Share

Bab 26

Penulis: Christina
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Sorry, Sayang ... aku baru bisa jemput kamu, soalnya tadi di sekolah aku sibuk banget." Andy begitu menyesal terlambat menjemput Raya sepulang ia merayakan pesta ulang tahun kampusnya. Gadis itu tampak berdiri seorang diri di depan gerbang tempatnya menempuh pendidikan.

"Lama sekali sih! Kamu nggak punya perasaan banget sama pacar kayak gitu. Ngebiarin pacar nunggu lama, kalau ada penjahat gimana?" gerutu Raya. Gadis itu bergegas masuk ke dalam mobil Rendy dan duduk di kursi penumpang sebelah kursi kemudi.

"Maaf, Sayang. Kan' aku sudah bilang dari kemarin-kemarin, pekerjaanku sedang banyak di sekolah. Kamu juga tahu sendiri kan, menjadi seorang guru itu cari libur susah, kecuali hari minggu atau liburan akhir semester."

"Itu mah cuman alasan kamu aja! Sudah jalan, aku mau pulang."

"Gimana acaranya tadi? Pasti sangat menyenangkan."

"Menyenangkan apanya? Yang ada bikin jengkel. Semua orang punya pasangan, mereka menikmati acara dengan romantis. Aku aja yang sendiri, apalagi tuh, si Nin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jadi Suamiku Ya, Om?   Bab 27

    "Gimana, Raya? Kok enggak dijawab? Kamu mau nggak jadi istriku?" tanya Andy sekali lagi."Raya ... berikan kepastian pada Andy, jangan menggantung perasaannya. Ingat loh, hubungan kalian sudah lama. Memang sudah seharusnya kalian segera menikah. Mama tidak masalah kamu menikah muda, sekali pun kamu sudah nikah, kuliah masih bisa diteruskan juga." Kiara menegur putrinya."Benar kata Mama, papa setuju. Jadi Menikahlah!" Rendy menimpali.Raya masih hening. Ia tak bergeming sedikit pun, entah apa yang gadis itu pikirkan sehingga membuatnya begitu lama menjawab pertanyaan Andy. "Sebenarnya aku belum siap menikah, aku masih ingin kumpul-kumpul dengan teman-temanku, aku masih ingin bersenang-senang. Aku tidak ingin terikat dengan pernikahan, satu lagi aku belum siap jika harus memiliki anak, aku belum siap untuk itu semua.""Oh ... jadi Kak Raya belum siap menikah? Kalau gitu, Om Andy menikah sama aku saja, aku sudah siap kok, Om. Jadi suamiku ya, Om?" Tiba-tiba Nindya muncul begitu saja di

  • Jadi Suamiku Ya, Om?   Bab 28

    "Ibu Anggun, Ibu Nia. Untuk apa kalian memperebutkan Pak Andy? Jelas-jelas ia sudah memiliki kekasih. Bukankah masih ada saya yang jelas-jelas seorang single yang bertalenta? Saya seorang Kepala Sekolah. Apakah kalian tidak tertarik dengan saya?"Ibu Anggun dan Ibu Nia saling bertatap, keduanya beradu pandang setelah mendengar ucapan Kepala Sekolah. Keduanya berusaha menahan tawa, namun akhirnya lepas juga."Hahahah ... hahahah ... hahha ...." "Kenapa kalian tertawa? Ada yang lucu?" Kini kepala sekolah memandang kedua wanita itu dengan tatapan kebencian penuh amarah."Bukan begitu, Pak. Bapak ini kan Kepala Sekolah, jadi rasanya lucu kalau kita berharap terlalu tinggi menyukai Bapak." jawab ibu Anggun yang jelas-jelas itu adalah jawaban kebohongan."Benar kata Ibu Anggun, Pak. Kami tidak sepantasnya memilih Bapak yang notabene adalah seorang Kepala Sekolah, sungguh tidak pantas untuk kami." Ibu Nia turut memberikan komentarnya, dan jelas-jelas, ia pun sama. Mengeluarkan kebohongan de

