“Gue bakal kasih HP baru gue buat siapa aja yang bisa pacarin Aleana anak kelas satu."
Saka menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Bobby teman satu kelasnya. Saka sedang berkumpul mengerjakan tugas kelompok dengan Andre, Lucas dan Henry di rumah Bobby. Awalnya Saka hanya diam mendengarkan percakapan teman-temannya sambil fokus mengerjakan tugas kelompok mereka namun ucapan Bobby barusan menarik perhatiannya.
“Aleana si anak beasiswa?” tanya Saka memastikan.
“Iya,” jawab Andre singkat.
“Berani loe Ndre?” ucap Bobby menantang Andre.
Saka menggelengkan kepalanya mendengar percakapan teman-temannya itu. Bobby memang terkenal suka membuat onar karena Bobby adalah anak dari salah satu donatur sekolah. Saka yang awalnya diam tiba-tiba mengangkat wajahnya ketika Lucas menyebut namanya.
“Ka, loe gaet aja Si Alea. Loe doang yang jomblo. Alea cantik asal kaca mata kudanya dia lepas. Lumayan dapet cewek plus dapet HP baru si Bobby.”
Saka hanya mengelengkan kepalanya mendengar ucapan gila Lucas.
“Saka nyalinya ciut. Mana berani dia taruhan gini,” ucap Bobby meremehkan Saka.
Saka tersenyum sinis mendengar ucapan Bobby. Saka paling tidak suka kalau seseorang meremehkan dirinya. Saka pun tertantang untuk membuktikan ucapan Bobby itu.
“Gimana aturan mainnya?” ucap Saka dengan nada datar memandang Bobby.
Bobby menyeringai. Umpan yang ia lemparkan mulai ada yang menggigitnya. “Gampang kok. Gue kasih loe waktu 6 bulan sampai kenaikan kelas. Loe harus pacaran sama dia sebelum kenaikan kelas.”
Saka meletakan pulpen yang sedari tadi berada dalam genggaman tangannya dan menyandarkan tubuhnya pada sofa yang berada dibelakangnya. “Udah gitu doang?”
“Gak gampang deketin Aleana Ka, Tuh cewek kutu buku banget. Ke sekolah cuma belajar dikelas sama ke perpus doang. Makan selalu bawa dari rumah gak pernah ke kantin,” ucap Andre sambil menatap Saka.
Saka menautkan kedua alisnya. “gitu aja?”
“Gak tersentuh Ka. Di sekolah temen deket aja dia gak punya gue rasa. Gue pernah satu kelompok sama dia. Gila pendiem banget orangnya. Gue sampe mikir dia itu ansos,” timpal Henry.
Bobby menyeringai menatap Saka. “Loe gak bakal bisa deketin dia Ka. Gue berani kasih HP baru gue kalo loe bisa jadian sama dia dalam 6 bulan.”
“Enam bulan? Really Bob? Enam bulan itu lama Bob. Banyak hal bisa terjadi dalam 6 bulan,” ucap Saka memperingatkan.
“Itu kalo loe berhadapan sama orang normal Bro. Alea itu benar-benar pendiam dan nggak akan melirik loe sama sekali.”
“Gue heran kenapa loe jadiin dia bahan taruhan loe?” tanya Saka penasaran.
“Karena gue yakin gue bakal menang,” jawab Bobby santai.
Saka menatap Bobby tepat dikedua bola mata Bobby. Bobby pun membalas dengan seringai meremehkan Saka.
“Take it or leave it?” tantang Bobby.
Saka membalas seringai Bobby dengan seringai yang tak kalah meremehkan. “I'll take it,"
Teman-teman Saka menjadi riuh karena Saka menerima tantangan Bobby termasuk Bobby yang kaget karena Bobby mengenal Saka. Saka tidak pernah mau terlibat sesuatu yang merepotkan dirinya dan ini pertama kalinya Saka menerima tantangannya.
"Kirim gue foto. Foto kalian ciuman. Well gue gak akan percaya semudah itu Sak. Cuma foto ciuman kalian yang gue percaya kalo kalian sudah jadian," ucap Bobby dengan seringai di wajahnya.
"Deal," ucap Saka tanpa pikir panjang.
