Senyum smirk terukir pada bibir ini dengan sedikit anggukan. Jantung mulai berdebar tak karuan. "Tentu saja aku siap." Kalimat itu terucap dengan keringat dingin dan adrenalin yang mulai terpacu dalam diriku.
Hernandez kemudian tersenyum smirk, dan itu diarahkan untukku. "Kita hanya perlu menyelinap. Namun, bila kita ketahuan oleh mereka. Maka siap-siap keluarkan senjata andalan milik masing-masing," jawabnya yang aku angguki dengan mantap.
Kami berdua pun mulai berjalan mengendap-endap secara perlahan, tapi Hernandez berjalan lebih dulu di depanku. Langkahnya terlihat sangat berhati-hati. Entah mengapa, aku teringat tentang Fero.
Jika mengingat masa lalu, tak sekali dua kali aku dan Fero mengendap-endap seperti ini. Terutama untuk bolos pada jam pelajaran guru killer. Sudah tak
Kata-kata yang tertera di panel hologram transparan itu membuatku membelalakkan kedua mata tak percaya. "Dari mana Anda mendapatkan informasi itu?" suara Hernandez kemudian terlontar, membuyarkan semua lamunanku yang sedang menatap layar hologram di depan mata.Aku mengalihkan pandangan. Menatap Hernandez dengan tubuh yang membeku di tempat sehabis mendengar pertanyaannya. Bagaimana cara aku menjawab pertanyaan itu? Masa iya harus membeberkan kalau sebenarnya diberitahu oleh sistem?Waktu semakin sempit. "Aku tak akan pernah menjawab pertanyaan itu. Lebih baik kita fokus untuk mengeluarkan semua kekuatan, seperti yang tadi kamu bilang," balasku menghindari pertanyaannya sambil menatap ke arah para Fire Goblin.Makhluk hijau yang hampir satu jenis dengan tuyul itu benar-benar terfokus pada kami."Baiklah, tak ada cara lain untuk menghindar selain melawan makhluk itu," balas Hernandez seraya menghela napas.Dia melangkah tepat ke samp
Melihat kalimat yang tertera pada sistem, aku langsung menganggukkan kepala. "Unghh!" bibir ini langsung meringis menahan sakit luar biasa setelah menganggukkan kepala dengan gerakan kecil.Sangking sakitnya, aku ingin berteriak dengan sangat keras dan berminat untuk menjambak seseorang kuat-kuat. Namun, suaraku tercekat dengan jari-jemari yang sangat sulit untuk bisa digerakkan. Nasib oh nasib.[Notifikasi! Karena Anda tidak mampu bergerak, maka sistem yang akan menggerakkan botolnya agar bisa diminum!]Sebuah botol berwarna hijau keunguan pun muncul di depan mulutku dengan tutup yang terbuka. Botol itu bergerak mempertemukan bagian bibir botol dengan bibirku. Sedikit-demi sedikit, cairan potion-nya masuk ke dalam mulut dan aku telan secara perlahan.Pahit dan pekat seperti kopi mentah tanpa ada gula atau susu. Aku ingin memuntahkannya keluar, tapi demi sembuh dengan cepat terpaksa harus kuteguk semua."Nyonya?" suara dari Henandez pun
Dia mengangkat pedang tinggi-tinggi, lalu mengayunkannya padaku. "Ghoaar!" teriakan para Fire Goblin dari kelompok empat yang merupakan hasil dari perkawinan silang itu menggema di ruangan. Berusaha mengarahkan kepala untuk melihat. Mereka mulai menembakkan gumpalan putih di ujung kaki laba-laba yang menancap di punggung mereka itu. Entah kebetulan atau bukan, gumpalan putih yang mereka lontarkan itu mengenai pedang besar milik Hernandez. Sontak saja, pedang yang dia ayunkan menuju leherku tadi langsung meleset, dan malah membelah batu yang tepat berada di atas bahuku. Bunyi angin bekas tebasannya pun mengalun sampai ke telingaku. Pikiranku langsung membayangkan bagaimana jika pedang itu benar-benar menancap pada leher. Seketika itu juga, leher ini akan langsung berpisah dan ditemani oleh darah. Tanpa peringatan, perasaan nyaman seperti diselimuti oleh selimut hangat pada saat berada di tengah badai salju menyelimuti tubuh. [Notifikasi! Efek samping berupa perasaan nyaman, sedang m
[Notifikasi! Sistem tak bisa menjawab pertanyaan Anda.] Aku tak lagi bertanya dan melirik ke arah Angklung-angklung yang melayang di belakang punggungku. Benda tradisional dari Indonesia, khususnya dari Jawa Barat ini menyesuaikan letak mereka sesuai gerakan postur tubuhku. Semasa digendong oleh Hernandez di lorong-lorong menuju tempat ini. Angklung itu melayang dan bergerak ke depanku berjejeran sesuai angka. Angka satu yang berarti do sedang di bagian kiri, berjejer sampai ke angka satu dengan titik di atasnya. Biasa, angka satu dengan titik di atasnya itu disebut do tinggi. Kemudian, di saat aku sedang terbaring dengan tubuh yang retaknya luar biasa. Angklung-angklung ini malah mengelilingi tubuhku, tapi tetap melayang sekitar lima sentimeter dari tanah. Aku mengulurkan tangan untuk meraih Angklung dengan beberapa angka favoritku dan Fero. Aku kebetulan teringat akan misi yang disuruh untuk membuat para tamu undangan, juga Fire Goblin mendengar melodi Angklung ini. Dadaku tera
