Sekarang ini, Alice yang sedang berada di kamarnya itu tidak lama kemudian dia membuka buku catatannya dan melihat jadwalnya malam ini. Dia dengan cepat membuka buku-buku yang ada di mejanya itu dan mulai belajar. Sebentar lagi sebelum musim panas terjadi, ujian semester sedang menanti. karena itu lah dia sekarang ini giat belajar bahkan setelah pulang dari beberapa urusan dia memang harus melakukan pekerjaanya itu. Sebelumnya, dia melihat seseorang pulang dan sekarang sedang berbicara bersama dengan Antoni di ruang tengah membuatnya merasakan sensasi yang kemungkinan akan sama seperti di masa itu. Ingatan yang sudah lama di lupakannya seiring berjalannya waktu, sekarang ini sudah kembali dan itu membuatnya seakan berada di ujung jurang yang membuatnya akan bertahan atau malah justru sebaliknya. Sebaik apa pun dirinya, itu tidak membuatnya merasa dalah keadilan. Antoni mungkin sudah menyadarinya dan sekarang dia hanya perlu mengamankan posisinya agar tidak terinjak. Meski begitu, ha
“Theresia.” “Oh, Marchell.” “Kau sendirian saja? Dimana Alice?” “Dia pulang duluan.” “Loh, tumben. Kenapa tidak bersama denganmu?” “Dia harus bekerja paruh waktu karena itu lah pulang lebih awal. Kau sendiri apa yang akn kau lakukan?” “Begitu ya. Aku mau pergi ke ruang penyiaran. Apa kau mau ikut?” “Tidak. Terimakasih. Aku tidak tertarik dengan ruangan clubmu itu.” “Yasudah. Sampai jumpa.” “Oke.” ‘Ah sial. Sebaiknya aku pulang saja,’ batin Theresia dan tidak lama kemudian dia juga pergi dari sana Kali ini, Alice mulai bekerja paruh waktu sesampainya dia di toko tersebut dan sekarang dia harus lembur karena menggantikan rekannya yang sebelumnya libur dengan alasan yang tidak di ceritakan kepadanya. Alice dengan sabar menekuninya dan ternyata pengunjung toko ini memang selalu banyak seperti biasanya. Di tempat yang lain, Theresia sedang menuju ke suatu tempat yang tidak lain adalah toko fashion yan
Dia melihat Grace yang tidak sengaja menumpahkan minuman yang di buatnya itu menjadikannya sekarang ini sebagai bahan pembicaraan. Mereka tentu saja memaklumnya karena dia memang pemula dan hanya bekerja paruh waktu saja. Namun, sekarang ini tidak seperti biasanya dia tidak masuk dan bahkan tidak ada kabar sama sekali. begitu melihat hal itu, mereka langsung kembali bekerja dan tidak lagi mempermasalahkannya. Saat itu juga, mereka langsung berpikir baik dan mungkin kegiatannya di kampus cukup banyak sehingga dia harus terlambat. Tapi, semua itu ternyata salah. Dia bahkan tidak datang sampai hari mulai gelap. Mereka membiarkannya dan tidak melaporkannya kepada manajer. Sementara itu, saat ini Grace yang sedang berada di rumah sakit. Dia sedang menunggu pemeriksaannya berakhir dan ternyata semua itu memerlukan banyak waktu. Dokter mengatakan bahwa penyakitnya mulai kambuh lagi begitu dia memulai semua kehidupan barunya itu. Saat ini, dia hanya bisa mendengarkan apa yang di katak