***
Saka mulai mencari tau kebiasaan Aleana. Siapa yang tidak mengenal Aleana, si siswi beasiswa yang pintar namun cupu dengan kacamata tebalnya. Bukan tipe Saka suka melibatkan diri dalam sebuah pertaruhan namun kali ini Saka tidak bisa diam saja dikala seseorang meremehkan dan memandang kecil dirinya. Saka ingin membuktikan bahwa dirinya bukan seperti yang mereka ucapkan.
Dua minggu Saka memperhatikan kebiasaan Aleana. Saka mulai tau kebiasaan Aleana dan mulai mendekati Aleana perlahan hingga terkesan natural. Saka kini semakin rajin ke perpustakaan disaat istirahat maupun jam kosong pelajaran. Saka awalnya hanya datang untuk sekedar duduk. Saka mendekati Aleana dengan sangat perlahan. Terkesan lama tapi Saka ingin semua terlihat tidak disengaja hingga suatu saat tanpa Saka rencanakan Aleana duduk dihadapannya sambil membawa buku dan membaca buku yang ia bawa.
"Kamu bawa pulpen? Pulpen aku habis," ucap Saka pada Aleana dihadapannya.
Aleana yang tadinya sedang membaca mengangkat wajahnya dan memandang pria dihadapannya itu. Aleana menengok ke kiri dan ke kanan.
"Kakak ngomong sama saya?"
Saka memutar bola matanya. "Siapa lagi? Cuma ada aku sama kamu dimeja ini. Kamu bawa pulpen gak? Pulpenku habis. Kalo kamu bawa aku pinjam,"
Aleana meruntuki pria dihadapannya tapi tangannya mengeluarkan pulpen yang berada di selipan buku yang ia bawa-bawa. Aleana tetap meminjamkan pulpennya pada pria yang ia tau bernama Saka. Siapa yang tidak kenal pria ini si pria populer yang memiliki kembaran yang sama populernya bahkan keduanya memiliki banyak penggemar wanita. Para siswi yang mengantri untuk dekat bahkan menjadi pacar mereka tapi sayangnya Aleana tidak termasuk dalam jajaran siswi yang mengantri itu. Aleana terlalu sibuk untuk belajar dan mempertahankan beasiswanya bukan karena Aleana berasal dari keluarga yang berkekurangan tetapi Aleana ingin menunjukan pada kedua orang tuanya bahwa ia adalah anak yang bisa dibanggakan.
Aleana kembali fokus dengan bukunya sementara Saka tersenyum sambil mengerjakan PRnya. Bagi Saka ini adalah sebuah kemajuan kecil dan kemajuan kecil ini nantinya akan mengubah keduanya.
***
Hari-hari berlalu Saka masih setia ke perpustakaan menemui Aleana dan setiap kali Saka meminjam pulpen pada Aleana dengan berbagai alasan. Entah dengan Alasan lupa membawa pulpen, tintanya habis, atau alasan lain dengan berkata bahwa tinta pulpennya bocor.
Awalnya Aleana tidak merasakan apapun ketika Saka meminjam pulpennya namun jika setiap hari Saka meminjam pulpen pada Aleana lama kelamaan Aleana berang. Apa pria ini tidak memiliki pulpen lain atau apa pria ini tidak mempunyai uang untuk membeli pulpen?
Hingga suatu saat Aleana membawa pulpen lain dan menyodorkannya pada Saka.
"Ini, saya belikan pulpen ini untuk Kakak. Jaga baik-baik. Jangan selalu meminjam milik orang lain," ucap Aleana sambil menyodorkan sebuah pulpen pada Saka.
Saka menerima pulpen dari Aleana sambil tersenyum. "Kamu gak ikhlas ya aku pinjam pulpen kamu kemarin-kemarin?"
Aleana membulatkan matanya. Nggak ikhlas katanya?
"Ikhlas, Kak. Ikhlas. Cuma dari pada Kakak tiap hari pinjam pulpen terus lebih baik bawa pulpen ini dan jaga baik-baik. Jangan meminjam dari orang lain lagi. Orang lain belum tentu nyaman jika Kakak pinjami setiap hari dan selain itu jangan dijadikan kebiasaan meminjam sesuatu setiap hari pula," ucap Aleana panjang lebar.
