Mobil yang ada di dekat rumah Grace itu pun pergi. Sekarang di sebuah taman kota, Alice yang sedang membaca itu pun kemudian dirinya pulang ke rumahnya. Hari sudah semakin sore, dia berjalan menuju ke halte bus dan ketika dirinya hendak pergi menyebrang untuk ke halte bus, dirinya berpapasan dengan seorang pria muda yang sebelumnya melihatnya dari kejauhan ketika masih berada di taman. Matanya tertuju kepada pria tersebut dan tidak lama kemudian dirinya menyebrangi jalan. Ketika Alice sudah berada di seberang, dia tidak melihat pria tersebut dan membuatnya melihat-lihat sekitar namun ternyata tidak dia temukan.
‘Apa aku salah lihat? Tadi orang itu, tidak salah lagi,’ batin Alice
Alice kemudian melanjutkan perjalanannya dan sekarang dirinya sudah sampai di halte. Sementara itu, pria tadi yang berpapasan dengannya seketika melihat ke belakang dan ternyata Alice sudah pergi berjalan menuju ke arah yang berbeda dengannya. Pria itu kemudian berbalik lagi dan sen
Kali ini, di sebuah kamar milik Alice. Dia sedang mengerjakan beberapa proyeknya dan kemudian teringat akan seasuatu. Alice lalu membuka sebuah kotak yang sudah lama sekali dia simpan di antara tumpukan barang yang berada di dekat lemari. Dengan perlahan, Alice membukanya dan kotak itu ternyata berisi beberapa foto lama keluarganya yang masih terbilang utuh. Mereka terlihat berbahagia berada di suatu tempat yang indah dan berfoto bersama. Di mana dalam foto tersebut Alice terlihat sangat gembira dengan wajah yang terus tersenyum lebar. Di hari itu, ketika Alice masih berumur 5 tahun. Di masa itu mereka berlima berencana untuk pergi ke taman dan dengan senangnya mereka pergi ke sana. Taman yang berada di pinggiran kota memang menjadi primadona untuk di jadikan tempat wisata pada masa itu. mereka sekeluarga pergi ke sana pada hari minggu. Sesampainya di tempat itu, terlihat banyak sekali panorama yang memanjakan mata bahkan mereka tidak pernah berhenti melihat keindahan dan mengabadik
Ke esokan harinya. Alice yang sudah terbangun dari tidurnya itu kemudian beranjak dari tempat tidurnya dan pergi ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian, Alice sudah selesai mandi dan dirinya kemudian segera setelah selesai merapikan diri, dia langsung membuat sarapan dan penghuni rumahnya pun sudah berada di ruang makan dan sedang menikmati makanannya itu. Alice yang sudah berangkat dari rumahnya itu, dirinya kemudian menaiki bus yang ternyata tidak perlu lama menunggu. Busnya sudah ada dan dengan cepat dirinya memasukinya. Alice dengan bersemangat mengawali paginya itu dan tidak lama kemudian dirinya sudah sampai di dekat kampus dan pergi menuju ke sana. Alice yang terlihat sedang berjalan menuju ke kelasnya, tiba-tiba saja dirinya bertemu dengan Theresia dan mereka berdua pergi ke sana bersama.“Alice.”“Theresia. Kau baru sampai?”“Iya. Biasanya aku sedikit pagi sekali tapi sekarang sedikit terlambat.”“Tidak.