Pembicaraan mereka terhenti karena Billy baru saja menyebut nama orang itu yang tidak lain adalah orang yabg tidak ingin di dengar olehnya bahkan sampai nafasnya terhenti sekalipun. Dahulu, ketika mereka masih kelas 12 di sekolah. Pertemuan mereka memang tidak terlalu baik dan bahkan orang itu yang sering membuat masalah dan nyaris melakukan tindakan kekerasan di sekolah. Marchell yang merupakan anak baik dan tidak pernah terlibat dalam masalah, dia harus terseret bersama dengannya karena sebuah perkelahian di luar jam belajar. Beberapa anak berkumpul di suatu tempat dan mereka sedang memukuli anak baru yang bernama Toni karena masalah yang terbilang sepele. Toni tidak memperkenalkan dirinya kepada mereka dan tidak meminjamkan baju olahraga. Namun, sekelompok orang itu langsung menghajarnya hingga babak belur dan orang yang melakukannya tidak lain adalah Jay. Marchell yang menyaksikan hal tersebut tentu saja membela anak baru itu dan tidak lama setelahnya, dia juga merasakan hal yan
Marchell yang terlihat penuh dengan tekanan itu kemudian dia pulang ke rumahnya. Sesampainya di sana, dia melihat beberapa foto keluarganya yang sekarang ini berada di provinsi yang berbeda bahkan jarang sekali bertemu dengan dirinya. Kerabat yang sebelumnya datang menghampirinya hanya memberikan beberapa informasi mengenai apa yang akan menjadi tujuan hidupnya. Semuanya bermula sejak saat itu hingga saat ini. Marchell yang sekarang seakan dia membenci Jay bukan tanpa alasan melainkan dia yang terlihat mendekati orang yang di sukainya dan rupanya memiliki hubungan khusus dengan salah satu orang yang selama ini di hormatinya di sekolah yakni guru konseling. Semua kasus mengenai dirinya dihapuskan seolah itu hanyalah debu dan bahkan masih banyak lagi alasan untuk membencinya. Tapi, di sisi lain dia harus menjadi orang yang baik dan tidak sepantasnya berperilaku seperti itu kepada temannya. Siapa pun itu, Marchell memang harus bersikap baik dan bahkan sangat menyakiti hatinya. Keberani
Mereka berdua akhrinya sampai di sebuah restoran BBQ. Di sana, mereka berdua memesan banyak sekali makanan dan juga tidak lupa dengan beer yang mereka pesan. Suasananya terlihat indah karena hari ini sudah jam 7 malam. Theresia yang masih terlihat bersemangat dan terus membuatnya mengatakan banyak sekali hal-hal baik yang terjadi kepadanya hari ini. Alice tidak lama setelahnya dia langsung memakan makanannya dan tidak lama kemudian dia melihat ponselnya yang berbunyi. Rupanya itu ada pesan dari Adeline. Theresia yang merasa penasaran kemudian menanyakan kepadanya. Dan Alice pun langsung memberitahukannya kepada Theresia yang ada di depannya itu.“Siapa?”“Adeline.”“Apa? kenapa dia tiba-tiba saja menghubungimu lagi?”“Aku tidak tahu.”“Apa katanya?”“Tunggu sebentar. Ah, rupanya dia hanya menanyakan soal Billy.”“Billy? Kenapa dia menanyakanya padamu? Bukank
“Kalian, terimaksih banyak,” ucap Adeline sambil menghapus air matanya“Tidak apa-apa. ini adalah hadiah yang pantas kau dapatkan karena sudah berusaha sampai sejauh ini,” ucap Billy sambil tersenyum“Ah iya. Aku merasa senang sekali karena seumur hidupku, walau aku memenangkan kontes 100x pun tidak akan ada yang peduli. Dan sekarang, aku merasa bersyukur karena kalian peduli padaku.”“Sudah-sudah. Tentu saja aku peduli. Karena kau orang yang penting bagiku.”“Apa?”“Apa aku harus mengulanginya?”“Hentikan,” sahut Adeline dengan wajah yang sedikit memerahSaat ini dia terlihat begitu bahagia dan itu membuatnya tidak akan bisa melupakan momen yang berharga ini di hidupnya. Billy yang dengan tulus peduli padanya itu membuatnya semakin bahagia dalam menjalani hari-harinya yang di penuhi dengan tantangan dalam setiap langkah yang di lalui. Sementara itu, s