"Ternyata kamu cerewet, Leana."
Aleana kehabisan kata-kata menghadapi Saka. Pria yang beberapa hari ini meminjam pulpen padanya. Aleana hanya bermaksud baik memberikan pulpen sehingga Saka tidak perlu meminjam pulpen lagi baik pada dirinya atau siapapun itu.
Menyadari keterdiaman Aleana, Saka akhirnya mengalah. "Baiklah. Aku terima pulpen pemberianmu ini dan akan ku ingat nasihatmu baik-baik. Aku pikir kamu itu pendiam, Leana. Ternyata kamu itu cerewet sekali."
Aleana menatap horor pria dihadapannya. Ucapannya barusan seakan-akan Aleana memaksa Saka menerima pulpen darinya. Ya Tuhan kenapa soal pulpen saja bisa jadi serumit ini.
Saka dan Aleana makan dalam diam. Aleana sama sekali tidak berniat untuk membuka pembicaraan dengan Saka. Aleana sudah berdamai dengan masa lalunya tapi untuk berusaha seakan-akan tidak terjadi apa-apa diantara mereka dimasa lalu masih terasa sulit. Saka menyadari keenganan Aleana berbicara padanya. Berdua bersama Aleana dalam hening seperti ini membuat Saka tidak nyaman karena dulu mereka selalu bercerita tentang apapun dan bahkan tertawa bersama tanpa beban dan itu terjadi sebelum Aleana mengetahui semua perbuatannya."Aku minta maaf," ucap Saka memecah keheningan.Aleana yang sedang makan tiba-tiba membeku. Gerakannya menyendok nasi dipiringnya terhenti. Aleana membeku diam."Aku salah menjadikan kamu taruhan bersama teman-temanku. Saat itu aku tersulut egoku untuk membuktikan perkataan mereka sehingga aku-""Aku sudah memaafkan kamu," ucap Aleana cepat.Saka yang tadinya berbicara sambil menunduk tiba-tiba mengangkat wajahnya mendengar ucapan Aleana. Saka terkejut dan menatap Ale
Aleana kembali ke kamarnya yang berada satu lantai dibawah lantai dimana Suite Saka berada. Aleana memilih membersihkan diri kemudian mengatur alarm dan merebahkan dirinya dikasur. Tubuhnya terasa lelah terlebih kemarin Aleana kurang tidur. Dua jam tertidur Aleana terbangun karena Aleana merasakan ingin ke toilet. Aleana bangkit dan segera pergi ke toilet sekalian mandi bersiap untuk menjalankan kembali pekerjaannya. Sesuai dengan perintah Saka tadi, Aleana harus mengingatkan Saka saat jam makan malam tiba.Aleana mandi dan bersiap. Aleana mengambil HP nya yang berada di nakas tepat di samping tempat tidurnya dan melihat jam menunjukan pukul lima sore waktu Singapore. Aleana pun melihat ada beberapa pesan whatsapp masuk dari Liliana dan Aleana segera membukanya.[Liliana : Alea, Semua lancar?][Aleana : Tidak, ada masalah sekarang aku nunggu instruksi aja Mbak.][Liliana : Aku uda denger ceritanya dari Kevin. Kamu harus cepat tanggap untuk bantuin Pak Saka ya, Lea][Aleana : Baik Mba
Saka, Aleana, Raka dan Kevin kini sedang berada diruang kerja dalam Suite milik Raka. Semua orang bekerja dengan fokus. Terlebih Raka yang tidak menyangka semua kekacauan ini disebabkan oleh dirinya. Ya, Saka memang fokus mencari investor untuk mengembangkan perusahaan mereka dan kali ini perusahaan mereka membutuhkan suntikan dana untuk kelangsungan perusahaan.Sementara Aleana hanya diam bingung harus mengerjakan apa karena Raka dan Saka hanya memberi perintah pada Kevin. Aleana menyadari suasana tengang yang penuh tekanan sedang terjadi disini. Raka merasa bersalah atas apa yang terjadi sementara Saka pusing dengan apa yang sedang terjadi. "Gue bakal cari opsi lain Bang. Masalah ini bisa loe urus segera? Kita butuh dana itu sesegera mungkin," ucap Saka dengan wajah serius.Raka menghela nafas. "Bisa. Kasih gue waktu dua hari. Gue akan coba cari opsi lain."Saka mengangguk dan berdiri dari tempat duduknya lalu keluar dari ruang kerja itu. Saka berjalan menuju kulkas dan mengambi