  • Jadi Suamiku Ya, Om?   Bab 29

    Perpisahan Termanis"Ya, Om, Tante, ijin sebentar ngajak Nindya jalan-jalan." Dio mencium punggung tangan Rendy dan Raya bergantian."Hati-hati ya, Nak Dio? Jangan sampai larut," tutur Rendy kepada kekasih putrinya."Siap, Om.""Nindya jalan dulu ya, Pa, Ma?""Hati-hati ya, Sayang?" Kiara menyentuh lembut pucuk kepala Nindya."Lebay sekali, cuma perpisahan begitu saja pakai acara." Raya menggerutu, masih dengan gaya angkuhnya."Itu hak mereka, berhentilah iri dengan Nindya. Kamu sudah punya aku, tapi masih saja suka iri sama orang lain." Lama-lama Andy merasa jenuh dengan kelakuan Raya.Sementara Nindya dan Dio berangkat, Rendy dan Kiara masuk ke dalam rumah. Tinggalah Andy dan Raya yang masih duduk di teras depan rumah keluarga itu."Kamu senang banget kayaknya belain dia. Dari dulu selalu aja begitu. Pernah nggak sih, kamu mikir perasaanku? Di dalam sini itu ya rasanya sakit banget, kayak ditusuk, kok bisa-bisanya pacar sendiri malah ngebelain cewek lain.""Aku nggak ada yang ngebel

  • Jadi Suamiku Ya, Om?   Bab 30

    "Nin, Nindya ... " Suara seseorang yang memecah keheningan. Nindya yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya seketika memalingkan wajah ke arah suara."Kamu kenapa? Kok buru-buru gitu?" tanya Nindya kepada teman perempuannya, Wina."Itu ... anu ... ka– ka–kamu, itu kamu ga nganterin Dio ke Bandara?""Ke Bandara? Kok ke Bandara? Dio cuma pindah ke luar kota saja kok, Win. Kamu jangan aneh-aneh deh." Nindya menggeleng-gelengkan kepalanya, ia merasa Wina sedang berusaha membohongi dirinya."Lo, dia mau pergi ke luar negeri, Nindya. Kamu gimana sih?""Ya ampun, Wina ... please deh, kemarin aku bareng sama Dio. Dia bilang cuma mau pergi ke luar kota kok. Pindah ke luar kota. Pendengaranku masih baik-baik saja, aku tidak mungkin salah dengar." Nindya masih ngotot dengan keyakinannya."Nin, Nindya ...." Kali ini suara Bayu yang terdengar berteriak dari kejauhan memanggil Nindya, pria itu bergegas menghampirinya.Nindya sedikit mendongakkan kepalanya ke samping, pandangannya sedikit terhalang o

  • Jadi Suamiku Ya, Om?   Bab 31

    24 jam berlalu sejak Dio berangkat diam-diam tanpa memberi tahu Nindya. Tak sekali pun pria itu memberikan kabar kepada kekasihnya. Rindu yang dulu tak pernah ia rasakan, kini seakan-akan rasa itu telah mengguncang sebongkah daging berwarna merah maron di dalam tubuhnya.Butiran-butiran bening mulai memenuhi sudut mata Nindya. Diraihnya benda pipih yang sering ia gunakan untuk berkomunikasi dengan sang kekasih, berharap, pagi ini ada kabar baik yang mampu membuatnya tersenyum tenang. Sungguh sangat disayangkan, harapan itu tinggallah harapan. Tak ada satu pun notifikasi dari semua aplikasi yang Nindya gunakan."Kamu ke mana sih? Kamu kenapa sih? Dio, berikan aku kabarmu. Jangan diamkan aku seperti ini." Nindya bermonolog."Nin, sudah pagi. Bangun gih, kamu kuliah kan?" terdengar suara Kiara di depan pintu kamar Nindya."Iya, Ma." Dengan lesu, Nindya melepas selimut, beranjak dari tempat tidurnya lalu bergegas menuju kamar mandi.Semua sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan bersam

