Share

Bersatu

Author: Ayaya Malila
last update Last Updated: 2025-03-01 23:45:58
Brandon mengajak Manggala dan Aira ke acara private party yang dia adakan khusus untuk orang-orang terdekat. Pesta itu diadakan di lantai atas villa yang disulap menjadi aula luas.

Tampak beberapa pelayan berseragam menghampiri Brandon sesaat setelah melangkahkan kaki masuk ke dalam aula pesta. Sementara Manggala dan Aira patuh mengikuti langkah Brandon.

"Selamat datang, Tuan. Nyonya Helen sudah menunggu," ucap salah seorang pelayan.

"Hm ...." Brandon mengangguk, lalu mengedarkan pandangan ke sekitar. "Di mana istriku?" tanyanya.

"Nyonya menunggu Anda di meja sebelah sana.." Pelayan itu mengulurkan tangan ke depan.

"Oh, baiklah," ucap Brandon setelah menangkap sosok Helen di salah satu meja. Tak ada sorot bahagia atau berbinar saat menatap paras cantik Helen. Brandon menggerakkan tangan sebagai isyarat agar Manggala dan Aira mengikutinya.

"Di mana putrimu, Brandon? Aku ingin berkenalan," celetuk Aira sambil mengekori Brandon.

"Dia berada di Australia, tidak ikut terbang
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Janda Tapi Perawan   Kembali Datang

    Waktu menunjukkan pukul sembilan malam saat Manggala dan Aira memasuki kamar yang khusus disediakan untuknya. Pasangan suami istri itu menyempatkan untuk melakukan panggilan video pada Kartika. Keduanya sama-sama merindukan Enzo dan ingin mengetahui keadaan putra semata wayang mereka. "Putramu sedang asyik bermain bersama sepupunya," ujar Kartika semringah. "Enzo baik-baik saja kan, Ma?" tanya Aira, sedangkan Manggala serius mendengarkan tanpa mengucapkan satu kata pun. Pria tampan itu malah menjauh agar sosoknya tak tertangkap kamera ponsel. "Dia makin pintar dan aktif, Ra. Mama gemas sekali melihatnya." Kartika tak dapat menyembunyikan rasa senangnya. "Tante Mira di mana?" tanya Aira lagi. "Sedang bermain bersama cucu-cucuku. Betah sekali dia," jawab Kartika seraya terkekeh. "Syukurlah." Aira mengembuskan napas lega. "Besok kami akan pulang, Ma. Penerbangan pagi." "Kami?" ulang Kartika. "Maksudnya bersama Alex?" "Bukan!" Aira langsung menggeleng. "Alex pulang ke Austr

    Last Updated : 2025-03-04
  • Janda Tapi Perawan   Tamu Dini Hari

    Aira terbangun ketika jam pada ponselnya menunjukkan pukul dua dini hari. Perlahan, dia memindahkan lengan Manggala yang melingkar di perut lalu beringsut turun dari ranjang. Tujuan Aira adalah mengambil air minum dari dalam kulkas mini yang terletak di sisi kabinet mini bar. Baru saja air yang diteguknya tersisa setengah, terdengar suara ketukan samar di balik pintu. "Malam-malam begini mau bertamu?" gumam Aira curiga. Sebab dirinya tak pernah merasa dekat atau berteman dengan kru di sini." Penuh rasa penasaran, Aira berjalan mengendap kemudian membuka pintunya. "Helen?" Aira terkejut luar biasa saat mendapati tamu tengah malam itu adalah wanita yang sudah dia abadikan pesta pernikahannya dalm foto-foto indah. "Mau apa ke sini?" Aira bersikap waspada pada wanita di hadapannya itu. Walau bagaimanapun, Helen pernah berbuat keji padanya. "Manggala ada di sini?" Helen balik bertanya. "Kenapa memangnya? Apa urusannya denganmu?" cecar Aira sedikit ketus. "Ah, itu ...." Helen t

