Share

Bab 5. The Demon

Author: Rusmiko157
last update Last Updated: 2022-11-27 11:49:36

Pada hari-hari tertentu, Dreyfus mengizinkan anak buahnya untuk berpesta. Hal ini dilakukan agar mereka tidak terlalu tertekan dalam melaksanakan tugas masing-masing. Carnicero memang bukan organisasi resmi yang didirikan oleh pemerintah. Namun, pekerjaan yang mereka ambil terkadang lebih berat dari pekerjaan badan intelijen pemerintah atau pasukan elit angkatan bersenjata di bawah naungan NAVY SEAL.

Bagi anak buah Dreyfus, meski pesta semacam itu hanya diadakan di bar yang ada di markas, namun terasa sangat menghibur. Mereka bisa merilekskan otak dan otot setelah menjalankan misi yang bahkan beberapa dari mereka melakukan misi selama berbulan-bulan. Kembali dan disambut dengan pesta sederhana seperti itu, membuat hubungan di antara mereka semakin erat. Tak hanya sebagai rekan kerja namun juga sebagai keluarga.

Candaan dan tingkah konyol beberapa orang membuat yang lain turut tertawa terbahak-bahak. Satu-satunya orang yang tampak tak menikmati pesta tersebut hanyalah Joseph. Pria itu duduk di sudut ruangan dengan sebotol bir di tangan yang masih utuh sambil memandangi kegilaan anak buah Dreyfus yang membaur dan setengah mabuk. Sampai tiba-tiba terdengar suara seorang wanita menyapa indera pendengaran pria tersebut.

“Menyendiri, hum?” Wanita itu berdiri di samping Joseph sambil menggenggam gelas berkaki berisi wine.

Joseph berpaling dan mendapati Jill dengan pakaian seksinya sedang menyesap cairan berwarna merah dalam gelas. Pandangan wanita itu mengarah pada rekan-rekannya yang sedang menikmati pesta.

Tak menjawab, Joseph menenggak bir dari botol sambil memalingkan wajah.

“Ini adalah hadiah dari Dreyfus setelah kami semua melaksanakan misi,” ujar Jill memberitahu.

Masih tak menanggapi, namun Joseph adalah pendengar yang baik. Matanya boleh saja fokus pada orang-orang yang sedang bercanda di depan sana tapi telinganya tetap mendengar apa yang disampaikan Jill dengan baik.

Jill terkekeh. Sama sekali tak tersinggung meski dirinya tampak seperti sedang bermonolog. Sebelum membawa Joseph ke ruang konferensi, Dreyfus telah menceritakan semua tentang pria tersebut kepada Gladiator-gladiatornya. Termasuk tentang Camila yang tewas pada malam itu.

“Kau merindukannya?” tanya Jill, “istrimu.” Wanita itu menambahkan seraya berpaling pada Joseph.

Sayangnya, si pria masih membungkam mulut rapat-tapat, tak berniat menanggapi ucapan ataupun pertanyaan Jill meskipun dia sangat merindukan sang istri yang telah tiada.

“Aku mengerti. Dreyfus sudah menceritakan semuanya kepada kami sebelum kau datang. Dan … oh, aku turut berduka cita. Sungguh,” ucap wanita itu lagi sambil setengah memutar badan ke arah Joseph. Ekspresi yang tergambar di wajahnya menunjukkan seolah Jill sangat bersedih dengan apa yang menimpa Joseph, meski sebenarnya itu hanya gimmick.

Kendati berbulan-bulan telah berlalu, namun sesungguhnya rasa sakit karena kehilangan sang istri masih terasa begitu mencabik hati. Joseph menggenggam botol bir di tangannya dengan kuat ketika Jill menyinggung tentang Camila. Percayalah, pria itu sedang berusaha keras menahan diri untuk tidak membungkam mulut Jill agar tak membicarakan masalah ini lagi di hadapannya.

Beruntung wanita itu segera mengalihkan pembicaraan. Netra satin grey wanita itu begitu jeli menangkap mikro ekspresi yang ditunjukkan oleh Joseph. Dia mengerti, dia tahu bahwa pria tersebut tidak suka jika dia membicarakan tentang hal ini. Kematian Camila masih menjadi topik yang sangat sensitif bagi Joseph.

