Share

Jangan Beri Aku Uang Lagi
Jangan Beri Aku Uang Lagi
Penulis: Ria Abdullah

jangan

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Jangan beri aku uang lagi, Mas," ujarku sambil melempar kertas slip gaji miliknya di meja, slip gaji yang kutemukan di dashboard mobilnya, slip gaji dengan nominal dan stempel perusahaan yang asli.

"Kenapa kau berkata begitu?" tanyanya sambil meletakkan buku yang dibacanya ke meja.

"Lihat saja sendiri, itu apa," jawabku dengan sorot mata yang sudah berapi api.

Dia meraih tumpukan kertas berwarnaq biru itu dan alangkah terkejutnya dia yang hanya bisa menelan ludah sembari memperbaiki sikap salah tingkahnya

"Tolong katakan padaku, kenapa kau palsukan slip gaji, dan pada siapa kau bagi setengah gajimu!" teriakku kalap dan bukan main emosinya.

"Ini hanya slip lama," ungkapnya melengos begitu saja.

"Mas pikir aku tidak membaca tanggal dan bulannya?"

Kali ini dia kehilangan kata-kata, sementara aku makin gemas, meminta kepastian, pada siapa dia membagi yang dan kenapa dia hanya menjatahkan setengah dari jumlah tersebut untuk kami bertiga.

Pikiranku kini melayang ke mana-mana, membayangkan hal yang tidak-tidak, sembari mengingat bagaimana hematnya aku selama beberapa bukan terakhir.

Jangankan untuk membeli baju dan bedak, uang jatah transportasi dan jajan anak sekolah pun terbatas, kadang pas pasan, dan kuakali itu dengan membuatkan mereka bekal.

Aku tak pernah memikirkan kepentinganku sebelum kepentingan dua anakku yang kini berada di bangku kelas satu dan dua SMA.

*

Aku masih berdiri, sedang dia pun membungkam memegangi kertas slip gaji.

"Kenapa kamu diam saja, Mas? aku sedang bertanya padamu!"

"Tidak ada yang bisa kukatakan," jawabnya mengangsurkan kertas slip itu kembali.

"Jadi kamu memintaku untuk cari tahu sendiri Mas?" Aku mengancam dengan nada tinggi.

"Ja-jangan, ini hanya salah paham, sebenarnya aku mengalami kecelakaan dan harus bertanggung jawab pada orang yang kutabrak," jawabnya menelan ludah, cemas sekali.

"Oh ya, kapan itu terjadi?"

"Kamu ingat kan, ketika aku kembali dari kantor dan motorku tergores dan spakboardnya pecah, nah, di situ aku sungguh telah ditimpa musibah. sebenarnya aku telah menabrak orang dan membuat kakinya patah, sementara dia adalah tulang punggung keluarga yang menghidupi kedua anaknya," jawabnya dengan tatapan khawatir.

"Dia laki-laki atau perempuan?"

"Laki-laki atau perempuan sebenarnya itu tidak penting tapi yang paling penting bagaimana kau bersikap dan memberi empati, Yanti. Aku hanya berusaha untuk tidak membebani siapapun oleh karena itu tidak ada jalan lain selain memotong gaji dan membagi dua."

"Baiklah, aku paham, tapi, aku ingin bertemu orang yang kau tabrak," jawabku.

"Tapi, orangnya, berada di luar kota dan kita tidak bisa menemuinya. Dia sudah pulang kampung sekarang ini."

"Jadi, kau berjanji menyantuni dia sebanyak dua juta setiap bulannya, dan memberikan kami sisanya?"

"Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, Yanti. Sebenarnya aku ingin mengambil kerja sampingan, tapi, jam kerja di kantor terlalu lama kembalinya, sehingga aku tidak tahu harus berbuat apa," jawabnya yang kini terlihat mencucurkan air mata.

"Baiklah, aku mengerti."