    Last Updated : 2025-03-05
  • Janda Tapi Perawan   Tak Sabar

    Manggala dan Aira pulang ke Jakarta, meninggalkan semua beban masalah dan masa lalu. Cynthia dibawa paksa oleh William untuk bertemu dengan putra semata wayang mereka. Entah bagaimana reaksi Cynthia saat bertemu pertama kali dengan Sammy. Aira hanya bisa mendoakan kebahagiaan bocah kecil itu. Sementara Helen sudah mengaku salah dan meminta maaf pada Aira. Wanita yang baru saja melepas masa lajangnya itu malah menegaskan untuk tidak mengusik hidup Aira lagi selamanya. "Kamu tahu, Ra. Frederick itu ada gila-gilanya," ucap Manggala tiba-tiba. Tak ada angin tak ada hujan, pria berambut gondrong itu tahu-tahu berkata demikian. "Kenapa begitu?" tanya Aira tanpa mengalihkan tatapannya dari jendela pesawat. Dia memperhatikan sekumpulan awan putih yang berarak, persis seperti kapas. "Dia pernah meretas ponsel William, menyebarkan data-data pribadi. Frederick juga sempat mengkloning nomor William, sehingga panggilan masuk apapun yang masuk ke dalam ponsel William, Frederick juga bisa

    Last Updated : 2025-03-08
  • Janda Tapi Perawan   Keluarga Kecil

    Manggala setengah berlari menyusuri jalanan kompleks sampai tiba di taman berbentuk lingkaran. Ada banyak anak kecil bermain di sana saat itu. Manggala tak sabar menyibak kerumunan, membalik satu demi satu tubuh-tubuh mungil yang tengah asyik berlarian ke sana kemari. Hingga langkahnya terhenti ketika melihat sesosok bocah laki-laki menggemaskan tengah bermain pasir bersama balita perempuan. Senyum Manggala terkembang. Tak ingin membuang detik yang berharga, dia segera berlari menghampiri. "Enzo!" seru Manggala antusias. Bocah tampan itu langsung menoleh. Demikian pula balita cantik yang tak lain adalah Ratri, sang sepupu. "Manggala?" Wildan yang bertugas menjaga putri dan keponakannya itu langsung berdiri. Tak menyangka jika dirinya melihat sosok tampan Manggala berdiri di depan wajahnya dengan napas ngos-ngosan. "Ehm, kamu di sini, Ngga?" tanya Wildan basa-basi. Manggala tak bermaksud untuk tak menghiraukan Wildan. Namun kerinduan yang telah menggunung pada Enzo, membuat perh

    Last Updated : 2025-03-11
  • Janda Tapi Perawan   Galau

    Seusai sarapan, setiap anggota keluarga kembali pada aktifitasnya masing-masing. Mira langsung masuk kamar, memangku laptop. Dia melanjutkan pekerjaannya sebagai freelancer desainer grafis yang cukup dilakukan secara online. Wildan bersama keluarga kecilnya berjalan-jalan ke mall. Pria itu memanfaatkan hari liburnya dengan baik untuk anak dan istrinya. Sedangkan Kartika langsung pergi ke taman belakang, merawat bunga-bunga dan tanaman hias kesayangannya. Sementara Manggala menuntaskan rindu dengan bermain-main bersama Enzo di halaman samping. Dirinya baru tersadar jika Aira tak ada saat Enzo ribut memanggil ibunya. "Maa!" seru bayi gembul itu. "Oh, iya, ya. Ke mana mamamu, Nak? Kenapa dari tadi tak kelihatan?" gumam Manggala. "Taa ... amaa!!" celoteh Enzo nyaring. "Ah, kamu bilang apa, Nak? Papa nggak ngerti." Manggala terkekeh. "Kita cari saja, yuk!" ajaknya sambil menggendong Enzo, lalu masuk ke rumah melalui pintu samping. Manggala melangkah asal, menyusuri ruangan demi ruang