Marchell kemudian pergi dari sana menuju ke ruangan rekaman berita. Rona yang memandanginya dengan bahagia kemudian mendapatkan teguran oleh temannya yang bersama dengannya hari ini.“Kau sungguh menyukainya?” tanya temannya kepada Rona.“Iya. Aku sangat menyukainya.”“Kenapa kau menyukainya?”“Apa? bukankah sudah jelas dia tampan, tinggi dan keren.”“Ah, begitu rupanya.”“Memangnya kenapa?”“Tidak. Aku hanya bertanya saja.”“Oh iya, kau sudah dengar berita itu?”“Berita apa?”“Kau sungguh tidak tahu?”“Kalau akut tahu, aku tidak akan bertanya.”“Ini memang terdengar klise.”“Apa?”Dalam perjalanannya itu, Rona menjelaskan berita yang saat ini sedang ramai di kalanngan mereka. Melihat reaksi temannya yang terlihat biasa saja membuat
Grace kemudian terdiam dan dirinya beranjak dari tempat duduknya tersebut setelah dokter selesai mewawancarainya. Tidak lama setelahnya, dokter kemudian memberikan sebuah nasihat lagi kepadanya dan sekarang dirinya mulai merasa jauh lebih baik dari sebelumnya dan berniat untuk melakukan apa yang baru saja di sarankan oleh dokter. Beberapa saat kemudian, dia mulai merasa ada yang aneh dengan dirinya dan itu memang sering kali terjadi dan hanya dirinya yang tidak menyadaria apa-apa. di samping itu, Grace juga mengingat ingatan yang selalu membuatnya merasa terbayang-bayang akan ketakutan dan mencoba untuk menghentikannya seorang diri walau sebenarnya dia tidak mampu untuk melakukannya. Semua yang di alaminya selalu membuatnya merasa tidak nyaman dan kali ini dirinya mulai memberanikan diri mendatangi dokter di rumah sakit untuk memeriksa keadaannya yang ternyata itu juga memperngaruhi aktivitasnya sehari-hari. Grace yang sedang berjalan di koridor rumah sakit itu kemudian dirinya tida
Setelah Alice selesai berbincang-bincang dengannya, kemudian dirinya mulai pergi dari tempat tersebut setelah selesai berpamitan dengannya. Sejauh ini, mereka tidak pernah bertemu seperti ini sebelumnya dan tentu saja itu membuat Alice merasa canggung setelah bertemu dengannya dan mengobrol. Sesampainya di depan rumahnya, Alice kemudian memasuki rumahnya dan tidak lama setelahnya dirinya pergi ke kamar untuk beristirahat karena semua yang di lakukannya hari ini begitu melelahkan. Ketika dirinya sudah berada di dalam rumahnya, tiba-tiba saja Alice teringat akan sesuatu dan membuatnya beranjak dari tempat tidurnya dan sekarang dirinya menyalakan monitor komputer yang ada di hadapannya itu dengan cepat. Alice teringat karena ada pekerjaan yang belum di selesaikan olehnya dan itu membuatnya merasa tidak tenang ketika dirinya mulai beristirahat. Alice kemudian mengerjakan pekerjaannya itu dan dia terlihat serius mengerjakan seperti biasaya dia memang selalu seperti itu. saat ini, baginya
Berbeda dengan orang lain, dirinya selalu melakukan apa pun seorang diri dan sering kali mereka selalu memberikan tanggapan yang membuat orang lain salah paham. Jauh di lubuh hatinya, dia menginginkan hal yang sama dengan apa yang di alami oleh orang lain dalam hidupnya dan merasakan bagaimana rasanya apresiasi dari sebuah keluarga. Mimpi yang selama ini terkubur maka akan menjadi kenyataaan jika dirinya mencoba untuk mewujudkannya dan kerja keras serta kesabaraan yang menyertainya. Itulah ungkapan yang di katakan oleh seseorang kepadanya demi menguatkan dirinya yang sebenarnya sangatlah rapuh. Grace bersama dengan Nina yang merupakan pelayan kelurga tersebut berjalan dengan perlahan di penuhi kegembiraan dalam hatinya menuju ke ruang makan yang ada di lantai bawah rumahnya. Sesampainya di depan ruangan tersebut, mereka kemudian memasukinya dan di sana sudah banyak sekali orang. Mereka terlihat duduk dan kemudian Grace duduk di depan kursi orang tuanya. Di sana ada beberapa kerabatn