"Kau tahu tidak bahwa aku sangat menderita dan selalu kurang istirahat karena memikirkan hal ini. Aku tahu bahwa suatu hari kau akan memprotes dan mengeluh kekurangan, aku merasa telah gagal menjadi seorang suami yang bisa mencukupi kebutuhan keluarganya," keluhnya sedih.

"Bukan begitu, Mas, aku hanya bertanya dan kesal sekali rasanya mendapati bahwa kau membagi gaji tanpa memberitahuku," jawabku mencoba membela diri dari sikapnya yang kini nampak menyedihkan.

"Aku bisa menangkap bahwa kau mencurigai aku berselingkuh dan memberi uang itu kepada wanita lain, kau tahu Yanti ... tidak ada wanita lain di dalam hidupku selain kamu. Kamu adalah istri dan ibu dari anak-anakku, aku tidak bisa menduakanmu meski bidadari merayuku," jawabnya menggenggam tanganku.

Hati ini pun luluh.

"Makasih ya, Mas, aku percaya," jawabku yang ditanggapi dengan rangkulan olehnya.

Beberapa hari berlalu dengan normal, aku masih menjadi seorang ibu rumah tangga yang hidup prihatin dan berusaha berbakti sebaik mungkin.

Hari itu, aku pergi belanja ke pasar untuk kebutuhan makan dua hari ke depan, tapi alangkah terkejutnya ketika sampai di simpangan dan melihat suamiku berboncengan dengan seorang wanita yang juga membawa belanjaan di tangannya.

Wanita itu terlihat lebih muda dariku, dan mereka berbincang-bincang sambil tertawa. Aku heran mendapati pemandangan tersebut, dan lebih heran lagi ketika melihat wanita itu kini mengalungkan tangannya ke perut suamiku.

Seketika keranjang belanja di tangan terjatuh ke jalanan.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Ros Rosmah
lelaki memang pandai berbohong menipu
goodnovel comment avatar
Sri Hartati
lelaki, selalu pinter buat alasan.
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Lagian laki acting malah dipercaya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jangan Beri Aku Uang Lagi    sedih

    Aku terpana, ya, terpana, rasa tidak percaya dan pasti tidak mungkin, ini mimpi. Namun, ketika kucubiti tangan, aku sadar itu kenyataan dan yang berboncengan dari jarak dua puluh meter dariku itu adalah suamiku."Mas Imam ...."Kupungut belanjaan dan segera memanggil ojek yang 'mangkal' tak jauh dari tempatku, kunaiki motor dan meminta tukang ojeknya untuk mengikuti motor suamiku."Astaghfirullah, ya Allah, apa benar itu dia, mudah-mudahan bukan dia, ya Allah, aku takut, aku tak siap dengan kenyataan ini," gumamku pelan.Ya, dalam hati aku terus berharap bahwa yang sedang berboncengan di depan sana bukan Mas Imam.Setelah sepuluh menit motor itu berbelok di sebuah gang, masuk ke satu rumah yang cukup besar untuk ukuran rumah biasa, motor itu berhenti di sana.Kusuruh tukang ojek untuk berhenti agak jauh dan mengendap-endap aku mengintip dari celah celah pagar, kebetulan kondisi kampung wanita itu sedang lengang."Mas ... masuk dulu, ya," ucap wanita itu dengan manja, dia mencium tang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Jangan Beri Aku Uang Lagi    mereka

    Mereka terkejut bukan kepalang, setengah juga takut melihat anak mereka yang duduk mematung, anak itu terlihat bingung sembari memanggil kedua orang tuanya."Ibu, Ayah ....""Kalian sudah puas bermain cinta, kalian sudah puas mereguk asmara tanpa memikirkan orang lain yang mungkin tersakiti?!" "Ya-yanti ...." Mas Imam mengucek matanya, seolah ingin meyakinkan diri bahwa yang sedang dilihatnya adalah aku."Iya, ini aku," jawabku tersenyum tipis."A-apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya dengan suara bergetar sementara aku menatapnya tajam, wanita yang juga kupelototi itu nampak ketakutan dan langsung bersembunyi di belakang suamiku."Untuk melihat pengkhianatanmu!""U-untuk apa kau bawa pisau?" tanyanya lagi melihat pisau yag tergelatak di meja, lantas menyuruh istrinya untuk mengambil Raisa.Brak!Pisau yang sedari tadi kugenggam erat itu kulempar ke arah wajah Mas imam, sayang meleset dan menancap di pintu, hanya beberapa centi saja dari telinga Mas Imam. Melihat pisau yang mengk

