Kalian tahu ulzzang? Nah Lydia Andrews adalah seorang ulzzang, follower IG-nya patut membuat iri. Dia juga memiliki fans club di aplikasi biru dan TikTok. Lydia itu artis sosial media, namun mengapa dia kini ada di pesawat menyebalkan ini?
Lydia melayangkan pandangannya ke luar jendela pesawat sambil mendengus kesal. Dia tidak mau meninggalkan kehidupannya di Korea Selatan, negara yang dipenuhi para Oppa. Tapi kalau tidak mau, Papa Kurnia tidak lagi membayar kartu kreditnya, sedangkan Lydia tidak bisa hidup tanpa kartu kredit. Seluruh kehidupannya dibayar menggunakan kartu hitam Papa Kurnia.
Saat mendarat, udara lembab langsung menyambutnya. Cuaca yang menyebalkan menyebabkan tubuh Lydia seketika terasa lengket dan gerah. Blus Lydia yang berbahan tile segera menempel pada badannya.
"Aish, menyebalkan sekali!" desisnya sambil mengipasi wajahnya.
Melihat sopir yang memegang kertas namanya, Lydia segera mendorong troli yang penuh dengan koper. Sebagian baju dan barang-barang sudah dikirim terlebih dahulu. Koper-koper ini hanya sebagian kecil dari sisa barangnya di Korea.
"Lydia Kurnia?" panggil Jacob mencocokkan foto di handphone dengan wajahnya. Dengan kesal Lydia menoleh dan menurunkan kaca matanya,
"Wajah secantik ini, dia bisa lupa?" tanyanya tak percaya dalam hati.
"Nona…Lydia Kurnia." Dia menjawab membenarkan sapaan yang digunakan.
"Seenaknya saja langsung panggil nama, dasar sopir tidak tahu diri," pikir Lydia menatap sinis pria yang masih memegang fotonya. Pria itu menutup handphone-nya. Lalu berjalan meninggalkannya di belakang.
"Dasar kutu kupr*t, seenaknya saja dia jalan duluan!" Lydia memaki dalam hati.
Hari itu, Lydia memakai rok mini dari kulit berwarna pink menyala dengan sepatu boots tinggi berhak jarum.
"Pria tolol itu tidak akan meninggalkannya untuk mendorong troli sendiri kan?" tanyanya dalam hati. Namun, pria itu berjalan semakin jauh, tidak peduli dengan kakinya yang sakit.
"Dasar kecoa terbang!"
Jacob sangat kesal ketika harus menjemput asisten di airport. Menurutnya ini tugas yang sangat aneh. Email berasal dari kantor pusat, bertanda 'urgent!' berwarna merah, seakan-akan kedatangan wanita itu mengalahkan semua pekerjaan yang lain. Bagaimana menjemput seorang asisten menjadi 'urgent!' dan tertulis harus Jacob sendiri yang melakukannya?
Ketika melihat wanita itu turun, Jacob langsung merasa muak dan saat wanita itu menurunkan kaca mata hitam untuk mengkonfirmasi namanya, Jacob segera meninggalkannya menuju mobil. Menurut Jacob, waktunya lebih berharga digunakan untuk mengerjakan beberapa dokumen yang dibutuhkan.
Setelah semua dokumen yang dibutuhkan selesai diperiksa, wanita itu akhirnya sampai dengan terseok-seok.
"Lamban sekali, model begini tidak akan kuat satu hari bersamanya," runtuk Jacob dalam hati.
Bekerja dengan Jacob berarti harus siap bekerja cepat dan tepat, tidak ada tempat untuk untuk pekerja lamban seperti 'Nona Lydia Kurnia'.
"Nama yang konyol, siapa yang memberikan nama anaknya, Nona?" dengusnya sebal.
"Buka pintunya!" teriak Lydia mengamuk.