  • Jadi Suamiku Ya, Om?   Bab 32

    Cafe Lanila"Bukankah itu Dio? Iya kan? Itu Dio kan?" pekik Nindya, gadis itu bersorak girang melihat lelaki tampan yang tengah bernyanyi di atas panggung."Dio ... Dio ... aku datang, aku datang ...." teriak Nindya penuh histeris. Gadis itu melambaikan tangannya berkali-kali ke arah panggung. Memberi isyarat pada pria yang tengah menghibur pengunjung dengan suaranya.Wina, Bella dan Bayu terpaku. Mereka bertiga meragukan jika yang ada di atas itu adalah Dio. Wajahnya iya, itu wajah Dio, tapi tidak dengan suara itu. Itu bukan suara Dio."Nin, itu bukan Dio." Wina menepuk pundak Nindya."Kamu ngomong apa sih? Itu Dio, Win. Kamu ga bisa lihat wajahnya? Itu jelas Dio." Nindya sedikit ngotot dan ia tak suka dengan ucapan Wina.Bayu menggeleng ke arah Wina dan Bella, ia memberi kode untuk membiarkan Nindya dengan khayalannya sendiri.Beberapa menit kemudian, lelaki putih bersih itu menatap ke arah Nindya. Ia menuruni panggung setelah mengucapkan terima kasih kepada penonton. "Nindya?""Di

  • Jadi Suamiku Ya, Om?   Bab 33

    "Nindya ... siapa tuh yang cari kamu pagi-pagi di depan? Kayaknya Dio," ucapan Raya."Itu bukan Dio, itu Gio," jawab Nindya ketus."Siapa dia, Sayang?" tanya Rendy."Gio adik Dio, mereka saudara kembar. Sudah ya, aku berangkat kuliah," pamit Nindya selepas ia menggunakan sepatunya. Gadis itu kemudian mencium punggung tangan Rendy juga Kiara."Kamu nggak sarapan dulu?" tanya Kiara kepada Nindya."Enggak, Ma ... nanti aja sarapan di kampus, kebetulan aku belum lapar. Ya udah aku berangkat dulu," ucap Nindya malas."Kamu kok gonta-ganti cowok si? Dio hilang sekarang malah saudaranya yang diembat. Eh gimana sih? Aku bingung, pokoknya jadi cewek itu jangan terlalu murah. Jual mahal dikit deh, biar lebih berharga," ucap Raya menyindir Nindya."Raya! Berapa kali Mama sudah bilang, jaga etika kamu." Kiara mulai emosi melihat tingkah laku anaknya.Nindya yang disindir tak peduli, ia masa bodoh dan memilih pergi begitu saja, bergegas menghampiri Gio yang sudah menunggunya sedari tadi."Besok-be

  • Jadi Suamiku Ya, Om?   Bab 34

    "Kalau ketakutan-ketakutan itu terus membayangimu, kenapa kamu tidak menerima lamaran Andy? Menikahlah dengannya, maka kamu tidak akan khawatir lagi dengan hal yang selama ini menghantui pikiranmu!" ucap Rendy."Kenapa sih kalian maksa aku nikah? Aku enggak siap, Pa, Ma. Aku belum siap menikah!" Raya menekankan kata menikah pada akhir kalimat, berharap kedua orang tuanya paham jika dirinya memang benar-benar belum siap untuk menikah."Ya sudah kalau kamu memang tidak siap untuk menikah. Berhentilah curiga kepada Nindya, ia tidak salah sama sekali, yang salah itu hatimu, tanya sama hatimu sendiri, ada apa dengan hatimu? Kenapa hatimu bersikeras menunjukkan emosi kepada orang yang sama sekali tidak bersalah?" Kiara berusaha mencari tahu alasan apa yang sebenarnya membuat putrinya begitu membenci Nindya."Sekarang papa harap kamu minta maaf kepada Nindya, kamu sudah dewasa jadi belajarlah bersikap dewasa,""Aku? Minta maaf padanya? Aku salah apa? Aku merasa tidak ada salah apa pun padany

