Merasakan diprank anak sendiri, itulah yang terjadi padaku. Ucok minta dicarikan calon istri. Aku tentu saja bersemangat, teringat dulu aku juga dijodohkan oleh orang tua. Akan tetapi setelah kutunjukkan tiga foto, dia malah menolak, alasannya tidak cantik. Untung juga belum sempat aku bicara dengan orang tua mereka. Akhirnya aku menemukan seorang gadis bercadar, pertama' dia datang ke pesantren bersama orang tuanya, melamar jadi guru di pesantren tersebut. Aku langsung terpesona melihat gadis itu, dia yang datangnya melamar pekerjaan, akhirnya kulamar dia untuk jadi menantu. Ayahnya juga setuju. Bang Parlin juga setuju, katanya ini mungkin jalannya Ucok bisa jadi pengurus pesantren.Gadis itu bernama Bilqis, suaranya sungguh merdu, aku tahu karena kami wawancarai dia karena datang melamar jadi guru. Orang tuanya seorang pegawai negeri sipil di kantor camat. Ketika kutunjukkan fotonya pada Ucok, dia malah langsung menolak, katanya tak terlihat wajahnya, lagi-lagi aku kecewa pada ana
Setelah akad nikah selesai, rombongan pengantin akan pergi ke tempat acara resepsi dilaksanakan. Tinggal Pak Penghulu dan beberapa orang di mesjid tersebut. Aku ikut masuk, Ucok dan Butet juga, kami memilih tempat duduk agak ke belakang, akan tetapi kami tetap mendengar dengan jelas pembicaraan Bang Parlin. Setelah salam dan basa-basi sejenak, Bang Parlin lalu memperkenalkan diri."Saya Parlindungan Siregar, Ini Saudara saya Partahanan Siregar, Pardamean Siregar dan ini anak saya Pahlevi Siregar. Adapun maksud kami mengajak bicara' karena anak kami ini seperti melihat calon jodohnya saat melihat Putri bapak yang bernama Tania itu, jadi kamu sepakat ingin meminang Putri bapak jadi menantu kami," Kata Bang Parlin."Wah, saya terkejut, ini benar-benar pinangan yang tidak lazim, jujur saja, sudah banyak yang coba meminang putri kami, tapi baru kali ini caranya begini. Saya tersanjung seorang Bang Parlin legenda sapi dari tanah Mandailing meminang Putri kami," kata Penghulu tersebut.Ter
Prosesnya berjalan lancar, kami sediakan permintaan keluarga Tania, lima puluh gram emas dan uang Lima puluh juta, ternyata Ucok sudah hubungi uwaknya. Kami sama sekali tidak diberatkan. Emas lima puluh gram disediakan Torkis. Lima puluh juta untuk keperluan pestanya resepsi di rumah Pak Penghulu dimintai Ucok ke Uwaknya Bang Partai dan Firman juga membantu."Hebat aku kan, Tet, mau kawin gak susahkan orang tua," kudengar Ucok bicara' dengan Butet. Selalu menarik pembicaraan dua anakku ini."Hebat apanya, malu iya,""Kok malu pula?""Malulah minta-minta, ngemis sana-sini," kata Butet."Kau, Tet, kau bilang pula ngemis,""Jadi itu namanya apa, minta sama Uwak Parta, minta sama Om Firman, itu namanya apa kalau gak ngemis, malu-maluin Abang,""Kan wajar, sekali seumur hidup, kok,""Gak wajar itu, Bang, kecuali ayah gak sanggup lagi, apa Abang pikir ayah senang Abang gak nyusahin orang tua mau nikah? Yang ada ayah merasa tak dibutuhkan, apa kita kekurangan uang? Sehingga harus minta-mint
PoV UcokAku harus menolak Amanda, niat awal sudah salah, Butet benar, masa urusan jodoh pun hasil taruhan. Saat kukatakan pada Amanda, dia tidak terima."Aku sayang kau, Cok, cinta pertamaku, aku berubah demi kau, aku sudah keluar dari komunitas itu,," begitu Kata Amanda saat aku bilang batal saja."Alhamdulillah kau bisa keluar Amanda, semoga ini benar-benar dari hatimu, bukan karena aku. ..""Jelas karena kau, Cok,""Maaf, aku tak bisa, kita sudah awali dengan salah, taruhan itu berdosa, memang kau mau berdosa terus?""Aku tidak peduli, masuk neraka pun asal bersamamu aku rela," kata Amanda."Waduh, maaf ya, kalau mau masuk neraka silahkan saja sendiri," kataku seraya pergi. Saat itu kami berbicara di halaman rumahnya. Udin lagi di mobil.Aku tinggalkan Amanda menangis di halaman rumahnya, aku memang harus tega, mamak, ayah dan Butet tidak ada yang setuju aku nikah dengan Amanda.Aku justru merasa bangga bisa menolak, siapa yang bisa menolak cewek cantik dan harta melimpah, kurasa