    Last Updated : 2025-03-15
  • Janda Tapi Perawan   Rumah Baru

    Seminggu sudah Aira dan Manggala tinggal di rumah Kartika. Selama itu pula, Sinta bersikap dingin, hanya kepada Manggala. Namun, Manggala memilih untuk tak peduli. Dia tetap berusaha mendekati Sinta. Seperti siang itu, saat Sinta tengah asyik bermain air bersama Ratri, putrinya di halaman samping. Beberapa jam sebelumnya, Wildan membuatkan kolam renang plastik berukuran sedang untuk sang putri. Ayah satu anak itu masih belum berani membawa Ratri ke kolam renang asli yang terletak di taman belakang, dekat dengan kebun bunga Kartika. "Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" tawar Manggala. Sinta sengaja tak menanggapi. Jangankan menjawab, menoleh pun tidak. Malah Ratri, bayi yang berusia hampir dua tahun, bertepuk tangan dan berceloteh riang, seakan menyambut kedatangan Manggala. "Hei, cantik. Segar ya, habis main air," sapa Manggala begitu lembut dan ramah. "Sebaiknya kamu jemput istrimu!" ujar Sinta ketus. "Biasanya jam-jam makan siang, dia pulang!" imbuhnya. "Iya, Mbak. Tadi

    Last Updated : 2025-03-18
  • Janda Tapi Perawan   Istana Kita

    Tangan kanan Manggala menggenggam erat tangan kiri Aira erat, sedangkan satu tangan lainnya memegang stroller, di mana Enzo tertidur pulas. "Apa kamu siap, Ra?" tanya Manggala dengan senyum terkembang. "Rumahnya bagus sekali, Ngga," sahut Aira ragu dengan tatapan mata tak lepas dari bangunan bergaya modern minimalis dua lantai di depannya. Manggala tersenyum puas. Baginya, kebahagiaan Aira adalah segalanya. Apalagi saat melihat Aira menyukai kejutan darinya, Manggala merasa sangat lega. Fokus Aira sama sekali tak lepas dari rumah bercat putih itu. Perlahan, dia melangkahkan kaki, melewati jalan setapak yang membelah halaman berumput, lalu menaiki tangga teras. Aira membuka pintu depan yang memang sengaja tak dikunci. Saking antusiasnya, dia sampai melupakan Enzo yang masih terlelap di stroller. "Wah, Ngga! Ini kan hasil foto-fotoku saat kita bulan madu di New Zealand!" seru Aira nyaring. Matanya membulat memindai setiap bingkai foto berukuran besar yang terpajang di dinding r

    Last Updated : 2025-03-21
  • Janda Tapi Perawan   Kenyataan Masa Lalu

    Aira lebih banyak termenung setelah Stephen McMahon alias Mr. Jungle berpamitan. Bahkan saat Manggala mengajaknya berbelanja bahan makanan dan kebutuhan dapur, Aira hanya menanggapi sekenanya saat sang suami bertanya."Perabot di rumah ini sudah lengkap, Ra. Kita tinggal menempati saja. Aku juga menyewa orang untuk membersihkan rumah setiap hari. Kamu jadi tidak perlu repot-repot memikirkan pekerjaan rumah,"tutur Manggala."Terima kasih." Aira tersenyum samar, lalu meninggalkan Manggala yang kebingungan melihat sikapnya yang tak biasa."Kamu kenapa, Sayang?" tanya Manggala keheranan."Tidak apa-apa." Aira menggeleng lemah sebelum membalikkan badan menuju kamar Enzo. Dibukanya pintu kamar bercat biru itu perlahan agar tak menimbulkan suara. Aira mengintip putra semata wayangnya yang nyenyak tertidur di dalam tempat tidur anak berukuran besar. Di sekeliing tempat tidur itu sudah terpasang pelindung berbentuk pagar yang akan menjaga bayi gembulny