“Kabarnya, Dreyfus menerima tawaran untuk bekerja sama dengan pemerintah. Sepertinya ini akan menjadi kasus besar yang harus diselesaikan,” kata Jill yang lantas menyesap cairan berwarna merah dalam gelas berkaki di tangannya.

Saat itu, Joseph berpaling dengan raut penasaran.

“Pemerintah?” tanyanya, kali ini dia terlihat tertarik dengan topik pembicaraan.

Jill menoleh hingga sesaat pandangannya bertemu dengan netra biru Joseph yang mengantarkan getaran aneh tersendiri di dalam dadanya. Rasa kagum akan sosok pria itu membuat wajah cantik Jill tampak merona. Sampai-sampai dia harus segera memalingkan wajah karena salah tingkah.

Sudah banyak pria yang singgah dalam hidup Jill. Namun, Joseph terlihat berbeda. Jill merasakan aura yang begitu kuat dari pria tersebut yang membuat wanita itu terpesona bahkan sejak pertama kali dia melihatnya.

Jill berdehem untuk menetralkan perasaan. Dia juga menyibak rambut yang menutup dahi untuk mengusir rasa gugup yang tiba-tiba menyerang. Sungguh, Jill tak pernah merasa seperti ini sebelumnya pada seorang pria. Joseph adalah satu-satunya pria yang mampu menyalurkan debaran aneh dalam dadanya. Membuat jantung di dalam sana berdetak dengan seenak hati, tak peduli pada si Pemilik raga yang merasa kuwalahan menahan sensasi yang dihantarkan.

“Ya. Pemerintah,” jawab Jill membenarkan sesuai dengan informasi yang dia dapat.

“Apa selama ini kalian juga bekerja sama dengan pemerintah?” Joseph semakin terlihat ingin tahu.

“Tidak. Maksudku … selama aku bergabung di sini, Dreyfus tidak pernah sekalipun menerima kerjasama dengan pemerintah. Karena mereka … ah, maksudku … terkadang mereka bisa menjadi klien yang tidak menyenangkan,” terang Jill.

“Andrew Reyes. Apa kalian pernah bekerja sama dengannya?” tanya Joseph lagi.

Pria itu mengira bahwa Dreyfus mengetahui segala sesuatu tentang dirinya dari ayah mertua yang tidak mengakui dirinya tersebut. Dreyfus memang menyelamatkan dirinya dari kematian. Namun, hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa pemimpin Carnicero itu tidak berbuat licik terhadap dirinya. Bisa saja anak buah Andrew yang menyerang dirinya usai pernikahan sederhananya dengan Camila, sebenarnya adalah anak buah Dreyfus. Menyerang lalu berpura-pura menyelamatkan. Terdengar familier, bukan?

“Andrew Reyes. Siapa yang tidak kenal dengan pria berkuasa itu? Aku bahkan pernah ber—umh … maksudku … aku pernah bertemu dengannya dalam sebuah pesta. Dan ya … sekali lihat saja aku tahu pria itu sangat berbahaya. Namun ….” Jill menjeda ucapan, menatap Joseph dengan penuh arti lalu melanjutkannya, “Aku salut padamu yang berani mencuri harta paling berharga dari pria itu. Camila Reyes.”

Joseph dan Camila pertama kali bertemu dalam acara bazar amal. Pada saat itu, keduanya saling jatuh cinta sejak pertama mata mereka berjumpa. Menjalin hubungan secara diam-diam hingga akhirnya Andrew Reyes mengetahui hal tersebut. Berbagai cara Andrew lakukan untuk memisahkan Joseph dan Camila. Termasuk dengan membawa Camila ke luar negeri.

Seolah Joseph dan Camila memang sudah ditakdirkan untuk bersama. Ah ralat! Joseph adalah pria yang sangat gigih dalam memperjuangkan cinta. Sehingga pria itu pun melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan cintanya kembali. Dia bahkan rela mengejar putri Andrew itu hingga ke tempat di mana wanitanya disembunyikan.

Kegigihan itu Joseph tunjukkan dengan cara menculik Camila dari rumah persembunyian dan membawanya ke Florida untuk kemudian dinikahi, sebelum akhirnya wanita itu tewas dengan tragis saat berusaha melepaskan diri dari orang-orang yang dikirim oleh ayahnya.