"Sopir itu tidak akan menyuruh dia untuk mengangkat koper sebesar ini ke bagasi mobil sendiri kan?" tanya Lydia dalam hati, saat mendengar kunci pintu terbuka. Tapi pria itu tidak ada tanda-tanda untuk turun. Lydia seakan mau menangis karena frustasi.
Besok, dia akan mengadu kepada papanya, sopir tak sopan ini harus dipecat. Kalau bisa, sopir ini harus mengganti sepatu boots Christian Louboutin-nya, hak sepatunya menjadi rusak karena dia harus mendorong troli itu sendirian.
Lydia lalu mendatangi pintu sopir itu.
"Dasar kurang ajar, sepertinya dia benar-benar harus diberi pelajaran!" pikirnya geram. Dia mengetuk jendela mobil dengan kasar. Jacob menoleh dan melihat wajah marah wanita itu, .
"Apalagi sekarang?" batin Jacob, dia sudah cukup sabar menunggunya dalam diam, seharusnya wanita itu berterima kasih karena Jacob sudah mau datang menjemput.
Karena Jacob masih mendiamkannya, Lydia kembali mengetuk dengan lebih keras. Kakinya pegal dan mulai kesemutan, badannya lengket karena udara super lembab kota Jakarta. Hari ini adalah hari paling menyebalkan seumur hidupnya. Sopir itu menoleh dan membuka jendela.
"Sudah dibuka." ucapnya kesal. Lydia membelalakkan matanya, beraninya sopir ini berlaku tidak sopan padanya.
"Angkat, dan masukkan!" perintahnya sambil bertolak pinggang. Jacob menoleh tidak percaya akan apa yang Lydia barusan katakan.
"Kamu dengar kan apa yang saya bilang, angkat dan masukkan." Lydia menunjuk ke arah tumpukan kopernya di troli. Tapi sopir itu malah turun dan mendekatinya.
Tubuhnya yang tinggi besar langsung mengintimidasi Lydia. Dia berambut agak panjang dengan poni terbelah dua. Hidungnya mancung dengan alis yang tebal. Matanya tajam menatap marah ke arahnya.
"Percuma ganteng kalau cuma jadi sopir, tidak tahu diri lagi!" batin Lydia.
"Kamu angkat kopermu, masukan sendiri! Jika dalam 5 menit belum selesai, maaf, harus saya tinggal, karena urusan saya tidak hanya menunggu kamu!" Pria itu semakin mendekatinya. Namun, Lydia juga tidak mau kalah, dia maju mendekati Jacob sambil mendongak.
"Eh, beraninya kamu ngomong begitu sama saya! Kamu tuh sopir, tugas kamu bantu saya! masukin itu koper sekarang juga!" Lydia menyilangkan tangannya di depan dada sambil menghentakkan kaki. Dia sudah tidak peduli lagi dengan hak sepatu boots-nya, dia sangat marah!
Tapi yang pria itu lakukan adalah mendengus lalu masuk ke dalam mobil, meninggalkannya. Lydia memandang debu yang mengepul dari ban mobil yang berjalan cepat.
"Dasar kurang ajar!" Dia segera mengambil teleponnya hendak menelpon papanya. Tapi karena terlalu marah dia tidak bisa membuka kunci handphone-nya sendiri. Tanpa dia sadari air mata turun di pipinya.
Jacob menyetir dengan penuh amarah, "Dasar wanita tidak tahu diri." Dia melirik ke spion tengah mobil. "Cih, wanita mana yang naik pesawat pakai rok mini dan boots seperti itu?" Namun, seketika perasaannya tidak enak, dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari kaca spion untuk melihat wanita itu.
Wanita arogan itu menunduk terlihat kalah. Jacob melihat tumpukan koper di sampingnya, lalu melihat jam di dasbor mobil, sekarang sudah jam 10 malam. Jacob tahu dia pasti akan menyesalinya, tapi dia memutar balik dan kembali ke wanita itu.