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Jangan Beri Aku Uang Lagi    apa

    "Apa yang terjadi di sini, Bunda?" tanya Vito dengan wajah heran sementara Erwin kakaknya seperti biasa selalu bersikap tenang.Semua yang ada di sana hanya terdiam, wajah Mas Imam juga nampak malu pada kedua anaknya."Siapa dia?" tanya Vito sambil mencolekku."Istri ayah dan adik kalian," jawabku pelan."Apa?""Iya, ayah sudah menikah sejak lama tanpa sepengetahuan kita," jawabku getir. Menjelaskan itu aku tak tega menatap mata anakku, aku tak takut tak sanggup menahan air mataku."Kenapa Ayah?" tanyanya pelan.Mas Imam mendongak, tidak ada jawaban sepatah kata pun dari bibirnya. Karena kecewa tak mendapat pernyataan apa-apa dari anggota keluarga, Vito merangsek pergi dengan cepatnya sedabg Erwin menyusul dia secepatnya."Vito, tunggu!"Para tetangga kembali bergumam, mereka riuh rendah mengomentari kehancuran keluarga kami dan menyesalkan tindakan Mas Imam yang tidak jujur dan mengecewakan anak anaknya."Ish, anaknya kecewa," ujar seorang tetangga."Jangan jangan si anak pergi melam

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Jangan Beri Aku Uang Lagi    hancur

    Aku terbangun dari ringkukan tubuh di atas potongan sobekan pakaian suami, setelag dia datang dannkenyentuh bahuku lembut."Bund, ayo bangun," ucapnya lirih.Menyadari bahwa yang memegang di bawah gua dalam Mas Imam aku langsung tersentak kaget dan menepis tangannya dengan kasar. Jijik rasanya disentuh dia."Lepaskan aku, beraninya kamu!" jawabku kasar."Aku tahu kau masih marah, aku tidak akan bertanya lebih jauh," ungkapnya sambil bangkit dan membersihkan potongan pakaian ke dalam plastik.Aku bangkit dan dengan cepat kurampas plastik itu dari tangannya dan kembali menghamburkan pakaian yang dia pungut tadi hingga potongan-potongan lain itu berserakan ke udara."Jangan coba mengambil hatiku, aku sudah kehilangan rasa hormatku padamu," jawabku."Aku tetap akan berusaha menjadi suami yang baik," balasnya tersenyum tipis dan kembali berjongkok, mengulang lagi memungut pakaian itu.Melihatnya yang berusaha sabar hati ini makin kesal, aku sudah bertekad tidak akan luluh apapun yang terja

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Jangan Beri Aku Uang Lagi    setidaknya

    Baru hendak melangka pergi dan ingin melaporkan perbuatan Mas Imam ke atasannya, tiba tiba wanita itu muncul dari balik gerbang dan membawa anaknya.Seketika urat syarafku tegang, aku murka dengan keberaniannya sekaligus cemas, khawatir kedua anakku datang dan mendapati gundik ayahnya ada di rumah.Bersegeralah diri ini turun untuk mengusirnya."Apa maumu di sini?" Wanita itu terkesiap melihatku membuka pintu, tangannya yang hendak mengetuk masih menggantung di udara."Aku ingin bicara baik-baik," jawabnya tegas.Beraninya wanita ini menatap mataku!"Aku tidak punya waktu!"jawabku dingin."Tapi, aku ingin kau meluangkan waktu, karena ini tentang kita semua, Mbak.""Jika kau seberani ini, untuk apa kau menyembunyikan diri selama itu untuk jadi istri simpanan? Kenapa tidak datang tunjukkan dirimu dari dulu._?""Aku tak mau membahas itu, aku ingin mengajukan sidang isbat nikah untuk mendapatkan pengesahan hukum, aku ingin Mbak memberi kesaksian untuk itu," ucapnya tanpa malu.Betapa pan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Jangan Beri Aku Uang Lagi    lapor