“Apa yang diminta pemerintah dari Dreyfus?” tanya Joseph untuk mengalihkan pembahasan tentang Camila.

Jill terkekeh dengan merdu. Rambut brunette bergelombangnya tampak mengayun saat wanita itu menundukkan kepala. Dia merasa cara Joseph mengalihkan pembicaraan sangat lucu. Entah di mana lucunya, yang jelas dia hanya ingin tertawa mendengar pria itu bertutut kata.

“Bisa dikatakan Dreyfus yang merampok pemerintah untuk misi ini,” jawab Jill.

Kerutan di dahi Joseph menunjukkan seberapa besar rasa penasaran pria itu terhadap apa yang diucapkan Jill.

“Kau tidak akan percaya jika aku mengatakan berapa banyak Dreyfus meminta bayaran untuk misi ini. Aku rasa Dreyfus sudah gila dengan meminta nominal sebanyak itu.” Jill menggeleng dengan satu sudut bibir terangkat.

Sejenak kemudian Jill menghela napas panjang. Melepasnya dengan sedikit keras hingga bahunya terlihat ikut melorot.

“Tapi cukup sepadan dengan misi yang harus dijalankan,” ujar wanita itu kemudian.

Jill berpaling pada Joseph, menatap pria itu dengan serius. “Kau pernah mendengar siapa penguasa perdagangan senjata ilegal dan obat-obatan terlarang di negara ini? Oh, dan bahkan di sebagian besar wilayah Amerika Selatan.”

Joseph menggeleng. Dia memang pernah mendengar mengenai kartel-kartel yang memperjual-belikan senjata ilegal dan obat-obatan terlarang di negaranya. Namun, selama ini Joseph tidak pernah memberikan perhatian lebih untuk hal itu. Dia lebih suka berkutat dengan dunianya sendiri.

“Kau tahu pemilik The Great Palace? Zen Aberdein. Tidak banyak yang tahu bahwa pria itu sangatlah berbahaya. Dia adalah salah satu pemimpin kartel besar yang selalu lolos dari investigasi pemerintah,” ungkap Jill.

Ya, Joseph tahu hotel yang dimaksud oleh Jill. Hotel bintang lima yang tersebar di berbagai negara, tapi dia tak pernah tertarik untuk mengulik siapa sebenarnya sosok pemilik hotel tersebut.

“Apakah pria itu yang menjadi targetnya?” tanya Joseph.

“Tidak ….” Jill menggeleng sambil menggerakkan telunjukanya ke kanan dan kiri. “Bukan dia, tapi saingannya. The Demon.”

“The Demon?” Untuk nama ini, Joseph baru pertama kali mendengarnya.

“Ya. Hanya saja … tidak pernah ada yang tahu siapa pemimpin kartel itu sebenarnya. Keberadaannya seperti hantu yang tidak terdeteksi. Bahkan pemerintah kesulitan untuk mengungkap siapa orang nomor satu di kartel itu.”

“Karena itu pula Dreyfus meminta bayaran tinggi untuk misi ini,” tebak Joseph.

“Tepat sekali!” Jill membenarkan. “Dan kau tahu apa kejutannya?”

Joseph menyipitkan mata, menatap penuh tanya pada Jill yang menggantung ucapan.

“Kita,” ucap wanita itu dengan satu sudut bibir yang terangkat. “Dreyfus akan menyerahkan misi itu pada kita.”

Related chapters

  • JOSEPH HUNTER (Fight for Trust)   Bab 6. Hypnotic

    Jill sama sekali tidak terlihat seperti sedang bercanda ketika mengatakan bahwa Dreyfus akan menyerahkan misi tersebut kepada mereka. Wanita itu justru terlihat begitu antusias. Hanya saja … Joseph tak memiliki bayangan apa pun tentang misi yang dibicarakan oleh Jill.Apa yang harus dia lakukan dalam misi itu? Menghabisi nyawa seseorang? Meratakan markas kartel yang menguasai sebagian besar wilayah Amerika Selatan itu dengan bom berdaya ledak tinggi? Atau dia harus datang ke markas The Demon untuk berduel dengan anggota kartel tersebut?Joseph sama sekali tak mengerti. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Entahlah, Joseph merasa bahwa dia tidak seharusnya berada di tempat itu. Misi, kerjasama dengan pemerintah … itu semua omong kosong!“Dreyfus berjanji padaku bahwa dia akan memberiku jalan untuk membalas dendam kepada Andrew Reyes. Aku tidak seharusnya berada di dalam misi itu,” sangkal Joseph.Jill mengibas tangan di depan wajah dengan senyum miring saat berpaling sekejap dari