Di mulai pada hari itu, Grace tumbuh menjadi anak yang dewasa sebelum menginjak usianya. Semuanya terjadi begitu saja tanpa di sadari olehnya dan sekarang, dia hanya perlu menghadapi semuanya seorang diri seperti biasanya. Malam hari di dalam rumah sakit. Lagi-lagi dirinya hanya di temani oleh pelayannya dan mereka tidak pernah datang ke sana hanya menerima laporan dari dokter dan terus fokus dengan pekerjaannya itu. Grace yang masih belum tertidur, dia telihat duduk di tempat tidurnya dan membaca beberapa buku yang sebelumnya di bawa oleh pelayannya agar dirinya tidak merasa bosan karena dokter masih mengatakan bahwa perawatannya masih lama dan itu membuatnya merasa kesepian. Di tempat berbeda, yang tidak lain adalah kediaman kerabatnya di sana lah sepupunya tinggal bersama dengan kedua orang tuanya dan sepupunya itu menanyakan sesuatu mengenai Grace kepada mereka berdua. Begitu mendengar ucapannya yang membuat sepupunya itu tidak dapat menahan terkejut karena mendengar kenyataanya
Semua ucapan yang keluar dari mulut mereka tidak ada yang enak di dengar. Grace yang saat itu berada di ruangan tersebut kemudian dirinya pergi sambil berlari menuju ke dalam kamarnya. Sesampainya di dalam kamar, dirinya hanya bisa menangis bahkan sampai pagi. Kejadian yang membuatnya merasa harus membencinya kemudian dirinya melakukannya karena sudah tidak tahan lagi. di depan cermin yang ada di dalam kamarnya, dia kemudian memecahkanya dengan melemparkan sebuah gelas ke arah cermin tersebut karena dirinya di penuhi dengan rasa kesal yang semakin lama semakin memuncak. Satu tahun berlalu dan sekarang dirinya sudah mulai memutuskan apa yang akan di lakukannya dan tidak akan lagi medapatkan perlakuan yang mengerikan seperti itu. di hari setelah dirinya memenangkan kontes, Grace kemudian bekerja paruh waktu untuk mendapatkan uang dan setelah sudah sampai pada targetnya dia kemudian melakukan suatu hal dengan membeli piano dan di gunakan olehnya sebagai guru les di usianya yang masih t
Alice yang melihat pemandangan itu semakin membuatnya teringat dengan masa-masa itu. namun dia mencoba untuk melupakannya dan sekarang ini adalah kehidupannya yang baru. Selama beberapa bulan lamanya dia tinggal di sini. Alice juga pindah sekolah dan sekarang dia berada di sekolah paling terkenal di kota ini. Dan yang paling parahnya lagi dia satu kelas dengan Benedict. Meski dia sangat baik, namun beberapa temannya terlihat memandang Alice dengan pandangan yang berbeda. Mereka seakan mendiskriminasi dirinya. Untungnya, salah satu orang yang merupakan ketua kelasnya itu berada di pihak Alice karena mereka sama-sama anak yang rajin dan pintar. Awal masuk memang terlihat mengerikan dan itulah yang di alaminya. Namun, seiring berjalannya waktu ternyata tidak seburuk yang di bayangkannya itu. Setelah dirinya melewati hari-hari baru dalam hidupnya sampailah di mana dia berada di titik mengerikan yang sebelumnya sempat di takutinya. Hari di mana dia mendengarkan secara tidak sengaja menge