    Meskipun menghadapi kemarahan demikian tetap datang dan mengetuk pintu kamar dan mengajakku bicara."Aku akan tetap meninggalkan uang ini meski kau menolaknya," ujarnya dari balik pintu kamar."Aku tidak mau menerimanya!""Lalu Bagaimana cara agar kau menerimanya, lantas bagaimana cara kalian akan belanja dan kebutuhan anak-anak kita?"Anak-anak kita katanya ... Hmm."Ada caranya aku mau menerima uang itu, berikan semua gajimu dan kau tidak boleh pergi lagi ke rumah wanita itu, kau mau?!""Jangan begitu kejam, Bunda, Kasihan juga dianya.""Kasihan ... kasihan, selalu ngomong kasihan, ada apa sebenarnya, apa yang sudah kau lakukan pada wanita itu hingga kau turun iba begitu besarnya?"'"Duh Bunda ini rumit ... tolong bantu aku dan berdiri di sampingku, dukung aku," ucapnya mengharap."Mendukungmu? Jangan mimpi!""Bund, buka pintunya ..."Karena tidak tahan mendengar bujukannya aku lantas mengambil sebuah parfum dari atas meja rias lalu melempar pintu itu agar dia berhenti menggangguku

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Jangan Beri Aku Uang Lagi    bunda

    "Bunda, boleh Vito bicara?" Malam ini putraku mendekatiku yang sedang duduk di balkon lantai dua, pemuda itu menggeser kursi sehingga kami duduk berdekatan, memandangi langit malam yang tak lagi berkelipan oleh cahaya bintang."Boleh aja, sayang, ngomong aja," ucapku tersenyum."Apa yang akan Bunda lakukan pada ayah?""Jujur tidak tahu,apa yang harus bunda lakukan dan dimana kemana hubungan ini, bagaimana kita selanjutnya, Bunda masih belum ada bayang-bayang.""Apa Bunda ingin bercerai?"tanyanya dengan tatapan sedih."Kalau kalian keberatan Bunda tidak akan melakukannya," balasku"Apa hanya karena wanita bodoh itu, Bunda harus mengalah? kita akan kehilangan ayah. Mungkin saat ini ayah hanya salah jalan, ayah hanya dimanipulasi dan dibodohi, mungkin kita masih bisa memperbaiki ini tanpa harus menghancurkan keluarga," ucapnya dengan suara bergetar."Bunda kecewa, makin kecewa karena beberapa tahun belakangan Bunda tidak menyadari apa yang terjadi. Di samping itu, sebuah fakta baru teru

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Jangan Beri Aku Uang Lagi    luka macam apa

    "Pergilah, ada atau tidak adanya dirimu sudah tidak berpengaruh lagi dalam hidupku," jawabku lantang."Aku sudah mencoba sabar dan mengambil hatimu tapi kalau memang berhati batu," ucapnya sambil melangkah, masuk ke kamar, menurunkan koper dari lemari dan memasukkan pakaian ke dalamnya.Sekarang justru dia yang memutar balikkan fakta dan mencoba menyalahkanku, Dia benar-benar tidak punya malu dan perasaan."Kau pikir semudah itu menerima penghianatan orang lain? kau pikir aku senaif itu! jangan khawatir aku tidak akan mencegahmu pergi justru aku akan membantumu berkemas-kemas," jawabku sambil membuka lemari dan melempar pakaiannya ke lantai dengan kasar.Dia memungutnya sambil mendelik padaku lalu memasukkan secara acak ke dalam koper."Mulai hari ini jangan datang lagi ke rumah ini, aku tidak sudi menatap wajahmu!""Kau pikir aku bersenang hati mau bertemu denganmu, kalau bukan demi anak-anak aku tidak akan bertahan sampai sejauh ini.""Jangan berkata seolah-olah aku memaksamu dalam