Lydia terkejut karena mobil itu kembali berhenti di sebelahnya. Pria itu turun dan dengan tanpa bicara, membuka bagasi dan memasukkan kopernya satu persatu. Lydia segera menghapus air matanya dengan kasar lalu menatap pria itu. Entah kenapa perasaannya campur aduk melihat pria itu. Antara kesal namun berterima kasih karena dia kembali. Setelah selesai pria itu langsung masuk ke dalam mobil.
Lydia tercengang dan bingung menatap semua kejadian itu lalu berjalan pelan untuk membuka pintu belakang, tapi banyak barang berceceran di kursi sehingga dia terpaksa harus duduk di depan. Setelah dia memasang sabuk pengaman pria itu langsung menginjak gas.
Di dalam keheningan, tiba-tiba handphone Jacob berbunyi, dia mengangkatnya melalui speaker mobil karena masih menyetir.
"Yes, Jacob speaking." Lydia menatap ke pria di sebelahnya.
"Oh namanya Jacob, keren juga buat kelas sopir," batinnya.
"Halo Pak Jacob, Om Kurnia nih, bagaimana, sudah bertemu anak Om?"
"Pak Kurnia? Ini CEO grup PT ANZ?" batin Jacob langsung bergairah.
Tanpa sadar, dia melirik ke wanita di sebelahnya.
"Iya Papa, aku dah disini, lepek dan laper!" Lydia yang menjawab.
"Oke, good, Jacob, Om boleh minta tolong antar Lydia ke Le Maiden, Om juga ada harus berbicara sesuatu sama kamu." Dimintai tolong oleh CEO grup, Jacob tidak berani menolaknya.
"Baik pak, saya segera kesana."
Lydia menatap pria itu dengan penuh dendam, "Lihat saja sopir, habis kamu nanti," geramnya dalam hati.
Jacob melirik ke sebelahnya, email mengatakan dia menjemput asistennya. Kalau begitu anak dari pak Kurnia yang menjadi asistennya? Belum apa-apa kepalanya sudah pusing.
Mobil melaju dengan cepat karena kota Jakarta mulai sepi. Hari ini hari Minggu, semua orang akan kembali bekerja besok. Sebenarnya Jacob keberatan mengantar perempuan manja di sebelahnya, namun karena ini adalah perintah langsung dari pimpinan grup, mau tidak mau dia harus menurutinya.Wanita itu bernyanyi dengan sumbang mengikuti lagu dari earphone dengan duduk seenaknya. Lydia sepertinya lupa dia sedang memakai rok mini, pahanya yang tersingkap membuat Jacob agak resah, wanita itu bebas sekali.Setiap kali Jacob menoleh, matanya tanpa dikehendaki selalu melihat ke arah paha wanita itu."Jacob, tolong kontrol mata!" ujarnya dalam hati. Namun matanya terus melirik sampai mereka memarkir mobil.Setelah sampai, Jacob segera turun dan menuju pintu meninggalkan Lydia yang masih sibuk dengan tasnya. Penjaga pintu hormat dengan segan kepada Jacob. Lydia dengan kesal mengejar pria tinggi itu. Amarahnya sudah di
Hmm, Lydia menatap wajah tampan di hadapannya. Jadi seperti ini calon suaminya? Dia tahu dalam hidupnya semua sudah diatur oleh papanya, dari sekolah dimana, kuliah dimana, dan apa yang dia harus kerjakan. Jadi ketika papanya menjodohkannya, dia tidak terlalu kaget.Tapi setidaknya, dia seharusnya menikah dengan pria keturunan konglomerat juga. Bukankah seharusnya papa melakukan itu, agar perusahaan mereka semakin kuat? Tapi mengapa malah harus pria ini? Dia jauh lebih buruk dari mantannya, Jang Hanseo yang hanya memiliki pabrik. Pria Korea itu, masih kurang oke jika bersanding dengan anak pemilik grup gabungan ANZ. Tapi pria ini, dia malah hanya CEO perusahaan Lydia sendiri,"Papa sudah gila," gusar Lydia dalam hati.Kini pria itu mau mengajak bicara, pasti ingin segera melaksanakan amanat papa. Pria itu jangan berharap, Lydia tidak sudi bersanding dengan orang biasa."Mau ngomong apa?" Sambil melepaska