ALEANA's DREAM ON.Sore hari dua orang anak manusia berada disebuah kamar dalam sebuah apartemen milik anak laki-laki itu. Keduanya terlibah sebuah pergulatan panas yang sama-sama baru mereka kenali. Pergulatan panas diantara kedua anak manusia itu seharusnya belum mereka lakukan diusia mereka yang masih sangat muda namun karena pergaulan mereka akhirnya keduanya terjerumus dalam sesuatu yang seharusnya belum waktunya mereka kenali. Keduannya sudah sama-sama polos tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi anggota tubuh mereka. Seragam putih abu-abu mereka teronggok dilantai dengan posisi bertebaran dilantai. Keduanya pun larut dalam kegiatan yang mereka lakukan dengan dalil suka sama suka."Aku berjanji ini tidak akan sakit sayang. Kita sama-sama pemula. Aku juga pertama kali melakukan ini. Aku mencintai kamu Leana. My Leanaaa," ucap si anak laki-laki sambil melakukan segala upaya untuk membuat anak perempuan yang berada dibawah kungkungan tubuhnya semakin rileks dan menerima setiap
"Kev! Panggil dokter!"Kevin pun langsung menghubungi pihak hotel dan meminta bantuan mendatangkan seorang dokter ke kamar Aleana lalu kemudian Kevin dengan sigap langsung menghubungi Raka atasannya untuk memberikan kabar.Saka sendiri kini sudah membungkus tubuh Aleana dengan handuk dan mengangkat Aleana keluar dari kamar mandi. Saka dengan cepat mengangkat Aleana ke atas tempat tidur membuat tempat tidur Aleana basah karena Aleana masih mengenakan bajunya. Saka dengan sigap mematikan AC kamar Aleana sementara Kevin melakukan apa yang Saka perintahkan.Sepeninggal Kevin, Saka pun dengan segera mengambil baju Aleana dari dalam koper dan menggantikan baju Aleana. Saka tidak tega membuat Aleana menunggu orang lain untuk datang dan terus menggunakan baju basahnya. Saka akhirnya dengan segera menggantikan pakaian Aleana dan membawa pakaian basah Aleana ke kamar mandi dan menaruhnya dalam kantung laundry bag yang sudah disediakan pihak hotel.Walau membutuhkan usaha untuk menggantikan paka
"Pasien baik-baik saja untuk saat ini. Pasien memang mengalami demam dan berdasarkan cerita Bapak mungkin pasien memiliki riwayat sesak nafas. Namun untuk lebih pastinya saya harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan bertanya langsung pada pasien karena saya perlu mengetahui riwayat kesehatan pasien agar diagnosa saya lebih akurat," ucap sang dokter jaga ruang IGD itu pada Saka.Saka mengangguk menanggapi ucapan sang dokter. Saka merasa sedikit lega setelah tadi dirinya dengan panik membawa Aleana ke bagian gawat darurat. Untungnya Aleana dengan cepat mendapat penanganan medis sehingga kini kondisi Aleana jauh lebih baik. Yang Saka tau Aleana dulu tidak memiliki penyakit asma atau sesak nafas namun seiring berjalannya waktu semua bisa berubah.Aleana terbaring di ranjang rumah sakit dengan wajah pucat, punggung tangannya terpasang infus dan Aleana tertidur. Sungguh pemandangan yang membuat dada Saka terasa sesak. Saka duduk di samping tempat tidur Aleana menunggu Aleana yang masih
