Menghadapi kenyataan bahwa suamiku tak bisa kutemukan, aku hanya bisa tersedu dan tergugu di depan keluargaku.Erwin dan Vito yang menyaksikan kepanikan ini segera mendekat dan coba menenangkanku dengan berbagai usaha mereka."Bunda, Bunda kenapa? Kenapa nangis, apa ada yang terjadi dengan Pak Hamdan?" tanya Vito."Entahlah, aku merasa punya firasat buruk," jawabku sedih."Tenangkan dirimu, minumlah segelas air," timpal ibu mertua sambil menyodorkan segelas air. Kuterima gelasnya dan kuminum sedikit dari sana, kedua anakku mencoba mendudukkanku."Katakan yang sebenarnya apa ada yang terjadi?""Tidak."Aku masih ragu untuk mengatakan bahwa saat ini Suamiku sedang bergelung di selimut yang sama bersama mantan tunangannya. Tidak bisa kubayangkan betapa syoknya ibu, dia bisa naik darah tinggi bahkan mungkin bisa kena serangan jantung, ibu dan tipe keluarga ini yang religius tidak akan menerima perbuatan Mas Hamdan dengan mudah. Suamiku akan dimarahi dan dihakimi habis habisan."Ya Tuhan,
Tanpa banyak bertanya lagi, kubiarkan Mas Hamdan untuk istirahat, dia rebahkan diri sambil terus memijit keningnya. Kuhampiri dia dan kuraba tubuhnya yang sedikit hangat. Sepertinya dia kurang sehat atau malah ada hal yang membuat dia tidak baik baik saja."Terakhir kali kau minum apa di resto sore tadi.""Kopi," jawabnya."Apakah setelah itu kepalamu pusing dan dadamu berdebar?""Iya, lalu entahlah, lamat lamat kudapatkan diriku di klinik."Iya, Fix, dia sepertinya menelan obat perangsang dan bius. Entahlah, salah satu dari itu mungkin, aku agak awam dengan obat obatan. Tapi, aku yakin, suamiku baik baik saja saat dia berangkat kerja tadi, anehnya dia sakit di sore hari. Itu tidak masuk akal."Baiklah, tidurlah." Aku masih tetap berusaha tenang dan merangkul suamiku yang pada akhirnya tertidur dengan dengkuran halusnya.**Keesokan hari.Rasanya tak sabar diri ini menunggu matahari yang sepenggalah naik, kutunggu suami terbangun dengan hati berdebar, ingin kutanyakan detail kejadian
Tak tahu mimpi apa semalam hingga pagi ini, ketika kubuka pintu untuk menghirup aroma embun yang perlahan menguap oleh cahaya mentari, tiba tiba saja sudah kudapati Haifa menunggu di kursi teras. Tidak seperti biasanya, tampil dengan rok pendek atau gaun selutut, kali ini ia datang menggunakan baju panjang dan kerudung yang tersampir di rambutnya yang hitam berkilau."Ada kamu di sini?" Tanyaku heran."Ya, aku menunggu penghuni rumah terbangun.""Siapa yang mau kau temui?""Denganmu.""Ada apa ya?" Aku mulai merasa tidak nyaman dengan kehadirannya, terlebih mengingat bahwa ia tidur dengan Mas Hamdan. Kebencianku tiba tiba membuncah."Kau mau bicara apa?"Tanpa bicara, wanita itu langsung menjatuhkan diri di kakiku dan menangis. Aku yang tak paham mengapa ia melakukan itu segera mundur dua langkah dari hadapannya."Tolong aku, setelah Hamdan meniduriku, ia tidak mengakui perbuatannya dan kini merendahkan diri ini. Aku harus bagaimana, setelah bertahun tahun menjaga diri, kesucian d
"Mas, kira kira apa yang akan terjadi?" tanyaku sambil mendekat pada Mas hamdan."Aku tidak tahu, aku akan melihatnya," jawab suamiku sambil menghela napas dan beranjak ke dalam."Ya Tuhan ... mengapa harus sepagi ini drama di rumah ini sudah terjadi. Bukankah di dalam doa dan salatku aku selalu mendoakan yang terbaik untuk keluarga ini. Tapi mengapa Engkau memberikan prahara yang begitu besar?" Aku menunggumam seperti itu sambil menahan perasaanku.Kupikir setelah menikah dengan Mas Hamdan, luka masa lalu tentang penghianatan dan sakit hati yang diberikan Mas imam akan berakhir. Nyatanya ujian yang kini datang lebih berat dari ujian sebelumnya. Kalau sebelum ini, Sari istrinya mas imam, tidak terlalu banyak tingkah dan membuat masalahm. Maka sekarang, aku berhadapan dengan ular berbisa yang siap menebarkan racun dan pengaruhnya.Dgan langkah berat aku masuk ke dalam melihat apa yang sedang terjadi kepada Haifa."Bu, ini buktinya, Haifa tahu, bahwa hubungan ini adalah hubungan terl