Lydia terbangun dengan kepala pusing dan mata pedih. Kepalanya sakit, karena terjatuh kemarin. Ada bukit kecil di bagian belakang kepalanya."Aish! semua ini karena kecoa terbang semalam, tapi bagaimana dia ada di tempat tidur?" Suara hatinya menyadarkannya. Dengan horor dia mendengar suara dengkuran laki-laki lalu menjerit sekeras-kerasnya."Bangun!!! Pergi kamu!" teriaknya sambil mengambil bantal lalu memukulnya sehingga pria itu terbangun. Tapi yang lebih parahnya ternyata Lydia tidak mengenakan apa-apa, dia menjerit semakin menjadi-jadi.Pria itu terbangun dengan kaget dan mengernyitkan dahinya. Lalu menatapnya dengan menyipit. Tapi setelah menyadari situasi dimana dia berada Jacob langsung bangkit dengan cepat. "Astaga! Kenapa dia jadi tidur disini?" pikir Jacob mencoba mengingat-ingat.Sepertinya dia tertidur saat beristirahat sebentar kemarin malam. "Kenapa dia jadi bisa ketiduran di sini?"
Lydia melirik lengan kekar di sampingnya. Pria itu hanya menatap lurus tanpa berkata apa-apa. Mereka mau kemana, dia tidak tahu. Namun yang memalukan adalah, perutnya terus bergetar, Lydia mencoba menutup perutnya agar suaranya tidak terlalu terdengar, tapi perutnya malah berbunyi lagi.Andai dia bisa makan daging panggang, atau sup tofu… tiba-tiba Lydia merindukan makanan yang biasa disantap di Korea Selatan. "Sup iga sapi ala Korea yang segar, nasi yang legit, betapa nikmatnya." Air liur menitik karena dia terus membayangkannya.Sudah ketiga kalinya Jacob mendengar bunyi perut wanita itu, semalam dia memang tidak makan apa-apa. Sepertinya dia juga belum sarapan dan malah langsung ke kantor. "Daripada bersolek dengan make-up tebal seperti itu, seharusnya dia makan." pikir Jacob mendengus kesal. Dia sendiri juga belum makan karena rapat, rencananya, dia akan makan di kantin kantor. Tapi karena wanita menyebalkan di sebelahnya, dia jadi h
Lydia seketika merasa lega saat Jacob keluar, namun tetap tak mau ke mejanya. Kenapa dia harus duduk di meja jelek itu? Baguslah Jacob mengejar wanita itu, kalau dari gelagatnya, sepertinya wanita itu menyukai Jacob. Dia mendengus sambil kembali mengangkat kakinya di meja, ambil foto dan segera post dulu di IG, "Sedang menikmati bangku CEO," ketiknya dengan semangat.Lalu muncul tiba-tiba undangan untuk join meeting di layar laptop. "Apa yang harus dilakukan, join atau tidak ya? Laptop terus berbunyi, dan berkedip, Aish… Jacob ke mana sih?"Dia tersenyum lalu meng-klik join. CEO, Lydia pasti bisa."Ava, kamu mau kemana? Tunggu sebentar," panggil Jacob, rambut sebahunya bergoyang saat dia berjalan cepat. Wanita itu berputar dengan wajah bingung."Maaf, aku harusnya tadi mengetuk dulu pintunya juga tidak terkunci, jadi aku langsung masuk saja.""Kenapa kamu harus ketuk pintu segala, nggak ada ap