Bab terbaru

  • Jadi Suamiku Ya, Om?   Bab 60

    Satu bulan kemudian ....Hiruk pikuk para tamu undangan memenuhi hotel tempat berlangsungnya pernikahan Andy dan Nindya, Keduanya tampak anggun dan cantik dengan menggunakan busana elegan buatan dari design ternama Ivan Guntur. Sementara itu, Wina, Bella dan Raya sibuk menyambut para tamu yang berdatangan secara terus menerus. Begitu juga dengan kedua orang tua dari mempelai.Sampai akhirnya moment melemparkan buket bunga pengantin pun tiba."Siap-siap ya, kira-kira siapa nih, yang bakalan nyusul setelah aku ...." teriak Nindya yang sudah bersiap hendak melemparkan bunga."Nin, lempar ke arahku!" teriak Wina."Ke arahku saja, Nin." Raya juga turut berteriak."1 ... 2 ... 3 ...." Nindya melempar bunganya dengan sangat kencang dan hap! Yang pertama meraih bunga adalah Bella. Gadis yang tak pernah diduga-duga.Setelah beberapa jam acara pernikahan dan resepsi yang sekaligus dilaksanakan dalam satu waktu itu Akhirnya selesai saat itu juga Nindya langsung dihajar untuk tinggal di rumah An

  • Jadi Suamiku Ya, Om?   Bab 59

    "Kenapa semua diam? Benar? Jadi, Om Andy bersedia menikahi Raya walau yang ada di perutnya itu bukan anak, Om?"5 menit kemudian ...."Happy birthday to you ... happy birthday to you ... happy birthday, happy birthday, happy birthday Nindya ...."Kedua orang tua Andy masuk seraya membawa kue ulang tahun yang sudah dihiasi dengan lilin untuk Nindya. Semua ikut bernyanyi termasuk Raya dan Andy."Selamat ulang tahun calon mantu mama yang paling cantik," ucap Mama Andy setelah ia berada tepat di hadapan Nindya."Selamat ulang tahun ya, Sayang. Sebentar lagi kamu jadi menantu papa," lanjut papa Andy.Posisi Nindya masih dalam keadaan bingung. Ia lalu menoleh ke arah orang tuanya kemudian menatap Andy juga Raya secara bergantian. Mereka semua sudah mulai mendekat ke arah Nindya seraya bertepuk tangan."Selamat ulang tahun!" ucap Andy seraya berjongkok di hadapan Nindya. Ia lalu membuka kotak kecil yang ia pegang."Ini apa-apaan?" tanya Nindya masih bingung."Prank!!" teriak Raya dengan pen

  • Jadi Suamiku Ya, Om?   Bab 58

    Isak tangis mengiringi kepergian Dio. Seperti permintaan terakhirnya, ia dimakamkan di pemakaman setempat. Nindya merasa menyesal. Beberapa waktu ia memang ada di sisi Dio. Namun, Nindya sama sekali tak memahami akan keadaannya.Gadis itu masih tertunduk lemah, bahkan matanya terlihat bengkak karena terlalu banyaknya menangis. Andy yang setia menemani, tak henti-henti berusaha menenangkan hati Nindya."Kita pulang ya? Biarkan Dio beristirahat dengan tenang. Berhentilah menangis, agar ia tidak merasa bersalah telah pergi meninggalkan kita semua."Nindya tidak menjawab apa pun. Namun, gadis itu berusaha menghapuskan air matanya lalu berdiri membalikkan badannya menoleh kearah Andy yang berada di belakangnya."Kita pulang ya?" ajak Andy sekali lagi."Iya, Om," jawab Nindya lirih."Om, sebentar ya, aku pengen pipis. Mau ke toilet dulu." Nindya bergegas menuju ke toilet umum yang tidak jauh dari pemakaman. Andy menunggu di luar pintu seraya memainkan ponselnya."Aku sudah selesai, Om," uca

