“Ini apa?” Bee bertanya dengan suara pelan, terdapat kerutan di antara alisnya.Tangannya mengangkat kemeja Akbi yang terdapat banyak noda darah yang telah mengering di sana.Tentu saja Akbi gelagapan, ketika pulang tadi istrinya tampak telah terlelap, mengecup pipi Bee sekilas kemudian bergegas membersihkan tubuhnya di kamar mandi.Ia tadi terburu-buru membuka pakaiannya dan meletakan di lantai depan pintu kamar mandi, bermaksud akan memasukan ke keranjang cucian setelah dirinya selesai dari kamar mandi.Namun sayang ternyata sang istri terjaga dan langsung mempertanyakan noda darah Dicky di kemejanya.Akbi mengerjap pelan, tangannya sibuk mengeringkan rambut dengan handuk kecil, ia pun melangkah mendekat.Bee mundur satu langkah. “Ini darah siapa, Akbi?” Bee tidak akan berhenti bertanya sebelum Akbi menjawab meski ia sudah bisa menduga darah siapa yang ada di kemeja putih suaminya.Helaan nafas terdengar, Akbi menunduk sambil memejamkan mata sekilas.Ia letakan kedua tangannya di pi
Hari ini adalah jadwalnya kontrol kandungan Bee yang sudah menginjak trimester dua akhir, perutnya begitu besar berbanding terbalik dengan postur tubuhnya yang kecil.Bila biasanya Ibu hamil terlihat gemuk dan mengembang, lain halnya dengan Bee yang semakin kurus.Padahal semenjak menginjak trimester dua napsu makannya tidak terbendung, muntah dan mual menghilang sehingga ia bisa makan dengan lahapnya.Apa karena semua makanan yang ia makan terserap oleh janin kembar yang ada di dalam perutnya?Akbi menyerongkan tubuhnya, merentangkan tangan di sepanjang sandaran kursi yang Bee duduki lalu mengusap perut Bee lembut.Selalu saja ada pergerakan di dalam sana ketika Akbi menyentuh perut Bee, seperti saat ini tonjolan demi tonjolan muncul membuat Akbi menelan saliva, menatap ngeri perut Bee.Bee sedikit mendongak mempertemukan netra mereka, keduanya tersenyum tipis merasa canggung.Semenjak pertengkaran mereka dua hari lalu sebagai bentuk protes keras Bee terhadap Akbi yang main hakim sen
“Akbi,” panggil Diana melirih saat menyadari sang anak sudah berada di ambang pintu entah sejak kapan.“Keluar Ma ... keluar dari rumah Akbi,” usir Akbi dengan nada rendah.Saking kecewanya, Akbi sudah tidak meledak-ledak lagi. “Akbiii ... .” Diana berjalan mendekati Akbi yang malah mundur selangkah untuk menjauh seakan Diana adalah seseorang dengan penyakit menular yang mematikan.“Tolong pergi dari rumah Akbi, Ma ... jangan nodai rumah Akbi dengan sifat dan sikap Mama yang buruk,” ucap Akbi layaknya pedang yang menghunus tepat di jantung Diana.“Akbiii,” tegur Bee dan seketika mendapat sorot mata tajam dari suaminya.Akbi sedang tidak ingin mendapat teguran atau omelan dari Bee, kekecewaan yang sangat besar itu memberi Akbi akses VIP untuk mengambil sikap kepada Mamanya.Baik, Bee akan diam di depan Diana tapi mungkin nanti ia akan sedikit mempengaruhi Akbi untuk mengingatkan pria itu kembali bila Diana adalah wanita yang telah melahirkannya ke dunia.Air mata luruh membasahi wajah
“Anda tidak perlu datang, Pak ... akan banyak media di Pengadilan Agama nanti,” Aldo yang berdiri di belakang Beni berujar demikian.Bosnya sedang sibuk mengancingkan kemeja sambil bercermin dengan tatapan kosong.“Nanti setelah kamu menikah, jangan pernah menomor dua ‘kan istri kamu, Al ... uang bisa dicari tapi kebahagiaan rumah tangga itu ternyata harus dibentuk,” Beni meracau, tatapannya masih kosong ke arah cermin.Aldo menunduk menatap ujung sepatunya, tidak bisa ia pungkiri bila ia juga merasakan sakit dan kecewa yang Beni rasakan padahal ia hanya sebagai penonton dalam drama rumah tangga Beni.Lalu bagaimana dengan Beni sendiri sebagai pemeran utama dan berada disituasi itu, mungkin kata sakit hati dan kecewa saja tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaan yang sebenarnya..Yang paling besar mendominasi hatinya saat ini yaitu penyesalan, Beni merasa ia bisa berbuat sesuatu sebelum semuanya terjadi tapi dirinya tidak peka hingga terjadilah masalah ini.Andai ia lebih peka dan le