    Last Updated : 2025-03-22

Latest chapter

  • Janda Tapi Perawan   Bahagia Untuk Semua

    "Hei, Manggala. Kau datang?" sapa Cynthia dengan suara yang sengaja dibuat manja dan menggoda. "Ya, bersama Aira. Dia sedang ke toilet." Manggala mundur beberapa langkah, berusaha menjaga jarak dari wanita yang sampai detik itu masih menyimpan rasa cinta untuknya. "Hm, anakmu tampan," sanjung Cynthia sambil iseng menyentuh pipi gembul Enzo. "Terima kasih," ucap Manggala singkat. "Di mana William dan Sammy?" tanyanya mengalihkan perhatian Cynthia. "Sedang bersiap bersama kru event organizer," jawab Cynthia dengan tatapan tak lepas dari wajah tampan Manggala. "Kalau begitu, aku permisi hendak menyusul Aira ke toilet," pamit Manggala. Sejak awal, dia merasa tak nyaman dengan interaksi Cynthia. Sebisa mungkin, Manggala akan berusaha mati-matian untuk menjauh dari ibunda Sammy itu. "Minggu depan adalah sidang pertama ayahku!" seru Cynthia, mencegah langkah Manggala agar tak buru-buru menjauh. "Baguslah!" sahut Manggala singkat. "Banyak saksi baru yang memberatkan ayahku. Ditambah m

  • Janda Tapi Perawan   Undangan Pesta

    Aira mengajak Catherine ke ruang tamu. Untuk menuju ke sana, mereka harus melewati taman belakang. Masih ada Ibra dan Arka yang betah nongkrong di bangku taman. "Kak," sapa Arka dengan sorot penuh arti. Aira yang memahami maksud adik iparnya, langsung tersenyum lebar. "Cat, kenalkan, mereka adik-adikku yang tampan!" Merasa dirinya dipanggil, Catherine yang awalnya berjalan dengan tatapan lurus ke depan sambil menggendong Enzo, segera menoleh. Sementara Ratri yang berada di gendongan Aira, mulai rewel. Bayi cantik itu merengek ingin bersama ibunya. "Ibra, Arka. Kalian berdua mengobrol dulu saja dengan Catherine. Aku mau mengantar Ratri ke ibunya," pamit Aira. Dia langsung pergi tanpa menunggu tanggapan ketiga orang itu. Beberapa langkah menjauh, Aira bisa mendengar gelak tawa dan obrolan ringan yang berasal dari Catherine beserta dua adik iparnya. Sesekali, Enzo ikut berceloteh. Aira pun tersenyum lega. Ternyata, tak sulit bagi mereka bertiga untuk saling mengakrabkan di

  • Janda Tapi Perawan   Jelas Berbeda

    "Hah, menikah?" Aira terkejut luar biasa. "Bukankah Tante Mira memutuskan untuk melajang seumur hidup?" serunya.Teringat oleh Aira, dulu sang tante mengikrarkan bahwa dirinya tidak akan menikah. Alasannya hanya satu, yaitu ribet. Namun, siapa sangka jika hari ini, prinsip itu roboh."Coba tebak, siapa calonnya?" sela Kartika tak kalah antusias."Alex!" sahut Manggala enteng. "Lho, kok tahu?" Kartika melongo."Kapan hari kami melihat Tante Mira dilamar oleh Alex," beber Manggala sambil tersenyum geli."Ya, ampun!" Aira menepuk dahi."Jadi, kedatangan kami kemari adalah mengundang keluarga Manggala untuk hadir dalam resepsi sederhana yang akan diadakan di rumah," tutur Kartika."Tentu, Jeng. Dengan senang hati, kami akan hadir!" balas Imelda tak kalah antusias."Syukurlah!" Kartika berdiri memeluk Imelda, kemudian menyalami Bayu yang lebih banyak diam dan hanya senyum-senyum saja."Eh, tunggu! Enzo dan Ratri ke mana?" Saking hebohnya, Aira sampai melupakan keberadaan putra semata waya