Jacob menarik wanita itu sampai masuk ke lift. Lydia dengan kesal memegang pergelangan tangannya yang sakit."Kenapa kamu menarikku lagi! Sakit tau!" Lydia menunjukkan tangannya yang memerah. Jacob hanya mendengus dan melihat ke arah kamera lift. Kalau dia mencengkramnya karena kesal, tidak ada yang boleh tahu. Dia sangat kewalahan mengontrol Lydia, dia tidak seperti Ava yang tertebak isi kepalanya, apa yang Lydia lakukan benar-benar di luar kewajaran."Aku tidak mau kejadian tadi terulang lagi ya, kamu bukan CEO, kamu asisten." ujar Jacob ketus."Cih," Lydia berjalan cepat menuju mobilnya dengan perasaan mendongkol. Tapi saat dia hendak masuk ke mobilnya, Jacob ternyata mengikutinya."Apa lagi?" Lydia terkejut karena Jacob sudah berada dekat sekali dengannya."Kita harus bicara," Jacob seenaknya lagi menarik tangannya. Kenapa dia selalu harus menggandeng tangannya? Dan kenapa Lydia selalu me
Jacob selalu bangun jam 6 tepat, olahraga lalu mandi. Hidupnya harus terjadwal karena dia seorang yang sangat sibuk. Dengan penuh kebanggaan, Jacob menatap wajahnya yang tampan. Hari ini dia akan lebih memanfaatkan wajahnya, mengingat tadi malam dia sukses mencuri sebuah kecupan lagi darinya, sepertinya tidak perlu 20 kali, Lydia Kurnia sudah jatuh dalam pelukannya.Jacob langsung menuju kantornya. Saat dia lewat, ada tatapan dan bisik-bisik menyebalkan, lalu saat dia semakin dekat ke kantornya, dia tahu mengapa semua karyawannya memperhatikannya.Ternyata wanita itu sudah ada di kantornya dan dia memasang lagu korea kencang-kencang sambil bernyanyi sumbang. Pantas saja semua orang melihatnya, wanita itu selalu tahu bagaimana membuat Jacob semakin malu."Lydia!" hardiknya saat memasuki ruangan. Wanita itu menoleh pelan sambil mengikir kukunya."Ya?" Dia tersenyum manis, dia memang sudah sengaja datang pagi-pagi, da
"Kecoa…, dia malah mengikutiku, usir dia Jacob!" teriaknya panik sambil mengintip dari balik jas Jacob.Tapi saat Jacob bergerak mau menangkap, kecoa itu malah berlari mendekati mereka, dengan panik Lydia segera naik ke dalam gendongan punggung Jacob. Wanita ini benar-benar penakut, Jacob mendengus kesal."Jacob, kecoanya malah kesini!" Dia panik dan hampir menangis ketakutan. Lydia memang sangat takut dengan kecoa, bahkan kebanyakan mimpi buruknya pun tentang kecoa.Jacob segera memukul kecoa itu dengan sepatu, yang entah bagaimana ada sebelah di sampingnya. Memang Jacob menyadari rumahnya berantakan sekali. Setelah kecoa malang itu mati, Lydia baru berani turun dari punggung Jacob."Aku takut kecoa," gumamnya pelan, Jacob mendengus geli. Tak perlu diberi tahu, Jacob juga sudah tahu dia sangat takut dengan kecoa, bahkan pingsan kemarin juga karena kecoa."Rumahmu sih ko