    Last Updated : 2022-12-20
  • JOSEPH HUNTER (Fight for Trust)   Bab 7. Pretty Predator

    Tidak seperti yang Joseph pikirkan sebelumnya. Penampilan Jill memang sangat menipu. Paras cantik serta tubuh indah yang dikombinasikan dengan pakaian seksi, nyatanya menyembunyikan sosok predator yang sangat berbahaya di dalam diri wanita itu.Jika semula Joseph meremehkan kemampuan wanita itu hanya berdasarkan apa yang dia lihat dari luar, maka sekarang Joseph harus membuang stigma itu dari dalam pikirannya. Jika Jacob dan Helena terlihat tangguh dalam sekali lihat, maka dia harus mengenal Jill terlebih dahulu untuk bisa melihat kemampuan wanita itu yang sesungguhnya.Tak hanya ahli dalam menembak. Jill juga memiliki kemampuan bela diri yang sangat mumpuni. Malah bisa dikatakan kalau Jill memiliki hal lain yang membuat kemampuan berkelahinya menjadi semakin hebat. Wanita itu menggunakan pesonanya untuk memancing kelengahan lawan lalu menyerang tanpa ampun.“Tunjukkan kemampuanmu!” Di tengah matras, Jill memasang posisi kuda-kuda dengan senyum manis yang mengeluarkan aura mematikan.

    Last Updated : 2022-12-20
  • JOSEPH HUNTER (Fight for Trust)   Bab 8. We are Family

    “Apa kau bilang?” tanya Joseph saat tak begitu jelas mendengar apa yang diucapkan oleh Jill. Pria itu lantas mengangkat badan, duduk sambil melepas napas panjang seolah merasa begitu lega bisa bernapas kembali dengan baik.Wanita itu berpaling dengan bibir yang setengah terbuka. Kemudian dia menjilat bibir bawah dan menjawab, “Bukan apa-apa. Aku hanya mengatakan kau harus banyak berlatih. Kemampuan bertarungmu masih perlu diasah lagi. Fokusmu juga kurang baik. Dan satu lagi! Dalam bertarung, jangan pernah menggunakan hati. Empati bisa membuatmu mati!”Sungguh pandai Jill bermain kata-kata. Meski dari sikap dan tatapannya, wanita itu terlihat sangat jelas mengagumi Joseph. Namun, lidah wanita tersebut tetap terkontrol untuk memainkan kata.Mungkin benar, Joseph sudah tidak asing lagi dengan perkelahian jalanan. Namun secara teknik, melawan Jill saja dia masih kuwalahan. Ya, Joseph menyadari hal itu.“Aku tahu,” sahut Joseph.“Berlatihlah lebih banyak. Jadi ketika perintah untuk melakuk

    Last Updated : 2022-12-20
  • JOSEPH HUNTER (Fight for Trust)   Bab 9. Worth It

    Meninggalkan Joseph di ruang berlatih, Jill masih mengenakan pakaian latihan kala menemui Dreyfus. Wanita itu melangkah dengan anggun. Dadanya tampak membusung, punggung tegak, dan dagu terangkat. Jill mengayun kaki jenjangnya menuju ruang kerja Dreyfus yang terletak cukup jauh dari tempatnya berlatih bersama Joseph.Ruang kerja Dreyfus terlihat jauh dari tempat berlatih karena untuk menuju ke sana, perlu melewati beberapa pintu serta lorong yang bisa menyesatkan siapa saja yang belum hafal dengan markas Carnicero. Oh, dan jangan lupakan bahwa Jill harus menaiki lift untuk dapat menjangkau tempat tersebut. Bahkan Joseph sekalipun belum pernah datang ke ruang kerja Dreyfus. Hanya beberapa orang yang memiliki akses khusus yang bisa datang ke sana. Para Gladiator adalah salah satunya.Setelah berjalan melewati jalur yang berputar-putar, Jill tiba di depan sebuah pintu besi dengan kunci digital yang ada di samping pintu. Dia harus menekan beberapa kombinasi angka untuk membuat pintu itu t