Hari yang begitu cerah. Minggu ini tidak lain adalah hari liburnya Alice dari pekerjaan paruh waktunya itu meski hanya di ijinkan untuk libur satu hari saja. Dia yang saat ini sedang berada di kamarnya dan kemudian membereskan tempat tidurnya itu sebelum akhirnya dia beraktivitas lagi. Keluarganya terlihat sibuk walau sekarang adalah tanggal merah. Kedua kakak laki-lakinya itu terlihat sudah bersiap untuk berangkat ke suatu tempat. Saat ini mereka mulai berangkat dan begitu juga dengan Alice. Dia berencana untuk pergi liburan musim panas karena sekarang ini adalah awal dari musim panas. Alice dengan semangat kemudian mempersiapkan barang-barang yang akan di bawa olehnya dan sekarang pun dia sedang berbicara melalui telepon bersama dengan Theresia. Mereka berdua terlihat begitu bahagia karena hari yang mereka tunggu-tunggu akhirnya datang. Setelah dirinya sudah bersiap, tidak lama kemudian dia mulai berangkat menuju ke suatu tempat yang di janjikan oleh mereka. Alice dengan cepat men
“Tidak. Kau salah. Yang menentukan semuanya adalah dirimu sendiri, aku sama sekali tidak melakukan apa pun padamu. Jadi, semua itu hanya pergerakan di dalam dirimu. Peecayalah, aku juga sama sepertimu.”“Sungguh?”“Iya. Bahkan aku tidak ingin mengakuinya. Kadang kala aku berpikir demikian dan bahkan membenci diriku.”“Aku mengerti dengan situasi itu. tapi, untuk saat ini lebih baik lupakan hal suram itu dan mari kita nikmati liburan musim panas ini.”“Ya. Kau benar, tidak ada gunanya memikirkan hal itu. mari bersenang-senang.”“Akan ku abadikan di setiap detiknya.”“Kau membawa kamera?”“Ya. Ini adalah barang yang wajib di bawa ketika liburan atau kapan pun.”“Wah, terniat sekali.”Perjalanan mereka masih terbilang cukup jauh. Sekarang ini masih berada di setengah perjalanan. Kota sebelah yang akan mereka tuju tida
Alice yang melihat pemandangan itu semakin membuatnya teringat dengan masa-masa itu. namun dia mencoba untuk melupakannya dan sekarang ini adalah kehidupannya yang baru. Selama beberapa bulan lamanya dia tinggal di sini. Alice juga pindah sekolah dan sekarang dia berada di sekolah paling terkenal di kota ini. Dan yang paling parahnya lagi dia satu kelas dengan Benedict. Meski dia sangat baik, namun beberapa temannya terlihat memandang Alice dengan pandangan yang berbeda. Mereka seakan mendiskriminasi dirinya. Untungnya, salah satu orang yang merupakan ketua kelasnya itu berada di pihak Alice karena mereka sama-sama anak yang rajin dan pintar. Awal masuk memang terlihat mengerikan dan itulah yang di alaminya. Namun, seiring berjalannya waktu ternyata tidak seburuk yang di bayangkannya itu. Setelah dirinya melewati hari-hari baru dalam hidupnya sampailah di mana dia berada di titik mengerikan yang sebelumnya sempat di takutinya. Hari di mana dia mendengarkan secara tidak sengaja menge
“Dengar Alice, mungkin perkataanku ini memang keterlaluan. Tapi, bagaimana pun juga aku mengatakannya sesuatu dengan apa yang sudah ku jalani. Jika boleh jujur, aku juga memiliki masalah yang sama denganmu. Kedua orang tuaku bercerai bahkan mereka berpisaha sejak aku masih di taman kanak-kanak. Meski begitu aku yang tinggal bersama dengan nenek rasanya memang menyedihkan dan ingin sekali pergi dari dunia ini. Namun, nenekku menasihatiku agar tetap menerima takdir. Soal jalan hidup apakah akan bahagia atau tidak itu tergantung kepada diri sendiri.”“Marry.”“Iya?”“Maaf, aku tidak tahu soal itu. kupikir kau...”“Sudahlah, tidak perlu meminta maaf. Lagi pula aku memang tidak punya teman untuk bercerita. Karena itulah ku katakan semua ini kepadamu.”“Terimakasih karena sudah menyadarkanku. Aku sungguh berterimakasih.”“Sama-sama, terimakasih juga karena mau mendengark