“Bu ... biar Bibi aja yang pergi, kalau Ibu pergi nanti Bapak marah sama Bibi.” Bi Darti berusaha menahan sang majikan yang keras kepala ingin pergi berbelanja sendiri.“Saya diantar Pak Wawan, Bi ... jadi enggak sendiri, kalau Bi Darti mau ikut ayo ... saya tunggu di mobil, ya!”Bi Darti mengesah, tidak mampu menahan tapi khawatir terjadi sesuatu pada istri kesayangan majikannya.Maka ia akan ikut bersama Bee membeli bahan-bahan makanan.Meski sudah hamil besar, Bee tidak pernah absen memasak untuk Akbi.Mulai dari masakannya yang tidak berasa ataupun keasinan lalu banyak belajar dengan Ibu Aneu kemudian rutin memasak setiap hari dan kini skill memasaknya patut di acungi jempol.Bergegas Bi Darti menyusul Bee yang sudah masuk ke dalam mobil yang dengan sabar menunggunya mengganti pakaian.Tidak ada raut kesal di wajah wanita yang semakin cantik dengan kehamilannya itu, begitu asyik memantengi layar ponselnya.Bee memilih mengisi waktun dengan menggambar di ponsel yang dibelikan suami
Berkali-kali Akbi mengumpat, jalanan di Jakarta memang tidak pernah bisa di andalkan.Seperti saat ini dirinya harus bergegas ke rumah sakit untuk menyusul Bee setelah beberapa menit lalu mendapat telepon dari Pak Wawan yang mengabarkan bila sang istri sedang dalam perjalanan menuju ke sana.Pak Wawan sangat terburu-buru ketika berbicara pada sambungan telepon, Akbi jadi tidak bisa bertanya apa yang menyebabkan sang istri harus dilarikan ke rumah sakit sementara beberapa hari lalu ketika ia mengantar Bee kontrol kandungan, dokter kepercayaan mereka mengatakan bahwa Bee akan melahirkan bulan depan.Apa istrinya akan melahirkan sekarang?Atau terjadi sesuatu dengan Bee yang dapat membahayakan dirinya juga bayi yang ada dalam kandungannya?Demi apapun Akbi memilih dugaan yang pertama, karena tidak bisa ia bayangkan akan bagaimana hidupnya bila sesuatu yang buruk terjadi pada Bee dan calon anak-anaknya.Driver yang mengantar Akbi ke rumah sakit sesekali mengelap keringat padahal pendingin
“Sebaiknya Ibu adakan konfrensi pers,” ujar seorang wanita cantik yang merupakan bagian humas di rumah sakit tersebut.Bee yang sedang menyusui Mahesa Aarash Marthadidjaya-si sulung yang beda satu menit dengan adiknya menoleh kepada sang suami.Di sudut ruangan dekat jendela, Akbi sedang belajar menggendong Maheswara Aarav Marthadidjaya bersama Ibu Aneu untuk di jemur setelah kenyang menyusu.Pria itu benar-benar tidak peduli dengan yang terjadi di sekitarnya, sedari kemarin banyak pencari berita infotainment sampai bermalam di rumah sakit untuk menunggu konfirmasi terkait kelahiran kedua putranya.Pelataran rumah sakit jadi ramai dengan pemburu berita, berulang kali pihak rumah sakit menanyakan kapan mereka akan melakukan sesi wawancara agar para wartawan itu bisa segera pergi tapi Akbi selalu menjawab bila dirinya dan sang istri bukan artis yang kehidupan pribadinya bisa menjadi konsumsi publik.Sejujurnya akbi masih kesal dengan mereka yang seenaknya membuat berita-berita tentang p
“Kamu kok gitu sih, Bi ... kasian Tante Diana,” tegur Bee lembut.“Jangan dulu dibahas ya, By ... aku lagi bahagia ini,” balas Akbi bernada dingin setelah menutup pintu kamar rawat istrinya.Akbi baru saja mengantar bayi-bayinya ke ruang khusus bayi baru lahir, memastikan mereka sampai di sana dengan selamat dan menempatkan dua orang di depan ruang bayi yang setiap harinya bergantian berjaga.Jangan lupakan bila Anggit masih belum musnah dari dunia ini dan sampai itu terjadi, keluarga kecilnya masih terancam bahaya.Anggap saja Akbi terlalu paranoid karena sering menonton film Hollywood tentang wanita pschyco yang membalas dendam atas sakit hatinya kepada seorang pria dengan menyakiti anak dari pria itu.Tidak akan semudah itu Maria, Akbi berusaha sekuat tenaga agar itu tidak terjadi sampai bersedia menyewa jasa keamanan untuk menjaga darah dagingnya, pewaris Marthadidjaya.Kembali lagi pada Akbi yang dengan dinginnya berucap demikian kepada sang istri yang kini menjadi tim sukses Dia