"Bukannya aku ingin mendesak, tapi jadwal sidang BP4R itu memang tidak secara kontinyu dilakukan. Jadi kalau kita gak buru-buru mengurus semua persyaratannya, aku sendiri bahkan gak tau kapan akan kembali diadakan sidang serupa. Takutnya nanti sampai mutasiku turun, jadwal sidang yang baru bahkan belum juga dijadwalkan karena harus menunggu beberapa pasangan terlebih dahulu ..."Diujung sana Senja memijat kedua alisnya yang ikutan pening mendengar penjelasan Tria yang panjang lebar, yang sejujurnya ia sendiri juga belum paham betul alurnya.Membaca point-point persyaratan yang dikirimkan Tria saja sudah membuat Senja ling-lung, sekarang ditambah lagi Tria ingin semuanya serba sat set.Mengurusi persyaratan yang begitu banyak dalam kurun waktu kurang dari seminggu ...?Yang benar saja ...Belum apa-apa Senja sudah pesimis duluan."Senja ...? Kamu masih disana kan?""Ah, i-iya ...""Kenapa diam aja ...?"Ludah Senja sontak tertelan pahit begitu ditodong pertanyaan seperti itu."Mmm, beg
"Ayah serius akan datang ...?""Anak ini ... Memangnya sejak kapan ayah pernah berbohong? Lagian Ayah harus mengatakannya berapa kali biar kamu percaya ...?" Gerutuan panjang-pendek tersebut jelas terdengar di telinga, dan mampu membuat Tria tak bisa berkata-kata, dikarenakan hatinya yang telanjur mengharu biru begitu mendengar nada bersemangat yang dipenuhi kebahagiaan tersebut.Padahal waktu diawal-awal saat Tria baru saja memberitahukan perihal lamarannya yang telah diterima oleh wanita pujaan hatinya, ayahnya masih sempat merasa sangsi dan malah menganggap Tria sengaja membuat prank."Besok ayah akan segera mengurus cuti. Mengingat semua urusan kamu harus selesai dalam waktu singkat maka ayah memang harus segera ke sana. Sudah sejatinya sebagai orang tua, ayah menemui orang tua dan keluarga Senja sekaligus melakukan lamaran secara resmi ...""Senja yatim piatu, Yah ..." pungkas Tria, lirih."Tapi mustahil jika dia tidak punya keluarga yang lain kan ...?""Sejujurnya Senja memang
Matahari pagi baru saja menyembul sedikit di ufuk timur manakala Senja memantapkan hati untuk berjala keluar dari rumahnya, menyusuri jalan setapak yang terbuat dari beton yang merupakan hasil proyek anggaran kelurahan tahun kemarin.Tujuan Senja adalah tak lain yaitu hendak menyambangi rumah Ustad Ibrahim dan Umi Zahra, yang letaknya tak jauh dari Masjid.Senja memang sengaja datang pagi-pagi sekali karena takut jika kesiangan sedikit saja maka sepasang suami istri yang sudah ia anggap sebagai pengganti orang tuanya itu bisa-bisa sudah berangkat ke kebun seperti aktifitas keduanya sehari-hari. "Assalamualaikum, Umi ..." ucap Senja begitu ia menangkap sosok Umi Zahra yang berdiri membelakangi pagar dengan gembor di tangan.Mendengar sapaan salam dari Senja membuat Umi Zahra sontak menghentikan aktifitasnya yang sedang menyirami tanaman aglonema yang berderet rapi di masing-masing pot, kemudian membalikkan tubuhnya dengan serta-merta."Waalaikumsalam. Egh, Senja?"Umi Zahra nampak ter
Jikalau ada yang bertanya apa sih yang sedang menjadi trending topic di masyarakat akhir-akhir ini, yang seolah mewarnai segenap dunia perghibahan masal di seluruh kalangan, maka jawabannya bukan lagi kontestasi politik yang semakin lama semakin dekat, bukan lagi tentang hasil debat capres dan cawapres yang semakin hangat, bukan lagi tentang sepak terjang para caleg yang lagi getol-getolnya menebar pesona dalam upaya menggalang suara, apalagi jika hanya sekedar membicarakan tentang tetangga yang baru saja membeli kulkas mahal.Bukan, sekali lagi bukan, karena mendadak semua topik pembicaraan tersebut menjadi tidak menarik lagi pasca tersiarnya kabar tentang kedatangan Pak Kapolsek yang menyambangi kediaman Ustad Ibrahim dan Umi Zahra pada beberapa hari yang lalu, tepatnya di ba'da maghrib, demi mengutarakan maksud hati untuk melamar seorang janda kembang, siapa lagi kalau Pelangi Senja. "Beruntung banget yah Senja, cerai dari ASN dapat gantinya yang lebih badasss ...""Iya ih, mana da