Lydia menatap perutnya yang datar lalu menatap foto hitam yang dokter itu berikan kepadanya. Dokter itu malah menatap Jacob dan Lydia dengan bingung.“Lho, kenapa? Kalian tidak mau anak ini, usianya sudah 6 minggu, sudah 1 bulan 2 minggu umurnya. Dia bayi yang sehat, walau mungil.” Lydia menatap Jacob dengan tidak percaya. “Dia hamil. Dia sungguh hamil!” pikirnya dalam hati.Jacob segera menarik Lydia dan menciumnya di seluruh wajahnya, sampai dokter ikut tertawa.“Saya pikir kalian sudah tahu?” ujarnya tertawa melihat reaksi Jacob.“Bayinya perempuan kan dok ?” Dokter tertawa lagi,“Tunggu ya, di bulan ke-4 bar
"Papa terus menunggu kalian kembali bersama, tapi kalian tak pernah kembali, karena itu, papa harus membuat ini.""Ini apa?" Lydia bingung."ANZ tidak mengalami penipuan pajak, semua itu hanya buatan," jawab Adam pelan, sambil menunduk meminta maaf pada Jacob.Lydia dan Jacob segera berpandangan dengan bingung."Maksudnya bagaimana, Adam?" tanya Jacob meminta penjelasan. Papa Kurnia kembali menepuk pundak Jacob."Papa yang meminta Adam melakukan ini semua,— semua penggelapan pajak, itu hanya rekayasa, penangkapan papa semua itu hanya buatan, agar Lydia kembali ke Jakarta. Sebenarnya, papa pikir papa haru
“Kenapa, mau coba lagi?” tanya Jacob bersemangat, yang langsung ditimpuk bantal oleh istrinya. Jacob tertawa menangkap bantal itu lalu menarik Lydia dalam pelukannya.“Kenapa, kamu tidak mau?” Jacob kembali memainkan jarinya di perut Lydia yang rata. Wanita itu bangkit miring ke arah suaminya, rambutnya yang panjang jatuh cantik di pundaknya sebelah kanan. Jacob kembali terpesona akan kecantikan alami istrinya.“Walau badanmu berubah aku akan tetap mencintaimu,” guman Jacob mendongak dan mengecup ujung hidung istrinya. Wanita itu mendengus kesal, “Apakah dia serius berpikir aku sedangkal itu?” sungut Lydia dalam hati.“Bukannya tak mau, tapi apakah aku bisa menjadi ibu yang baik, mengurus anak, membesa
Mata Lydia dan Jacob serempak membulat karena kaget. Papa Kurnia segera melenggang keluar dari pintu tahanan dengan seenaknya. Dia hanya melambai pada penjaga dan pria itu membuka pintu sehingga pria tua itu bisa mendekati anaknya. Dia menarik Lydia dalam pelukannya. Lalu Jacob juga. Karena terlalu bingung mereka hanya bisa terdiam dalam pelukan pria itu. “Ah papa kangen sekali dengan kalian,” ucapnya sambil menatap Lydia lalu Jacob. “Mana salad roll papa? Papa mau makan.” Lydia dengan bingung memberikan kantong plastik itu ke papanya, dan pria itu segera mengeluarkan salad rollnya dan membuka bungkusnya. “Ayo kita ke ruangan Pak Rangga,” ucapnya dengan mulut penuh salad. Pria itu berjalan dengan santai seakan kantor
Lydia tidak dapat menahan amarahnya lagi, dia bukan lagi menampar mulut tidak beradab itu tapi mengepalkan tangannya dan menonjok wajah jelek di hadapannya dengan sekuat tenaga. "TUTUP MULUTMU JELEK!" jeritnya dengan sekuat tenaga, Ava terpelanting tersungkur jatuh di kaki Lydia, dia kembali maju dan saat Lydia mau menendang Ava, Cleon masuk dan menahannya. "Biarkan aku, Cleon, mulutnya mau aku kasih sabun!" teriaknya memberontak. Tapi Cleon menariknya segera dan membawanya ke keluar dari toilet. Jacob berlari keluar saat mendengar suara istrinya memekik. Dengan panik dia mencari Lydia yang sedang memberontak dalam pelukan Cleon.