    Last Updated : 2022-12-20
  • JOSEPH HUNTER (Fight for Trust)   Bab 10. Longing

    Semua sudah diserahkan kepada Jill. Pelatihan yang akan dia berikan kepada Joseph, tentu tak hanya dalam hal beladiri. Seorang Gladiator tak hanya harus memiliki kemampuan bertarung yang mumpuni. Tak jarang mereka harus melakukan aksi spionase yang mana itu membutuhkan keahlian menyamar dan membaur yang baik.Setelah pembicaraannya dengan Dreyfus, Jill kembali ke kamar untuk membersihkan diri. Letak kamar yang bersebelahan dengan milik Joseph, membuat gerak kaki wanita itu terhenti ketika tiba di depan pintu. Dia tidak tahu apakah Joseph sudah kembali ke kamar atau belum. Namun, ada hal yang menggelitik di dalam batin Jill hingga wanita itu nekat mengayun kaki ke kamar yang bukan miliknya, yaitu kamar Joseph.Perlahan, dia gerakkan tangan ke arah gagang pintu dan menyentuhnya dengan hati-hati. Saat sudah mendarat di sana, Jill tak langsung memutarnya. Wanita itu menipiskan bibir sambil mengumpat dalam hati.“Apa yang terjadi padaku?” gumam Jill seraya melepaskan tangan dari gagang pin

    Last Updated : 2022-12-20
  • JOSEPH HUNTER (Fight for Trust)   Bab 11. Succeed or Die

    “Apa yang kau lakukan di kamarku?” Joseph melipat tangan di depan dada sambil menatap Jill dengan mata menyipit. Menelisik alasan wanita itu masuk ke kamar bahkan berani merebahkan tubuhnya di atas ranjang.Jill tampak membuka dan menutup mulut seperti seekor ikan. Ingin mengatakan sesuatu namun tak ada sepatah kata pun yang mampu terucap dari lisan. Ini sangat bukan Jill yang biasanya. Tertangkap basah saat menyelinap ke tempat yang tidak seharusnya dia datangi adalah hal biasa. Namun dia selalu mendapatkan cara untuk mengelak dan mencari alasan untuk menutupi maksud yang sesungguhnya.Hanya saja … saat berhadapan dengan Joseph, apalagi tertangkap basah oleh pria tersebut, Jill mendadak kehilangan kemampuan itu. Tubuhnya seakan lumpuh, tak dapat bergerak ataupun berbicara.“Kenapa kau ada di sini?” tandas Joseph lagi dengan tatapan kian menajam. Pria itu menggulir pandangan ke sekeliling, seperti sedang mencari sesuatu yang dirasa tak biasa ada di sana atau sesuatu yang sekarang leny

    Last Updated : 2022-12-20
  • JOSEPH HUNTER (Fight for Trust)   Bab 12. Beat You Down

    “Lebih cepat! Gunakan tenagamu, Hunter! Kau terlihat seperti anak kecil yang merajuk dengan pukulan semacam itu!” teriak Jill dari tepi ruangan.Sementara itu terdengar suara Joseph yang sesekali akan berteriak saat sedang mengeluarkan tenaga yang lebih banyak. Setelah satu bulan berlatih Wing Chun, kini Joseph mulai bisa menguasai ilmu beladiri yang menekankan pertarungan jarak dekat, pukulan cepat, dan pertahanan yang ketat untuk mengalahkan lawan.Di tepi ruang berlatih, Jill tersenyum puas melihat kemampuan Joseph yang sudah berkembang dengan sangat pesat. Dia tahu Joseph memiliki motivasi yang sangat kuat untuk bisa segera menguasai semua yang dia ajarkan. Jadi, tidak heran jika pria itu sekarang sudah bisa mengimbangi kemampuannya dalam bertarung.Tak hanya seni beladiri Wing Chun, Jill juga mengajarkan beberapa keahlian lain dalam menggunakan senjata. Senjata api, busur, pedang, dan juga belati adalah senjata-senjata yang harus dikuasai oleh Joseph. Untuk senjata api, menurut J

    Last Updated : 2022-12-20
  • JOSEPH HUNTER (Fight for Trust)   Bab 13. Pine Trees