Karen ternyata ciut juga, dia pergi dengan kaki dihentakkan ke lantai, kupandangi dia sampai naik ke mobilnya jazz -nya."Maaf ya, Tan," kataku pada istri setelah Mobil Karen pergi."Kok Abang manggil Tan, macam kependekan Tante saja," jawab Tania."Mau manggil Nia, lidahku kelu, itu panggilan mamak," kataku."Bang, sepertinya kita harus bicara," kata Tania lagi seraya duduk di lantai."Ya, aku mendengarkan,""Saat bicara dengan ayah, ayahku yakin sekali Abang ini pria soleh, tapi saat pesta pun ada orang peluk Abang, bisa gak mikirin bagaimana perasaanku, bagaimana perasaan ayahku, ayahku imam mesjid sekaligus penghulu," kata Tania."Gini, Tan, orang datang meluk Abang kan, bukan Abang yang peluk dia, terus bukan Abang balas pelukannya, apa Abang salah?" kataku."Bukan itu masalahnya, Bang, berarti Abang itu biasa peluk orang kan, di tempat ramai saja peluk orang, apalagi di tempat sepi,""Inggaklah, Dek,""Aku sudah tahan diri semenjak acara resepsi itu, Bang,""Iya, Tan, iya,Dek,"
"Ya, itu memang aku, lalu kenapa? tanya suamimu dulu," kata Amanda."Lalu kenapa lagi kamu bilang? kalian ini manusia macam apa, peluk suami orang merasa tak bersalah," kata Tania."Udahlah, Dek," kataku coba menenangkan, malu juga ribut-ribut."Udah kalau Ucok memang tidak bisa ikut, gak apa-apa, tapi aku mau minta tolong dulu," kata Jonathan kemudian."Apa itu?""Tolong ajari kami yang kau lakukan padaku," kata Jonathan."Oh, maaf, aku bukan guru," kataku kemudian."Tolonglah, ajari dulu kami, kami butuh sekali," kata Amanda. Lagi-lagi kata tolonglah ini selalu membuat aku tersentuh. Entahlah, setelah jadi suami orang begini pun kata tolonglah itu masih selalu datang, apa memang cewek cantik suka berkata begitu? Tania sendiri tidak pernah berkata begitu padaku."Memang sifat kalian ya yang suka main paksa itu," kata Tania, dia mulai lagi, mendengar cara dia bicara lagi marah justru membuat aku merinding."Udahlah, kalian pergi saja," kataku kemudian. "Ternyata kamu takut istri juga
Ternyata menikah itu bukan hanya butuh cinta, bukan hanya butuh kemauan, akan tetapi juga butuh materi. Tania bilang lima tahun pernikahan akan diuji dengan kekurangan materi. Padahal orang tuaku kaya, minta biaya hidup sama mamak tidak mungkin rasanya tidak dikasih. Tapi baru dua kali minta ayah sudah menyindir. Sampai bicara soal harga diri laki-laki itu pekerjaannya, ayah sengaja, ayah tahu aku tidak bekerja, kenapa harus berkata begitu. Dalam hati aku bertekad tidak akan minta lagi ke orang tua. Aku akan berusaha sendiri."Bang, kurasa kita salah ngontrak, kontrakan kita ini terlalu besar, masa dua juta sebulan, kita cari yang sederhana saja," kata Tania di suatu malam. Saat itu kami lagi berduaan di kamar."Yang sederhana bagaimana, Dek?""Yang sederhana, kita kan cuma berdua, yang jauh lebih murah," kata Tania lagi."Gak ada dapat itu, Dek, rumah harus ada garasi mobil, kalau tidak mobilnya mau dikemanakan? Rumah bergarasi ya seperti ini paling murah," kataku kemudian."Hehehe
Aku memang harus bisa mandiri, menggunakan segala potensi yang ada. Aku dapat proyek besar, yaitu menjual rumah mewah. Kupasang iklan di media sosial. Akhirnya ada yang bertanya. Tak butuh waktu lama sudah bisa deal, uang tanda jadi langsung diberikan. Selanjutnya mengurus surat-surat, hanya pekerjaan dua Minggu, aku dapat fee bersih seratus juta. Uang yang sangat mudah."Bang, aku ingat perkataan Abang bisa mempengaruhi pikiran orang," kata istri di suatu hari. Saat itu kami lagi makan siang bersama."Iya, Dek, memang,""Aku kok merasa pekerjaan Abang terlalu mulus, Abang gak gunakan itu kan?" tanya istri lagi.Aku terdiam, Istriku ini memang cepat sekali menyadari situasi. Dia langsung curiga. Apa yang harus kukatakan?"Bang, aku juga jebolan pesantren Lo," kata Istri lagi."Iya, Dek, aku tahu,""Setahuku ilmu itu memang ada, hanya orang tertentu yang bisa menjalankannya," kata Tania."Iya, Dek, iya," "Bang, aku ingat dulu, ada beberapa hal yang tidak boleh dipergunakan, salah sat