Kalimatnya membuatku tertampar. Aku lupa dengan keadaan di sekitar yang berada di dalam perang. "Sistem, aku tak memiliki skill lain untuk menyerang para Fire Goblin itu. Apa kamu ada cara lain?" tanyaku melirik ke arah layar hologram di samping ini.[Notifikasi! Tentunya ada. Anda hanya perlu melakukan kultivasi jangka waktu singkat, atau menerapkan sebuah skill yang dibeli dari sistem.][Notifikasi! Jika Anda ingin membeli skill dari sistem. Pastikan telah memilih yang terbaik dan bisa digunakan sebaik mungkin. Sebab, Anda hanya bisa memilih 2 skill dari sistem.][Notifikasi! Namun, andai Anda ingin melakukan kultivasi jangka waktu singkat. Maka, Anda memerlukan buku pedoman kultivasi di sistem. Pembelian buku pedoman kultivasi itu tak terbatas. Hanya saja, setiap orang cuman bisa menampung satu aliran kultivasi. Jika lebih, mereka bisa mengalami cacat, atau bahkan kematian dalam jangka waktu dekat.]Salah satu alisku terangkat sebelah karena penasaran melihat itu. Menggunakan pedom
[Notifikasi! Benar! Para Fire Goblin tidak memiliki nama. Cara mereka berkomunikasi antar satu dengan yang lain adalah dengan menggunakan isyarat bahasa tubuh, dalam bentuk para Fire Goblin.] Aku terdiam tak bisa berkata, tapi mengalihkan pandangan pada para Fire Goblin. Mereka berkomu-nikasi dengan menggunakan isyarat bahasa tubuh. "Bagaimana caranya aku memanggil mereka dengan bahasa tubuh?" tanyaku pada diri sendiri dengan nada lirih. Berdecak pelan karena mendapatkan jawaban yang tak sesuai seperti ekspektasi. Berarti, aku tak bisa menggunakan skill mutlak ini untuk membuat mereka bertarung satu sama lain. Aku menghela napas pelan dengan tangan mengepal. Rasanya kepalaku sangat gatal memikirkan rencana yang baru saja gagal, bahkan sebelum dijalankan. "Ayo cari cara lain," gumamku menyema-ngatkan diri sendiri. Sebuah ide pun muncul tiba-tiba, ketika kepala sedang kosong dan tak tahu harus berpikir apa. Aku menolehkan kepala ke arah layar hologram yang berada di samping. "Sis
Tak lama berselang dari penjelasan sistem. Tubuhku mulai berubah jadi transparan, dengan beberapa bagian tubuh yang berubah menjadi partikel sekecil debu, tapi agak sedikit transparan. Samar-samar, pandanganku mulai terbagi ke tempat lain. Sedikit demi sedikit, tempat yang tadi samar itu mulai terlihat jelas dan jernih. Bersamaan dengan aku yang bisa melihat bentuk utuh tubuhku sendiri. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling, di mana aku berada di sebuah tempat luas layaknya stadium pertarungan romawi kuno, tapi dengan style dan design yang modern. Pandanganku terhenti bersamaan dengan reaksi tubuh menegang di tempat, saat melihat makhluk yang menjadi lawanku ; The Lord of Fire Goblin. Tingginya sekitar dua meter, kulit The Lord of Fire Goblin seperti tanah retak yang diisi lahar panas. Matanya merah menyala dengan tubuh dipenuhi otot. Ditambah, dia memiliki taring besar dari rahang bawah. Tubuhku bergetar dengan hebat layaknya sedang mengalami gempa. Ini tak sesuai ekspektasiku
Keringat dingin kembali memenuhi permukaan kulitku. Jika seperti itu, bagaimana caranya aku menang dari The Lord of Fire Goblin ini, saat sistem sudah mengeluarkan kalimat seperti itu. Rasanya aku ingin mengutuki diriku sendiri karena hal ini. Kenapa sebelumnya tak bertanya dulu pada sistem. "Apa ada cara lain, skill-skill yang aku miliki saat ini tak akan membuatku bertahan lebih lama," tanyaku berintonasi pelan sembari melirik ke arah sistem. [Notifikasi! Anda bisa membeli skill pada slot sistem, atau cara lainnya adalah membeli esensi alam seperti api, air, angin, tanah, petir, dan lain-lain untuk menambah kekuatan Anda pada Angklung.] Keningku mengernyit melihat itu. "Membeli esensi? Seperti apa esensi alamnya?" aku kembali melontarkan pertanyaan pada sistem. [Notifikasi! Bentuknya seperti bola kristal, tapi warna masing-masing bola berbeda. Tergantung elemen alam yang diwakilkan.] Aku mengangguk paham, tak ada waktu lebih banyak saat ini. Aku memilih untuk menanamkan esensi