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Jangan Beri Aku Uang Lagi    ending 2

    Mendengar ucapan Mas Hamdan yang sangat lugas tentu saja ibu mertua merasa tidak enak kepada calon menantunya yang kini menangis tersedu dan putus asa ibu mertua segera bangkit dan mencegah mas hamdan melanjutkan perkataannya sambil mendekati Haifa dan merangkul wanita itu."Cukup Hamdan, cukup!""Ibu, biarlah Haifa tahu kenyataan sebenarnya agar dia tersadarkan dan bisa membuka hatinya untuk cinta yang baru. Wanita itu adalah wanita yang cantik dan sukses, dia bisa dapatkan laki-laki manapun yang dia inginkan.""Sudah cukup Mas, Kamu sudah menikah jantungku dengan kalimat-kalimatmu ucap wanita itu sambil merangkum tangisannya yang melolong sedih kedua anak kami yang baru saja pulang sekolah juga kaget melihat drama yang terjadi di ruang tamu. Mereka memandang kami dengan kernyitan dahi yang begitu heran."Ada apa Bunda?""Pergilah ke dalam.""Gak bisa Bund, kami juga berhak tahu," jawab Erwin."Ini masalah kami berempat, pergilah ke dalam," tegasku.Setelah memastikan anak-anak be

  • Jangan Beri Aku Uang Lagi    ending

    “Mas, aku sungguh minta maaaf atas apa yang terjadi Mas, situasinya memanas, Yanti mulai melawan ibu dan menyerang mental beliau, Yanti mulai menunjukkan taring dan keberaniannya untuk mendominasi di dalam rumah ini. Aku sungguh tidak menyangkanya Mas," ujar Haifa yang segera saja ingin mendapatkan pembelaan, dengan panik dan memasang wajah polos dia berusaha untuk mendapatkan kepercayaan Mas Hamdan.Dia pikir suamiku akan percaya semudah itu padanya. "Aku dengar percakaan kalian dari luar.'“Tapi itu hanya sebagian kan Mas? kau pasti tidak dengar dengan detil dari awal?” ucap haifa yang terus be rusaha meracuni pikiran suamiku.Sekuat apapun dia berusaha untuk meyakinkan mas hamdan wanita itu tetap dijauhi, jangankan mau disentuh, dihampiri daja suamiku langsung menjauh menjaga jaraknya.“Mas kamu kok hindarin aku?”“Kita ini bukan mahram! jaga sikapmu, kau bersikap seperti anak kecil di hadapan ibu dan istriku, apa kautak sadar?”“Saya masih tunangannya Mas…" Ada bola bening yang t

  • Jangan Beri Aku Uang Lagi    murka

    "Apa?!"Kedua wanita itu kompak berteriak dengan mata terbelalak Haifa sendiri sampai berdiri dari tempat duduknya sambil menatapku dengan tatapan melotot.""Apa kau yang menghasut Hamdan untuk memutuskan semua ini, Yanti?""Sudah ku bilang aku tidak berminat ikut campur, tapi aku hanya akan berdiri sesuai dengan batasan dan tugasku. Aku mengikuti apa saja kehendak mertua dan suami .... tapi semenjak mengetahui bahwa suamiku sendiri tidak setuju dengan sandiwara yang kalian buat dan pernikahan settingan ini, aku jadi punya kekuatan untuk membela Mas Hamdan," jawabku."Kau pikir kau hebat? kau pikir pengaruhmu telah mengubah Hamdan sepenuhnya dan membuat dia tidak akan mendengarkan orang tuanya, hah?" Ibu berteriak, tapi setelahnya Dia terpaksa mendudukkan diri karena akhirnya wanita itu tersengal-sengal capek dengan emosinya sendiri.Sebenarnya aku sama sekali tidak mempengaruhi Mas Hamdan tapi prinsip dan kemampuan lelaki itulah yang membuat dia akhirnya mengambil keputusan untuk men