Dokumen perjanjiannya sudah beres semua Pak Yusuf. Jadi dalam kurun waktu tidak lebih dari dua minggu, Ibu Senja akan mengosongkan lapak dan rumahnya sekaligus ..."Yusuf yang tidak bisa mengontrol ekspresi wajahnya yang terhenyak sempurna bahkan lupa bahwa saat ini gerak-geriknya sekecil apapun itu tengah diawasi sepenuhnya oleh wanita cantik namun berwajah cemberut yang duduk tepat dihadapannya."Jadi ... Senja setuju dengan semuanya ...?" tanya Yusuf dengan nada suara yang masih sangsi."Iya, Pak Yusuf. Saya sendiri merasa heran, mengapa Ibu Senja bisa setuju begitu saja tanpa mengemukakan persyaratan apapun selain meminta waktu dua minggu untuk berbenah ..."Yusuf terdiam untuk beberapa saat.Sungguh semua ini sangatlah diluar dugaannya. Bahwa Senja akan benar-benar rela melepaskan seluruh kepemilikan rumah dan lapak untuk dikuasai sepenuhnya oleh dirinya.Bukankah seharusnya Senja mempertahankan apa yang menjadi miliknya?Kenapa wanita itu malah menyerahkan semuanya kepadaku? La
Tiara merupakan keponakan kesayangan seorang pejabat eselon dua, yang saat ini menjabat sebagai Sekda alias Sekretaris Daerah.Sama artinya pria itu adalah pemegang tampuk tertinggi kekuasaan secara administrasi dalam struktur Pemerintahan.Kalau sudah demikian, mana punya nyali seorang Aparatur Sipil Negara seperti Yusuf Akhyar, yang dalam jenjang karirnya baru memikul kepangkatan setingkat III B atau Penata Muda Tingkat I.Bahkan karena pre-village dari paman Tiara, dalam beberapa bulan terakhir Yusuf juga sudah di promosikan dan mengemban tugas selaku pejabat eselon tiga disebuah badan dinas yang cukup bergengsi."Apa?! Menatap aku seperti itu ada apa?! Gak terima?!"Hembusan napas berat dari Yusuf Akhyar terdengar begitu kentara."Tiara, plis, tolong jangan lagi kamu uji sejauh mana kesabaran aku menghadapi kamu, setiap kali kamu tantrum kayak gini ...""Beraninya kamu bilang aku tantrum?!""Ya kamu teriak-teriak gak jelas kayak gini loh ...""Kenapa memangnya? Mau marah? Silahkan
Sinar mentari yang belum terlalu tinggi seolah menyapa hangat tubuh Tria begitu ia keluar dari studio foto yang berhawa sejuk.Selama beberapa hari ini senyum dibibirnya memang tak pernah lekang, seolah tak ada satu pun hal yang bisa membuatnya lelah apalagi kesal.Meskipun berbagai kasus yang menyangkut kamtibmas selalu terjadi silih berganti di wilayah sektor yang ia bawahi, berbagai kegiatan yang melibatkan forum koordinasi pimpinan kecamatan atau yang sering disingkat forkopimca pun terus memenuhi agenda kerjanya, peningkatan kewaspadaan dalam rangka menyambut perayaan natal sekaligus moment pergantian tahun terus digenjot, namun semua kesibukan-kesibukan itu seolah tak menjadi penghalang kebahagiaan bagi Tria.Persiapan dalam rangka menghadapi sidang BP4R yang akan dilangsung akhir pekan ini nyaris rampung seratus persen, tinggal menunggu fotonya tercetak sejam lagi, dan rencananya dokumennya pun akan ia masukkan hari ini juga.Sementara di sisi lain, Tria juga sudah merampungkan
Meskipun awalnya Tria sengaja beralasan bahwa dirinya sangat lapar demi menghalangi niat Senja yang ingin segera pulang ke rumahnya, pada kenyataannya, sama halnya dengan Senja yang hanya memilih lemon tea, Tria pun hanya memesan segelas kopi hitam."Katanya laper ..." imbuh Senja, saat mengetahui pria itu tak kunjung memesan makanan."Ngopi dulu deh, makannya ntar aja."Senja tak menanggapi alasan ringan Tria, ia hanya berdiam diri dengan raut wajah yang seperti biasa tak bisa dimaknai Tria dengan mudah.Siang ini Tria memang sengaja memilih sebuah cafe yang belum lama launching, di mana pemiliknya merupakan salah seorang anak muda yang sepertinya berniat menjajal peluang usaha membuka tempat makan sekaligus tempat nongki bernuansa cozy di kawasan pantai Beo Boulevard Centre."Selain kedatangan ayahnya Pak Tria, apa masih ada hal yang perlu diobrolin ...?" tanya Senja setelah beberapa saat mereka dikungkung keheningan."Iya.""Tentang apa, Pak Tria?" tanya Senja lagi, terkesan sangat