"Apa panic attack yang kamu alami karena ... aku?" tanya Saka dengan nada takut.Aleana yang sedang memejamkan matanya berusaha untuk tidur pun membuka kedua matanya dan menatap langit-langit kamar rawat inapnya. "Kalau saya bilang, iya. Apa Bapak bisa bersikap profesional dan jangan lagi membahas mengenai masa lalu?" tanya balik Aleana dengan nada dingin.Saka mengusap wajahnya dengan gerakkan kasar kemudian menyugar rambutnya dengan kedua tangannya dengan gerakan frustrasi. "Demi Tuhan, Aleana. Aku ingin kita kembali bersama. Aku bener-bener cinta sama kamu. Aku mau memperbaiki semuanya. Aku ingin memperbaiki kesalahanku. Aku sadar sudah jadi pria berengsek di masa lalu jadi biarkan aku memperbaiki semuanya," ucap Saka dengan nada memohon dan frustrasi di saat yang bersamaan.Aleana menyungingkan senyum sinis. "Tidak ada yang bisa anda perbaiki. Kaca yang hancur tidak bisa anda satukan kembali. Semua sudah hancur di masa lalu.""Jadi benar, aku yang mengakibatkan kamu mengalami pani
Pagi ini Saka kembali ke Jakarta bersama Aleana begitu Aleana diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit. Sementara itu Raka dan Kevin tetap tinggal di singapura untuk melanjutan urusan bisnis mereka. Aleana awalnya menolak untuk pulang terlebih dahulu karena dirinya merasa tidak enak pada Raka dan Kevin namun Raka meyakinkan Aleana membuat Aleana terbungkam. Aleana pada akhirnya pulang ke Jakarta bersama dengan Saka. FLASHBACK ON. Raka duduk bersebelahan dengan Kevin dan di sebrang mereka ada Saka yang duduk bersebelahan dengan Aleana. Mereka sedang berkumpul di kamar Raka karena Raka ingin menyampaikan sesuatu pada Saka dan Aleana. "Kamu dan Saka pulang saja ke Jakarta. Saya dan Kevin akan tetap di sini menyelesaikan apa yang ada disini..." ucap Raka pada Aleana kemudian Raka menoleh pada Saka, "Dan lo, Kak. Gue minta lo fokus urus kantor aja." "Tapi, Pak ... " "Tidak ada tapi, Aleana. Lebih baik kamu istirahat dan pulihkan diri kamu terlebih dahulu. Kalau saya tetap mempert
Jason mulai menyelidiki Aleana sesuai permintaan Saka. Saka sendiri mulai berusaha memenuhi permohonan Aleana selama dirinya menunggu hasil penyelidikan Jason. Saka merasa ada hal lain yang sudah terjadi dan membuat Aleana begitu berubah. Saka memulai harinya seperti biasa. Saka datang ke kantor dan mendapati Aleana sudah berada di meja kerjanya berkutat dengan komputer dihadapannya bersama dengan Lili. Saka menghela nafas kecil dan berusaha fokus dengan pilihannya untuk berusaha memenuhi permohonan Aleana untuk bersikap profesional.Pintu ruang kerja Saka diketuk. Saka yang sedang memakan sarapannya pun hanya tetap fokus dengan roti sarapannya. Dari ujung matanya, Saka bisa melihat bahwa pintu terbuka dan Aleana masuk ke dalam ruang kerjanya. Aleana berjalan mendekati meja kerja Saka."Selamat Pagi, Pak. Saya kesini mau menyampaikan jadwal Bapak hari ini," ucap Aleana yang baru masuk dan berdiri di hadapan Saka.Saka hanya mengangguk sambil memakan roti sarapannya dan mendengarkan j
Pagi ini Saka kembali ke Jakarta bersama Aleana begitu Aleana diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit. Sementara itu Raka dan Kevin tetap tinggal di singapura untuk melanjutan urusan bisnis mereka. Aleana awalnya menolak untuk pulang terlebih dahulu karena dirinya merasa tidak enak pada Raka dan Kevin namun Raka meyakinkan Aleana membuat Aleana terbungkam. Aleana pada akhirnya pulang ke Jakarta bersama dengan Saka. FLASHBACK ON. Raka duduk bersebelahan dengan Kevin dan di sebrang mereka ada Saka yang duduk bersebelahan dengan Aleana. Mereka sedang berkumpul di kamar Raka karena Raka ingin menyampaikan sesuatu pada Saka dan Aleana. "Kamu dan Saka pulang saja ke Jakarta. Saya dan Kevin akan tetap di sini menyelesaikan apa yang ada disini..." ucap Raka pada Aleana kemudian Raka menoleh pada Saka, "Dan lo, Kak. Gue minta lo fokus urus kantor aja." "Tapi, Pak ... " "Tidak ada tapi, Aleana. Lebih baik kamu istirahat dan pulihkan diri kamu terlebih dahulu. Kalau saya tetap mempert