Alice langsung pergi dan kemudian dia menghubungi Marry untuk makan bersamanya. Dengan cepat dia langsung menuju ke sana dan saat ini dirinya yang masih merasa kesal karena sikap mereka semua yang memuakan. Alice akhirnya sampai di sebuah restoran khusu makanan pedas dan dia langsung memasuki tempat tersebut. Dirinya menunggu Marry di dalam dan tidak lama setelahnya dia langsung datang. Mereka berdua berada di dalam dan mulai memilih menu yang akan mereka pesan. Kali ini Alice merasakan kemarahan yang luar biasa karena ulah dari kerabatnya itu sehingga membuatnya merasa muak apalagi melihat wajahnya. Selama beberapa pertemuan, mereka selalu menganggapnya remeh dan mempermalukannya. Saat ini, tepatnya di suatu tempat yang berbeda yang tidak lain adalah ruang pertemuan yang tadi. Di sana, Antoni sedang mengecek ponselnya dan ternyata ada banyak sekali panggilan tidak terjawab dari ibunya. Dia sengaja tidak mengangkatnya karena masih merasakan amarah yang terjadi di saat itu. Saat-saat
“Sampai kapan kalian akan membicarakannya?” ucap Marry kepada beberapa anak yang ada di sana sedang berkumpul sambil membicarakan Alice.“Oh, kenapa kau yang marah? Memangnya apa masalahmu?”“Dasar gila, hentikan omong kosong kalian. Jangan seenaknya membicarakan orang lain seperti itu!”“Dengar Marry, ini adalah hak kami mau membicarakan siapa pun. Kenapa kau yang marah dan mengatakan kami gila? Jangan bertingkah. Kau sama sekali tidak ada hubungannya kan? Lalu, apa yang kau khawatirkan? Dia akan depresi?”“Keparat ini.”“Sudah Marry, biarkan saja.”“Alice?”“Apa?” ucap temannya itu dan ternyata dia sangat terkejut.‘Gawat,’ batin merekaAlice menatap mereka dengan tatapan dingin dan kemudian duduk di kursinya. Mereka langsung memalingkan wajahnya yang terlihat memerah. Sementara anak lain yang melihatnya, hanya t
Sementara itu, di suatu tempat yang berbeda. Ibunya sedang menelpon seseorang dan ternyata dia terlihat senang sebelum akhirnya beranjak dari sofa dan mematikan lampunya. Ke esokan paginya, cahaya matahari memasuki kamar Alice dan sekarang dia sedang bangun dari tempat tidurnya. Setelah alarm membangunkan dirinya. Alice kemudian pergi untuk mulai bersiap mengawali paginya di musim ini. Setelah beberapa menit berlalu, dia sudah siap dan kemudian berangkat ke sekolah. Dalam perjalanannya ke sekolah, dia mulai memikirkan apa yang akan terjadi di hari ini. Pandangannya yang terlihat seakan dirinya sudah berada di ambang batas keputusasaan. Tidak lama kemudian, bus mulai datang dan mereka semua memasukinya. Anak-anak lain terlihat ceria dan bersemangat mengawali paginya. Sementara dirinya hanya termenung di bawah kelabu. Begitu dirinya duduk di kursi tengah dan memandangi jendela, dia melihat pemandangan kota yang cerah dan bersinar. Dirinya kemudian menghela nafas panjang sebelum akhirn