  • Jangan Beri Aku Uang Lagi    bertengkar dengan dua wanita

    "Oh iya? sok jago sekali kamu ingin menunjukkan dominasi dan betapa hebatnya kau di rumah ini, padahal kamu hanya orang datangan yang tidak pernah tahu apa-apa," ucap Ibu Syaimah sambil mengacungkan jemarinya ke wajahku."Saya memang orang datang dengan ibu namun saya terikat secara emosional dan secara hukum dengan keluarga ibu. Hamdan adalah suamiku dan ibu adalah mertuaku di mana aku harus memperlakukannya dengan pantas sebagai orang tua. Jadi harusnya Ibu pun memperlakukan aku seperti anak.""Dirimu jadi anakku? Sejak kapan? Sejak kapan kau punya pemikiran seperti itu. Selama ini hanya aku yang bersikap baik padamu, sementara kau, acuh tak acuh saja, kadang aku melihat bahwa kau tidak pernah tulus dalam mengurusiku!"Astagfirullah, tega-teganya Ibu mengatakan hal demikian padahal aku selalu tulus mengurusnya, penuh cinta kasih menyiapkan makanannya dan selalu memberinya perhatian yang pantas ia dapatkan. Tega-teganya Ibu mengatakan itu di hadapan Haifa dan mempermalukanku."Jadi

  • Jangan Beri Aku Uang Lagi    lalu yg terjadi

    "Saya pergi dulu, permisi ya Pak, Bu, saya minta maaf dan memohon perngertiannya."Klik.Akhirnya ponsel pun di matikan, dan aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Aku paham betul posisi mas Hamdan yang telah dengan sekuat tenaga mengumpulkan keberanian dan ketenangan dirinya untuk bicara pada keluarga yang emosional itu. Nampaknya mereka semua sangat tidak terima dengan keputusan Mas Hamdan dan merasa kecewa sekali serta tidak mampu menyembunyikan kemarahannya.Sekarang setelah suamiku mengumpulkan keberanian untuk menemui keluarga Haifa maka aku sendiri juga akan bertindak untuk menyelesaikan masalah yang ada di rumah ini. Masalah itu harus diperselesaikan bersama tidak boleh hanya di bebankan pada satu bahu saja.Segera kurapikan diriku dan jilbabku lalu turun ke ruang tamu di mana Ibu dan Haifa masih sibuk berbincang dan membicarakan masa depan mereka.Aku ketuk pintu sambil mengumpulkan nafas, aku tarik dalam-dalam nafas lalu membuangnya, kemudian mendorong pintu dan masuk

  • Jangan Beri Aku Uang Lagi    murka

    "Tapi Nak Hamdan, sudah terlanjur bahagia dengan pertunangan itu, semua keluarga juga sama, terutama Nenek Haifa yang kini sakit sakitan, kami khawatir mengetahuinya cucu dicampakkan Ibuku akan sangat syok dan kena serangan jantung.""Saya bisa memaklumi itu, tapi tidak bisa memaksakan keadaan, kalaupun saya tetap berpura-pura jadi tunangan Haifa maka itu akan melahirkan kebohongan demi kebohongan berikutnya. Saya bukan tipe orang yang suka berbohong dan bersandiwara."Tiba-tiba dari seberang sana aku bisa mendengar ibunda Haifa menangis terisak dengan kesedihannya. Di sisi lain di rumah ini Haikal dan ibu mertua sedang tertawa-tawa di ruang tamu khusus wanita. Mereka bersenda gurau layaknya ibu dan anak, sementara diri ini dan Mas Hamdan berada di tengah-tengah kegalauan dan kebingungan itu."Ibu tolong maafkan saya ya, saya mau pergi dulu," ucap Mas Hamdan."Baiklah, Nak Hamdan. Jika itu keputusanmu, maka kami akan pasrah, tapi tolong, jika ibumu mengharapkan Haifa jadi menantunya,