“Dengar Alice, mungkin perkataanku ini memang keterlaluan. Tapi, bagaimana pun juga aku mengatakannya sesuatu dengan apa yang sudah ku jalani. Jika boleh jujur, aku juga memiliki masalah yang sama denganmu. Kedua orang tuaku bercerai bahkan mereka berpisaha sejak aku masih di taman kanak-kanak. Meski begitu aku yang tinggal bersama dengan nenek rasanya memang menyedihkan dan ingin sekali pergi dari dunia ini. Namun, nenekku menasihatiku agar tetap menerima takdir. Soal jalan hidup apakah akan bahagia atau tidak itu tergantung kepada diri sendiri.”“Marry.”“Iya?”“Maaf, aku tidak tahu soal itu. kupikir kau...”“Sudahlah, tidak perlu meminta maaf. Lagi pula aku memang tidak punya teman untuk bercerita. Karena itulah ku katakan semua ini kepadamu.”“Terimakasih karena sudah menyadarkanku. Aku sungguh berterimakasih.”“Sama-sama, terimakasih juga karena mau mendengark
Alice langsung pergi dan kemudian dia menghubungi Marry untuk makan bersamanya. Dengan cepat dia langsung menuju ke sana dan saat ini dirinya yang masih merasa kesal karena sikap mereka semua yang memuakan. Alice akhirnya sampai di sebuah restoran khusu makanan pedas dan dia langsung memasuki tempat tersebut. Dirinya menunggu Marry di dalam dan tidak lama setelahnya dia langsung datang. Mereka berdua berada di dalam dan mulai memilih menu yang akan mereka pesan. Kali ini Alice merasakan kemarahan yang luar biasa karena ulah dari kerabatnya itu sehingga membuatnya merasa muak apalagi melihat wajahnya. Selama beberapa pertemuan, mereka selalu menganggapnya remeh dan mempermalukannya. Saat ini, tepatnya di suatu tempat yang berbeda yang tidak lain adalah ruang pertemuan yang tadi. Di sana, Antoni sedang mengecek ponselnya dan ternyata ada banyak sekali panggilan tidak terjawab dari ibunya. Dia sengaja tidak mengangkatnya karena masih merasakan amarah yang terjadi di saat itu. Saat-saat
“Sampai kapan kalian akan membicarakannya?” ucap Marry kepada beberapa anak yang ada di sana sedang berkumpul sambil membicarakan Alice.“Oh, kenapa kau yang marah? Memangnya apa masalahmu?”“Dasar gila, hentikan omong kosong kalian. Jangan seenaknya membicarakan orang lain seperti itu!”“Dengar Marry, ini adalah hak kami mau membicarakan siapa pun. Kenapa kau yang marah dan mengatakan kami gila? Jangan bertingkah. Kau sama sekali tidak ada hubungannya kan? Lalu, apa yang kau khawatirkan? Dia akan depresi?”“Keparat ini.”“Sudah Marry, biarkan saja.”“Alice?”“Apa?” ucap temannya itu dan ternyata dia sangat terkejut.‘Gawat,’ batin merekaAlice menatap mereka dengan tatapan dingin dan kemudian duduk di kursinya. Mereka langsung memalingkan wajahnya yang terlihat memerah. Sementara anak lain yang melihatnya, hanya t
Sementara itu, di suatu tempat yang berbeda. Ibunya sedang menelpon seseorang dan ternyata dia terlihat senang sebelum akhirnya beranjak dari sofa dan mematikan lampunya. Ke esokan paginya, cahaya matahari memasuki kamar Alice dan sekarang dia sedang bangun dari tempat tidurnya. Setelah alarm membangunkan dirinya. Alice kemudian pergi untuk mulai bersiap mengawali paginya di musim ini. Setelah beberapa menit berlalu, dia sudah siap dan kemudian berangkat ke sekolah. Dalam perjalanannya ke sekolah, dia mulai memikirkan apa yang akan terjadi di hari ini. Pandangannya yang terlihat seakan dirinya sudah berada di ambang batas keputusasaan. Tidak lama kemudian, bus mulai datang dan mereka semua memasukinya. Anak-anak lain terlihat ceria dan bersemangat mengawali paginya. Sementara dirinya hanya termenung di bawah kelabu. Begitu dirinya duduk di kursi tengah dan memandangi jendela, dia melihat pemandangan kota yang cerah dan bersinar. Dirinya kemudian menghela nafas panjang sebelum akhirn