Semakin lama semakin terasa menyakitkan. Apa yang terjadi di dalam rumahnya dan sekarang ini dia sedang berusaha untuk menyembuhkan dirinya. Perlahan-lahan, rasa sakit yang memenuhi dadanya itu semakin menumpuk hingga akhirnya dia tidak tahan lagi dan secara tidak sadar dia menangis di hadapan Marry. Dia yang melihat Alice seperti itu seketika mencoba untuk membuatnya tetap tenang. Beberapa orang mungkin melihat ke arah mereka, namun ini bukan saatnya untuk memperdulikan orang lain. Alice terus meneteskan air matanya dan Marry terus menepuk punggungnya. Rasanya semuanya mengalir bagitu saja dan tidak terasa sesak lagi.“Menangislah. keluarkan semuanya,” ucap Marry kepada dirinya“Maafkan aku, kau jadi melihatku seperti ini.”“Tidak, jangan minta maaf. Sudah sepantasnya aku mendengarkanmu. Bukankah kita teman?”“Iya.”“Sekarang kau hanya perlu menangis sekeras mungkin dan keluarkan isi hatimu. Ti
Sementara di kelasnya, mereka sedang heboh menanyakan apa yang terjadi kepada Alice dan mereka terlihat begitu penasaran. Marry yang membawanya ke ruang kesehatan itu, tiba-tiba menjadi kerumunan orang-orang yang ada di kelas dan bertanya kepadanya dengan wajah yang terlihat penasaran.“Marry, apa yang terjadi? Kenapa Alice bisa sampai seperti itu? kau tahu sesuatu kan? Ceritakan,” ucap salah satu teman sekelasnya.“Apa? aku taidak tahu hal seperti itu.”“Ayolah. Kami lihat kau tadi antusias membawanya. Apa lagi yang kau sembunyikan.”“Astaga kalian ini, bubar sana.”“Katakan dulu.”“Ah, sial. Pergi sana! Kalian pergilah menggangguku saja.”“Apa-apaan ini? Kenapa kalian mengerumuni mejaku?” ucap seseorang di pintu kelas dan ternyata dia Alice. Seketika mereka yang ada di sana langsung bubar dengan wajah yang tanpa dosa.“Alice,” ucap
Alice kemudian pergi dari sana dan keluar dari rumahnya. Mereka yang melihat itu kemudian merasa heran. Antoni berpura-pura untuk terlihat tenang dan rupanya dia juga sedang mengkhawatirkan sesuatu. Ketika perkumpulan mereka selesai, Antoni melihat ponselnya dan ternyata benar saja. Ibunya menghubunginya beberapa kali dan dia tidak mengangkatnya. Dia mulai kesal dan melemparkan ponselnya itu. Alice yang kini sedang berjalan-jalan sendirian itu kemudian dia teringat di hari itu dimana semuanya hancur termasuk dirinya. Saat itu, semuanya terlihat berbahagia dan di waktu yang sama ada seorang pria yang datang bersama dengan ibunya dan tiba-tiba saja memperkenalkan dirinya sebagai ayahnya. Alice yang sangat terkejut saat itu membuatnya menepis tangannya dan langsung pergi meninggalkan mereka berdua. Entah kenapa kedua orang itu terasa akrab melebihi apa pun di dunia ini. Semakin lama dia semakin terluka, dan benar saja sesuatu dengan dugaannya. Ketika Alice pulang dari tempat bermainnya
Philip yang masih terdiam dan tidak mempercayai kabar tersebut, dia langsung murung dan seketika keluar dari ruangan tersebut dan menuju ke suatu tempat. Mereka berdua yang melihatnya seperti itu tentu semakin aneh dan tidak lama setelahnya hanya membiarkannya saja. Sekarang ini, Philip termenung sendirian dengan wajah yang terlihat sedih. Sebelumnya dia meretas akun banknya dan setelah ini dia meninggalkan dunia ini secepat itu. Di dalam dirinya masih ada rasa bersalah dan itu memnbuatnya semakin merasakan sakit. Tidak hanya itu saja, dia juga mengingatnya bahwa sebelumnya mereka sempat berteman lama dan juga banyak lagi hal yang semakin menjadikannya seakan orang jahat di dunia ini. Sementara itu, Alice yang saat ini tengah berada di makam Grace dan masih melihatnya dengan tatapan penuh kesedihan. Kerabatnya itu kemudian mengatakan sesuatu kepadanya.“Terimakasih kalian sudah menjadi temannya selama sisa hidupnya,” ucap kerabatnya Grace“Tidak. Jang