  • Janda Tapi Perawan   Cinta Selamanya

    Manggala menahan napas. Menelan ludah pun terasa sulit. Tak disangka Aira bersedia menuruti keinginan gilanya. "Ra, sudah, Ra. Kamu menang," desis Manggala saat Aira terus meliukkan tubuh yang kini hanya terbalut pakaian dalam. "Nanggung, Sayang." Rupanya Aira terbawa permainan sendiri. Dia begitu menghayati hingga tanpa sadar kini hanya tersisa segitiga hitam berenda yang menutupi inti tubuhnya. "Oke, stop!" Manggala bangkit dari ranjang dan menerjang Aira. Dicumbuinya sang istri dengan sedikit kasar. Manggala lalu mendudukkan Aira di sofa, mengungkung dan menyerangnya dengan ciuman. Ketika Manggala hendak melepas segitiga berenda itu, Aira tiba-tiba mencengkeram pergelangan tangan suaminya. "Tunggu!" pinta Aira. "Lepas, Ra," geram Manggala yang sudah tak dapat menahan gairah. "Kamu masih marah, kan? Masih cemburu?" cecar Aira. Manggala menggeleng lemah. "Aku memaafkanmu, Sayang. Sekarang, ayo kita lanjut!" Manggala mendorong lembut tubuh Aira hingga berbaring di sofa. Dia l

  • Janda Tapi Perawan   Debat Panas

    "Sayang, kamu marah, ya?" Aira menarik-narik ujung lengan T-shirt yang dikenakan Manggala. "Sungguh aku tidak tahu kalau Hilda akan mengajakku ke rumah itu," beber Aira membela diri. Manggala masih diam, meskipun jemari Aira sudah menggerayangi bagian-bagian sensitif di tubuh tegapnya. "Sayang, please. Jangan diamkan aku. Aku tak kuat," rayu Aira tak putus asa. Kini, dia mengalungkan tangan di leher Manggala, lalu menariknya pelan. Dikecupnya leher kokoh itu berkali-kali. "Aira, geli!" hardik Manggala kesal. Dia jadi tidak bisa berkonsentrasi mengendarai mobil. Namun, Aira seakan tak menghiraukan protes suaminya. Dia malah meninggalkan bekas merah keunguan di leher bawah Manggala. "Astaga!" Manggala menyerah. Dia tak mau membahayakan istrinya akibat tidak bisa konsentrasi saat mengemudi. Dengan penuh emosi, Manggala membelokkan kemudi di sebuah hotel yang kebetulan dia lintasi. "Lho, Ngga? Kok belok ke hotel? Mau ngapain?" cecar Aira grogi. "Menurutmu?" sahut Mang

  • Janda Tapi Perawan   Cinta Dan Percaya

    "Tadi rencananya Tante mau mengajak kamu makan pagi menjelang siang bersama-sama, tapi Hilda buru-buru berpamitan pulang," ujar Andini. "Oh, iya, Bu. Kebetulan suami saya juga barusan menelepon. Saya harus cepat-cepat kembali ke kantor," pamit Aira. "Iya, tentu! Tapi, sebelum kamu pulang, tolong bawa ini untuk makan siang kalian. Ini untuk Hilda dan suaminya juga." Andini menyodorkan lima kotak makanan pada Aira. "Banyak banget, Tante?" Sambil berkata demikian, Hilda langsung meraih kotak-kotak makanan yang ditata dalam paperbag itu. "Biasanya para pria porsi makannya lebih banyak," timpal Andini seraya tertawa. "Ah, Tante memang yang terbaik!" sanjung Hilda. Dipeluknya wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu. Tak lupa ciuman pipi kanan dan kiri. Begitu pula Aira. Dia memeluk Andini cukup lama. Ada rasa haru terselip di dada. Bagaimanapun, sejak menjadi menantu, ibunda Jati itu selalu bersikap baik dan lembut padanya. "Sering-sering main ke sini ya, Nak," pinta