    “Kau yakin?” Joseph mengerutkan alis, merasa tidak begitu yakin dengan ide Jill.“Hehem.” Wanita itu mengangguk. “Aku bisa meminta izin kepada Dreyfus untuk kita keluar dan bersenang-senang malam ini,” lanjutnya.Selama berbulan-bulan setelah insiden itu terjadi, Joseph sama sekali tidak pernah meninggalkan markas Carnicero. Bukan karena dia senang tinggal di sana, namun karena dia tidak memiliki pilihan lain. Dia harus tetap berada di markas itu jika ingin apa yang menjadi tujuannya segera tercapai.Joseph menjilat bibir bawah, menatap Jill beberapa saat lalu memalingkan wajah.“Kenapa? Kau takut?” tanya Jill dengan ekspresi mengejek. “Kau tenang saja. Aku tidak akan melakukan hal yang ilegal di Carnicero. Dreyfus pasti akan mengizinkan kita keluar dari markas asalkan kau mau berjanji satu hal.”“Apa itu?” Joseph mengangkat dagu, tampak begitu ingin tahu.“Kau tidak akan melakukan hal yang sia-sia seperti … melarikan diri misalnya,” jawab Jill.Melarikan diri?Terdengar cukup familie

    Last Updated : 2022-12-20

Latest chapter

  • JOSEPH HUNTER (Fight for Trust)   Bab 147. God's Scenario

    Ruangan itu terasa begitu sunyi meskipun ada orang di sana. Joseph baru saja menunjukkan pada Camila sebuah rekaman asli yang diambil dari markas The Demon pada saat penyerangan. Dalam rekaman itu terlihat dengan jelas, peluru dari senjata siapa yang melesat dan menewaskan Andrew Reyes. Tangan Camila gemetar ketika perempuan itu menyingkirkan ponsel yang disodorkan oleh Joseph. “Cukup,” lirih wanita itu dengan bibir pucat yang bergetar, seraya memejamkan mata rapat-rapat. “Dengar, Camila.” Joseph mengubah posisi duduknya menjadi serong ke arah sang istri. Dia ambil tangan Camila lalu menggenggamnya. “Selain ibuku, kau adalah orang yang paling mengenal diriku. Saat aku mengatakan bahwa aku tidak membunuh ayahmu, maka aku mengatakan yang sebenarnya. Aku berada dalam dilema besar antara tugas dan dirimu. Dan aku memang tidak akan sanggup melakukannya,” tutur pria itu. Dalam keadaan kelopak mata yang masih terpejam, Camila melepas napas dalam. Bulir air mata menetes dari celah netra, s

  • JOSEPH HUNTER (Fight for Trust)   Bab 146. Love Really Sucks

    Tubuh Jill terempas dan menabrak Joseph. Kuatnya entakan peluru itu membuat si wanita ambruk seketika.“Jill!” seru rekannya yang lain.Dreyfus yang waktu itu masih berada di jarak lumayan jauh pun langsung berlari mendekat untuk melihat kondisi gladiatornya.“Apa yang kau lakukan?” Joseph memangku kepala wanita itu sambil menatap khawatir. Beberapa kali perhatiannya terdistraksi oleh darah segar di perut Jill.Jacob menekan kuat luka tembak itu untuk meminimalisir darah yang keluar. Kendati demikian, darah yang terlanjur mengucur sudah cukup banyak dan membuat wanita itu tampak begitu kesakitan.“Bagaimana kondisinya?” tanya Dreyfus seraya menekuk lutut di dekat Jill.“Aku butuh sesuatu untuk menyumbat luka ini,” ujar Jacob saat melihat darah yang tetap merembes dari bawah telapak tangannya, meski luka itu sudah dia tekan cukup kuat.Mendengar penuturan rekannya itu, Joseph langsung melepas kaus yang dia kenakan dan memberikannya kepada Jacob.“Gunakan ini,” kata Joseph.Dengan sigap