  • Jadi Suamiku Ya, Om?   Bab 57

    "Minum dulu, Om. Om, kok bisa pingsan sih?" tanya Nindya seraya memberikan air putih kepada Andy.Pria itu sudah duduk di salah satu kursi cafe ditemani oleh Nindya. Wajahnya bersemu merah menahan malu, bahkan banyak pasang mata yang memandang ke arahnya.Andy meneguk air putih yang diberikan oleh Nindya. Pria itu menghela napas sesaat, kemudian menghembuskannya perlahan."Berapa lama aku pingsan?" tanya Andy menatap Nindya.Nindya berpikir sejenak, ia menyentuh keningnya beberapa kali, menggunakan jari telunjuk kanannya. "Kayaknya 15 menit, Om. Om, kenapa pingsan? Belum makan ya? Emangnya tadi di rumahku, Om nggak minta makan? Nggak ditawari makan sama mama papaku?""Nindya kamu paham nggak? Aku itu grogi, apa lagi nyanyi di depan umum. Ditonton banyak orang, aku syok, makanya pingsan.""Dihhh ... Om Andy, berlebihan deh. Gitu aja kok pingsan? Om kan udah biasa tampil di depan umum, contohnya mengajar! Ya kan?""Itu beda, Nindya. Udah ayo, kita pergi dari sini. Coba tuh kamu lihat,

  • Jadi Suamiku Ya, Om?   Bab 56

    Memulai hari yang baru.Pagi ini Nindya masih mengurung diri di dalam kamar. Sementara Wina dan Bella sudah pamit pulang. Gadis itu sudah melewatkan sarapannya, ia tak menyentuh sedikit pun apa yang diantar oleh asisten rumah tangga di rumahnya. Hatinya masih terluka, ia tidak percaya dengan apa yang sudah terjadi. Semua seperti mimpi, mimpi buruk baginya.Di ruang tamu, keluarga Nindya tengah berlangsung pembicaraan serius antara Rendy, Kiara dan Andy. sementara Raya sudah pergi sejak tadi."Ada apa, An? Kok tumben kamu pagi-pagi begini sudah ke sini?" tanya Rendy kepada Andy."Aku ingin berbicara serius.""Tentang apa?" tanya Rendy lagi."Jadi begini ... sebenarnya sudah beberapa lama, aku menyadari perasaan aku. Aku menyadari kalau sebenarnya aku sudah jatuh cinta kepada Nindya. Semua sudah sempat aku utarakan, tapi Nindya menolakku dengan alasan ia sudah memiliki Dio dan akan segera bertunangan.""Lalu?" Kali ini Kiara yang bertanya."Aku ingin minta izin ke Om dan Tante, untuk ke

  • Jadi Suamiku Ya, Om?   Bab 55

    "Dio!!" teriak NindyaGadis itu hampir saja tak sadarkan diri melihat pria yang ia cintai tengah tergeletak bersimbah darah. Nindya histeris, ia berteriak kencang sembari menangis. Beberapa orang berusaha menenangkannya.Tak lama kemudian mobil ambulan datang. Dio segera dilarikan ke rumah sakit. Pria itu masih bernapas. Nindya menyusul dengan menggunakan sepeda motornya, ia mencoba tenang dan percaya jika pria yang ia cintai dalam keadaan baik-baik saja.Tidak butuh waktu lama, ambulan sudah tiba di rumah sakit disusul dengan Nindya yang mengikuti dari belakang. Dio segera dimasukkan ke ruang UGD, sementara Nindya menunggu di luar. Gadis itu berusaha menghubungi keluarga Dio."Apa yang terjadi, Nin?" tanya Gio yang baru saja tiba di rumah sakit bersama kedua orang tuanya."Maafkan aku, Gio. Semua salahku," jawab Nindya seraya terisak."Ada apa sebenarnya?" tanya Syla."Om, Tante, Gio. Sebelumnya aku minta maaf. Aku rasa Dio salah paham ...." Nindya pun menceritakan semua yang terjad