Ava tidak percaya kalau Jacob sudah dipecat dengan semudah itu. Dan menurut informannya, pria itu bahkan tidak melakukan perlawanan. Ava akan membantunya, Dia akan membantu Jacob kembali menjadi CEO, dengan itu akhirnya pria itu menyadari betapa besarnya cintanya kepada pria itu dan mereka akhirnya bisa kembali bersatu.Tapi betapa kagetnya saat pintu lift terbuka, dia melihat wanita brengsek itu ada lagi di hadapannya, bukankah wanita itu sudah disingkirkan kemarin, kenapa dia bisa muncul kembali? Ava mendesis kesal dalam hatinya.“Ah Ava, apa kabar? Kamu terlihat cantik,” puji Lydia menatap Ava yang mengenakan baju persis Lydia dulu. Wanita itu mengkopi bajunya persis. Sejak kembali ke Korea lalu kembali ke Jakarta sekarang, gaya Lydia berubah. Dia lebih dewasa dan bijaksana memilih baju. Dia menghilangkan kegilaannya a
“Sayang? Lydia?” panggilnya lagi, kembali masuk ke dalam kamar tidurnya. Dia teringat akan teleponnya, tapi saat dia memanggil telepon Lydia, deringnya terdengar di kamar mandi. Dengan heran dia langsung menuju kamar mandi. Istrinya dengan bingung menatapnya. Wanita itu berdiri hendak mengangkat handphonenya yang berdering.“Kamu ngapain telepon aku?” tanyanya bingung, badannya masih penuh sabun. Wanita itu kembali meletakkan handphonenya di lemari handuk lalu dia segera kembali berjalan ke arah Jacuzzi. Tapi Jacob segera menariknya dan memeluknya erat-erat.“Aku pikir aku kehilanganmu!” ucapnya dengan penuh emosi, dia memeluk tubuh Lydia yang basah tanpa peduli lalu menciumnya dengan sepenuh hati.“Jacob, ada apa sih?&rd
Jacob tiba-tiba saja sudah kembali di atas Lydia, menidihnya sehingga Lydia memekik kegirangan. Hanya 1 hari Lydia dapat bertahan, konyol sekali, Dia memandang wajah tampan suaminya dengan susah payah, karena hentakan demi hentakan yang Jacob berikan membuat Lydia tidak dapat berkonsentrasi, dia tadi sedang berpikir apa? Tapi inti tubuhnya terus memberikannya sensasi yang luar biasa, entahlah apa yang dia pikirkan tadi, dia hanya ingin selalu bersama suaminya, setelah mendengar pengakuannya tadi, Lydia tidak mau lagi berpura-pura. “Aku mencintai pria ini, sangat mencintainya,” pikirnya sambil menggigit bibir bawahnya, menahan desahan yang mau keluar, tapi dia tak dapat menahannya lagi.“Ja...cob,” pekiknya saat Jacob menyentuh bagian atas dirinya dan memuntirnya dengan tanpa ampun.“Sakit? Ta
“Kamu luar biasa sayang, aku merindukanmu, sangat merindukanmu,” ucap Jacob mendesah sambil mulai mengelusnya di sana. Lydia terkesiap dan membuka matanya. Mereka kembali bertatapan, Jacob mengelus pipi Lydia lagi sambil menundukan wajahnya. Saat bibir mereka bertemu, erangan yang dari tadi Lydia coba tahan akhirnya terlepas. Mereka terjatuh di atas tempat tidur di belakang mereka. Jacob langsung mengambil posisi dan melepaskan bra yang sudah terbuka tadi ke lantai.Lydia tersenyum manja lalu mulai melepaskan kancing demi kancing kemeja suaminya, dasinya entah di mana, dia kah yang membukanya? Atau suaminya kah? Dia sudah tidak ingat, karena kecupan pria itu sangat nyata membuat tubuhnya menggeliat dengan nikmat di atas tempat tidur. Jemarinya dengan susah payah melepaskan kemeja itu dari tubuh suaminya. Saat akhirnya terlepas, Lydia meletakkan tangannya di perut suaminya ya