  • JOSEPH HUNTER (Fight for Trust)   Bab 145. A Killer

    Senyum miring di bibir pria itu membuat Dreyfus tak bisa berkata-kata. Wajah Abram Federov tentu sudah tidak asing lagi baginya. Namun, sosok di sisi yang berlawanan dengan Abram lah yang membuat Dreyfus tercengang bukan main. Pria yang tampak seperti sedang tersenyum lebar, namun hanya satu sudut bibirnya yang tertarik ke atas.“Remember me?” Pertanyaan itu terdengar sangat bodoh di telinga Dreyfus. Ah, dan jangan lupakan Jacob serta Helena yang juga membuka bibir dengan kelopak mata melebar. Ekspresi yang sama dengan yang ada di wajah Dreyfus.“Ini tidak mungkin,” gumam Jacob.“Aku pikir dia sudah mati,” timpal Helena.“Aku seperti melihat hantu,” balas Jacob dengan netra tak lepas dari sosok itu.Tak jauh dari kedua gladiator itu, Jill terlihat seperti berusaha mengingat siapa pria yang sedang tersenyum puas melihat keterkejutan mereka. Jill tidak tahu siapa pria itu. Namun, dia merasa seperti pernah melihat wajah ini di suatu tempat. Untuk itu, Jill berusaha menggali ingatan tent

  • JOSEPH HUNTER (Fight for Trust)   Bab 144. Miss Secretary

    Melihat dua putra Blight saling mengacungkan senjata, bukanlah hal yang aneh untuk Dreyfus dan para gladiatornya. Karena mereka sudah sama-sama tahu bahwa ini adalah tujuan Joseph kembali ke mansion. Yaitu untuk memancing Julian keluar dari tempat persembunyian lalu menuntaskan misi.Hanya saja, untuk pihak lain yang saat itu juga ada di sana, pemandangan ini menjadi hal yang sangat menarik untuk disaksikan. Orang-orang The Assassin serempak menurunkan senjata—meski tetap tidak mengurangi kewaspadaan, demi untuk dapat melihat duel senjata ala koboi yang dilakukan Julian dan Joseph.“Ini akan menjadi tontonan yang menarik,” gumam Federov seraya menoleh pada pria di sampingnya.Di depan sana, Julian tampak sangat marah. Sebenarnya, dia sudah tidak begitu terkejut dengan hal ini. Namun, posisinya saat ini sungguh tidak menguntungkan. Posisinya lemah, hanya ada Morgan yang bersama dirinya. Julian seperti sedang menghadapi dua kubu lawan yang menginginkan kematiannya. Dan sekarang, dia sed

  • JOSEPH HUNTER (Fight for Trust)   Bab 143. Are We on the Same Side?

    Perhatian Joseph dan Julian terfokus pada Camila yang datang dengan berderai air mata.Wanita itu langsung meminta Morgan untuk mengantarnya ke mansion ketika dia tahu bahwa Julian sedang berada di tempat tersebut untuk menghentikan Joseph yang sedang berusaha merusak kenangan Georgina.“Hentikan apa pun yang kalian lakukan!” jerit Camila untuk kedua kali.“Nona,” panggil Morgan seraya menahan tangan Camila yang berjalan mendekat ke arah dua pria yang sedang berkelahi itu.“Lepaskan tanganku!” sentak Camila seraya menepis tangan Morgan. Wanita itu masih terus berjalan ke arah dua pria di hadapannya.Masih tak melepaskan cengkeraman satu sama lain, Julian memberi titah dengan suara keras, “Tetap di tempatmu, Camila!”Wanita itu tersentak. Tak pernah sekalipun dia mendengar Julian membentak dirinya seperti ini. Selama bersama pria itu, Julian selalu memperlakukannya dengan sangat lembut. Keterkejutan itu membuat gerak kaki Camila berhenti. Si wanita menatap nanar pada Julian, seolah tak

  • JOSEPH HUNTER (Fight for Trust)   Bab 142. Death Glare

    Auman Julian seolah menggetarkan seluruh bangunan, mengalahkan deru mesin ekskavator yang sedang mengeruk tanah untuk dijadikan kolam raksasa. Orang-orang yang ada di sana menoleh ke arah sumber suara. Tak terkecuali Joseph yang sedang mengawasi para pekerja. Saat melihat Julian berdiri di sana dalam keadaan masih benyawa, perlahan sudut bibir pria itu terangkat, membentuk senyum miring sarat kepuasan.“Hentikan apa pun yang sedang kalian lakukan!” perintah Julian dengan suara menggelegar, seraya melotot pada para pekerja.Deru mesin ekskavator pun berhenti saat si Operator mematikannya. Mereka tahu siapa pria yang baru saja berteriak memberi perintah itu. Memangnya siapa yang tidak mengenal wajah Julian Blight? Pengusaha sukses yang wajahnya wara-wiri di berbagai media cetak maupun elektronik. Terlebih lagi beberapa pekan terakhir, di mana Julian dikabarkan meninggal dunia dalam tragedi Pulau Horsche. Dan ketika mereka melihat sosok itu kini sedang berdiri menghadap mereka dengan tat