  • Jadi Suamiku Ya, Om?   Bab 54

    "Menikahlah denganku!"Nindya terdiam. Ia masih belum percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dari bibir Andy. "Om Andy bilang apa?" tanya Nindya kemudian."Menikahlah denganku, Nindya!" Andy mengulang ucapannya."Om Andy bercanda ya? Kok tiba-tiba gini sih?""Aku nggak bercanda, Nindya. Sebelumnya aku minta maaf, mungkin selama ini aku sudah mengecewakan kamu, mungkin karena aku belum menyadari perasaanku, tapi saat aku dengar kamu akan bertunangan, kok rasanya hatiku sakit banget. Rasanya aku tidak terima jika kamu akan dimiliki oleh orang lain. Semalam suntuk aku memikirkan itu semua dan aku sadar kalau sebenarnya aku mencintaimu.""Maaf, Om. Sepertinya aku tidak bisa memenuhi permintaan Om. Lagipula Om juga sudah tahu jelas kalau aku akan segera bertunangan dengan Dio.""Kamu yakin kalau kamu mencintai Dio? Aku merasa sebenarnya perasaanmu masih ada sama aku.""Sekali lagi aku minta maaf, Om. Untuk perasaanku saat ini sepenuhnya aku mencintai Dio. Om hanyalah masa laluku dan a

  • Jadi Suamiku Ya, Om?   Bab 53

    "Dio!" pekik Nindya.Gadis itu segera berjongkok kemudian meletakkan kepala Dio di atas tumpuan kedua kakinya, sedangkan yang lain seketika berdiri lalu menghampiri mereka."Dio ... bangun, Sayang! Bangun!" Syla berusaha membangunkan putranya yang sudah tidak sadarkan diri."Kita bawa ke rumah sakit," ucap Robert yang kemudian membopong putranya dibantu oleh Rendy dan Gio.Semua ikut serta ke rumah sakit, walau pada kenyataannya Rendy, Kiara juga Nindya sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada diri Dio.Kondisi Dio cukup lemah. Ia mendapat penanganan secara cepat setelah tiba di rumah sakit. Robert dan Syla tampak mondar-mandir karena panik, mengkhawatirkan keadaan Dio, begitu pula dengan Gio. Pria itu bahkan masih merasa menyesal karena hampir saja pernah merebut Nindya dari Dio.Nindya dan kedua orang tuanya ingin sekali bertanya, menanyakan apa sebenarnya yang terjadi pada diri Dio. Namun, mereka mencoba menahannya setelah melihat kondisi keluarga Dio yang sedang ti

  • Jadi Suamiku Ya, Om?   Bab 52

    Malam hari, seperti yang dijanjikan oleh Dio. Pria itu benar-benar datang bersama dengan kedua orang tuanya, Robert dan Syla, Gio juga turut serta ikut bersama mereka."Silahkan masuk." Asisten rumah tangga di rumah Nindya mempersilahkan tamu tuannya untuk masuk dan duduk di ruang tamu. Sementara Rendy dan Kiara baru saja ke luar dari kamarnya setelah bersiap."Maaf ... sudah membuat kalian menunggu begitu lama," ucap Rendy kepada tamunya seraya tersenyum, lalu ia duduk di hadapan mereka bersama istrinya."Sebentar ya, saya panggilkan Nindya dulu," ucap Kiara yang kembali berdiri setelah menyadari anaknya tidak ada di sana."Iya ... silakan," jawab Robert, Ayah Dio.Perbincangan-perbincangan kecil terjadi. Gio yang pada awalnya tidak merestui hubungan saudara kembarnya dengan Nindya mulai mengiklaskan semuanya. Ia sadar jika Dio lebih membutuhkan Nindya dibandingkan dirinya."Halo ... Om, Tante," ucap Nindya kemudian mencium punggung tangan kedua orang tua Dio dan Gio.Gadis itu kini

DMCA.com Protection Status