com Protection Status