"Apa panic attack yang kamu alami karena ... aku?" tanya Saka dengan nada takut.Aleana yang sedang memejamkan matanya berusaha untuk tidur pun membuka kedua matanya dan menatap langit-langit kamar rawat inapnya. "Kalau saya bilang, iya. Apa Bapak bisa bersikap profesional dan jangan lagi membahas mengenai masa lalu?" tanya balik Aleana dengan nada dingin.Saka mengusap wajahnya dengan gerakkan kasar kemudian menyugar rambutnya dengan kedua tangannya dengan gerakan frustrasi. "Demi Tuhan, Aleana. Aku ingin kita kembali bersama. Aku bener-bener cinta sama kamu. Aku mau memperbaiki semuanya. Aku ingin memperbaiki kesalahanku. Aku sadar sudah jadi pria berengsek di masa lalu jadi biarkan aku memperbaiki semuanya," ucap Saka dengan nada memohon dan frustrasi di saat yang bersamaan.Aleana menyungingkan senyum sinis. "Tidak ada yang bisa anda perbaiki. Kaca yang hancur tidak bisa anda satukan kembali. Semua sudah hancur di masa lalu.""Jadi benar, aku yang mengakibatkan kamu mengalami pani
"Pasien baik-baik saja untuk saat ini. Pasien memang mengalami demam dan berdasarkan cerita Bapak mungkin pasien memiliki riwayat sesak nafas. Namun untuk lebih pastinya saya harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan bertanya langsung pada pasien karena saya perlu mengetahui riwayat kesehatan pasien agar diagnosa saya lebih akurat," ucap sang dokter jaga ruang IGD itu pada Saka.Saka mengangguk menanggapi ucapan sang dokter. Saka merasa sedikit lega setelah tadi dirinya dengan panik membawa Aleana ke bagian gawat darurat. Untungnya Aleana dengan cepat mendapat penanganan medis sehingga kini kondisi Aleana jauh lebih baik. Yang Saka tau Aleana dulu tidak memiliki penyakit asma atau sesak nafas namun seiring berjalannya waktu semua bisa berubah.Aleana terbaring di ranjang rumah sakit dengan wajah pucat, punggung tangannya terpasang infus dan Aleana tertidur. Sungguh pemandangan yang membuat dada Saka terasa sesak. Saka duduk di samping tempat tidur Aleana menunggu Aleana yang masih
"Kev! Panggil dokter!"Kevin pun langsung menghubungi pihak hotel dan meminta bantuan mendatangkan seorang dokter ke kamar Aleana lalu kemudian Kevin dengan sigap langsung menghubungi Raka atasannya untuk memberikan kabar.Saka sendiri kini sudah membungkus tubuh Aleana dengan handuk dan mengangkat Aleana keluar dari kamar mandi. Saka dengan cepat mengangkat Aleana ke atas tempat tidur membuat tempat tidur Aleana basah karena Aleana masih mengenakan bajunya. Saka dengan sigap mematikan AC kamar Aleana sementara Kevin melakukan apa yang Saka perintahkan.Sepeninggal Kevin, Saka pun dengan segera mengambil baju Aleana dari dalam koper dan menggantikan baju Aleana. Saka tidak tega membuat Aleana menunggu orang lain untuk datang dan terus menggunakan baju basahnya. Saka akhirnya dengan segera menggantikan pakaian Aleana dan membawa pakaian basah Aleana ke kamar mandi dan menaruhnya dalam kantung laundry bag yang sudah disediakan pihak hotel.Walau membutuhkan usaha untuk menggantikan paka