  • Janda Tapi Perawan   In Another Life

    Aira berkata sejujurnya. Dia sudah melepaskan masa lalu. Tak ada lagi alasan baginya untuk melihat ke belakang. Dia sudah sangat bahagia bersama Manggala, terlepas dari permasalahan besar yang pernah menimpa sang suami dan dirinya. Jati pun sepertinya tak perlu tahu tentang hal itu. Apalagi Manggala berhasil menyembunyikan insiden besar kecelakaan mereka. Tak seorang pun tahu apa yang terjadi dalam kemelut rumah tangga mereka selain keluarga dekat Aira dan Manggala. "Aku sungguh-sungguh minta maaf, Ra," ucap Jati dengan bibir bergetar. "Aku mendapat hukumanku bertahun-tahun lamanya." "Apa?" Aira mengernyit tak mengerti. "Seperti yang kubilang tadi, kukira aku bahagia dengan pilihanku, yaitu Senja. Namun, nyatanya, setelah aku melihat wajah sedihmu di hari perceraian kita, aku merasa gamang," ungkap Jati. "Sejak hari itu, aku merasa ada sudut hatiku yang kosong, ikut terbawa pergi bersamamu. Hal itu mempengaruhi kehidupan rumah tanggaku bersama Senja. Semua jadi terasa ... hambar.

  • Janda Tapi Perawan   Bicara Berdua

    "Eh, ada Aira?" Jati terkesiap menangkap sosok sang mantan istri yang berjarak beberapa meter dari hadapannya itu. "Halo, apa kabar?" Aira melambaikan tangan, berusaha menyamarkan sikap canggung yang tak biasa. "Kok, kamu bisa ada di sini, Ra?" tanya Jati terheran-heran. Dia seolah tak percaya melihat penampakan Aira di rumah yang pernah mereka tinggali bersama itu. "Aku yang mengajaknya ke sini, Mas. Kebetulan, suami Mbak Aira berteman dekat dengan Mas Gading," jelas Hilda. "Oh, begitu." Jati tersenyum kaku sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Eh, Ibu sampai lupa!" Andini menepuk pelan dahinya. "Bisa-bisanya sedari tadi Ibu mengajak kalian bicara, tanpa suguhan apa-apa!" "Eh, tidak usah, Bu. Sebentar lagi, kami juga harus kembali ke kantor. Iya kan, Hil?" Aira mengerjapkan mata berkali-kali sebagai isyarat agar Hilda mengiyakan kalimatnya. Namun, sayang. Wanita cantik berambut pendek itu sama sekali tak paham sinyal rahasia yang dikirimkan oleh Aira kepadanya.

  • Janda Tapi Perawan   Nostalgia Sejenak

    Ada rasa yang tak bisa Aira artikan saat memasuki rumah yang pernah dia huni selama menikah dengan Jati itu. Setiap sudut mengingatkannya akan kenangan buruk pernikahannya bersama suami pertamanya itu. Air mata Aira sudah mengambang di pelupuk ketika terdengar langkah kaki yang berasal dari ruang tengah. Spontan Aira dan Hilda menoleh ke arah suara. "Tante! Lihat siapa yang kuajak kemari!" seru Hilda antusias. Sosok yang baru memasuki ruang tamu itu berdiri terpaku sembari menatap nanar Aira. "Hai, Tante Andini. Apa kabar?" sapa Aira kikuk. Buliran air bening yang sedari tadi dia tahan, kini lolos sudah. Hati Aira seakan tercubit saat melihat wanita yang pernah menjadi mertuanya itu. Andini tampak lebih kurus dari saat terakhir mereka bertemu. Walau memang kecantikannya tak pernah pudar. Sikap anggun wanita paruh baya itu juga tetap melekat dalam setiap lakunya. "Kamu Aira? Benar-benar Aira, kan?" tanya Andini dengan bibir bergetar. "Iya, Tante." Ragu-ragu Aira hendak m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status