  • Jangan Beri Aku Uang Lagi    lalu yang terjadi

    “Halo, Mas.”Tidak ada jawaban, tapi terdengar suara percakapan antara beberapa orang pria dan wanita. Sepertinya Mas Hamdan sengaja menghubungiku agar aku bisa mendengar percakapan mereka."Saya datang kemari untuk menjelaskan yang sebenarnya, bahwa saya dan Haifa tidak benar benar bertunangan,' ujar Mas hamdan memulai pembicaraaan. "Lho, kok bisa Nak Hamdan, tolong, kami tidak mengerti, bisa kamu jelaskan dari awal ?""Baiklah, awalnya, saya dan dia pergi untuk bertemu klien bisnis, usai deal kesepatakan, aku dan Haifa ngopi di sebuah cafe dan tiba tiba saya lupa segalanya. Aku sadar saat kutemukan diri ini di klinik. Tapi entah kenapa para perawat dan dokter yang ada di sana tidak memberi tahu apa yang terjadi. Pada akhirnya aku ingat semuanya, aku tidak meniduri Haifa, aku hanya kehilangan kesadaran dan tertidur. Belakangan aku tahu alamat klinik tempatku dirawat kemarin, dan setelah kutelusuri ternyata aku kelebihan obat tidur dan dosis obat perangsang.""Apa?""Ya, Haifa mela

  • Jangan Beri Aku Uang Lagi    gimana

    'Gimana ini Mas, ibu bersikeras untuk menjadikan haifa menantunya, kita harus bagaimana?"Mas hamdan yang aku ajak bicara hanya terdim sambil menggengam erat kotak cincin yang ibu berikan. Kuguncang bahunya untuk menyadarkan dirinya, suamiku tersentak dan menatap diri ini dengan tatapan penuh makna, dia seakan memintaku untuk memberinya waktu.“Aku akan pergi sebentar,” ucapnya.“Kemana?”“Ke rumah keluarga Haifa, kau tunggu disini saja, aku akan membereskan kesalahpahaman ini, aku akan beritahu keluuarga Haifa bahwa pertunangan kami tempo hari hanya settingan, aku akan jelaskan semuanya bahwa haifa sudah menjebak diri ini agar mau menikah dengannya dengan cara apa saja,” balas Mas Hamdan sambil membuang napasnya.Kuantar suamiku ke depan pintu rumah, dia naik ke mobilnya sedang aku mengiringi kepergiannya dengan doa, berharap bahwa semua masalah ini akan selesai secepatnya. Kuharap suamiku bisa kembali ke pelukanku tanpa gangguan wanita lain.Aku kembali ke dalam rumah tepat saat s

  • Jangan Beri Aku Uang Lagi    Haifa senang

    "Hamdan, yang terjadi di belakang kami tidaklah penting karena yang diketahui orang lain adalah kalian sudah bertunangan dan sebentar lagi akan menikah. Yang diketahui orang adalah kau lelaki baik yang akan meminang Haifa sementara Haifa adalah wanita cantik berprestasi yang akan menjadi madu dari istrimu yang berhati mulia. Itu yang terlihat. Aku tidak mau citra yang kita bangun hancur dan mempermalukan semua orang, karena itu, aku ingin kalian melanjutkan pertunangan."Mendengar ucapan ibu tentu saja Mas Hamdan langsung berdiri dari tempat duduknya memandang dengan satu tarikan nafas dalam di dadanya. "Ibu, Kenapa Ibu tega mengambil keputusan sepihak seperti ini?""Membatalkan pertunangan tanpa persetujuan kedua belah pihak adalah perbuatan yang zalim Hamdan, lagi pula apakah kau tidak menimbang perasaan haifa yang kemudian akan mendapatkan penghakiman jika orang-orang tahu bahwa kau dan dia hanya bertunangan dengan palsu?!""Tapi apakah ibu tahu apa masalahnya, hingga aku memutus

DMCA.com Protection Status