ALEANA's DREAM ON.Sore hari dua orang anak manusia berada disebuah kamar dalam sebuah apartemen milik anak laki-laki itu. Keduanya terlibah sebuah pergulatan panas yang sama-sama baru mereka kenali. Pergulatan panas diantara kedua anak manusia itu seharusnya belum mereka lakukan diusia mereka yang masih sangat muda namun karena pergaulan mereka akhirnya keduanya terjerumus dalam sesuatu yang seharusnya belum waktunya mereka kenali. Keduannya sudah sama-sama polos tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi anggota tubuh mereka. Seragam putih abu-abu mereka teronggok dilantai dengan posisi bertebaran dilantai. Keduanya pun larut dalam kegiatan yang mereka lakukan dengan dalil suka sama suka."Aku berjanji ini tidak akan sakit sayang. Kita sama-sama pemula. Aku juga pertama kali melakukan ini. Aku mencintai kamu Leana. My Leanaaa," ucap si anak laki-laki sambil melakukan segala upaya untuk membuat anak perempuan yang berada dibawah kungkungan tubuhnya semakin rileks dan menerima setiap
Saka, Aleana, Raka dan Kevin kini sedang berada diruang kerja dalam Suite milik Raka. Semua orang bekerja dengan fokus. Terlebih Raka yang tidak menyangka semua kekacauan ini disebabkan oleh dirinya. Ya, Saka memang fokus mencari investor untuk mengembangkan perusahaan mereka dan kali ini perusahaan mereka membutuhkan suntikan dana untuk kelangsungan perusahaan.Sementara Aleana hanya diam bingung harus mengerjakan apa karena Raka dan Saka hanya memberi perintah pada Kevin. Aleana menyadari suasana tengang yang penuh tekanan sedang terjadi disini. Raka merasa bersalah atas apa yang terjadi sementara Saka pusing dengan apa yang sedang terjadi. "Gue bakal cari opsi lain Bang. Masalah ini bisa loe urus segera? Kita butuh dana itu sesegera mungkin," ucap Saka dengan wajah serius.Raka menghela nafas. "Bisa. Kasih gue waktu dua hari. Gue akan coba cari opsi lain."Saka mengangguk dan berdiri dari tempat duduknya lalu keluar dari ruang kerja itu. Saka berjalan menuju kulkas dan mengambi
Aleana kembali ke kamarnya yang berada satu lantai dibawah lantai dimana Suite Saka berada. Aleana memilih membersihkan diri kemudian mengatur alarm dan merebahkan dirinya dikasur. Tubuhnya terasa lelah terlebih kemarin Aleana kurang tidur. Dua jam tertidur Aleana terbangun karena Aleana merasakan ingin ke toilet. Aleana bangkit dan segera pergi ke toilet sekalian mandi bersiap untuk menjalankan kembali pekerjaannya. Sesuai dengan perintah Saka tadi, Aleana harus mengingatkan Saka saat jam makan malam tiba.Aleana mandi dan bersiap. Aleana mengambil HP nya yang berada di nakas tepat di samping tempat tidurnya dan melihat jam menunjukan pukul lima sore waktu Singapore. Aleana pun melihat ada beberapa pesan whatsapp masuk dari Liliana dan Aleana segera membukanya.[Liliana : Alea, Semua lancar?][Aleana : Tidak, ada masalah sekarang aku nunggu instruksi aja Mbak.][Liliana : Aku uda denger ceritanya dari Kevin. Kamu harus cepat tanggap untuk bantuin Pak Saka ya, Lea][Aleana : Baik Mba
Saka dan Aleana makan dalam diam. Aleana sama sekali tidak berniat untuk membuka pembicaraan dengan Saka. Aleana sudah berdamai dengan masa lalunya tapi untuk berusaha seakan-akan tidak terjadi apa-apa diantara mereka dimasa lalu masih terasa sulit. Saka menyadari keenganan Aleana berbicara padanya. Berdua bersama Aleana dalam hening seperti ini membuat Saka tidak nyaman karena dulu mereka selalu bercerita tentang apapun dan bahkan tertawa bersama tanpa beban dan itu terjadi sebelum Aleana mengetahui semua perbuatannya."Aku minta maaf," ucap Saka memecah keheningan.Aleana yang sedang makan tiba-tiba membeku. Gerakannya menyendok nasi dipiringnya terhenti. Aleana membeku diam."Aku salah menjadikan kamu taruhan bersama teman-temanku. Saat itu aku tersulut egoku untuk membuktikan perkataan mereka sehingga aku-""Aku sudah memaafkan kamu," ucap Aleana cepat.Saka yang tadinya berbicara sambil menunduk tiba-tiba mengangkat wajahnya mendengar ucapan Aleana. Saka terkejut dan menatap Ale