Semakin lama semakin terasa menyakitkan. Apa yang terjadi di dalam rumahnya dan sekarang ini dia sedang berusaha untuk menyembuhkan dirinya. Perlahan-lahan, rasa sakit yang memenuhi dadanya itu semakin menumpuk hingga akhirnya dia tidak tahan lagi dan secara tidak sadar dia menangis di hadapan Marry. Dia yang melihat Alice seperti itu seketika mencoba untuk membuatnya tetap tenang. Beberapa orang mungkin melihat ke arah mereka, namun ini bukan saatnya untuk memperdulikan orang lain. Alice terus meneteskan air matanya dan Marry terus menepuk punggungnya. Rasanya semuanya mengalir bagitu saja dan tidak terasa sesak lagi.“Menangislah. keluarkan semuanya,” ucap Marry kepada dirinya“Maafkan aku, kau jadi melihatku seperti ini.”“Tidak, jangan minta maaf. Sudah sepantasnya aku mendengarkanmu. Bukankah kita teman?”“Iya.”“Sekarang kau hanya perlu menangis sekeras mungkin dan keluarkan isi hatimu. Ti
Sementara di kelasnya, mereka sedang heboh menanyakan apa yang terjadi kepada Alice dan mereka terlihat begitu penasaran. Marry yang membawanya ke ruang kesehatan itu, tiba-tiba menjadi kerumunan orang-orang yang ada di kelas dan bertanya kepadanya dengan wajah yang terlihat penasaran.“Marry, apa yang terjadi? Kenapa Alice bisa sampai seperti itu? kau tahu sesuatu kan? Ceritakan,” ucap salah satu teman sekelasnya.“Apa? aku taidak tahu hal seperti itu.”“Ayolah. Kami lihat kau tadi antusias membawanya. Apa lagi yang kau sembunyikan.”“Astaga kalian ini, bubar sana.”“Katakan dulu.”“Ah, sial. Pergi sana! Kalian pergilah menggangguku saja.”“Apa-apaan ini? Kenapa kalian mengerumuni mejaku?” ucap seseorang di pintu kelas dan ternyata dia Alice. Seketika mereka yang ada di sana langsung bubar dengan wajah yang tanpa dosa.“Alice,” ucap
Alice kemudian pergi dari sana dan keluar dari rumahnya. Mereka yang melihat itu kemudian merasa heran. Antoni berpura-pura untuk terlihat tenang dan rupanya dia juga sedang mengkhawatirkan sesuatu. Ketika perkumpulan mereka selesai, Antoni melihat ponselnya dan ternyata benar saja. Ibunya menghubunginya beberapa kali dan dia tidak mengangkatnya. Dia mulai kesal dan melemparkan ponselnya itu. Alice yang kini sedang berjalan-jalan sendirian itu kemudian dia teringat di hari itu dimana semuanya hancur termasuk dirinya. Saat itu, semuanya terlihat berbahagia dan di waktu yang sama ada seorang pria yang datang bersama dengan ibunya dan tiba-tiba saja memperkenalkan dirinya sebagai ayahnya. Alice yang sangat terkejut saat itu membuatnya menepis tangannya dan langsung pergi meninggalkan mereka berdua. Entah kenapa kedua orang itu terasa akrab melebihi apa pun di dunia ini. Semakin lama dia semakin terluka, dan benar saja sesuatu dengan dugaannya. Ketika Alice pulang dari tempat bermainnya
Philip yang masih terdiam dan tidak mempercayai kabar tersebut, dia langsung murung dan seketika keluar dari ruangan tersebut dan menuju ke suatu tempat. Mereka berdua yang melihatnya seperti itu tentu semakin aneh dan tidak lama setelahnya hanya membiarkannya saja. Sekarang ini, Philip termenung sendirian dengan wajah yang terlihat sedih. Sebelumnya dia meretas akun banknya dan setelah ini dia meninggalkan dunia ini secepat itu. Di dalam dirinya masih ada rasa bersalah dan itu memnbuatnya semakin merasakan sakit. Tidak hanya itu saja, dia juga mengingatnya bahwa sebelumnya mereka sempat berteman lama dan juga banyak lagi hal yang semakin menjadikannya seakan orang jahat di dunia ini. Sementara itu, Alice yang saat ini tengah berada di makam Grace dan masih melihatnya dengan tatapan penuh kesedihan. Kerabatnya itu kemudian mengatakan sesuatu kepadanya.“Terimakasih kalian sudah menjadi temannya selama sisa hidupnya,” ucap kerabatnya Grace“Tidak. Jang