"Baiklah Ibu, apa yang ingin ibu katakan," ucapku sambil mendudukkan diri.Aku tahu dia akan berkata bahwa Haifa dan Hamdan harus menikah karena untuk menutupi apa yang sudah mereka lakukan."Ibu sebenarnya bingung harus bicara apa tapi Ibu harus membersihkan kejadian ini agar tidak menjadi aib keluarga yang akan menyebar.""Jadi, bagaimana?" tanyaku tetap tenang."Apakah pantas jika Ibu melamar HIV untuk Hamdan, Ibu tidak akan melakukannya jika kau tidak setuju.""Tentu saja aku tidak setuju ibu. Bukan karena kecemburuanku, tapi aku ragu pada perilaku wanita yang dengan mudah saja mau tidur dengan suami orang, dia memang terlihat elegan tapi sikapnya rendahan. Maafkan aku," ujarku lirih."Aduh, ibu dilema sekali.""Ibu adalah pemegang kekuasaan dan keputusan tertinggi di rumah ini. Saya menghargai karena Ibu mau minta pendapatku. Aku sudah katakan keinginanku dan sisanya terserah Ibu saja.""Jika keluarga Haifa tahu yang sebenarnya tentu mereka tidak akan membiarkan hal ini terjadi
Keesokan hari, dengan rencana yang sudah diatur sedemikian rupa, berangkat untuk pura-pura menemui Haifa, rencananya masa udah makan naik mobil wanita itu dan memasang penyadap suara di dashboard mobilnya. Aku yakin, dan dia juga yakin bahwa akan terjadi percakapan penting yang bisa kami jadikan bukti saat haifa menuntut pernikahan pada masa Hamdan."Pergi ya Bunda.""Hati hati, pastikan semuanya lancar.""Iya."Kubiarkan suamiku naik mobilnya sambil mendoakan semoga niat kami berjalan dengan mulus.Mungkin Jika aku berada di posisi wanita lain, pasti aku akan langsung murka dan meninggalkan Mas Hamdan jika dia ketahuan telah tidur dengan mantannya. Tapi itu berbeda denganku, karena aku memilih untuk menunggu bukti dan membiarkan Tuhan memperlihatkan padaku apa yang sebenarnya terjadi.Perekam penyadap telah tersambung ke ponselku, jadi aku bisa tahu apa yang akan dibicarakan Mas Hamdan. Tinggal menunggu saja benda itu terpasang dan aktif.Sejam menunggu rasanya setahun, aku juga berd
Sepertinya, takdir baik sedang berpihak padaku, baru saja kubuka, terdengar percakapan dua orang wanita di dalam mobil yang sedang melaju."Kayaknya kita bakal rayakan ini dengan pesta cocktail," ucap salah seorang dari mereka dengan semangat."Ya, bentar lagi impianku buat nikah dengan pria impian akan terwujud.""Gak nyangka, kamu cerdik juga ya ...""Iya, dong. Selama ini aku menunggu waktu yang tepat, kubiarkan wanita kumuh itu berbahagia lalu kuberikan pukulan besar dengan kejutan bahwa aku berhasil meniduri Mas Hamdan.""Wow, aku gak bisa bayangkan reaksinya.""Anehnya dia tetap tenang, tapi, aku yakin hatinya bergejolak, hahahah."Pecah suara tawa antara mereka berdua. Aku geram mendengarnya dan marah sekali. Tapi, ada hal yang harus kuketahui, apakah Mas Hamdan benar benar merenggut kesucian atau hanya berbaring di samping wanita itu dalam keadaan tidak sadar. Rasa rasanya keterangan Haifa tempo hari seperti cacat logika."Tapi, benaran gak kalau kamu tidur sama Hamdan?""Itu
Sebenarnya aku sudah pasrahkan diriku untuk kemungkinan yang akan terjadi kedepannya, aku sudah siap jika suatu hari wanita itu akan datang dengan bukti tes DNA bahwa Mas Hamdan benar-benar telah menidurinya. Tapi meski ada sedikit keraguan di hatiku namun apapun bisa saja terjadi sesuai dengan kehendak Tuhan.Meski suamiku sudah berusaha untuk melindungi dirinya tapi yang namanya laki-laki ada kalanya mereka mungkin akan tergoda dan tidak kuasa menahan pemandangan dan pesona yang ada di depan mata. Mungkin saat itu dia sudah berusaha untuk menjaga diri tapi kelicikan Haifa telah berhasil membuat dia bertekuk lutut dan berhasil menjamah tubuhnya.Aku tahu bahwa Wanita itu telah meletakkan sesuatu di dalam minuman suamiku, jika tidak begitu, mana mungkin Mas Hamdan tiba-tiba jatuh pusing dan ketika bangun dia telah mendapati dirinya di sebuah klinik. Kapan dan bagaimana Haifa melakukan sesuatu dengan begitu cepat, sementara timelinenya sangat sempit.Seingat Mas Hamdan dia minum kopi b