  • JOSEPH HUNTER (Fight for Trust)   Bab 141. Rise from Hell

    “Jangan membuat ekspresi seperti itu!” Joseph menarik satu sudut bibirnya ke atas. “Harusnya kausenang, Juan. Bukankah ini yang kau harapkan? Aku kembali ke sini sebagai Joseph Blight,” ujar Joseph saat melihat raut bertanya-tanya di wajah Juan.“Oh, ya. Tentu saja.” Juan mengangkat alis sambil mengalihkan perhatian dari Joseph. “Aku sangat senang akhirnya kau bersedia kembali ke sini,” lanjut pria tua itu.“Dan karena aku sudah kembali, maka aku mau semua yang ada di sini harus sesuai dengan apa yang kuinginkan,” ucap Joseph lagi.Jika boleh jujur, pria tua itu memiliki firasat yang tidak baik tentang kembalinya Joseph ke mansion tersebut. Bagaimana seseorang yang beberapa waktu lalu masih terlihat sangat membenci keluarga Blight, kini dengan enteng menyatakan bahwa dia akan menyematkan nama itu di belakang namanya. Juan memang sudah terlalu tua untuk berdebat, namun pria itu tidak sebodoh yang dikira sehingga akan percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan Joseph. Kendati demikia

  • JOSEPH HUNTER (Fight for Trust)   Bab 140. Noisy Girl

    “Benar-benar tidak ada yang berubah dari mansion ini sejak belasan tahun yang lalu,” ujar Joseph seraya terus mengayun langkah mengikuti kaki Esme yang berjalan cepat di depannya.“Tuan Julian melarang kami melakukan apa pun yang dapat mengubah tata letak bangunan ini, Tuan. Jika ada kerusakan, Tuan Julian selalu memerintahkan para pekerja untuk memperbaikinya seperti sedia kala. Harus sama persis, dan Tuan Julian tidak akan menolerir kesalahan sedikit pun. Begitulah yang sering dibicarakan oleh para pelayan di mansion ini,” sahut Esme panjang lebar, tanpa diminta oleh Joseph.Joseph melirik pada gadis belia itu. Diam-diam, pria tersebut menyunggingkan senyum samar. Gadis ini sepertinya mewarisi sifat ceria dan cerewet dari ibunya. Wajah Esme dan Gracia memang tidak begitu mirip, namun pembawaan gadis itu Gracia sekali.Kembali mengedarkan pandangan ke sekeliling, Joseph tertarik untuk mendengar lebih banyak cerita tentang apa saja yang sudah terjadi di mansion ini. Salah satunya adal

  • JOSEPH HUNTER (Fight for Trust)   Bab 139. Taking Over the Throne

    “Kau yakin orang yang kau lihat adalah Julian Blight?” tanya Dreyfus, meski dia yakin Monica tidak akan jauh-jauh datang ke markas hanya untuk berbohong mengenai masalah ini.“Kau pikir aku buta, hah?!” Wanita itu justru terlihat semakin murka. “Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Dan aku sangat yakin bahwa kedua mataku masih dapat berfungsi dengan normal, Dreyfus Eastwood!” desisnya.Mendengar suara Monica melengking dengan emosi yang meledak-ledak, sama sekali tak membuat Dreyfus goyah. Pria itu masih tetap terlihat sangat tenang, bahkan sempat menyunggingkan senyum samar di sudut bibirnya.“Aku tidak meragukan itu, Monica.” Dreyfus terkekeh renyah. Kemudian, pria itu menarik napas dalam dan berkata, “Kami akan segera menyelesaikannya.”“Bagus! Dan aku tidak ingin mendengar alasan lagi bahwa keberadaan Julian Blight sulit untuk kalian lacak!” desak Monica.“Aku mengerti,” balas Dreyfus.Terkadang, mengalah bukan berarti kalah. Begitu pun dengan yang dilakukan Dreyfus. Untuk

DMCA.com Protection Status